Beranda / Fantasi / Bride For the Matchmaker / Mengantarkan Diri pada Poppy

Share

Mengantarkan Diri pada Poppy

Penulis: IztaLorie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Terus, kenapa kamu nggak mulas-mulas? Bukannya dari tadi kamu yang bawa paket itu?" Alis kiri Hans terangkat. 

Seperti tersadar, wanita itu pun setengah melempar paket ke atas meja Bos. "Bos, saja yang ngirim!"

Dari bola kristal, Cakra perhatikan Hans tertawa geli, saat karyawannya melarikan diri secepat mungkin. Ini tandanya tugas Rista sudah berhasil, sekarang tinggal melangkah ke rencana selanjutnya. Cakra mengucapkan terima kasih untuk sepupunya itu sebelum menutup panggilan video. Sekarang, hanya dia satu-satunya penonton di sini.

Terlihat Hans meraih paket yang terbungkus kertas cokelat itu, kemudian melangkah ke luar kantor. Pandangan pria itu berkeliling, mengamati ruangan yang penuh paket.

"Dro!" panggil Hans pada pria yang sedang menunduk.

<

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bride For the Matchmaker    Campur Tangan Orang Luar

    Tubuh Cakra condong ke depan, hingga gambar yang ada di bola kristal semakin jelas. Apa yang terjadi di sana jadi lebih menarik, mungkin ini yang membuat Mbok Minah menyukai sinetron. Drama kehidupan yang seringkali terjadi di masyarakat, seperti yang sedang menimpa Hans.Cakra sendiri sudah terlalu sering menjadi korban dari drama itu. Dia sampai lupa sudah berapa kali dilabrak, hanya karena menjodohkan orang. Sekarang gantian dia yang menonton drama Hans. Cakra menggosok-gosok kedua tangan dengan penuh semangat.Cakra menyipit ketika melihat tangan Poppy yang meremas tangan Hans, secara sambil lalu. Wanita itu sudah kembali fokus pada pria yang masih emosi."Lepaskan! Dia ini calon suamiku!" bentak Poppy, kali ini lebih tegas.Perlahan-lahan pria itu melepaskan H

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bride For the Matchmaker    Bertahan dengan Satu Wanita

    Benang merah dengan warna cemerlang terlihat, ketika pria itu menyugar rambut. Ini berbeda dengan warna benang Hans yang terlihat suram. Cakra mengulurkan tangan ke arah Aura, yang dengan sigap menyerahkan tablet padanya. Dia mencari ke dalam data pelanggan, sementara Aura beramah tamah. "Silakan duduk. Apakah rencana hari ini berjalan dengan lancar?" Aura menarik Cakra hingga terduduk di sampingnya. "Justru karena rencana hari ini sukses, maka saya datang ke sini," jawab Hans yang tersenyum lebar. "Apa Pak Hansel yakin mau menggunakan jasa kami? Mengingat sikap keras Pak Hansen, ketika menolak cara kerja biro jodoh Sepasang," sambar Cakra dengan berterus terang. "Sebentar, sebentar. Kenapa saya jadi bingung ya? Hansel? Hansen? Ini bukannya klien kita Pak Hans ya, Den?" Aura menatap Cakra, yang sayangnya tidak menampakkan ekspresi berbeda. "Anda memang layak mendapatkan predikat makcomblang jitu. Yang peka dengan kebutuhan jodoh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bride For the Matchmaker    Memata-matai Dila

    "Sudah hampir jam sepuluh. Kok Pak Hans belum muncul juga?" Aura tidak memperhatikan pintu masuk, tapi malah fokus ke arah etalase, yang berisi donat aneka toping."Kalau kamu mau donat, beli saja," ucap Cakra yang mengeluarkan uang berwarna merah sebanyak satu lembar."Ini dibelikan semua? Donat semua atau dicampur brownies? Boleh pilih kue yang lain?" tanya Aura dengan antusias berlebih.Sesaat setelah Cakra mengangguk, gadis itu langsung melesat menuju kue yang diincarnya."Maafkan, saya agak terlambat. Tadi motor sempat mogok kehabisan bensin. Rupanya ada salah satu karyawan yang lupa mengisi, setelah keliling antar paket."Cakra mempersilakan Hansel duduk di seberangnya. Matanya menyipit, ketika melihat benang takdir pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bride For the Matchmaker    Bonus untuk Pelanggan Baru

    "Eh, i… iy… iya, saya mau beli brownies kukus dan bolu pisang lagi."Cakra menyadari kedua orang yang ada di hadapannya sama-sama gugup. Ini merupakan perkembangan yang menarik. Untuk hari ini, dia hanya harus lebih jeli lagi dalam mengamati."Kalau begitu, mari saya bantu." Dila melenggang, mendahului Hansel untuk mengambil nampan. Sedangkan pria yang lebih tinggi 20 cm dari Dila, mulai mengekor dengan kebingungan."Perkembangan pesat tuh, Den. Sayangnya aku ketinggalan kejadiannya. Gimana tadi ceritanya?" Aura buru-buru duduk, kemudian mencondongkan tubuh mendekat.Aroma melati segar terhidu Cakra, membuatnya menelan ludah. Apalagi saat memperhatikan bibir Aura, yang baru saja dibasahi. Ini membuat gairah pria itu terpancing.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bride For the Matchmaker    Prosopagnosia

    Cakra menggiring Hansel dan Aura menuju warung mie ayam, yang berada tak jauh dari toko roti Dila. Setelah memesan tiga porsi, Cakra pun mulai angkat bicara."Bisa dipastikan itu prosopagnosia.""Maksud Aden? Prosopagnosia itu apa sih? Sejenis roti?" tanya Aura yang menelengkan kepala ke arah Cakra.Cakra pun memandang Hansel yang menggeleng. Ternyata mereka berdua tidak ada yang mengetahui tentang istilah ini."Prosopagnosia itu suatu kelainan. Jadi, pengidapnya mengalami kesulitan mengenali wajah orang lain. Bahkan ada yang tidak bisa mengingat wajahnya sendiri," terang Cakra, yang tidak mendapatkan respon dari pendengar. Mungkin mereka masih mencerna penjelasan ini."Terus, bagaimana caranya Dila mengenali orang lain?" tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bride For the Matchmaker    Tidak Mau Kalah

    Tanpa curiga, Aura mencondongkan tubuh dan semakin dekat. "Apa itu, Den?""Suara," jawab Cakra dengan singkat. Namun, sampai beberapa detik selanjutnya, Aura baru bereaksi."Suara? Bagaimana bisa? Bukannya Pak Hansel tidak pernah berbicara dengan Dila sebelumnya?" Aura memundurkan tubuhnya hingga bersandar di sofa. Pandangannya menerawang ke atas, lalu bersedekap."Suara? Jelas-jelas bukan itu penyebabnya. Pasti ada yang lain. Ayolah, Den. Jangan bermain teka-teki lagi. Aden tahu sendiri kalau otakku nggak nyampai," rengek Aura yang membuat Cakra terpana.Gadis itu terlihat sepolos anak kecil, yang perlu diberi permen untuk menenangkannya. Namun, bila sudah seumur Aura, apa yang harus dilakukannya? Apakah sebuah ciuman bisa membuat gadis itu kegirangan?

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bride For the Matchmaker    Sebuah Undangan

    Leher Aura terjulur untuk mengintip isi piring Cakra. "Itu sudah mau selesai. Aden pinter deh makannya.""Kalau aku melarangmu pergi? Apa kamu akan tetap keluar dengan Oppa?" Cakra memaksakan keberuntungannya."Kalau gitu, aku ambil waktu istirahat. Pergi dulu ya, Den," pamit Aura yang melambaikan tangan, bak putri kecantikan.Hal ini membuat Cakra geram. Semakin lama Aura menjadi semakin cerdas, kalau bersama dengan Oppa.Dia pun beranjak hendak mengikuti diam-diam, tapi gawainya berdering. "Halo, selamat malam, Pak Hans," sapa Cakra dengan ramah. Padahal, saat ini dia sedang dilanda kepanikan level tinggi."Selamat malam, Pak Cakra. Saya dengar dari Hansel, kalau Anda merekomendasikan sebuah pesta. Saya sangat menghargai us

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bride For the Matchmaker    Rasa yang Membuat Galau

    "Konyol,""Nggak, jangan konyol dong, Kang. Tokoh wanitanya harus elegan," protes Lilis yang meraih laptop Prabu, kemudian mengganti deskripsi tokoh."Lis, kamu tuh cocok banget kalau nulis tokoh wanita yang koplak.""Kakang kok gitu? Ini sebenarnya mau bilang kalau aku koplak, kan? Hayo ngaku!" Lilis melemparkan pandangan ke arah tembok tinggi di samping kanan. Sengaja memperhatikan cicak-cicak yang asik bercanda, agar tidak perlu melihat mata Prabu, karena akan membuatnya luluh.Suara helaan napas Prabu yang kasar terdengar. "Bukan gitu, Lis. Kamu itu beneran cocok nulis tokoh wanita yang koplak.""Tapi aku tuh waras, Kang. Nggak mau nulis yang koplak-koplak gitu!"Di teng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Bride For the Matchmaker    Berhasil Menjodohkan

    “Nona Aura, saya hendak mengenalkan Anda dengan calon istri saya.” Suara Iswanto membuat Aura menjauhkan gawai sejenak untuk memberi respon.Dari cermin, Cakra bisa melihat Aura mengangguk sebentar kemudian menunjuk ke arah gawai. Iswanto yang mengerti maksud Aura, menggerakkan tangan untuk mempersilakan dia melanjutkan bicara.“Den, nanti lagi bicaranya ya. Ini Pak Iswanto mau ada perlu,” ucap Aura dengan berbisik.“Iya, besok kita bicarakan lagi. Hari ini saya sibuk,” ucap Cakra sebelum memutus sambungan.Aura terlihat merenung sambil melihat layar gawai yang mulai menghitam. Apa gadis itu kecewa karena tidak bisa melanjutkan obrolan?Cakra kira, alasannya pasti bukan itu. Tidak mun

  • Bride For the Matchmaker    Tidak Seperti Rencana Semula

    Saat ini, pasti Aura dan Iswanto sedang menahan napas menanti reaksi Jasmin. Cakra pun tak terkecuali, dia juga ikut mengamati dalam diam.“Kalau Mas serius dengan perkataan ini, Jasmin mau minta dilamar secara serius. Seperti lamaran dalam drama,” ucap gadis yang tersenyum sangat manis.Ini adalah sebuah ujian atau memang sesuai dengan kata hati? Tentu saja Cakra tidak bisa menebak pikiran seorang wanita, itu sangat rumit.“Tentu saja, kamu pasti ingin hal yang seperti itu.”Perlahan-lahan Iswanto berlutut dengan bertumpu pada satu kaki. Terlihat Aura berlari-lari membawa sebuket bunga yang sudah dihias dengan cantik. Gadis itu kemudian menyerahkannya pada Iswanto.“Jasmin, aku tahu kalau ini sa

  • Bride For the Matchmaker    Sebagai Pengamat

    “Rupanya kamu di situ?” ucap laki-laki yang berjalan mendekati mereka.Belum juga Cakra menyusuri benang itu, jodoh Maiden sudah muncul untuk menyapa. Betapa beruntungnya mereka karena sudah mempunyai pasangan.“Eh, hai, Van. Kenalkan ini Cakra, teman baruku,” ucap gadis itu dengan riang.“Melihat dari jubahmu, kamu pasti keturunan keluarga Gilmore? Salah satu sepupu kami berjodoh dengan keluarga kalian,” ucap Evan sambil menunjuk ke arah belakangnya.Cakra mengikuti jari Evan untuk melihat siapa yang dimaksud. “Ah, Rio ternyata adalah sepupumu.”Pada akhirnya Rio bergabung dengan mereka, karena mendengar namanya disebut. Tentu saja Danar, Kristy, dan Rista juga ikut bergabung. Sebentar lagi pasti beberapa pasangan seumuran dengan mereka pasti ikut bergabung. Ini akan terasa menyesakkan.Ketika percakapan itu semakin meluas, diam-diam Cakra menyusup meninggalkan kelompok itu. Dia butuh menyendiri sekarang, agar hatinya menjadi le

  • Bride For the Matchmaker    Berkunjung ke Luvnesia

    “Hanya calon klien yang keras kepala. Sepertinya dia nggak bakal jadi klien kita,” jawab Cakra dengan datar.“Pasti orang yang minta dijodohkan dengan target tertentu. Kenapa nggak pada nurut sama Aden sih? Apa kita perlu nulis aturan itu dengan ukuran huruf yang lebih gede di beranda web biro jodoh?” tanya Aura untuk mengungkapkan kekesalan.Sejujurnya Aura merasa lega karena itu hanya calon klien, bukan wanita yang spesial di hati Cakra. Sampai sekarang Aura masih penasaran dengan status Cakra, tapi tidak berani menanyakannya.“Oya, besok kamu yang ngawasi Pak Iswanto. Saya ada janji temu selama seharian.”Perkataan Cakra membuat Aura kembali merasakan tusukan di perut. Rasanya nggak nyaman kalau tidak tahu kegiatan majikannya itu.

  • Bride For the Matchmaker    Percayalah

    “Dia sudah punya pacar atau mungkin malah suami. Saya tidak mau menjadi pebinor, yang merusak rumah tangga orang lain,” sembur Iswanto ketika bertemu dengan Cakra dan Aura keesokan harinya.“Pria itu bukan pacar atau suaminya Jasmin. Saya sudah menyelidiki dengan cermat,” bantah Cakra sambil mempersilakan Iswanto untuk duduk.Dia memberi kode pada Aura agar membuatkan kopi bagi pria itu. Aura mengangguk sekilas sebelum meninggalkan keduanya.“Apa Anda yakin? Kalau bukan pacar, lalu dia siapa? Saya sudah terlanjur berharap pada Anda. Anda tahu sendiri kalau waktu saya sudah tidak banyak lagi,” ungkap Iswanto, yang kembali mengingatkan Cakra akan tujuannya mencari jodoh.“Tenang saja. Kita tetap lanjutkan rencana awal. Saya harap A

  • Bride For the Matchmaker    Merancang Pendekatan

    Mata Binar membelalak ketika bertemu pandang dengan Cakra. Sedetik kemudian, gadis yang mengenakan kaus sewarna tanah itu membalikkan badan, lalu berlari kencang. Cakra yang tidak menduga akan hal itu pun buru-buru mengejar, tapi sesosok tubuh mungil dengan kedua tangan terentang, menghalanginya.“Aden ada keperluan apa di sini?”“Minggir!” usir Cakra dengan suara meninggi.Namun, gadis itu malah semakin bertekad menghalangi langkahnya. Padahal tangan Cakra mulai berkeringat , karena mulai takut kehilangan jejak Binar.“Aden bilang dulu, mau apa ke sini? Aden ngikutin aku?” tuduh Aura dengan mata menyipit.Karena sudah tidak sabar lagi, Cakra meletakkan kedua tangan di pinggang Aura, kemudi

  • Bride For the Matchmaker    Melihat Jodoh Prabu

    Bahu Aura bergerak naik turun beberapa kali, tanda sedang mengatur pernapasan. Ini bukan kejadian pertama kali, harusnya dia sudah lebih berpengalaman, tapi kenapa masih bisa sepanik ini? Dia masih merasa cemas kalau-kalau terjadi sesuatu saat Cakra mengurung diri.“Tenang Aura, pasti tidak akan ada masalah. Kamu harus berpikir dengan kepala dingin,” bisik Aura pada dirinya sendiri.Tak butuh waktu lama bagi Aura untuk kembali bersikap rasional. Dia sudah bisa memutuskan langkah apa yang akan diambil.“Den!” teriak Aura sambil mengetuk pintu dengan lebih keras. Dia mengetuk dengan irama lagu kekinian yang ada di platform joget-joget. Kalau kesimpulannya tepat, dalam beberapa detik lagi pintu pasti akan terbuka.“Iya, sebentar. Stop ketuk pin

  • Bride For the Matchmaker    Prabu

    “Baiklah. Akan kuberi satu kesempatan,” ucap Cakra dengan ragu.Sebenarnya, dia tidak mau meladeni Prabu, takut kalau pria itu ternyata adalah benar jodoh Aura. Namun, dia kembali teringat dengan Hansel, kalau pria itu bisa diberi kesempatan, seharusnya dia bisa memberikan kesempatan yang sama pada Prabu.“Saya sudah menantikan jawaban ini cukup lama. Rasanya sudah tidak sabar untuk segera melamar Aura.” Binar di mata Prabu membuat Cakra terdiam.Kalau rasa cinta Prabu sedemikian besar untuk Aura, seharusnya dia bisa mengusahakan untuk membantu. Bukan malah menjegalnya. LAgipula, Cakra sudah putus asa dalam mendapatkan jodoh.“Saya akan menemuimu besok jam 9 di Kafe Jingga. Silakan bawa Aura ke sana, tapi saya hanya akan mengawasi dari kejau

  • Bride For the Matchmaker    Tarik Ulur

    “Tutno ngasi mentok!” Cakra membaca mantra, membuat benang biru yang melingkari smartwatch berpendar. Benang itu bergerak memutar, kemudian ikatannya terbuka, lalu meluncur menuju jari kelingking. Benang biru itu menyusuri benang takdir, seolah itu adalah jalan yang harus dilewati.Cakra mengernyit, saat ini benang takdir Iswanto semakin mengendur dan terus memanjang. Ini berarti takdir pria itu mulai bergerak menjauh. Namun, saat sudah separuh jalan, tiba-tiba benang takdir memendek.“Ombo sing ombo meneh!” Cakra buru-buru memperluas jangkauan bola kristal.Cakra bisa melihat Iswanto, yang sedang mengangkat sebuah pot berisi bunga Daisy warna putih. Kemudian terlihat tempat duduk pesta yang dilapisi dengan beludru. Saat pandangan semakin lebar, Cakra bisa melihat jalan luas di depan gedung.

DMCA.com Protection Status