Seth langsung berdiri. "Bagaimana hasilnya, Dok?" tanyanya dengan perasaan gugup.
"Sayang sekali, dia tidak akan bisa sadar dalam waktu dekat," ungkap dokter menyayangkan.
"Tapi ... dia selamat kan, Dok?" tanya Seth memastikan.
"Dia telah melewati masa kritis. Butuh waktu beberapa hari agar kondisinya benar- benar pulih."
"Kami mengerti. Terima kasih, Dok," ucap Seth sedikit lega.
Meski Hart tidak akan bisa bangun untuk beberapa hari, tapi setidaknya lelaki itu berhasil lolos dari maut.
Usai berpesan pada Mira untuk memastikan keamanan Hart dan merahasiakan kabarnya, Seth bersama Herry memutuskan untuk kembali ke kediaman Veronica.
***
"Seth, bagaimana? Apa dia selamat?" seru Vin menyambut rekannya yang baru saja tiba melewati pintu masuk.
Seth masih berjalan masuk, belum memberi jawaban hingga ia berdiri di dekat sofa tempat Isac duduk.
"Sayang sekali, dokter tidak bisa menyelamatkannya," terang Seth, t
Riana yang biasanya tenang terlihat gusar. Wanita itu berdiri, merasa ada yang aneh."Raka, apa maksudnya ini?" tanya Riana mengamati pengawal yang mengitari mereka.Raka meletakkan koper pada meja di depannya, duduk sebelum membuka dan mengeluarkan berkas dari dalam sana."Duduklah, Riana!" desak Raka, melemparkan map ke tengah meja."Apa ini?" Viana meraihnya."Bacalah!" tuntut Raka, bersandar dengan meletakkan satu kaki di atas kaki lainnya.Viana membaca kata demi kata, baris demi baris tulisan yang tertera pada berkas yang diberikan Raka. Semakin lama, kerutan pada kening yang dipoles riasan tebal tampak semakin parah.Baris paling bawah tertera nama Veronica Elisa, lengkap dengan tanda tangannya."Tidak mungkin, ini pasti bohong!" raung Viana, menghempaskan mapnya ke atas meja.Riana penasaran dengan apa yang baru saja dibaca adiknya. Wanita itu meraih map berisi beberapa lembar kertas, sedikit berserakan."
"Mungkin kau salah dengar, Liana," kilah Hart."Aku juga mendengarnya. Katakan saja, siapa dirimu!" timpal Viana menuntut."Akan kujelaskan, nanti. Untuk sekarang sebaiknya kalian berkemas, tinggalkan rumah ini sebelum orang-orang Raka datang dan mengusir paksa," saran Hart, masih berusaha menghindar dari pertanyaan Liana.Pengawal terakhir telah diamankan dan dibawa ke luar. Tersisa Seth dan Vin petugas yang masih berada dalam rumah, Isac keluar lebih awal mengawal Raka."Tidak apa-apa kalau kami tinggal, Hart?" tanya Seth."Tidak masalah. Jangan buat Isac menunggu lama. Biar aku dan Ali yang memastikan keamanan mereka," ungkap Hart seraya berjalan mendekati Vin dan Seth."Terima kasih, Hart. Berkatmu ....""Berkatmu aku bisa selamat. Seharusnya aku yang berterima kasih pada kalian," sambung Hart memotong ucapan Seth, menjulurkan tangan untuk bersalam dengan dua detektif yang telah bekerja sama dengannya."Kalau butuh bantuan,
"Ali, cepat duduk!" panggil Viana tak sebaran.Mendengar seruan Viana, Ali bergegas memilih tempat. Kebetulan sofa di samping Hart kosong, di sanalah ia mendarat."Paman mau kopi?" tawar Miya dengan sikap sopan.Ali menoleh sekilas. "Boleh. Tolong ya," balasnya.Hart menyeduh kopi dari cangkir tipis klasik. Usai menelan dua tegukan, Hart meletakkan kembali keramik itu di atas piring kecil seraya bertanya, "Apa yang mau kalian tahu?" lirihnya."Semua tentangmu," tegas Viana."Semuanya? Ini akan lama, sebaiknya besok saja," usul Hart."Aku tidak akan bisa tidur kalau belum mendengar ceritamu." Sudah hampir tengah malam, tetapi Viana tetap kekeh supaya Hart segera menceritakan tentang dirinya."Baiklah," putus Hart usai menghela nafas panjang.Dari mulut lelaki itu, meluncurlah sepenggal kisah tentang dirinya, tentang misteri yang selama ini sembunyikan dari Liana dan Ali.***Olympus merupakan ibu kota dari B
Untuk sesaat Hart terdiam sebelum menjawab, "Hanya yang pertama," pungkasnya.Jelas, Liana dapat mengerti maksudnya. Yang pertama ialah segala yang terjadi di malam pertama, ketika Liana baru saja menyeret Hart ke rumah itu. Termasuk kepura-puraan Hart yang mencoba kabur, hanya sebagai pelengkap sandiwara. Lelaki itu tahu bahwa ada kamera pengintai di beberapa sudut rumah."Liana, aku pernah bertemu ayahmu. Hari itu Alchides berkunjung ke desa, datang dengan sahabatnya, ayahmu. Om Jhon adalah satu-satu orang yang tahu tentang status Alchides dengan ibuku. Beliau bercerita tentangmu, membuatku mengucapkan sebuah janji. Dia seolah tahu apa yang akan terjadi di masa depan," lanjut Hart bercerita."Saya ingat hari di mana mereka akan berangkat, Jhon memintaku untuk tetap tinggal. Rupanya itu alasannya," papar Ali."Janji?" Liana penasaran tentang janji yang dibicarakan Hart."Saat itu, entah aku yang terlalu naif atau ayahmu yang percaya hari ini akan
"Aaric Heitor?""Ya. Paman kenal?""Saya pernah bertemu dengannya," jawab Ali.Pernyataan itu seakan memberi petunjuk arah untuk jalan Hart selanjutnya. Ali kenal tujuh pemilik nama yang disebutkan Hart, mereka adalah orang yang berpengaruh dalam dunia bisnis dan dunia bawah, seperti organisasi mafia yang mampu mengontrol hukum. Namun, Aaric Heitor spesial, Ali pernah bertemu langsung dengannya.Adalah Aaric puluhan tahun lalu merupakan salah relasi bisnis Jhon. Ali yang merupakan ajudan pribadi Jhon kala itu diperkenalkan paranya."Aku punya beberapa informasi tentang Aaric. Sebuah rencana telah tersusun dalam kepalaku. Sepertinya, aku bisa tidur sekarang," ungkap Hart seraya berdiri dari duduknya."Kuncinya ialah Liana." Tanpa berpaling lagi, Hart melangkah pergi.Dalam kamar, di atas tempat tidurnya, Hart terbaring. Wajah seorang wanita terbayang di benaknya. Seraya memejamkan mata, lelaki itu berucap lirih, "Tunggulah, sebentar la
Menyadari dirinya terkejut, Heitor memejamkan mata seraya menghela napas panjang, lelaki itu menenangkan diri."Jadi, kau tahu cerita usang itu ya," lirih Heitor dengan berusaha menciptakan lekukan pada bibirnya."Aku tidak tahu detailnya, tapi aku tahu kalau Anda salah satu dari mereka, orang-orang yang menjatuhkan ayahku," terang Hart tanpa basa-basi."Jadi kau putra Leomord rupanya. Saya tahu suatu saat hari ini pasti akan datang, hari pembalasan." Heitor menatap langit-langit, seakan memandang gumpalan awan hitam di atas sana yang merupakan dosanya, tampak lelaki siap dengan konsekuensi yang akan ia terima.Ali tentu saja merasa tidak enak, ia menggunakan nama Jhon dan memanfaatkan Liana untuk mendekati Heitor. Maka segera Ali meluruskan kesalahpahaman Heitor."Tidak, tidak, kami ke sini bukan untuk menuntut balas, tapi kami datang untuk meminta bantuan Anda," kata Ali meluruskan."Bantuan? Apa yang bisa saya bantu?""Kami butuh i
"Ali, apa kau tahu Neo Olympus?" tanya Hart dengan serius."Tapi itu tempat yang keras, Hart. Jangan bilang kau akan ....""Ya, aku akan ke sana dan mulai membangun kerajaanku sendiri. Sepertinya aku akan butuh bantuan para detektif itu," sambung Hart memotong ucapan Ali.Omega, adalah salah distrik di sudut kota Olympus. Dahulu tempat ini sangat tenar, sempat menjadi pusat hiburan dan bisnis yang paling maju. Namun, karena radiasi akibat kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir yang tak jauh dari sana, tempat itu ditinggal, terbengkalai dan mati perlahan.Radiasinya menghilang puluhan tahun setelahnya, tetapi tidak banyak orang yang berani kembali dan tinggal di sana. Kebanyakan pemilik tempat di distrik itu juga sudah meninggal.Yang datang kemudian adalah orang-orang yang tidak punya tempat dan pekerjaan, mencoba membangun kembali tempat yang diberi nama baru, Neo Olympus.Distrik itu kembali hidup meski tak semeriah dulu. Restoran, rum
Memakai nama yang sama, Hart datang ke Neo Olympus dengan status baru, sebagai orang baru dan kisah masa lalu baru. Hart ahli dalam hal ini, cara yang sama telah ia gunakan sebelumnya untuk merasuki kehidupan seseorang, termasuk kehidupan Liana dan keluarga Veronica.Dari sini kisah baru untuk persiapan serangan terakhir Hart dibangun, segalanya dipertaruhkan di sini, semunya akan bergantung dari keberhasilan Hart di tempat ini.Kini status Hart adalah seseorang yang baru keluar dari penjara, ditangkap karena melawan seorang polisi yang melerainya saat perkelahian antar geng di kampung halamannya. Langsung datang ke Neo Olympus sebagai tempat bagi orang seperti dia.Ya, setidaknya itulah kisah palsu yang Hart ciptakan, disertai beberapa dokumen sebagai bukti pendukung.Hart harus memulai kehidupan di Neo Olympus dengan mencari pekerjaan, apa saja asal ia bisa tinggal dan bekerja di sana.Membuka usaha sendiri terlalu mencolok sebagai seorang mantan
"Bu-bukannya kau yang kalah? Kukira aku menang karena kamu pergi di tengah-tengah taruhan," terang Ryu. "Aku tidak kabur!" tampik Momo berteriak. "La-lalu kenapa kau mencuci piringmu?" "Ka-karena kamu berisik banget pas aku lagi sibuk. Jangan salah paham, aku cuma tidak mau kalau kau mengusik pekerjaanku," jelas Momo beralasan. Saat itu Momo memang merasa sudah kalah. Ia sadar betul kalau mulutnya sudah mengeluarkan desahan lirih. Namun, karena Ryu mengungkitnya, harga dirinya tidak terima kalau lelaki itu merasa sudah menang. "Lagi pula, kau tegang, kan?" tukas Momo lirih. Ryu tersentak, tapi berusaha tetap bersikap normal, meski bintik keringat mulai bermunculan di wajahnya. "Ja-jangan bercanda. Aku tidak tegang, kok. Ya, aku tidak tegang," kata Ryu meyakinkan. "Serius?" Momo menatap tajam seolah tak percaya. "Tentu saja! Memangnya kau lihat? Huh? Kau lihat?" Ryu akhirnya bisa mendapatkan lagi ket
"Kau mau grepe-grepe, kan? Dasar orang jahat," lirih Momo tampak lelah. "Kalau kau menang, aku akan lakukan semua pekerjaan rumah. Kalau aku menang, lakukan bagianmu," kata Ryu mengingatkan tujuan taruhan mereka. "Woi! Kau dengar?" tanya Ryu sebab tak mendapat tanggapan. "Aku capek, mau tidur. Lakukan saja, kalau punyamu sudah 'naik', bangunkan aku," lirih Momo tanpa membuka mata, berniat tidur sambil duduk. "Cih! Dia meremehkanku. Waktu itu semuanya selesai sebelum aku menyentuhmu, tapi itu tidak akan terjadi lagi. Jangan main-main denganku, aku menang kali ini meski harus bertaruh nyawa," tekad Ryu dalam hati. Ryu menaikkan lutut kiri pada sofa tepat di samping tubuh Momo, lengan kirinya bertumpu pada punggung sofa di mana Momo bersandar. Telunjuk kanan Ryu bergerak perlahan ke arah tonjolan kecil pada pusat dada kiri Momo. Gadis itu jelas tak memakai kutang, hal itu bukan lagi kejutan bagi Ryu. Kali ini ia mampu bertahan dari j
"Apa lagi kalau bukan perempuan. Ryu pasti sudah dapat pacar baru, sepertinya lebih buruk dari mantannya." "Masa, sih? Tapi aku tidak sangka kalau Ryu itu tipe lelaki yang ganti kepribadian setiap kali ganti pacar. Dulu dia selalu tepat waktu, aku rasa kita harus berterima kasih pada mantannya." Diam-diam Ryu mendengar dan menyimak pembicaraan dua wanita yang terdengar sedikit prihatin padanya. Berbaliklah ia dan menyela. "Em ... aku pastikan tidak akan terjadi lagi, soal keterlambatan itu," kata Ryu tersenyum. "Wah! Maafkan aku!" Perempuan yang membicarakannya tersentak kaget. "Harusnya aku yang minta maaf. Kalian repot gara-gara aku selalu terlambat," balas Ryu. "Ya- ya sudah. Kami mau makan siang dulu. Permisi." Kedua wanita muda itu buru-buru pergi. "Jangan dimasukkan ke hati. Yah, seharusnya kau memperhatikan kondisimu, kau terlihat kelelahan. Aku paham kau ingin membantu temanmu, tapi kamu tidak bisa melakukannya k
Apa-apaan ini?' Ryu tertunduk diam menahan kesal sebelum mulai bicara, "Apa kau pernah dengar tentang 'hormon gila pria'?" lirihnya bertanya. "Pernah. Itu saat mereka mendapat rangsangan tertentu, bukan?" "Kadang saat lelaki kelelahan, dia bisa tegang dengan sendirinya. Itulah yang terjadi padaku saat di kereta, itu bukan seperti kau yang membuatku tegang atau semacamnya. Dan aku bukan penjahat kelamin, kau pasti menyadari semua itu, kan?" jelas Ryu menegaskan. "Sebaliknya, orang yang terangsang itu justru kau. Kau cuma ingin memutar balikkan fakta dan menuduhku jadi tersangka. Tapi tinggal dengan orang itu ... bahkan memintaku memijatmu. Aku tak tahu mana penjahat kelamin atau yang mesum di sini! Faktanya, mungkin kau sengaja mengintipku di kamar mandi kemarin!" lanjut Ryu menuduh. Momo hanya diam saja menyimak, menahan suara tak mengatakan apa pun. Namun, bagi Ryu, hal itu justru lebih menakutkan dibanding gadis itu membalas tuduhannya
"Apa? Kok, tidak bisa?" Saat Ryu akan menjelaskan alasannya, seseorang mendorong lelaki itu dari belakang hingga ia harus menempelkan tubuhnya ke dada Momo. Paha Ryu bahkan menyusup di antara paha Momo dan menyentuh selangkangannya. Namun, Momo seolah tak peduli dan mencoba memohon lagi. "Tolonglah. Tolong biarkan aku menyewa kamarmu," pinta Momo menatap Ryu dengan wajah sedih penuh harap. Tatapan itu berdampak kuat pada mental Ryu. "Ini, kan ...? Mirip di film-film ... yang ada yang sales sedang jualan," batin Ryu. Imajinasi nakalnya mulai berkeliaran, membayangkan Momo menyerahkan tubuhnya demi mendapatkan sebuah kamar. "Sial ...! Anuku bangun. Apa dia menyadarinya. Apa dia serius, tinggal serumah dengan seorang lelaki yang bisa saja hilang kendali?" batin Ryu bertanya-tanya. Meskipun kemarin Momo terlihat sangat percaya diri, kali ini dia tampak begitu lemah. Ryu kasihan melihatnya, merasa ingin menolong, tapi membantu
"Hei, apa kau serius bilang kalau aku yang terangsang?" Nada bicara Momo terdengar berat. "Eh? Ti- tidak." Ryu coba mengelak, menarik kembali ucapannya. "Kau yakin tidak akan tegang meski kau menyentuhku?" Momo bertanya lagi. "Be- benar." Ryu menjawab singkat, mulai menyesali perkataan sebelumnya. "Baiklah. Ayo kita taruhan! Sentuh aku sepuasmu," tantang Momo. "Apa? A- apa kau bilang? Taruhan?" tanya Ryu gugup. "Aku kesal, kau ngoceh terus dari tadi dengan alasan konyol." "Bukan. Tadi itu bukan alasan." "Cukup! Ayo kita jadikan kesempatan ini untuk menyelesaikan segalanya. Aturannya mudah saja. Selama sepuluh menit, kau boleh menyentuh bagian mana saja di tubuhku. Kalau aku mulai mendesah, kau yang menang. Tapi kalau kau tegang sebelum aku mendesah, aku yang menang," tutur Momo menjelaskan. Mereka bukan pasangan kekasih, bahkan baru kenal beberapa jam yang lalu. Semua berawal di hari sebelumnya, kehidupan R
Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus. Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus. Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus Haiatus Hiatus Hiatus Hiatus
"Jalan ini sengaja dibuat hingga terlihat seperti jalan buntu, tapi aku yakin ada sesuatu di balik dinding ini," sambung Gabriel."Kalau ini pintu, apa bisa dibuka dari luar?" Abi mencoba menggeser beton itu sekuat tenaga."Sepertinya tidak. Tempat seperti ini bukanlah tempat di mana siapa saja bisa meluar masuk.""Kau benar," sambung Hart membenarkan ucapan Gabriel. "Kita hanya menunggu sampai mereka membuka pintu ini," lanjutnya."Kau yakin wanita itu di dalam sana?""Aku tidak meragukan pelacak yang diberikan Jack, dan pelacak menunjuk titik ini," jawab Hart."Sebaiknya kita di dalam mobil."Seperti yang disarankan Gabriel, empat lelaki itu dengan sabar menunggu di dalam mobil, berharap pintu tebal itu segera terbuka.Gabriel mematikan lampu serta mesin mobilnya, menyamarkan mereka dalam kegelapan."Bangunkan aku kalau pintunya terbuka." Betha mulai bosan menunggu dan berniat tidur.Sesaat setelah lelaki besar
Britavia merupakan negara kerajaan di benua selatan dengan wilayah yang tidak terlalu luas. Namun, Britavia adalah negara paling maju di dunia dari bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Raja sebelumnya, yakni kakek Hart menjalankan sebuah proyek pengembangan teknologi tinggi. Para ilmuan dan mekanik dari Britavia menciptakan pasukan robot yang dapat dikendalikan seorang pilot layaknya pesawat. Tujuan pesawat robot itu diciptakan hanya untuk pertahanan, sebab desas-desus akan pecahnya perang dunia mulai terdengar. Namun, belum cukup setahun Argus berkuasa, perang dunia langsung pecah. Britavia dengan pasukan robotnya mendominasi setiap pertempuran. Britavia mengusai seluruh benua selatan, menyatukan benua paling kecil itu dalam satu negara kerajaan di bawah bendera Britavia Raya, menjadikan Britavia sebagai negara paling luas Argus belum puas dengan itu, invasinya terus berlanjut hingga menguasai satu benua di utara Britavia. Tersisa tiga benua besar