Share

Tidak ada batasan lagi

Penulis: Laradin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-27 14:15:00

Waktu berjalan lebih cepat. Mungkin benar kata orang, jika kita berada di sisi orang-orang yang kita sayangi semuanya seolah bergerak lebih cepat dari yang kita bayangkan. Hubungan Syaila dan Batara semakin dekat. Wanita itu juga sudah mendapat restu dari calon mertuanya. Status janda yang ia sandang tidak menjadi masalah untuk keluarga Batara yang notabene nya keluarga terpandang.

Dan Syaila baru menyadari itu. Batara, pemuda yang ia temui sebagai HRD satu tahun lalu adalah pemaris satu-satunya keluarga Baghawanta. Perusahaan properti yang merambah ke setiap penjuru Asia. Usaha dibidang kuliner juga tidak main-main, lebih dari 20 cabang restoran yang tersebar di provinsi Indonesi. Dan perusahaan yang dipegang langsung oleh Batara sekarang adalah miliknya sendiri, karena dia bilang, Batara sudah tertarik dengan dunia komunikasi secara tidak langsung sejak dari kelas menengah.

Dia suka banyak teman, namun tidak suka berbicara secara langsung. Karena jujur saja sangat melelahkan. Itu s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bucin berujung Sengsara   Apakah ini pada akhirnya?

    Siang ini Syaila ingin memberi kejutan kepada Batara dengan hadir diacara kecil-kecilan yang diadakan di kantornya. Tidak, seperti yang kalian tahu definisi kecil-kecilan Batara sangat lah beda. Ya, pria itu semalam mengajaknya untuk hadir di acara itu. Merayakan peluncuran ponsel yang ia rakit sendiri dengan fitur yang tentu sangat luar biasa. Syaila menolaknya dengan sebuah alasan ada meeting besar yang harus ia hadiri. Mungkin Batara sedikit sedih, tapi dia bisa memaklumi. Mereka sama-sama bekerja, sudah tahu bagaimana konsekuensinya.Syaila mendatangi resepsionis, kehadirannya disambut dengan baik. Sebab penghuni kantor Batara tentu tahu hubungan mereka saat ini."Acaranya sudah dimulai, Mba?""Sudah dari 30 menit lalu, Ibu."Syaila tahu ia akan terlambat. Sebab ia harus menjemput Geino lebih dulu. Kehadiran anak itu pasti akan menambah keterkejutan Batara."Ayo, No. Om Batara kayaknya udah nunggu kita," ajak Syaila.Acara diadakan dilantai 13, Syaila dan Geino menaiki lift untuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Bucin berujung Sengsara   Enggak pake aba-aba

    CupMata Batara terbelalak. Saat bibir merah muda Syaila menyentuh bibirnya yang pucat. Aliran darahnya seolah tersendat, hingga otaknya tidak bisa bekerja. Ia mematung."Apa harus kayak gitu dulu baru kamu percaya?" Sudut bibir Syaila tertarik. "Aku bilang udah buka hati buat kamu itu berarti aku udah siap buat apapun. Termasuk mencintai kamu dan menjadikan kamu satu-satunya laki-laki yang aku pilih. Aku ngerti mungkin kamu bingung sama sikap aku yang kaya sibuk sendiri. Tapi asal kamu tahu, aku cuma ngerasa... Malu aja."Batara masih tergugu. Namun saat melihat pipi wanitanya memerah, itu menggelitiknya. Malu katanya? "Saya masih enggak percaya." Batara melipat kedua tangannya di dada."Terserah. Yaudah sana jangan tidur di sini!" Syaila mangambek.Tanpa aba-aba Batara merauk bibir Syaila yang tengah cemberut lucu. Ia sedikit memberi jeda untuk hanya sekedar melihat reaksi wajah Syaila yang begitu terkejut. "Sekarang udah percaya." Pria itu melepaskan tautan bibirnya, kembali tert

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-30
  • Bucin berujung Sengsara   Geino

    Bila ada penobatan manusia paling bahagia, Batara akan mengajukan diri, dan mungkin dia pemenangnya. Memiliki seorang kekasih seperti Syaila membuatnya semakin kehilangan akal. Wanita itu selalu memiliki cara tersendiri untuk menjawab semua pertanyaan yang berlalu lalang dalam kepalanya.Seperti kemarin, dia yang tiba-tiba mengecupnya dan memberinya sebuah keyakinan bahwa tidak perlu ada yang harus dikhawatirkan. Azka hanya masa lalu, dia ayah Geino. Itu saja.Kejutan kehidupan Batara juga tidak sampai di situ. Kemarin malam ia pulang ke rumah orang tuanya, ia juga harus banyak mengucapkan terima kasih atas kesuksesan yang ia raih sekarang selepas acara penutupan di kantor. Karena katanya, bunda sangat merindukan putra satu-satunya itu, Batara berakhir menginap.Ini yang tidak pernah pria jangkung itu sangka-sangka, selepas mandi pagi ia turun ke bawah untuk sarapan sebelum berangkat ke kantor menjalani aktifitas seperti biasanya. Ia tahu, pemandangan dapur memang paling indah dikala

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-07
  • Bucin berujung Sengsara   Omong kosong!

    Setelah mendapatkan kabar dari bundanya mengenai masalah yang menimpa restoran cabangnya, Batara bergerak cepat—setelah tadi pengantarkan Syaila ke kantor dan Geino ke sekolah. Ya, kebiasaannya sekarang. Pria itu berlatih jadi papa muda, katanya.Masalah ini sangat serius. Banyak petugas dari dinas kesehatan yang sedang mangambil sampel makanan untuk dijadikan bahan penyelidikan. Beberapa koki nampak panik, beberapa ada yang diminta keterangan mengenai bahan apa saja yang dipakai untuk membuat makanan restoran ini.Mereka tentu berkata jujur. Karena memang sedari dulu restoran yang sudah berdiri hampir 10 tahun ini memiliki banyak pelanggan sebab makanannya yang enak dari bahan terbaik. Para pelanggan tidak membantah fakta itu, tapi mengapa tiba-tiba ada isu dan melaporkan makanan di restoran cabang ini? Bahwa ada bahan makanan yang di campur dengan kandungan kimia yang berbahaya, bahkan rumornya menyebabkan kanker.Berita itu sudah menyebar ke penjuru kota ternyata. Efek nya, restora

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Bucin berujung Sengsara   Tidak perlu dipaksa

    "Sedih banget!""Sedih kenapa, No? Nilai IPA kamu jelek? It's oke mama juga dulu remed."Dua orang yang sedang asik mengobrol itu menoleh serempak. Kedatangan Syaila sedikit membuat keduanya terkejut, tentu saja. Karena tumben sekali sore-sore Syaila sudah ada di rumah."Bukan, Nak. Geino kan Minggu kemarin habis ulangan semester satu. Rapotnya harus diambil sama orang tua. Dia maunya diambil sama Om Batara," terang Yunita.Mengambil remot televisi, lalu merebahkan tubuhnya di sofa Syaila berujar santai, "Bukannya bisa? Asal wali kan?"Geino memasang wajah datar, menatap mamanya. "Pelaturannya sudah beda. Tahun ini harus sama orang tua. Ha-rus-sa-ma-orang-tu-a," eja anak itu gemas.Syaila tercenung beberapa saat. Ia tidak tahu apa alasan Geino semakin segan bertemu dengan Azka. Sebab akhir-akhir ini anak itu selalu menolak apabila papanya menelepon dengan alasan sedang belajar.DrtttttDalam keheningan itu—yang hanya terdengar suara samar televisi—ponsel Syaila bergetar di dalam tasny

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10
  • Bucin berujung Sengsara   Pertanyaan dijawab pertanyaan

    "Geino udah gede aja, ya?" Mata pria itu masih tertuju pada anak laki-laki yang tengah berjalan menggendong ransel hitam memasuki halaman sekolah melalui kaca mobil. "Apalagi aku yang tiap hari ngurus. Kaya baru aja kamarin nganterin masuk SD." Syaila duduk bersandar. Raut wajahnya tidak ceria seperti biasanya. Mungkin efek semalam menangis karena perkataan Geino yang tidak ia duga."Hahaha makanya." Batara kembali menutup kaca mobil. Tangannya merayap memutar kunci sementara satu kakinya perlahan menginjak gas. Mobil melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan sekolah Geino yang mulai sepi karena sebentar lagi gerbang ditutup."Omong-omong kamu memang ngomongin apa sampai bisa nangis. Mata kamu bengkak banget. Orang kantor pasti nyangka saya yang bikin mata kamu sembab. Apalagi Nadira."Syaila tergelak. "Ada-ada aja kamu. Ya enggaklah. Emang cuma sedih doang kalo nangis, bahagia juga bisa nangis.""Ya kan itu opini kamu yang menjalaninya. Orang hanya melihat apa yang mereka bisa li

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-14
  • Bucin berujung Sengsara    Saran cemerlang

    "Nanti saya jemput ya pulangnya? Kamu mau nitip apa? Biar nanti kamu bisa sambil makan di mobil."Syaila diam, hanya menatap gulungan awan melalui jendela kantornya. Telepon itu sudah tersambung 20 menit lalu. Dan yang ia lakukan hanya menjawab singkat atas rentetan pertanyaan yang diberikan oleh Batara.Langit sebentar lagi akan menggelap. Saat senja sudah menyelesaikan pekerjaannya. Tapi ia tidak tahu, lebih dulu malam yang menjemput atau hujan yang turun. Karena petir sudah beberapa kali berkilap."Enggak usah. Aku masih ada urusan. Kamu bisa langsung pulang dan istirahat," jawabnya kemudian.Syaila beranjak dari tempat ia berdiri. Duduk kembali di meja kerja. "Oh, yaudah. Kalau ada apa-apa kabari saya, ya?"Wanita itu mengangguk walaupun ia tahu Batara tidak akan melihatnya. Ia hanya ...."Iya. Aku tutup teleponnya, ya?" ucap Syaila."Tunggu."Syaila mendekatkan benda gepeng itu lagi ke dekat telinganya. "Kenapa?""Kamu baik-baik aja kan? Atau saya ada salah sama kamu?" tanya Bat

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-14
  • Bucin berujung Sengsara   Fakta mengejutkan

    "Aku udah mau omongin ini dari lama. Saat kamu mulai dekat sama pak Batara. Mungkin kalau waktu bisa diulang, aku gak akan berpikir sejauh itu untuk bersama Maya."Syaila sudah muak. Ia senang jika pria yang pernah ia cintai itu menyesal akan perbuatannya dulu. Tapi ia tidak senang saat Batara juga menjadi topik pembicaraan Azka.wanita itu sudah berdiri untuk meninggalkan Azka. Namun pria itu menahannya agar Syaila sebentar merelakan waktunya. Seperti yang sudah dibicarakan dua hari lalu, kini Syaila dan Azka mendampingi Geino untuk mengambil rapot ke sekolah. Acaranya sudah selesai sejak 20 menit lalu. Dan pada saat Syaila mengajak Geino pulang, anak itu malah izin untuk pergi ke toilet. Kebetulan jemputan Batara belum datang, akhirnya Azka juga ikut menunggu di bangku panjang taman sekolah Geino. Alih-alih segera pulang karena urusannya sudah selesai."Itu urusan anda. Pada saat saya pergi, itu berarti tidak ada kesempatan apapun untuk anda lagi." Syaila bersuara.Paru-paru Azka m

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21

Bab terbaru

  • Bucin berujung Sengsara   Selesai

    "Akhirnya sahabat jomblo gue dari lahir nikah juga hahaha."Nadira melengos sembari berdecak sebal. Ucapan itu sudah puluhan kali Syaila lontarkan bahkan ketika ia bercerita dirinya menerima lamaran Ferdi. Wanita yang kini tengah hamil tua itu tidak berhenti meledek Nadira. "Lu diem deh kalo gak mau anak lo nanti mirip gue," ujar Nadira yang langsung direspon gelak tawa Ferdi. "Jangan dong sayang, biar anak kita aja nanti yang mirip mamanya."Benar, memang hanya Ferdi yang dapat menaklukkan ke bar-bar-an mulut Nadira, hanya dengan ucapan sederhana barusan perempuan itu sudah tersipu malu. "Najis banget mukanya merah. Dahlah gue mau makan dulu. Selamat ya, gue doain Ferdi diberi kesabaran punya istri kaya lo." Syaila memeluk sahabatnya itu meski sedikit kesusahan karena perutnya yang besar. "Makasih ya, Sya. Lu jaga kesehatan juga. Jagain keponakan gue awas aja kalo kenapa-napa gue geplak pala lo." Nadira memberi peringatan. Keduanya kemudian terkekeh, Ferdi dan Batara yang menya

  • Bucin berujung Sengsara   Karma tidak akan salah berlabuh

    Suara tangis bayi cantik berpipi gembul berhasil membuat panik sang ibu. Bayi berusia lima bulan itu nampaknya kepanasan terus berada di dalam mobil selama perjalanan yang lumayan jauh. Maka, sang ibu dengan sigap mengambil botol susu di dalam kantong stok asi. Mobil berhenti bersamaan dengan tangis bayi perempuan itu yang juga mereda. Terlelap di gendongan sang ibu dengan nyaman. "Kamu mau ikut masuk?" Terlihat pria jangkung yang sedari tadi mengemudikan mobil melongok ke jok belakang, untuk menjawab pertanyaan sang istri, "Kamu duluan aja, aku cari parkir dulu. Di sini panas kasian Kanaya," tuturnya yang diangguki istrinya. Wanita itu kemudian keluar dari mobil, menatap bagunan yang mungkin lebih cocok disebut neraka dunia bagi sebagian orang. Ia menatap putri kecil di dalam gendongannya sebelum ia melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Tatapan sendu seperti seorang ibu yang akan meninggalkan putrinya untuk waktu yang sangat lama. Lantas ia masuk tanpa ragu lagi. Seolah, putri k

  • Bucin berujung Sengsara   Berita Gembira

    Setelah siang itu Batara bercerita tentang keinginannya yang aneh-aneh, satu jam setelahnya Batara mengajak Syaila makan pecel lele di pinggir jalan. Namun sialnya sore itu hujan deras dan mereka berdua berakhir basah kuyup saat mencari makanan itu, niatnya mereka ingin menghabiskan waktu bersama. Syaila berakhir sakit dan itu yang membuat Batara sekarang sangat merasa bersalah. "Maaf ya gara-gara kamu nemenin aku cari pecel lele kamu jadi sakit kaya gini." Batara benar-benar merasa bersalah. Sampai tidak mau menatap istrinya. "Aku cuma masuk angin sayang. Minum obat juga bakal sembuh." Syaila mengusak rambut Batara. "Kamu muntah-muntah tadi. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang? Aku takut kamu kenapa-napa." "Aku gak apa-apa," sanggah Syaila. Ia akui perutnya sekarang memang terasa dikocok. Ia juga tidak nafsu makan sama sekali. Lidahnya terasa pahit dan makanan apapun yang berusaha ia masukkan ke dalam mulutnya selalu mendapat kan penolakan. Ia berkahir muntahan-muntah. Tubuhnya t

  • Bucin berujung Sengsara   Tiba-tiba Kangen

    Tiga bulan sudah berlalu Syaila dan Batara mengarungi bahtera rumah tangga. Seperti kata orang-orang pernikahan tidak ada yang mulus tanpa dibumbui pertengkaran. Syaila sering mengomel seperti istri-istri pada umumnya mana kala Batara lupa menaruh handuk di atas ranjang. Atau perdebatan yang mungkin nampak sepele jika dipikirkan. Tapi beruntung nya Batara adalah orang yang sabar dan lapang mengakui kesalahanannya. Selama tiga bulan hidup dalam atap yang sama Syaila menemukan banyak kejutan dari Batara. Batara yang ternyata begitu manja melebihi anak-anak. Dia bahkan tidak malu menangis jika dirinya tidak sengaja membentak Syaila. Meski begitu, Batara adalah sosok ayah sambung yang baik untuk Geino dan menantu yang berbakti untuk mamanya. Syaila tidak henti-hentinya bersyukur telah dipertemukan dengan pria seperti Batara. "Sayang Geino katanya dikasih tugas buat hewan dari tanah liat. Besok dikumpulnya."Syaila menoleh ke sumber suara, serum wajah yang hendak ia oleskan di wajahnya

  • Bucin berujung Sengsara   Hadeuhhh

    "Tumben kamu jam segini udah bisa diajak jalan? Kerjaan kamu udah selesai?""Udah, aku mau quality time sama suami aku yang ganteng ini."Satu bulan sudah berlalu. Mereka hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Siang disibukkan dengan pekerjaan, dan jika sudah di rumah keduanya sebisa mungkin tidak membawa atau mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Itu sudah menjadi kesepakatan mereka. Sore ini Batara mendapat kabar jika istrinya bisa pulang lebih cepat dan mengajaknya untuk jalan-jalan. Hitung-hitung mengenang masa pendekatan mereka dulu. Batara sih setiap hari memang sibuk, tapi ia lebih santai dari Syaila. Pria itu bisa dengan mudah mengatur jadwalnya berbeda dengan Syaila. Keduanya sudah sampai di sebuah mall ternama di ibu kota. Bergandengan tangan, melihat-lihat store pakaian branded, memilah restoran yang keduanya inginkan. "Mau beli baju?" tawar Batara. Syaila menggeleng. "Baju aku masih banyak yang belum dipake." Baik, Syaila memang berbeda dari kebanyakan perempuan

  • Bucin berujung Sengsara   Pasutri Baru

    Waktu berjalan lebih cepat jika kita berada di antara orang-orang yang kita sayangi. Begitu pun sebaliknya. Tapi Syaila tidak pernah menyangka akan secepat ini. Entah ada kata apalagi yang bisa ia ucapkan selain bahagia. Ratusan orang yang datang ke acara resepsi pernikahan nampak ikut bahagia. Pun dengan mamanya dan Geino yang tersenyum mana kala ia dan Batara akhirnya sah menjadi sepasang suami istri.Dekorasi megah yang ternyata sudah Batara siapkan begitu memesona ditambah undangan tamu yang tidak ada henti-hentinya."Udah aku bilang jangan banyak-banyak ngundang tamu. Ini tangan aku udah mau putus rasanya," bisik Syaila di tengah sibuknya menyambut para tamu yang datang. "Aku cuma undang temen-temen kantor. Itu kolega keluarga-keluargaku. Mana bisa aku batalin." Batara meringis.Keduanya menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain terus tersenyum dan menyambut tamu dengan senyum hangat. Meski rasanya pasangan pengantin baru itu sudah ingin cepat-cepat mere

  • Bucin berujung Sengsara   Cerita kepada bulan yang malu-malu

    Ibu kota malam ini terasa lebih tenang. Cahaya lampu yang terpantul sinar rembulan membiaskan cahaya warna-warni memanjakan mata. Entah, sudah berapa lama Syaila tidak datang ke tempat ini. Semasa kuliah semester awal ia sering datang kemari. Hanya menyaksikan gemelapnya ibu kota atau hanya sekedar menikmati segelas kopi panas.Dulu ia manusia paling naif perihal hubungan timbal-balik antar manusia. Percaya bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan, pun sebaliknya. Tapi Tuhan sepertinya ingin menunjukan hal lain kepadanya, bahwa jangan berharap selain pada-NYA. Tidak butuh bertemu ribuan orang untuk ia membuktikannya. Orang yang ia amat percaya akhirnya mengkhianati kepercayaannya dengan hal yang bahkan tidak pernah ia duga-duga. Pengorbanan yang selama ini ia lakukan terasa sia-sia hanya karena kekurangan yang mungkin dia harapkan ada pada Syaila.Namun beruntung sejak ia akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah karena hamil hingga ia berpisah dengan Azka ia tidak lagi kemari, jik

  • Bucin berujung Sengsara   Menyambutmu kembali

    Seperti halnya hujan, kita tidak bisa mencegah air yang turun itu untuk tidak membuat kita kedinginan. Kita tidak bisa bernegosiasi agar hujan jangan dulu turun sebelum payung kita siap. Begitu pula yang terjadi dengan Syaila dan Batara. Hampir pukul satu malam keduanya sibuk mengasihani dirinya sendiri. Memandang isi gedung yang seharusnya menjadi saksi bisu kisah cinta mereka bersatu. Kini, dekorasi yang sudah dirangkai sedemikian rupa harus terpaksa dilucuti sebab pasangan lain akan menggunakan gedung ini. Seharusnya pagi tadi adalah acara pernikahan keduanya, dan malam ini seharusnya mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Tapi sekali lagi, manusia hanya bisa berencana. "Kamu udah ngantuk belum? Udah malem, kita pulang aja ya?" Tidak bisa dibohongi, jelas Batara juga merasa sedih atas gagalnya pernikahan mereka. Tapi mau dikata apa? Semuanya telah terjadi. Syaila menghela napas panjang. "Rasanya kalau aku bilang ini tidak adil, aku akan dicap sebagai manusia yang gak bersyuku

  • Bucin berujung Sengsara   Boleh ikut menjaga kalian?

    Persidangan pertama dibuka dengan hakim yang menanyakan alasan mengapa Azka tiba-tiba menggugat hak asuh anak padahal sebelumnya mereka sudah sepakat bahwa hak asuh anak diberikan kepada Syaila. Pengacara Azka menjelaskan alasannya. Seperti yang Azka sebelumnya bilang, perihal Syaila yang memiliki kekasih yang trampemental. Ia juga bilang bahwa ia memiliki buktinya. Sebab itu Azka khawatir jika anaknya yang diasuh Syaila akan mendapatkan dampaknya juga. Tidak hanya pihak Azka yang dimintai penjelasan. Syaila juga diberi kesempatan untuk menyanggah. Sama seperti Azka, Syaila menyerahkan semuanya kepada kuasa hukumnya. Kuasa hukum Syaila menceritakan semuanya. Dan perihal apa yang dikatakan Azka hanya sebuah kesalahpahaman. Juga Syaila yang sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan Batara. Sidang berjalan lancar. Azka nampak tidak memiliki argumen lagi setelah kuasa hukum Syaila membeberkan semuanya. Dan tanpa sepengetahuan semua orang yang ada dipersidangan, pria yang memakai topi

DMCA.com Protection Status