Share

2. Penolakan

Penulis: YL
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-03 19:36:47

“Kenapa aku bisa melupakanmu yah?" tanya gadis itu dengan mata kosong memandang ke arah depan.

“Itulah yang aku suka," terang pria itu tanpa berfikir dengan panjang.

Lucy kembali mengerutkan kening, “Apa maksudmu?" tanya Lucy kali ini menoleh ke arah Bian. 

“Kamu tidak tahu? Sejak tabrakan itu aku selalu ... Em ... Mikirkan kamu ." Pria itu menjelaskan dengan penuh artian berupa pernyataan dalam dari pria itu. 

Tiba-tiba saja Lucy tertawa sumbang dan mengejek setelah mendengar pernyataan dari dian. 

“Apa ada yang salah dengan ungkapan ku?" tanya pria itu dengan wajah polos. Ia tak mengerti ketika ditertawakan. Tidak pernah rasanya Bian diperlakukan seperti ini. Bahkan mereka selalu berkata cinta tanpa mengungkapkannya terlebih dahulu, namun kali ini justru lain.

Lucy menggelengkan kepalanya, “Itu wajar. Suka sama seseorang itu wajar, tetapi sepertinya aku tidak pantas untuk disukai."

“Kenapa begitu?" tanya pria itu semakin penasaran terhadap Lucy. 

“Karena aku tidak suka padamu aku lebih suka dengan seseorang," sahut Lucy kemudian. Ia tidak memerdulikan perasaan Lucyn.

“Yah ... Berarti aku kurang beruntung mendapatkan cinta dari kamu. Ya sudah kalau kamu menolak ku," ucap pria itu namun wajahnya sangat nampak sekali jika ia sedih.

“Jadi kamu tidak keberatan?" tanya Lucy kali ini wajahnya mendadak menjadi cerah. 

“Entahlah, tetapi sepertinya aku akan berusaha memilikimu," jelas pria itu langsung saja beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Lucy yang kali ini dilanda oleh raut kebingungan. 

“Dasar pria tidak waras!" makinya sembari memandangi punggung kekar milik Bian, sosok pria yang baru saja dikenalnya.

Sebenarnya mereka pernah bertemu, tapi waktu itu Lucy malah marah-marah dan pergi begitu saja. Bahkan ia tidak memperdulikan luka yang ada di lengannya. Padahal waktu itu Bian ingin segera mengobati Lucy.

Lucy akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar sementara Bian kembali ke ruang tamu.

“Aku akan mendapatkan. Aku yakin itu. Aku tidak akan semudah itu mendapatkan itu Lucy. Ikuti saja permainan ini!" gumamnya penuh dengan seringaian ketika ia kembali ke depan.

“Mana Lucy nya?" tanya kedua orangtua Lucy.

“Katanya dia sangat lelah. Jadi ia akan segera istirahat  tapi kami sudah janji untuk saling memberi kabar satu sama lainnya," ucap pria itu sedikit berbohong. Ia kembali mengambil tempat duduknya. 

“Yang jelas kerjasama ini masih tetap berlanjut bukan?" tanya ibu Bian sudah menyukai Lucy dari sekali pandang saja.

“Tentu saja, aku akan sangat gembira sekali jika nanti biar menjadi menantu kami," ucap Rich begitu bahagia sekali. 

“Yayaya ... Aku pikir anda memang akan setuju terlebih lagi ketika anda harus ingat sekali dengan hutang nya?" tanya Bian  yang berkata namun wajahnya nampak tidak serius. Namun hal itu membuat kedua orang tua Lucy sedikit gelagapan dan salah tingkah.

Rich dan Tery sejenak menutupi hal itu dengan tertawa sumbang ketika keduanya mengingat masih ada hutang yang sangat besar pada Bian serta orang tuanya. 

Tak lama setelah itu, aBian dan keluarganya pun pulang. 

Sementara Lucy kali ini tengah memandangi sebuah potret 2 orang wanita yang tengah mengenakan seragam putih abu-abu.  Aya yang tengah berada di sampingnya nampak sangat cantik sehingga ketika Lucy memandang wanita yang merupakan kakak kelasnya itu tersenyum dengan manisnya.

“Kak Aya, semoga kita selalu bersama. Aku tidak suka dengan pria itu. Aku sukanya kepada Kak Aya, aku cinta Kak Aya," gumam gadis itu sembari meletakkan potret nya di meja nakas  dengan pandangan yang belum ia alihkan dari sana.

Sampai suara ketukan pintu di luar membuat Aya mendengus kesal ketika yang memanggilnya adalah Tery.

“Aya," panggil wanita itu terdengar garang. Tidak ada kelembutan sama sekali.

Dengan Lucy pun membuka pintu , “Ada apa?" tanyanya dengan wajah datar.

Wanita itu langsung saja masuk begitu saja dan duduk terlebih dahulu di pinggiran ranjang.

“Kita perlu bicara," ucapnya benar-benar seperti sosok seorang bos bagi Lucy. Ia bahkan belum pernah yang namanya dapat kasih sayang dari kedua orangtua.

Lucy pun akhirnya duduk dengan wajah tanpa ekspresi.

“Ada apa?" tanya Lucy kali ini  suaranya terdengar agak perlahan.

Bulan depan kamu akan segera menikah dengan Bian," jelas wanita itu membuat indra pendengaran Lucy seolah mendadak hilang. 

Seketika mulutnya kelu untuk bertanya sesuatu kepada Tery yang kali ini beranjak dari tempat duduknya. Sekolah perkataannya itu sangat to the point sekali pun. 

Namun ucapan Lucy begitu berpengaruh dan menghentikan langkah Tery, “Apa maksudmu?  Aku masih menempuh pendidikan saat ini." suara Lucy kedengaran protes. 

Wanita itu membalik arah tubuhnya dan memandang ke arah Lucy dengan tatapan tajam, “Aku tidak mau tahu! Kamu akan segera menikah! Seharusnya kamu lebih berguna untuk kami berdua." keputusan Tery seolah sudah final.

Dengan marah Lucy langsung saja beranjak dari tempat duduknya. Ia pun menolak, "aku tidak mau!"

Hanya dengan perkataan keras dari Lucy membuat Tery langsung saja naik pitan. Apapun keputusan yang dibuat Lucy tanpa persetujuan mereka membuat mereka selalu marah dan memberi kesakitan secara fisik.

Ia berjalan ke arah Lucy dan menarik tangannya dengan kasar sehingga Lucy memekik kesakitan. 

“Hah! Anak tidak tahu diri! Sudah untung kamu tinggal di sini. Setidaknya kamu berbuat sesuatu untuk kami," tajamnya tanpa ampun.

Seketika mimik wajah Lucy memerah, matanya pun berkaca-kaca.

“Aku tidak mau. Aku tidak mau menikah!" tolak nya masih memberontak. Kali ini ia langsung saja menarik tangannya dari cengkraman  sang ibu.

“Tidak tahu di untung kamu ya!" teriak wanita itu ketika Lucy menjauh dari tempatnya.  Seolah Lucy menghindarinya, bahkan Lucy kali ini melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan kamarnya. Kali ini ia akan segera kabur. Namun ketika masih berada di ambang pintu kamar sama Ayah sudah datang  dengan wajah yang lebih seram dari sang ibu. 

“Mau kabur kemana kamu, hah? Jangan berbuat macam-macam! Kamu akan tetap menikah dengan Bian apa pun yang terjadi. Jangan sampai aku berbuat kasar padamu!" ucap pria itu mengancam Lucy lebih dalam lagi.

Lucy langsung saja menggelengkan kepalanya menolak keras.

“Sampai kapan pun aku tidak mau!" ucap Lucy kali ini berani menatap Rich dengan tajam. 

“Berani kamunya! Berani sekali kamu menatapku seperti itu!" seru Rich yang langsung saja murka.

“Memangnya kenapa, hah ...? Apakah selama ini kamu menyayangiku seperti orang tua kepada anaknya?" tanya Lucy tandas. 

Kedua manik Lucy membalas tatapan tajam dari sang Ayah, ia mulai berani mengutarakan hal ini ketika hal tersebut berkaitan dengan hatinya. Bahkan sikap mereka selama ini sudah semakin berada di ambang batas.

“Ayah dan ibu boleh selama ini tidak perduli padaku tidak menyayangiku seperti umumnya orang tua. Tetapi biarkan aku meraih mimpiku sendiri!" tegas Lucy berontak. 

Namun ketika hati mereka seolah sudah menjadi batu, kali ini tangan Rich terangkat tinggi. Hal itu sudah menjadi aba-aba yang sering kali Lucy terima.

Bab terkait

  • Broken Home Or Posesif Man   3. Tersakiti

    Bahkan Lucy sudah bersiap ini ketika tangan kekar itu akan kembali melayangkan sebuah pukulan. Bahkan bagi Lucy hal ini sudah biasa.Pada akhirnya pipi Lucy memerah dan merasakan sebuah nyeri. Ia kali ini tersungkur akibat pukulan yang terlalu keras. Bahkan kamarnya pun terkunci dengan rapat.Kedua orang tuanya kali ini langsung saja pergi meninggalkan Lucy sendirian.“Sebenarnya kenapa aku jadi seperti ini? Kenapa mereka tidak menyayangiku? Apa aku ini bukan anaknya?" tanya Lucy dengan mengusap salah satu pipinya yang sangat kesakitan. Ingatannya kembali mengarah kepada temannya yang selama ini sangat sayang padanya dan selalu melindunginya, yaitu Aya. Setiap masalah yang Lucy terima selalu ingat Aya.'. Jika kamu sedih, ingatlah aku. Aku akan selalu melindungimu Lucy.' bayangan itu terngiang di fikiran Lucy ketika matanya terpejam untuk beberapa waktu.Tanpa terasa ketika ia melihat jam di dinding saat itu waktu sudah sore. Lucy langsun

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Broken Home Or Posesif Man   4. Pacar Ibu

    (Aya Sharma) "Semoga Suichi cepat sembuh," gumamnya mengingat bagaimana sahabatnya yang kecelakaan karena dirinya. Aksi kejaran bersama preman pemabuk itu nyatanya berujung maut. Gadis berseragam putih abu yang kini sudah kotor itu melambatkan langkah kakinya ketika melihat mobil mewah perparkir di depan rumah kedua orang Tuanya.“Pasti pacar ibu lagi." Aya berdecak dengan mata memutar malas.Dengan santai Aya menuju ke pintu yang terbuka dengan lebar.Suara cekikikan manja bisa ia dengar, "makasih ya mas ini bagus sekali. Seorang wanita cantik memegangi liontin kalung di lehernya.“Mas? Huwek ... aku ingin muntah," batin Aya menutup mulutnya dengan jijik ketika pria yang bersama dengan ibunya itu lebih muda.“Sama-sama sayang."Aya mendecih pelan membuat pandangan mereka mengarah kepada siapa yang datang. Dengan wajah datar tanpa menyapa, Aya berjalan melewati mereka. Aya pura-pura tidak melihat dan mengangg

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Broken Home Or Posesif Man   6. Perhatian ART

    Setelah mengaambil benda untuk meredakan panas yang diderita Aya saat ini, Mbok Sumi segera kembali ke kamar sang Nona untuk diobatinya. Tak lupa juga ia bawakan obat penurun panas.Namun langkahnya dicegah oleh matian, “Buat apa itu? Siapa yang sakit?" tanya wanita itu memandangi mangkuk kecil berisi kain dibawa oleh pembantunya.“Non Aya, Nyonya. Beliau badannya panas," jelas wanita itu dengan raut khawatir. Kekhawatirannya lebih mencerminkan jika Mbok Sumi yang merupakan seorang ibu disini.“Oh ... " Marian justru hanya ber oh ria saja. Ia lebih memperdulikan dengan bingkisan di tangannya dan mendahului langkah Mbok Sumi.Mbok Sumi membuka mulutnya. Ia fikir setelah mengatakan jika Aya sakit maka Marian akan khawatir juga, tetapi ia salah kaprah.Mbok Sumi hanya bisa berkata di dalam hati, "kasihan non Aya. Sakit saja Nyonya tidak khawatir. Apa karena non Aya bukan anak kandung Nyonya. Tapi setidaknya luangkan lah waktu untuk putrinya. Sedikit saja. Bukan hanya mel

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Broken Home Or Posesif Man   7. Semangat Untuk Merokok Di Kantin

    Keesokan harinya, Aya nampaknya sudah merasa lebih baik. Mbok Sumi seperti biasa sudah membukakan gorden jendela kamarnya sehingga mentari pagi membuat Aya merasa kurang nyaman dalam mimpinya.Aya pun terpaksa membuka matanya.“Maaf non ... soalnya ini sudah siang. Meskipun non sedang sakit tetapi tidak baik kalau tidak terkena cahaya matahari pagi," terang wanita itu alakadarnya.Aya beringsut duduk, “Aku sudah merasa baikan kok, Mbok. Kayaknya udah nggak pusing lagi. Aku mau berangkat sekolah hari ini," terang Aya agak semangat.Bukan semangat belajar, Aya lebih suka nongkrong di belakang kantin sembari membuang banyak puntung rokok dengan beberapa teman pria.“Saya akan menyiapkan seragamnya, Non. Kemarin saya sudah ijinkan kalau non Aya tidak hadir," jelas wanita itu.“Makasih, Mbok. Nggak diijinin juga gak papa. Udah gak ada pelajaran lagi. Sekarang tinggal nunggu kelulusan saja," terang Aya.“Owh begitu to."“Ya sudah ... Aku mau mandi." Aya langs

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Broken Home Or Posesif Man   8. Broken Home 2

    Tanpa menjawab pertanyaan panik dari Aya, Lusi langsung saja memeluk Aya dengan eratnya. Luka pedihnya seketika hengkang ketika Aya datang.“Mereka jahat sekali padaku. Aku tidak diperbolehkan untuk sekolah lagi," jelas wanita itu dengan suara parau.Aya bisa merasakan jika bahu wanita itu bergetar dengan tangisannya yang luruh.Diusapnya rambut Lusi dengan lembut. Ia merasa trenyuh dengan keadaan wanita yang umurnya setahun lebih muda ketimbang dirinya.Setelah agak tenang, Aya berkata, "kalau begitu kamu turuti saja apa kemauan mereka. Daripada kamu dipukuli seperti ini," ucap sharna dengan lirih. Ia tidak tega Lusi dipukuli seperti ini. Sudah sejak dulu, tetapi Lusi tetap memaksakan diri untuk sekolah.Aya kini melepas pelukan dari Lusi.Hiks ... hiks ... hiks ...Tangisan Lusi semakin menjadi. Jujur saja Aya bingung dengan tangisan dari adik kelasnya itu. Ia segera mengusap air mata Lusi.“Kamu tenang dulu ya. Aku akan mengobati lukamu," ucap Aya se

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Broken Home Or Posesif Man   9. Jeruk Makan Jeruk

    Glek...“Jeruk makan jeruk dong," batin Aya dengan mata membola lebar karena terkejut.“Aku mencintai Kakak karena cuman Kak Aya yang selama ini perduli padaku. Tidak ada orang yang mau menyayangiku," lanjut gadis itu menundukkan kepalanya tidak berani menatap wanita yang selalu melindunginya.“Aku sayang sama kamu seperti adikku. Anggap saja kamu adalah adikku." Aya menjawab ujaran hati seorang Lusi.“Tidak Kak. Kakak salah, aku mencintai Kakak lebih. Seperti cinta seorang suami kepada istrinya begitu juga sebaliknya. Aku ingin selalu bersama dengan Kak Aya." Wanita itu masih mengungkapkan perasaannya.Aya bisa menangkap fikiran dari temannya itu. Teman wanita yang mencintai Aya.Aya menggelengkan kepalanya, “Jangan begitu. Kita harus ingat bentuk dan wujud kita," terang Aya mencoba untuk membuat wanita itu mengerti.Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan keras, “Jika Kak Aya tidak bisa membalas cintaku, lalu apa gunanya aku hidup. Ti

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Broken Home Or Posesif Man   10. 17 Tahun

    “Aku sudah dewasa. 17 tahun loh. Kalian harus ingat itu! Sebentar lagi aku ulang tahun," seloroh Aya. Ia mengerucutkan bibirnya ketika mendadak jadi malas. Ia pun kembali duduk dengan sedikit mengerti dengan apa yang dimaksud mereka. Tentu ia tidak bodoh dalam menerka tontonan apa yang sedang mereka pandang itu.Kini Aya tidak lagi penasaran. Ia lebih memilih bermain kartu dengan ketiga pria lainnya. Sampai tepat selesai bermain, suara orang datang membuat mereka menoleh.Sementara Aya justru sudah ada agak jauh dari para teman lelakinya sembari memejamkan mata dengan menikmati isapan demi isapan.“Eh … Suichi? Dimana dia? Biasanya dia selalu bareng kamu. Lengkat kaya perangko?” tanya Gerald ketika ingat dengan Suichi yang tidak menampakan batang hidungnya.“Haha … kali aja dia lagi di perpus. Dia sangat rajin sekali,” celetuk yang lain.Aya menghela nafas dengan panjang ketika mengingat keadaan temannya sekarang,

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Broken Home Or Posesif Man   11. Perhatian Lebih Dari Teman

    Dengan khawatir Lusi berbisik, "Kak Aya terluka."Lusi menunjuk luka itu sehingga sang empunya memandang bawah pundak yang berdarah. Bahkan darah itu menempel pada seragam putih yang ia kenakan.Melihat luka itu, Aya meringis. Ia menyadari rasa nyeri itu ketika Lusi memberitahukan lukanya.Lusi langsung saja menaikan roknya dan mengeluarkan benda tajam yang tadi ia bawa. Hal yang membuat Aya terkejut adalah ketika Lusi merobek rok seragam sekolahnya.“Lusi apa yang kamu lakukan?" tanya Aya langsung saja menghentikan tangan Lusi.Namun Lusi segera menepisnya, “Luka Kakak bisa infeksi.” Gadis itu menjawab sembari menyelesaikan sobekan pada seragamnya. Kemudian mengarahkannya ke luka Aya. Namun sebelumnya ia membersihkan cairan merah dengan tisu terlebih dahulu.Setelah selesai, pakaian Lusi saat ini sudah tidak utuh lagi seperti yang tadi. Aya yang melihatnya menjadi kurang enak. Ia langsung saja membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11

Bab terbaru

  • Broken Home Or Posesif Man   20. Amplop Tanda Lulus

    “Aw …”ringisnya pada kakinya yang terkilir saat jatuh dengan tak mengenakan.“Rasain tuh. Itu buat si gatal kaya kamu.” Para wanita justru mengejek Aya tanpa menolongnya.Saat itu Suichi berlari ke arah Aya dengan berusaha untuk menolongnya. Namun langkahnya dihalangi oleh para gadis yang menyiapkan spidol warna-warni untuk meminta tanda tangan dari pria tampan idolanya. Lebih tepatnya setelah membaca surat dinyatakan lulus dari masing-masing siswa.Aya berusaha berdiri sendiri ketika semua orang sibuk dengan kesenangan dan kebahagiaan masing-masing. Namun kakinya yang sakit membuat ia harus memijat kakinya sendiri.Saat itu Gerald datang dan membantu Aya memijat kakinya.“Aku bisa sendiri,” tolak Aya ketika Gerald ikut memijat kakinya.Namun pria itu berikeras hingga membuat kaki Aya lebih baik. Gerald pun membantu Aya berdiri hingga mendapatkan sebuah ucapan terimakasi dari Aya.“Aku ingin li

  • Broken Home Or Posesif Man   19. Kelulusan Yang Miris

    “Wanita sialan!” serunya melayangkan balasan.Namun dengan lihainya Aya bisa menghindar. Rupanya hal itu akan menjadi tontonan yang sangat menarik ketika semua orang di sekitaran situ langsung berkumpul.Namun keinginan Brian untuk membalas tak terlaksana dan segera berakhir ketika suara yang keras berasal dari aula pertanda jika seluruh murid kelas 12 harus segera berkumpul.Saat itu Suichi keluar bersama dengan Bapak Wali Kelas dan mengambil posisi berbaris di tempat paling belakang.Sementara Aya sudah berlari mendahului Brian barusan juga nampaknya sudah berbaris di tempat paling belakang. Suichi pun bisa bercakap dengan Aya.Biasanya Aya akan sering penasaran dengan hal yang dilakukan oleh Suichi. Namun kali ini tidak. Bahkan memandang Suichi pun juga tidak. Suichi hanya mengendikan bahunya ketika matanya lebih terfokus kepada Pak Kepala Sekolah yang akan menyampaikan informasinya. Ia meang sempat melihat wajah muram pada Aya. Lebih muram

  • Broken Home Or Posesif Man   18. Terbongkar

    "Hahaha.. aku sekarang tahu! Rupanya kamu seorang anak dari brondong!" ejek pria itu dengan suara keras.Aya langsung saja gelagapan ketika Brian berkata dan seolah ingin membuat orang lain mendengar hal itu."Mulut kamu itu bisa dijaga gak!" Aya seolah berkata dengan sedikit mengancam. Tangannya sudah terkepal saat ini."Memangnya kenapa? Semua orang di sini juga tahu lagi. Bagaimana sosok seorang ibu dari Aya si urid badung. Seseorang yang merokok dan gadis yang nakal. Pantas saja anaknya nakal seperti ini, ibunya saja seorang tante girang. kamu itu tidak cocok untuk sekolah di sini,” tandas pria itu.Rahang Aya mengetat, kemudian tangannya menggenggam roknya dengan erat. Ia sudah sangat marah saat ini. Namun seberusaha mungkin ia mencoba menahan rasa marahnya.Hal yang membuat Aya semakin marah lagi adalah beberapa gerombolan wanita mendekat ke arahnya."Untung saja aku tidak terlalu dekat dengan dia. yang ada nanti kita Jadi ketularan,"

  • Broken Home Or Posesif Man   17. Kelulusan

    "Mana mungkin tentunya aku sehat seperti biasanya." Gadis itu nampaknya mengelak dengan enteng. ia langsung saja menandaskan minuman coklat hangat di tangannya.Suichi memandangi Aya yang nampak seperti biasa. Seperti orang sehat, namun bibir pucatnya membuat Suichi tidak terlalu yakin. Pandangan Pria itu kini beralih pada ponselnya yang tergeletak di meja, Lebih tepatnya di antara keduanya duduk."Sebaiknya kita segera bersiap menuju ke sekolah!" ucap pria itu sembari beranjak dari tempat duduknya."Tapi aku belum ada seragam.Sseragamku di mana?" tanya gadis itu mengingat seragamnya yang mungkin saja sudah tak terbentuk lagi."Seragammu sudah aku buang!"celetuk pria itu dengan santainya. Setelah itu ia langsung saja berjalan meninggalkan Aya.Aya langsung berteriak, "apa!"Suara yang keras itu membuat telinga Suichi serasa sakit. Namun setelahnya, Suichi langsung saja tertawa dengan lebar."Hahaha ... begitu saja pakai acar

  • Broken Home Or Posesif Man   16. Tuduhan Geli

    “. Akhh … “Tiba-tiba saja Aya langsung berteriak membangunkan Suichi yang masih bermimpi indah. Ia menyadari pakaian yang sudah berganti itu dan membayangkan hal yang memalukan bagi Aya.Jantungnya berdebar debar dan langsung saja mendudukan diri di samping Aya. Dia itu memandang Aya dengan wajah pucat pasi efek terkejut. Untuk tidak punya riwayat penyakit jantung."Eh! Nggak tahu orang masih tidur apa?" kesal pria itu menatap Aya dengan tajam.Aya memajukan bibirnya, "Siapa yang sudah mengganti pakaian ku? Kamu ya? Dasar ya kurang ajar! Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan!" tuduh wanita itu berteriak kalap kepada Suichi.Bantal yang baru saja ia gunakan untuk menyanggah keplanya ketika tidur langsung saja dilayangkan ke tubuh Suichi. Aya langsung memukul Suichi dengan brutal.Sementara Suichi hanya terkekeh kali ini sembari mengelak pukulan-pukulan dari Aya. Pria itu pun akhirnya turun ranjang dan menjauhi Aya yang sangat murka

  • Broken Home Or Posesif Man   15. Pelukan Sang Sahabat

    Suichi mengerang kesakitan ketika bumbunya tertabrak benda keras. Terlebih lagi ia harus menahan tubuh Aya dipelukannya. Tetapi pria itu berusaha untuk menahan rasa sakitnya dan langsung saja duduk. Dipandanginya Aya yang menangis dengan keras di hadapannya. Jadi itu kali ini nampak sangat rapuh sekali.Sementara kedua pasangan kekasih di dalam sana sepertinya tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Mereka sama sekali tidak penasaran dan mungkin saja melanjutkan aktivitas mereka.Gadis yang ada di hadapannya ini masih saja menangis sehingga Suichi langsung saja menarik tubuh gadis yang ukurannya lebih kecil. Gadis itu nampak sangat rapuh berbeda dengan seperti biasanya. Ia selalu terlihat baik-baik saja di depan teman-temannya, bahkan selalu menyelesaikan masalah teman-temannya yang memiliki latar belakang keluarga yang sama. Tetapi mereka tidak ada yang tahu bagaimana kesedihan Aya sebenarnya, dan bagaimana hubungan keluarga Aya."Tenanglah!" lirih Suichi mem

  • Broken Home Or Posesif Man   14. Tante Girang

    "Harusnya aku yang bertanya? Kenapa kamu mau berpacaran dengan Tante Girang ini?" tanya gadis itu tandas.Marian langsung saja beranjak dari tempat duduknya memandang putrinya dengan geram sekaligus murka.Plak ...Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Aya.Ayah memegangi pipinya yang kali ini memerah akibat sebuah kemarahan yang diberikan oleh Marian.Bukannya dia marah atau kesakitan, justru Aya kali ini menyeringai dengan lebar. Ia sedikit terkekeh dengan aksi ibunya yang marah."Anak tidak tahu diuntung! Bisa sopan dikit sama orang tua tidak? Aku ini ibumu!" kemarahan wanita itu meledak-ledak. Rahang nya mengetat tatkala Aya mengatai hal itu kepada Mariana.Pria itu kali ini mengerti siapa Aya sebenarnya. Ia nampak menyeringai setelah mengetahui hal itu."Mau maunya ya kamu sama ibu aku? Nggak nyangka ternyata pemuda seperti kamu doyan juga sama orang wanita tua," celetuk gadis itu mengatai seorang pria yang bersama dengan ibunya.

  • Broken Home Or Posesif Man   Cemburu Tanda Cinta

    "Aku ingin pulang." gadis itu berkata dengan nada ketus.Sehingga membuat keduanya saling pandang satu sama lain."Ada apa dengan gadis itu?" tanya Suichi ketika kali ini Aya sudah menghentikan aktivitasnya. Suichi pun kembali duduk dengan benar ketika tadi agak miring.Aya mengendikan bahu, "Mungkin saja cemburu," celetuk gadis itu dengan benar.Pria itu pun terkekeh, "Ada-ada saja kamu ini. Mana mungkin dia naksir sama aku?" katanya pria itu kali ini justru begitu percaya diri.Mendengar hal itu Aya pun terkekeh geli dengan perkataan Suichi.Suichi memandang Aya dengan pandangan aneh, "Memangnya kenapa? Bukankah itu wajar kalau dia mungkin saja cinta padaku. Aku ini memang pria yang tampan." Suichi berseloroh masih dengan keadaan percaya diri meski kali ini Aya sudah tertawa menertawakan Suichi.Pria itu memang tidak tahu apa-apa, tentunya tidak tahu dengan percintaan Lucy yang sebenarnya tidak masuk akal.***Beberapa hari kemudian nam

  • Broken Home Or Posesif Man   12. Ancamam Malapetaka

    “Kamu mau apa Lucy?" tanya Aya wajahnya terlihat waspada.Lucy nampak menyeringai dengan lebar sembari memandang cutter itu. Kemudian ia memandang ke arah Aya yang wajahnya pucat pasi. Aya sangat ketakutan saat ini.“Tenang saja Kak Aya. aku tidak akan melukai Kakak. mana tega aku melukai orang yang aku cintai. jika Kakak menolak cintaku maka apa gunanya aku hidup. sebaiknya aku pergi saja. karena tidak akan ada orang yang menyayangiku selain Kak Aya. jika aku tidak bisa bersama dengan Kakak maka aku akan pergi dari dunia ini." nada yang diucapkan Lucy merupakan sebuah hal yang mengancam.Cutter yang ada di tangannya langsung saja ia letakkan di pergelangan tangannya.Aya berjalan mendekat berusaha untuk menenangkan guci.tetapi justru Lucy menjauh sembari menatap Aya dengan pandangan nyalang.“Aku sungguh-sungguh Kak, aku akan pergi. aku harap Kak Aya akan menerima kepergian ku. atau mungkin justru kaya malah Kakak akan suka jika aku pergi. karena Kakak bersama Bersam

DMCA.com Protection Status