Ayu dan Aldo baru saja keluar dari dalam kamar mereka dan sedang menikmati sarapan mereka bersama di meja makan. Harusnya wajah Ayu terlihat segar dan bugar saat ini, tapi yang terlihat sekarang adalah wajah lelah dan kesal Ayu.
Di sisi lain, Aldo malah memasang wajah tak berdosa dan asik menikmati makananya sedang Rianti yang paham dengan situasinya berpikir untuk memuji Ayu."Rambut kamu bagus banget sih, Yu. Kamu gimana car rawatnya? Mama rambutnya sering rontok deh, gak tau gimana caranya biar gak rontok lagi terus jadi tebal. Apa karena mama pakai jilbab ya, Yu?"Ayu menoleh ke arah Rianti dan meresponnya dengan cepat. "Biasanya kalau wanita yang berhijab rambutnya sering rontok, Ma. Ayu juga gak tau sih, tapi kalau Mama mau, Ayu bisa temani mama ke salon.""Gitu ya, Yu? Nanti deh lain kali, soalnya Mama gak pernah ke salon. Mama malu kalau ada yang lihat rambut Mama. Kita kan sebagai wanita wajib menutup aurat kita dan aurat wanita itu dari"Maafkan saya, Yu. Saya memang sengaja merahasiakan hal ini dari kamu. Tapi pasti kamu tau tujuan saya kan?" Diana menjawab dari ujung telepon dengan sangat siap."Saya tau, Kak. Lalu bagaimana sekarang? Apa sudah dikubur? Dimana dan kapan?" tanya Ayu dengan suara serak menahan tangis."Sudah, Yu. Jenazahnya di makamkan di TPU dekat sini. Yang menguburkan pun hanya petugas autopsi. Tidak ada keluarganya yang terlihat." Jelas Diana."Lalu, hasil autopsinya bagaimana, Kak? Apa yang membuat Rayhan ingin bunuh diri? Apa ada dugaan gangguan jiwa?" "Yu, Rayhan mengonsumsi narkoba." Dengan berat hati Diana terpaksa berkata jujur dan hanya dengan 1 kalimat ini saja Ayu pasti paham kenapa Rayhan bisa sampai memutuskan bunuh diri.Mungkin rasa sepi, dibuang dan diabaikan membuat Rayhan terpaksa mengambil keputusan ini agar terbebas dari semua derita.Setelah panggilan terputus, Ayu mengajak Aldo untuk menemaninya berziarah ke makam Rayhan, walau sebenci apapun Ayu pada Rayhan, Rayhan tetaplah
"Wah, segarnya. Mau, Mas?" Ayu membuka buah potongnya saat sudah masuk ke dalam mobil, tidak lupa Ayu juga menawarkan makanan yang baru saja ia beli itu pada Rayhan sebagai sopir."Aaaaa." Rayhan membuka lebar mulutnya agar Ayu menyuapinya. "Manisnya, sama seperti yang beli." Aldo melanjutkan dengan pujian. Aldo tidak membawa Ayu pulang, namun Aldo malah membawa Ayu ke sebuah restauran favoritnya untuk sekalian makan siang karena saat ini waktu menunjukkan pukul 12 siang."Mas, kita makan berdua saja? Mama kamu bagaimana?" Aldo menatap penuh haru Ayu yang ternyata sangat baik dan perhatian pada mamanya."Iya, kita pesan untuk Mama juga. Tapi untuk Mama dibungkus. Hari gini pasti Mama masih shalat zuhur, setelah selesai shalat baru mama makan biasanya. Kamu santai aja, Yu."Acara makan siang Ayu dan Aldo dipersingkat karena Ayu terus kepikiran soal Rianti. Dan Aldo terpaksa membawa Ayu pulang dan merelakan waktu pacaran halal mereka.Masih ada kesempatan lain Aldo lagi untuk berdua be
"Kita sudah sampai. Kamu serius mau kuliah hari ini?" Aldo menatap Ayu ragu setelah mereka sampai di depan gerbang kampus Ayu."Iya, Mas. Aku masuk ya, Mas. Nanti kalau aku uda pulang, aku telepon kamu. Kamu gak kerja kan?" Ayu mencium tangan Aldo dan keluar dari dalam mobil setelah Ayu mengecup kening Ayu."Kalau uang jajan kamu kurang, pakai aja kartu itu, Sayang." Ayu berbalik melambaikan tangan ke arah Aldo lalu masuk ke dalam gerbang kampus.Setelah insiden yang menimpa Ayu waktu itu, hati Aldo merasa tidak tenang saat Ayu harus pergi tanpa dirinya. Ayu rasanya bisa hidup lebih bebas setelah keluar dari rumah Michel dan mendapat keluarga baru dengan kehangatan yang berbeda.Di dalam kelas Ayu.Teman-teman Ayu yang juga merindukan Ayu segera menghampiri Ayu dan menyambut hangat Ayu."Yu, akhirnya kamu datang juga. Aku kangen banget sama kamu, Yu." Sisil memeluk Ayu sedang Ayu tidak membalas atau menolak namun hanya
Ayu langsung masuk ke dalam mobil Aldo setelah mobil Aldo berhenti tepat di depan Ayu."Sayang, kita makan siang di luar gak apa-apa ya? Tapi kita ajak Mama juga. Tadi Nyonya Hana menelpon, dia mau ajak kita makan siang bersama juga." Aldo memberikan ponselnya pada Ayu dan meminta Ayu memeriksa pesan yang Diana kirimkan. "Oh ya?" Ayu menerima ponsel Aldo dan mulai memeriksanya. "Jadi, sekarang kita pulang dulu jemput Mama ya, Mas?" Ayu menoleh ke arah Aldo dan menaruh ponsel Aldo ke saku pakaian Aldo. "Iya, gak apa-apa kan?" Aldo mengangguk."Oke, sekalian aku juga mau ganti baju. Aku mau pakai hijab, Mas. Tapi aku cuman punya 1 hijab yang kemaren aku pakai ziarah. Gak apa-apa kan ya, Mas? Pasti nanti Kak Hana kaget liat aku," ujar Ayu bersemangat."Gak apa-apa, Sayang. Nanti kita beli hijab baru yang banyak. Kamu cantik, sangat cantik. Aku senang banget kamu mau belajar pakai hijab. Terima kasih ya, Sayang." Aldo tersenyum gemas.Sesampainya di rumah, Ayu segera menyalami Rianti y
Sesampainya di rumah Aldo.Semua barang yang Ayu dan Rianti beli tertumpuk di atas sofa dan juga meja ruang tamu. Sebelumnya saat akan membayar barang belanjaan, Diana sempat bersikeras untuk membayar belanjaan Ayu dan Rianti, tapi Ayu menolak karena Ayu sudah punya suami yang bisa membayar barang belanjaannya walau sebenarnya Ayu takut dimarahi oleh Rianti karena boros belanja.Tapi akhirnya setelah berdebat, Diana mengalah dan membiarkan Aldo membayar belanjaan Ayu dan Rianti. Sebenarnya belanjaan Ayu dan Rianti menghabiskan cukup banyak uang Aldo tapi Aldo terlihat santai dan Rianti juga tidak terlihat marah sama sekali. Begitu bokong Ayu dan Rianti jatuh di atas sofa, kepala dan tubuh mereka juga ikut jatuh ke punggung sofa. Di samping itu, Aldo yang juga sebenarnya lelah malah berjalan ke arah dapur dan kembali ke ruang tamu membawakan Ayu dan Rianti air minum."Terima kasih, Sayang." Ayu tersenyum senang menerima air pemberian Aldo."Terima kasih ya, Nak." Rianti juga tersenyum
Di tengah acara, Ayu terlihat mulai mengantuk dan menguap. Tapi untungnya setelah ustadz selesai ceramah adalah acara makan bersama. Rianti berusaha membuat Ayu tetap sadar dengan menyogok Ayu makanan."Yu, ini ada puding. Kayaknya enak deh, seger. Kamu cobain deh," ujar Rianti menyodorkan satu cup puding buah pada Ayu."Terima kasih, Ma." Ayu menerima puding pemberian Rianti dengan senang hati walau Ayu mengantuk.Tepat setelah selesai acara pengajian, begitu sampai di rumah, Ayu langsung menjatuhkan diri ke atas kasur dan tidur tanpa membuka pakaiannya.Aldo membawa Rianti masuk ke dalam kamarnya untuk melihat Ayu. Ibu dan ini menahan tertawa akibat gemas dengan Ayu."Kamu bantu Ayu lepaskan hijabnya. Takutnya jarum itu menusuknya. Mungkin dia capek," bisik Rianti yang kemudian hendak berlalu masuk ke kamarnya."Iya, Ma. Ma, lucu banget ya punya kucing besar di rumah." Balas Aldo berbisik pada Rianti sedang Rianti hanya terseny
Begitu Aldo pergi dan Ayu selesai mengerjakan tugasnya, Ayu segera berjalan keluar dari kamarnya dan mencari Rianti untuk ia bantu membereskan rumah sesuai dengan permintaan Aldo, suaminya.Tapi saat Ayu keluar dari kamarnya, Rianti tidak berada di rumah(?). Ayu langsung saja berinisiatif mencari sesuatu yang bisa ia kerjakan. Dan pekerjaan pertama yang Ayu lihat adalah piring. Ayu harus mencuci piring kotor yang menumpuk sebelum Rianti datang.Sebenarnya Ayu tidak enak pada Rianti karena Rianti lebih banyak bekerja di rumah. Walau sebenarnya Rianti juga tidak pernah menyinggung soal pekerjaan rumah pada Ayu. Tapi tetap saja, Ayu merasa tidak nyaman tinggal 1 rumah dengan Rianti karena merasa dirinya terus merepotkan Rianti.Ayu sebenarnya masih ingin membantu Rianti membereskan rumah atau paling tidak mencuci pakaian mereka, tapi sayangnya Ayu tidak punya waktu lagi.Ayu setelah selesai mencuci piring langsung saja bergegas masuk ke kamarnya untuk segera bersiap-siap kuliah. Aldo su
Waktu menunjukkan pukul 3 sore dan Ayu baru pulang dengan diantar temannya. Wajah Ayu tampak lemas dan tak bersemangat hingga membuat Rianti khawatir jika Ayu mendapat perlakuan buruk di kampusnya atau ada kejadian tak menyenangkan yang terjadi padanya."Ada apa, Yu? Kok lesuh gitu?" Tanya Rianti yang terlihat sedang sibuk melipat pakaian."Gak apa-apa, Ma. Cuman hari ini rasanya cukup lelah aja," jawab Ayu jujur seraya menyalami Rianti dan kemudian duduk di samping Rianti."Oh gitu, atau kalau kamu berhenti kuliah gimana, Yu?" Ayu sedikit kaget dan langsung menatap Rianti. "Kenapa, Ma?" "Kan kalau kamu di rumah, kamu bisa bantu dan nemenin Mama. Mama gak maksa kok, itu juga kalau kamu mau aja." Rianti menjelaskan lebih lanjut."Maaf, Ma. Kayaknya Ayu gak bisa. Bisa kuliah seperti ini termasuk cita-cita Ayu, Ma. Kalau Mama butuh bantuan apapun, bisa bilang sama Ayu. Ayu akan bantu kok. Tapi Ayu gak bisa kalau gak kuliah, Ma." Ayu menatap dalam mata Rianti yang juga menatap matanya.
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka