Home / Romansa / Broken Home Or Posesif Man / 7. Semangat Untuk Merokok Di Kantin

Share

7. Semangat Untuk Merokok Di Kantin

Author: YL
last update Last Updated: 2021-09-03 19:43:00

 Keesokan harinya, Aya nampaknya sudah merasa lebih baik. Mbok Sumi seperti biasa sudah membukakan gorden jendela kamarnya sehingga mentari pagi membuat Aya merasa kurang nyaman dalam mimpinya.

Aya pun terpaksa membuka matanya.

“Maaf non ... soalnya ini sudah siang. Meskipun non sedang sakit tetapi tidak baik kalau tidak terkena cahaya matahari pagi," terang wanita itu alakadarnya.

Aya beringsut duduk, “Aku sudah merasa baikan kok, Mbok. Kayaknya udah nggak pusing lagi. Aku mau berangkat sekolah hari ini," terang Aya agak semangat.

Bukan semangat belajar, Aya lebih suka nongkrong di belakang kantin sembari membuang banyak puntung rokok dengan beberapa teman pria.

“Saya akan menyiapkan seragamnya, Non. Kemarin saya sudah ijinkan kalau non Aya tidak hadir," jelas wanita itu.

“Makasih, Mbok. Nggak diijinin juga gak papa. Udah gak ada pelajaran lagi. Sekarang tinggal nunggu kelulusan saja," terang Aya.

“Owh begitu to."

“Ya sudah ... Aku mau mandi." Aya langsung saja turun. Kaki jenjangnya memijak lantai yang seketika dingin. Ia memang agak alergi dengan dingin sehingga gara-gara terlalu lama mandi ia menjadi sakit.

Ia segera menunju ke kamar mandi untuk berangkat sekolah.

Setelah siap dengan seragamnya, tak lupa meraih tasnya yang masih kosong seperti kemarin tanpa terisi satu bukupun. Aya turun dengan pakaian yang tidak rapi. Dasi diikat asal dengan kemeja putih tanpa dimasukan. 

Ia turun dan berjalan menuju ke meja makan. Seperti biasa nampaknya meja makan selalu saja sepi tanpa ada yang percakapan. Sekalinya ada mungkin berupa pertengkaran. Hanya dengan sendok yang beradu dengan piring satu sama lain.

Aya menarik kursi. Namun bunyi itu tak membuat kedua orang Tuanya menoleh. Mereka terus acuh.

Dengan acuh pula, Aya mengambil roti tawar yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangganya.

Suara panggilan masuk dari ponsel milik Marian.

Aya sejenak menghentikan kunyahan pada roti tawar diolesi selai nanasnya. Ia ingin mendengarkan ucapan dari Marian yang keluar di bibirnya untuk menjawab telepon. 

“Halo sayang, baiklah aku  kan segera keluar." wanita itu berselorih dengan gembiranya.

Aya sampai heran kenapa  En tidak marah akan Marian yang berpacaran. Bahkan entah apa saja yang sudah Marian lakukan pada pacarnya,  yang jelas pacar Marian adalah orang-orang kaya. Marian punya uang yang didapat adalah dari berpacaran dengan para pria kaya. Sedangkan En mendapatkan uang dari bermain judi.

Benar-benar bukan seperti pasangan suami istri pada umumnya. Mereka berdua seperti orang asing yang hidup berdampingan. Uang mencari sendiri, kebutuhan pun mereka berdua mengeluarkan uang berupa patungan.

Jika uang bulanan milik Aya selalu didapat dari sang ayah. Justru tanpa sepengetahuan Aya, uang itu adalah pemberian dari kakeknya.

Tanpa berkata apa-apa pada orang di meja makan, bahkan menganggap kedua orang itu patung, Marian langsung saja pergi. Sementara mulutnya berceloteh ria kepada pria yang akan menjadi umpan untuk mendapatkan uang.

“Ini uang bulananmu. Simpan saja di rekening!" tiba-tiba saja pria yang tengah ada di sampingnya itu memberikan segepok uang merah kepada Aya. Kemudian dengan wajah datar ia pergi meninggalkan Aya begitu saja.

Aya hanya memandangi uang satu ikat lembaran kertas itu dengan pandangan malas. Hanya ayahnya memang yang suka memberikan uang. Berbeda dengan ibunya yang tidak pernah memberikan apa-apa kepada Aya.

Dengan mengedikkan bahu tak perduli, Aya meraih uang itu dan menyimpannya ke dalam tas. Dengan kilat disambarnya susu yang masih hangat. Aya meneguknya hingga tandas.

Nampaknya kedua orang Tuanya sudah pergi masing-masing kini tinggal Aya sendiri yang memutuskan untuk meraih sepeda ontel.

Nampaknya Aya malas untuk ke sekolah, ia lebih memilih untuk menuju ke tempat salah seorang teman.

Ia segera memarkirkan sepedanya dan memandang seorang pria yang keluar dari rumah.

“Lusi ada?" tanya Aya.

“Anak itu ..." desisnya dengan malas.

“Dia ada di dalam," lanjutnya dengan enteng.

Tanpa basa-basi kepada Aya, pria itu langsung saja membawa mobilnya pergi.

Nampaknya Aya juga mengendikan bakunya tak perduli. Ia melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar Lusi.

Rumah itu selalu sepi, seperti di rumahnya. Bahkan kedua orang Tuanya sering pergi. Kisahnya hampir mirip dengan Aya, tetapi bedanya jika Aya  tidak pernah disakiti secara fisik. 

Teman-teman seperti inilah yang sebenarnya dekat dengan Aya. Salah satunya seorang perempuan yang bernama Lusi. Jika teman merokoknya rata-rata pria dan mempunyai masalah yang serupa, meski ada perbedaan.

Aya mengetuk pintu kamar sembari memanggil Lusi. Namun tidak ada jawaban dari dalam.

Tiba-tiba saja tak dengar suara isakan dari kamar Lusi. Tanpa seijin dari pemilik kamar tersebut, Aya langsung saja menerobos masuk.

“Hiks ... Kak Aya," lirih Lusi terjerembab di pojokan kamar. Aya memandang nanar pada luka biru di tangan mungil Lusi.

Ia nampak tengah memakai pakaian pendek sehingga bekas cambukan itu terlihat jelas.

Dengan cepat Aya langsung saja menghampiri Lusi. Kemudian ia membantu Lusi untuk berdiri dan duduk di ranjang.

“Apa ayahmu memukulmu lagi?" tanya Aya tiba-tiba ia ikut mengeluarkan bulir bening dari matanya. Kemudian Aya menghapusnya dengan kasar.

Related chapters

  • Broken Home Or Posesif Man   8. Broken Home 2

    Tanpa menjawab pertanyaan panik dari Aya, Lusi langsung saja memeluk Aya dengan eratnya. Luka pedihnya seketika hengkang ketika Aya datang.“Mereka jahat sekali padaku. Aku tidak diperbolehkan untuk sekolah lagi," jelas wanita itu dengan suara parau.Aya bisa merasakan jika bahu wanita itu bergetar dengan tangisannya yang luruh.Diusapnya rambut Lusi dengan lembut. Ia merasa trenyuh dengan keadaan wanita yang umurnya setahun lebih muda ketimbang dirinya.Setelah agak tenang, Aya berkata, "kalau begitu kamu turuti saja apa kemauan mereka. Daripada kamu dipukuli seperti ini," ucap sharna dengan lirih. Ia tidak tega Lusi dipukuli seperti ini. Sudah sejak dulu, tetapi Lusi tetap memaksakan diri untuk sekolah.Aya kini melepas pelukan dari Lusi.Hiks ... hiks ... hiks ...Tangisan Lusi semakin menjadi. Jujur saja Aya bingung dengan tangisan dari adik kelasnya itu. Ia segera mengusap air mata Lusi.“Kamu tenang dulu ya. Aku akan mengobati lukamu," ucap Aya se

    Last Updated : 2021-09-03
  • Broken Home Or Posesif Man   9. Jeruk Makan Jeruk

    Glek...“Jeruk makan jeruk dong," batin Aya dengan mata membola lebar karena terkejut.“Aku mencintai Kakak karena cuman Kak Aya yang selama ini perduli padaku. Tidak ada orang yang mau menyayangiku," lanjut gadis itu menundukkan kepalanya tidak berani menatap wanita yang selalu melindunginya.“Aku sayang sama kamu seperti adikku. Anggap saja kamu adalah adikku." Aya menjawab ujaran hati seorang Lusi.“Tidak Kak. Kakak salah, aku mencintai Kakak lebih. Seperti cinta seorang suami kepada istrinya begitu juga sebaliknya. Aku ingin selalu bersama dengan Kak Aya." Wanita itu masih mengungkapkan perasaannya.Aya bisa menangkap fikiran dari temannya itu. Teman wanita yang mencintai Aya.Aya menggelengkan kepalanya, “Jangan begitu. Kita harus ingat bentuk dan wujud kita," terang Aya mencoba untuk membuat wanita itu mengerti.Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan keras, “Jika Kak Aya tidak bisa membalas cintaku, lalu apa gunanya aku hidup. Ti

    Last Updated : 2021-09-11
  • Broken Home Or Posesif Man   10. 17 Tahun

    “Aku sudah dewasa. 17 tahun loh. Kalian harus ingat itu! Sebentar lagi aku ulang tahun," seloroh Aya. Ia mengerucutkan bibirnya ketika mendadak jadi malas. Ia pun kembali duduk dengan sedikit mengerti dengan apa yang dimaksud mereka. Tentu ia tidak bodoh dalam menerka tontonan apa yang sedang mereka pandang itu.Kini Aya tidak lagi penasaran. Ia lebih memilih bermain kartu dengan ketiga pria lainnya. Sampai tepat selesai bermain, suara orang datang membuat mereka menoleh.Sementara Aya justru sudah ada agak jauh dari para teman lelakinya sembari memejamkan mata dengan menikmati isapan demi isapan.“Eh … Suichi? Dimana dia? Biasanya dia selalu bareng kamu. Lengkat kaya perangko?” tanya Gerald ketika ingat dengan Suichi yang tidak menampakan batang hidungnya.“Haha … kali aja dia lagi di perpus. Dia sangat rajin sekali,” celetuk yang lain.Aya menghela nafas dengan panjang ketika mengingat keadaan temannya sekarang,

    Last Updated : 2021-09-11
  • Broken Home Or Posesif Man   11. Perhatian Lebih Dari Teman

    Dengan khawatir Lusi berbisik, "Kak Aya terluka."Lusi menunjuk luka itu sehingga sang empunya memandang bawah pundak yang berdarah. Bahkan darah itu menempel pada seragam putih yang ia kenakan.Melihat luka itu, Aya meringis. Ia menyadari rasa nyeri itu ketika Lusi memberitahukan lukanya.Lusi langsung saja menaikan roknya dan mengeluarkan benda tajam yang tadi ia bawa. Hal yang membuat Aya terkejut adalah ketika Lusi merobek rok seragam sekolahnya.“Lusi apa yang kamu lakukan?" tanya Aya langsung saja menghentikan tangan Lusi.Namun Lusi segera menepisnya, “Luka Kakak bisa infeksi.” Gadis itu menjawab sembari menyelesaikan sobekan pada seragamnya. Kemudian mengarahkannya ke luka Aya. Namun sebelumnya ia membersihkan cairan merah dengan tisu terlebih dahulu.Setelah selesai, pakaian Lusi saat ini sudah tidak utuh lagi seperti yang tadi. Aya yang melihatnya menjadi kurang enak. Ia langsung saja membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu

    Last Updated : 2021-09-11
  • Broken Home Or Posesif Man   12. Ancamam Malapetaka

    “Kamu mau apa Lucy?" tanya Aya wajahnya terlihat waspada.Lucy nampak menyeringai dengan lebar sembari memandang cutter itu. Kemudian ia memandang ke arah Aya yang wajahnya pucat pasi. Aya sangat ketakutan saat ini.“Tenang saja Kak Aya. aku tidak akan melukai Kakak. mana tega aku melukai orang yang aku cintai. jika Kakak menolak cintaku maka apa gunanya aku hidup. sebaiknya aku pergi saja. karena tidak akan ada orang yang menyayangiku selain Kak Aya. jika aku tidak bisa bersama dengan Kakak maka aku akan pergi dari dunia ini." nada yang diucapkan Lucy merupakan sebuah hal yang mengancam.Cutter yang ada di tangannya langsung saja ia letakkan di pergelangan tangannya.Aya berjalan mendekat berusaha untuk menenangkan guci.tetapi justru Lucy menjauh sembari menatap Aya dengan pandangan nyalang.“Aku sungguh-sungguh Kak, aku akan pergi. aku harap Kak Aya akan menerima kepergian ku. atau mungkin justru kaya malah Kakak akan suka jika aku pergi. karena Kakak bersama Bersam

    Last Updated : 2021-09-13
  • Broken Home Or Posesif Man   Cemburu Tanda Cinta

    "Aku ingin pulang." gadis itu berkata dengan nada ketus.Sehingga membuat keduanya saling pandang satu sama lain."Ada apa dengan gadis itu?" tanya Suichi ketika kali ini Aya sudah menghentikan aktivitasnya. Suichi pun kembali duduk dengan benar ketika tadi agak miring.Aya mengendikan bahu, "Mungkin saja cemburu," celetuk gadis itu dengan benar.Pria itu pun terkekeh, "Ada-ada saja kamu ini. Mana mungkin dia naksir sama aku?" katanya pria itu kali ini justru begitu percaya diri.Mendengar hal itu Aya pun terkekeh geli dengan perkataan Suichi.Suichi memandang Aya dengan pandangan aneh, "Memangnya kenapa? Bukankah itu wajar kalau dia mungkin saja cinta padaku. Aku ini memang pria yang tampan." Suichi berseloroh masih dengan keadaan percaya diri meski kali ini Aya sudah tertawa menertawakan Suichi.Pria itu memang tidak tahu apa-apa, tentunya tidak tahu dengan percintaan Lucy yang sebenarnya tidak masuk akal.***Beberapa hari kemudian nam

    Last Updated : 2021-09-13
  • Broken Home Or Posesif Man   14. Tante Girang

    "Harusnya aku yang bertanya? Kenapa kamu mau berpacaran dengan Tante Girang ini?" tanya gadis itu tandas.Marian langsung saja beranjak dari tempat duduknya memandang putrinya dengan geram sekaligus murka.Plak ...Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Aya.Ayah memegangi pipinya yang kali ini memerah akibat sebuah kemarahan yang diberikan oleh Marian.Bukannya dia marah atau kesakitan, justru Aya kali ini menyeringai dengan lebar. Ia sedikit terkekeh dengan aksi ibunya yang marah."Anak tidak tahu diuntung! Bisa sopan dikit sama orang tua tidak? Aku ini ibumu!" kemarahan wanita itu meledak-ledak. Rahang nya mengetat tatkala Aya mengatai hal itu kepada Mariana.Pria itu kali ini mengerti siapa Aya sebenarnya. Ia nampak menyeringai setelah mengetahui hal itu."Mau maunya ya kamu sama ibu aku? Nggak nyangka ternyata pemuda seperti kamu doyan juga sama orang wanita tua," celetuk gadis itu mengatai seorang pria yang bersama dengan ibunya.

    Last Updated : 2021-09-13
  • Broken Home Or Posesif Man   15. Pelukan Sang Sahabat

    Suichi mengerang kesakitan ketika bumbunya tertabrak benda keras. Terlebih lagi ia harus menahan tubuh Aya dipelukannya. Tetapi pria itu berusaha untuk menahan rasa sakitnya dan langsung saja duduk. Dipandanginya Aya yang menangis dengan keras di hadapannya. Jadi itu kali ini nampak sangat rapuh sekali.Sementara kedua pasangan kekasih di dalam sana sepertinya tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Mereka sama sekali tidak penasaran dan mungkin saja melanjutkan aktivitas mereka.Gadis yang ada di hadapannya ini masih saja menangis sehingga Suichi langsung saja menarik tubuh gadis yang ukurannya lebih kecil. Gadis itu nampak sangat rapuh berbeda dengan seperti biasanya. Ia selalu terlihat baik-baik saja di depan teman-temannya, bahkan selalu menyelesaikan masalah teman-temannya yang memiliki latar belakang keluarga yang sama. Tetapi mereka tidak ada yang tahu bagaimana kesedihan Aya sebenarnya, dan bagaimana hubungan keluarga Aya."Tenanglah!" lirih Suichi mem

    Last Updated : 2021-09-13

Latest chapter

  • Broken Home Or Posesif Man   20. Amplop Tanda Lulus

    “Aw …”ringisnya pada kakinya yang terkilir saat jatuh dengan tak mengenakan.“Rasain tuh. Itu buat si gatal kaya kamu.” Para wanita justru mengejek Aya tanpa menolongnya.Saat itu Suichi berlari ke arah Aya dengan berusaha untuk menolongnya. Namun langkahnya dihalangi oleh para gadis yang menyiapkan spidol warna-warni untuk meminta tanda tangan dari pria tampan idolanya. Lebih tepatnya setelah membaca surat dinyatakan lulus dari masing-masing siswa.Aya berusaha berdiri sendiri ketika semua orang sibuk dengan kesenangan dan kebahagiaan masing-masing. Namun kakinya yang sakit membuat ia harus memijat kakinya sendiri.Saat itu Gerald datang dan membantu Aya memijat kakinya.“Aku bisa sendiri,” tolak Aya ketika Gerald ikut memijat kakinya.Namun pria itu berikeras hingga membuat kaki Aya lebih baik. Gerald pun membantu Aya berdiri hingga mendapatkan sebuah ucapan terimakasi dari Aya.“Aku ingin li

  • Broken Home Or Posesif Man   19. Kelulusan Yang Miris

    “Wanita sialan!” serunya melayangkan balasan.Namun dengan lihainya Aya bisa menghindar. Rupanya hal itu akan menjadi tontonan yang sangat menarik ketika semua orang di sekitaran situ langsung berkumpul.Namun keinginan Brian untuk membalas tak terlaksana dan segera berakhir ketika suara yang keras berasal dari aula pertanda jika seluruh murid kelas 12 harus segera berkumpul.Saat itu Suichi keluar bersama dengan Bapak Wali Kelas dan mengambil posisi berbaris di tempat paling belakang.Sementara Aya sudah berlari mendahului Brian barusan juga nampaknya sudah berbaris di tempat paling belakang. Suichi pun bisa bercakap dengan Aya.Biasanya Aya akan sering penasaran dengan hal yang dilakukan oleh Suichi. Namun kali ini tidak. Bahkan memandang Suichi pun juga tidak. Suichi hanya mengendikan bahunya ketika matanya lebih terfokus kepada Pak Kepala Sekolah yang akan menyampaikan informasinya. Ia meang sempat melihat wajah muram pada Aya. Lebih muram

  • Broken Home Or Posesif Man   18. Terbongkar

    "Hahaha.. aku sekarang tahu! Rupanya kamu seorang anak dari brondong!" ejek pria itu dengan suara keras.Aya langsung saja gelagapan ketika Brian berkata dan seolah ingin membuat orang lain mendengar hal itu."Mulut kamu itu bisa dijaga gak!" Aya seolah berkata dengan sedikit mengancam. Tangannya sudah terkepal saat ini."Memangnya kenapa? Semua orang di sini juga tahu lagi. Bagaimana sosok seorang ibu dari Aya si urid badung. Seseorang yang merokok dan gadis yang nakal. Pantas saja anaknya nakal seperti ini, ibunya saja seorang tante girang. kamu itu tidak cocok untuk sekolah di sini,” tandas pria itu.Rahang Aya mengetat, kemudian tangannya menggenggam roknya dengan erat. Ia sudah sangat marah saat ini. Namun seberusaha mungkin ia mencoba menahan rasa marahnya.Hal yang membuat Aya semakin marah lagi adalah beberapa gerombolan wanita mendekat ke arahnya."Untung saja aku tidak terlalu dekat dengan dia. yang ada nanti kita Jadi ketularan,"

  • Broken Home Or Posesif Man   17. Kelulusan

    "Mana mungkin tentunya aku sehat seperti biasanya." Gadis itu nampaknya mengelak dengan enteng. ia langsung saja menandaskan minuman coklat hangat di tangannya.Suichi memandangi Aya yang nampak seperti biasa. Seperti orang sehat, namun bibir pucatnya membuat Suichi tidak terlalu yakin. Pandangan Pria itu kini beralih pada ponselnya yang tergeletak di meja, Lebih tepatnya di antara keduanya duduk."Sebaiknya kita segera bersiap menuju ke sekolah!" ucap pria itu sembari beranjak dari tempat duduknya."Tapi aku belum ada seragam.Sseragamku di mana?" tanya gadis itu mengingat seragamnya yang mungkin saja sudah tak terbentuk lagi."Seragammu sudah aku buang!"celetuk pria itu dengan santainya. Setelah itu ia langsung saja berjalan meninggalkan Aya.Aya langsung berteriak, "apa!"Suara yang keras itu membuat telinga Suichi serasa sakit. Namun setelahnya, Suichi langsung saja tertawa dengan lebar."Hahaha ... begitu saja pakai acar

  • Broken Home Or Posesif Man   16. Tuduhan Geli

    “. Akhh … “Tiba-tiba saja Aya langsung berteriak membangunkan Suichi yang masih bermimpi indah. Ia menyadari pakaian yang sudah berganti itu dan membayangkan hal yang memalukan bagi Aya.Jantungnya berdebar debar dan langsung saja mendudukan diri di samping Aya. Dia itu memandang Aya dengan wajah pucat pasi efek terkejut. Untuk tidak punya riwayat penyakit jantung."Eh! Nggak tahu orang masih tidur apa?" kesal pria itu menatap Aya dengan tajam.Aya memajukan bibirnya, "Siapa yang sudah mengganti pakaian ku? Kamu ya? Dasar ya kurang ajar! Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan!" tuduh wanita itu berteriak kalap kepada Suichi.Bantal yang baru saja ia gunakan untuk menyanggah keplanya ketika tidur langsung saja dilayangkan ke tubuh Suichi. Aya langsung memukul Suichi dengan brutal.Sementara Suichi hanya terkekeh kali ini sembari mengelak pukulan-pukulan dari Aya. Pria itu pun akhirnya turun ranjang dan menjauhi Aya yang sangat murka

  • Broken Home Or Posesif Man   15. Pelukan Sang Sahabat

    Suichi mengerang kesakitan ketika bumbunya tertabrak benda keras. Terlebih lagi ia harus menahan tubuh Aya dipelukannya. Tetapi pria itu berusaha untuk menahan rasa sakitnya dan langsung saja duduk. Dipandanginya Aya yang menangis dengan keras di hadapannya. Jadi itu kali ini nampak sangat rapuh sekali.Sementara kedua pasangan kekasih di dalam sana sepertinya tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Mereka sama sekali tidak penasaran dan mungkin saja melanjutkan aktivitas mereka.Gadis yang ada di hadapannya ini masih saja menangis sehingga Suichi langsung saja menarik tubuh gadis yang ukurannya lebih kecil. Gadis itu nampak sangat rapuh berbeda dengan seperti biasanya. Ia selalu terlihat baik-baik saja di depan teman-temannya, bahkan selalu menyelesaikan masalah teman-temannya yang memiliki latar belakang keluarga yang sama. Tetapi mereka tidak ada yang tahu bagaimana kesedihan Aya sebenarnya, dan bagaimana hubungan keluarga Aya."Tenanglah!" lirih Suichi mem

  • Broken Home Or Posesif Man   14. Tante Girang

    "Harusnya aku yang bertanya? Kenapa kamu mau berpacaran dengan Tante Girang ini?" tanya gadis itu tandas.Marian langsung saja beranjak dari tempat duduknya memandang putrinya dengan geram sekaligus murka.Plak ...Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Aya.Ayah memegangi pipinya yang kali ini memerah akibat sebuah kemarahan yang diberikan oleh Marian.Bukannya dia marah atau kesakitan, justru Aya kali ini menyeringai dengan lebar. Ia sedikit terkekeh dengan aksi ibunya yang marah."Anak tidak tahu diuntung! Bisa sopan dikit sama orang tua tidak? Aku ini ibumu!" kemarahan wanita itu meledak-ledak. Rahang nya mengetat tatkala Aya mengatai hal itu kepada Mariana.Pria itu kali ini mengerti siapa Aya sebenarnya. Ia nampak menyeringai setelah mengetahui hal itu."Mau maunya ya kamu sama ibu aku? Nggak nyangka ternyata pemuda seperti kamu doyan juga sama orang wanita tua," celetuk gadis itu mengatai seorang pria yang bersama dengan ibunya.

  • Broken Home Or Posesif Man   Cemburu Tanda Cinta

    "Aku ingin pulang." gadis itu berkata dengan nada ketus.Sehingga membuat keduanya saling pandang satu sama lain."Ada apa dengan gadis itu?" tanya Suichi ketika kali ini Aya sudah menghentikan aktivitasnya. Suichi pun kembali duduk dengan benar ketika tadi agak miring.Aya mengendikan bahu, "Mungkin saja cemburu," celetuk gadis itu dengan benar.Pria itu pun terkekeh, "Ada-ada saja kamu ini. Mana mungkin dia naksir sama aku?" katanya pria itu kali ini justru begitu percaya diri.Mendengar hal itu Aya pun terkekeh geli dengan perkataan Suichi.Suichi memandang Aya dengan pandangan aneh, "Memangnya kenapa? Bukankah itu wajar kalau dia mungkin saja cinta padaku. Aku ini memang pria yang tampan." Suichi berseloroh masih dengan keadaan percaya diri meski kali ini Aya sudah tertawa menertawakan Suichi.Pria itu memang tidak tahu apa-apa, tentunya tidak tahu dengan percintaan Lucy yang sebenarnya tidak masuk akal.***Beberapa hari kemudian nam

  • Broken Home Or Posesif Man   12. Ancamam Malapetaka

    “Kamu mau apa Lucy?" tanya Aya wajahnya terlihat waspada.Lucy nampak menyeringai dengan lebar sembari memandang cutter itu. Kemudian ia memandang ke arah Aya yang wajahnya pucat pasi. Aya sangat ketakutan saat ini.“Tenang saja Kak Aya. aku tidak akan melukai Kakak. mana tega aku melukai orang yang aku cintai. jika Kakak menolak cintaku maka apa gunanya aku hidup. sebaiknya aku pergi saja. karena tidak akan ada orang yang menyayangiku selain Kak Aya. jika aku tidak bisa bersama dengan Kakak maka aku akan pergi dari dunia ini." nada yang diucapkan Lucy merupakan sebuah hal yang mengancam.Cutter yang ada di tangannya langsung saja ia letakkan di pergelangan tangannya.Aya berjalan mendekat berusaha untuk menenangkan guci.tetapi justru Lucy menjauh sembari menatap Aya dengan pandangan nyalang.“Aku sungguh-sungguh Kak, aku akan pergi. aku harap Kak Aya akan menerima kepergian ku. atau mungkin justru kaya malah Kakak akan suka jika aku pergi. karena Kakak bersama Bersam

DMCA.com Protection Status