Ayu dan Aldo terlihat saling pandang lalu tersenyum seraya menunduk malu. Malam ini Ayu terlihat sangat cantik dengan balutan long dres berwarna navy bertabur mutiara sebagai hiasan sedang Aldo juga terlihat tampan dengan kemeja batik dan celana hitamnya yang tidak terlalu formal."Yu, kamu cantik banget malam ini." Puji Aldo yang mampu membuat Ayu melayang tinggi."Terima masih, Mas. Kamu juga ganteng," balas Ayu merona."Uda? Saling rayunya nanti dilanjut di dalam kamar aja ya? ayo silakan duduk biar kita bisa segera mulai acaranya." Salah satu keluarga Aldo yang hadir sebagai saksi dan wali Aldo, berkomentar membuat semua orang yang berada di sana tersenyum.Acara dimulai dengan kata pengantar kedua belah keluarga dan berakhir dengan saling bertukar cincin seperti acara lamaran pada umumnya.Saat keluarga Aldo dan Ayu tengah sibuk mengurus masalah lamaran mereka, di luar gerbang, pengacara Rayhan dihadang oleh petugas keamanan Michel."Maaf, Pak. Tuan dan Nyonya sedang ada tamu dan
Waktu menunjukkan pukul 12 siang dan saat ini sudah waktunya makan siang. Semua pelayan menuju ruang utama membawa masing-masing 1 nampan berisi 2 jenis hidangan.Acara makan bersama dan acara foto selesai jam 2 siang. Di sana semua orang masih bersuka cita dan merayakan pernikahan Aldo dan Ayu. Kabar soal Rayhan, masih belum ada yang tau termasuk Michel karena sejak tadi Michel sibuk mengurusi ketiga anaknya tanpa henti.Saatnya lah kini Ayu berpamitan pada keluarga Michel dan Diana karena Ayu akan dibawa pulang oleh Aldo. Suara tangis dan isakan terdengar jelas di ruangan tersebut. Bahkan Nathan dan Talia juga ikut menangis karena melihat Ayu dan Diana menangis."Kak, terima kasih untuk semuanya dan maafin saya kalau selama saya berada di sini, saya banyak merepotkan kalian." Ayu memeluk Diana erat dan menangis."Yu, kamu gak salah apa-apa kok sama kami. Kami senang kamu ada di rumah dan tinggal di sini. Selamat ya, Yu atas pernikahan kalian. Saya mendoakan yang terbaik untuk kalian
Waktu menunjukkan pukul 3 dini hari, di waktu yang dingin ini, pelukan hangat Aldo membuat Ayu nyaman namun juga waspada. Perlahan Ayu membuka matanya dan terkejut ketika menyadari ada tangan seseorang yang memeluknya. Ayu terbangun terkejut dan rupanya gerakan Ayu itu juga mengagetkan Aldo hingga Aldo terbangun. "Sayang, ada apa?" Suara serak dan dalam Aldo semakin membuat Ayu kaget hingga terbelalak. Deghh!Sedetik itu juga Ayu sadar dan ingat jika beberapa jam lalu dirinya sudah sah menjadi istri Aldo."Gak apa-apa, Mas. Aku cuman haus, mau minum." Ayu melepas tangan Aldo dan Aldo ikut terbangun seraya menyalakan lampu kamarnya."Tunggu di sini, aku akan ambilkan." Aldo bangkit dan segera berjalan keluar dari kamarnya lalu kembali masuk ke dalam kamar dengan membawa air hangat. "Terima kasih, Mas." Ayu membenarkan rambutnya dan menunduk setelah mengambil gelas berisi air hangat dari Aldo."Kalau butuh apapun, bangunkan saja aku. Tidak apa-apa, oke?" Aldo menonton Ayu yang sedang
Ayu dan Aldo baru saja keluar dari dalam kamar mereka dan sedang menikmati sarapan mereka bersama di meja makan. Harusnya wajah Ayu terlihat segar dan bugar saat ini, tapi yang terlihat sekarang adalah wajah lelah dan kesal Ayu.Di sisi lain, Aldo malah memasang wajah tak berdosa dan asik menikmati makananya sedang Rianti yang paham dengan situasinya berpikir untuk memuji Ayu."Rambut kamu bagus banget sih, Yu. Kamu gimana car rawatnya? Mama rambutnya sering rontok deh, gak tau gimana caranya biar gak rontok lagi terus jadi tebal. Apa karena mama pakai jilbab ya, Yu?"Ayu menoleh ke arah Rianti dan meresponnya dengan cepat. "Biasanya kalau wanita yang berhijab rambutnya sering rontok, Ma. Ayu juga gak tau sih, tapi kalau Mama mau, Ayu bisa temani mama ke salon." "Gitu ya, Yu? Nanti deh lain kali, soalnya Mama gak pernah ke salon. Mama malu kalau ada yang lihat rambut Mama. Kita kan sebagai wanita wajib menutup aurat kita dan aurat wanita itu dari
"Maafkan saya, Yu. Saya memang sengaja merahasiakan hal ini dari kamu. Tapi pasti kamu tau tujuan saya kan?" Diana menjawab dari ujung telepon dengan sangat siap."Saya tau, Kak. Lalu bagaimana sekarang? Apa sudah dikubur? Dimana dan kapan?" tanya Ayu dengan suara serak menahan tangis."Sudah, Yu. Jenazahnya di makamkan di TPU dekat sini. Yang menguburkan pun hanya petugas autopsi. Tidak ada keluarganya yang terlihat." Jelas Diana."Lalu, hasil autopsinya bagaimana, Kak? Apa yang membuat Rayhan ingin bunuh diri? Apa ada dugaan gangguan jiwa?" "Yu, Rayhan mengonsumsi narkoba." Dengan berat hati Diana terpaksa berkata jujur dan hanya dengan 1 kalimat ini saja Ayu pasti paham kenapa Rayhan bisa sampai memutuskan bunuh diri.Mungkin rasa sepi, dibuang dan diabaikan membuat Rayhan terpaksa mengambil keputusan ini agar terbebas dari semua derita.Setelah panggilan terputus, Ayu mengajak Aldo untuk menemaninya berziarah ke makam Rayhan, walau sebenci apapun Ayu pada Rayhan, Rayhan tetaplah
"Wah, segarnya. Mau, Mas?" Ayu membuka buah potongnya saat sudah masuk ke dalam mobil, tidak lupa Ayu juga menawarkan makanan yang baru saja ia beli itu pada Rayhan sebagai sopir."Aaaaa." Rayhan membuka lebar mulutnya agar Ayu menyuapinya. "Manisnya, sama seperti yang beli." Aldo melanjutkan dengan pujian. Aldo tidak membawa Ayu pulang, namun Aldo malah membawa Ayu ke sebuah restauran favoritnya untuk sekalian makan siang karena saat ini waktu menunjukkan pukul 12 siang."Mas, kita makan berdua saja? Mama kamu bagaimana?" Aldo menatap penuh haru Ayu yang ternyata sangat baik dan perhatian pada mamanya."Iya, kita pesan untuk Mama juga. Tapi untuk Mama dibungkus. Hari gini pasti Mama masih shalat zuhur, setelah selesai shalat baru mama makan biasanya. Kamu santai aja, Yu."Acara makan siang Ayu dan Aldo dipersingkat karena Ayu terus kepikiran soal Rianti. Dan Aldo terpaksa membawa Ayu pulang dan merelakan waktu pacaran halal mereka.Masih ada kesempatan lain Aldo lagi untuk berdua be
"Kita sudah sampai. Kamu serius mau kuliah hari ini?" Aldo menatap Ayu ragu setelah mereka sampai di depan gerbang kampus Ayu."Iya, Mas. Aku masuk ya, Mas. Nanti kalau aku uda pulang, aku telepon kamu. Kamu gak kerja kan?" Ayu mencium tangan Aldo dan keluar dari dalam mobil setelah Ayu mengecup kening Ayu."Kalau uang jajan kamu kurang, pakai aja kartu itu, Sayang." Ayu berbalik melambaikan tangan ke arah Aldo lalu masuk ke dalam gerbang kampus.Setelah insiden yang menimpa Ayu waktu itu, hati Aldo merasa tidak tenang saat Ayu harus pergi tanpa dirinya. Ayu rasanya bisa hidup lebih bebas setelah keluar dari rumah Michel dan mendapat keluarga baru dengan kehangatan yang berbeda.Di dalam kelas Ayu.Teman-teman Ayu yang juga merindukan Ayu segera menghampiri Ayu dan menyambut hangat Ayu."Yu, akhirnya kamu datang juga. Aku kangen banget sama kamu, Yu." Sisil memeluk Ayu sedang Ayu tidak membalas atau menolak namun hanya
Ayu langsung masuk ke dalam mobil Aldo setelah mobil Aldo berhenti tepat di depan Ayu."Sayang, kita makan siang di luar gak apa-apa ya? Tapi kita ajak Mama juga. Tadi Nyonya Hana menelpon, dia mau ajak kita makan siang bersama juga." Aldo memberikan ponselnya pada Ayu dan meminta Ayu memeriksa pesan yang Diana kirimkan. "Oh ya?" Ayu menerima ponsel Aldo dan mulai memeriksanya. "Jadi, sekarang kita pulang dulu jemput Mama ya, Mas?" Ayu menoleh ke arah Aldo dan menaruh ponsel Aldo ke saku pakaian Aldo. "Iya, gak apa-apa kan?" Aldo mengangguk."Oke, sekalian aku juga mau ganti baju. Aku mau pakai hijab, Mas. Tapi aku cuman punya 1 hijab yang kemaren aku pakai ziarah. Gak apa-apa kan ya, Mas? Pasti nanti Kak Hana kaget liat aku," ujar Ayu bersemangat."Gak apa-apa, Sayang. Nanti kita beli hijab baru yang banyak. Kamu cantik, sangat cantik. Aku senang banget kamu mau belajar pakai hijab. Terima kasih ya, Sayang." Aldo tersenyum gemas.Sesampainya di rumah, Ayu segera menyalami Rianti y
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka