Home / Romansa / Brave Heart / Chapter 6

Share

Chapter 6

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Selamat siang, Tuan. Ini jas Tuan. Sudah saya cuci bersih seperti sedia kala."

Seruni menyerahkan bungkusan jas dengan sedikit membungkukkan tubuhnya. Sikap sopan ini memang wajib dilakukan. Setiap kali briefing, managernya tidak pernah lupa untuk mengingatkan. Air muka penuh senyum dan gestur tubuh sopan adalah hal wajib yang harus diutamakan.

Kata-kata Seruni hanya disambut dengusan oleh Antonio. Sejenak Seruni sempat bertatapan dengan Bian. Namun sikap Bian yang pertama kaget dan segera membuang pandangan, mengindikasikan satu hal. Bian tidak ingin dikenali. Walau memang sikap seperti ini juga yang ia harapkan, tak urung hatinya sakit juga. Hanya seperti ini sikap seorang laki-laki yang bulan lalu masih mengaku mencintainya melebihi apapun juga.

"Kalau tidak ada hal lainnya, saya permisi, Tuan." Seruni kembali membungkuk sopan. Bersiap-siap menghindar sejauh mungkin dari duo biang masalah di hadapannya.

"Tunggu dulu. Apakah manager kamu tidak mengajarkan soal step to customer saat briefing? Di mana tanggung jawab kamu sebagai seorang waitress karena meninggalkan tamu begitu saja tanpa menawarkan menu?"

Kalimat pedas Antonio menyurutkan langkah Seruni. Seruni menghitung angka satu sampai sepuluh dalam hati. Setelahnya ia  membalikkan tubuh dan memberi seulas senyum sopan pada Antonio dan dua orang antek-anteknya.

"Maaf, Tuan. Saya bukan bermaksud tidak sopan. Saya hanya takut kalau Tuan tidak puas akan pelayanan saya. Makanya saya berinisiatif untuk memanggil waitress yang lain."

Seruni menjawab sopan. Ia berusaha bersikap sesabar mungkin menghadapi Antonio. Istimewa ia mendapati Pak Sofyan, managernya, terus memandang tajam ke arahnya.

"Oh ya, kami ada dua menu baru yang cukup diminati tamu. Nama menunya chuleton tomahawk dan seafood paella. Chuleton tomahawk ini disajikan bersama spanish garlic parsley dressing, curly fries dan maldon sea salt. Sedangkan seafood paella--"

"Cukup." Antonio mengangkat tangannya. Isyarat agar Seruni berhenti berbicara.

"Kamu tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang dua menu itu. Miguel mendapatkan resep keduanya langsung dari ibu saya. Saya sudah muak dengan menu yang itu-itu saja."

Sabar, Seruni. Ingat apa yang selalu dikatakan oleh almarhum ayahmu. Kalau kamu ingin jadi orang besar, maka kamu harus sabar dan memiliki jiwa besar.

Seruni kembali tersenyum sabar. Ia ingin menjadi orang besar. Oleh karena itu ia bertekad akan bertahan menghadapi bagaimanapun menyebalkannya tingkah sang anak sultan. Insyaallah.

"Kalau menu grilled salmon with cream sauce, Tuan suka tidak? Salmonnya lembut. Well seasoned. Bawahnya ada potato wedges, baby corn brokoli dengan cream sauce. Porsinya juga kecil. Jadi Tuan bisa menyantap menu lain lagi tanpa merasa kekenyangan."

Waitrees cacat ini tangguh! Batin Antonio.

"Menurut kamu menu itu enak?" Pertanyaan Antonio membuat Seruni terdiam. Bagaimana ia tau menu itu enak atau tidak. Ia belum pernah sekalipun  mencobanya.

"Saya tidak tau, Tuan. Karena saya belum pernah mencobanya. Tetapi menu ini termasuk star--"

"Belum tau rasanya, tapi kamu sudah berani merekomendasikannya pada saya. Kamu ini--"

"Ton, come on. Jangan jadi iblis. Lo sebutin aja lo mau makan apa biar menunya cepet dateng."

Abizar Putra Mahameru tidak tega melihat waitress berwajah sendu ini mati-matian memanjangkan sabar. Teman sekaligus rekan kerjanya ini memang selalu menyebalkan di mana pun, kapan pun. Entah mengidam apa Tante Tari saat mengandung si Anton ini.

"Kalau saya pesan black rice paella dan fresh kiwi juice. Less ice dan gulanya dipisah ya?" ujar Abizar ramah.

"Baik, Tuan." Seruni dengan sigap mencatat pesanan teman Antonio. Saat harus bertanya pada Bian, Seruni merasa sedikit canggung. Bisa dikatakan ia tumbuh besar bersama dengan Bian di kampung. Aneh rasanya bersikap seperti tidak saling kenal padahal sebelumnya mereka berdua sedekat nadi.

"Kalau Tuan, ingin memesan apa?" tanya Seru kikuk.

"Terserah kamu saja. Eh terserah di antara dua menu yang kamu rekomendasikan tadi maksud saya." Ralat Bian tak kalah kikuk. Terbiasa mengikuti menu yang Seruni pesan setiap kali mereka makan bersama, membuat Bian nyaris salah bicara.

"Baik. Kalau begitu akan saya pesankan chuleton tomahawk saja, karena itu yang terlaris. Minumnya apa, Tuan?" Seruni berusaha bersikap profesional.

"Iced cappucino, saja."

"Baik," Seruni kembali mencatat. "Kalau Tuan Anton?" tanya Seruni hati-hati. Menghadapi Antonio itu serupa merawat bisul. Kalau tidak hati-hati, bisa pecah tiba-tiba dan rasa sakitnya sampai ke urat syaraf.

"Saya pesan classic ice tea saja. Saya masih kenyang."

Ya Tuhan, panjangkanlah sabarku.

Classic ice tea itu adalah air putih yang diberi bongkahan es batu. Setelah mengeritik sikapnya, menanyakan macam-macam menu sampai menudingnya sebagai waitress yang buruk, pesanan Antonio hanyalah segelas air es! Benar-benar niat sekali anak sultan ini mengerjainya bukan?

"Baik. Pesanan Tuan-Tuan semua akan segera saya order dan akan diantarkan secepatnya. Jika Tuan-Tuan ingin menambah menu atau hal lain yang ingin ditanyakan, silahkan menghubungi saya. Terima kasih."

Seruni menyilangkan tangan di dada dan membungkukkan sedikit tubuhnya. Akhirnya tugasnya usai juga. Demi menghindari kritik yang tidak perlu, Seruni berusaha mempercepat langkah. Walau sedikit tertatih-tatih, ia tetap harus bersikap profesional. Ia ingat apa yang dikatakan Mayang. Mencari kerja yang haram saja di ibukota ini susah, apalagi yang halal. Makanya ia berusaha mempertahankan pekerjaan halalnya ini semampunya.

Sementara itu, tiga eksekutif yang ditinggalkan menatap kepergiannya dengan berbagai macam dugaan. Antonio antara kagum bercampul kesal. Abizar yang kasihan dan Bian yang tidak bisa mendeskripsikan perasaannya sendiri. Ia rindu, kasihan, sesal, sekaligus juga ingin belajar melupakan. Bagaimanapun statusnya sekarang adalah suami orang. Segala kemanisan masa lalu harus ia lupakan. Begitulah harga mahal yang harus ia bayar. Keisengannya menanggapi kemesraan yang terus dilancarkan Nastiti, berbuah bencana. Nastiti hamil dan gadis itu meminta pertanggungjawabannya.

"Lo kok tega banget mempermainkan waitress nggak sempurna gitu, Ton? Gue yakin kalo dia nggak takut dipecat, udah dia lempar kali ini asbak ke muka songong lo. Salut gue dia masih bisa senyum ngadepin semburan racun sianida lo."

Abizar menggelengkan kepala. Antonio ini dari dulu tidak pernah berubah. Mulut racunnya konsisten menyembur siapa saja. Tadi pagi ia telah menyembur petinggi perusahaan ayahnya yang menggunakan uang perusahaan untuk pelesiran tanpa konfirmasi. Dilanjutkan dengan menyembur relasi yang melaga proposal mereka dengan perusahaan kompetitor demi mendrag harga. Dan kini seorang waitrees pun tidak luput dari racunnya. Abizar tidak bisa membayangkan, bagaimana kelak perlakuan si anak sultan ini apabila mempunyai pacar. Jangan-jangan pacarnya akan kurus kering karena makan hati setiap hari.

"Dugaan lo salah, Zar. Waitress cacat itu bukan takut dipecat. Dia cuma takut gue buka kedoknya," dengus Antonio sinis. Abizar bisa berkata seperti itu karena ia tidak tau saja apa profesi waitrees cacat ini yang sesungguhnya.

"Maksudnya?" Abizar menaikkan satu alisnya. Penasaran dengan kalimat bersayap Antonio. Dalam diam, Bian juga memasang telinganya baik-baik. Kedua atasannya ini tidak tau saja kalau sesungguhnya waitress yang mereka bicarakan adalah mantan pacar terindahnya.

"Menjadi waitress di sini itu hanya kamuflase. Dia itu sebenarnya Astro Girlsnya Xander. Tinggalnya saja di mess Astronomix Girls," decih Antonio sinis.

"Hah? Masa sih, Ton? Perasaan gue nggak pernah tuh ketemu dia di Astronomix. Lo salah liat kali." Abizar mengibaskan tangan. Meragukan cerita Antonio.

"Mata gue masih normal, Zar. Lagian lo kan udah lama nggak nginjek club. Ya lo nggak tau lah soal barang baru." Antonio memutar bola mata. Ia kesal karena ceritanya disangsikan. Sepertinya rekannya ia perlu diyakinkan.

"Lo semalam nyuruh gue ngejamu Alain dan teman-temannya di Astronomix 'kan?" Abizar mengangguk. Penasaran dengan sisa cerita Antonio.

"Nah, pas si Alain dan temennya pada high dengan Astro girls masing-masing, dia muncul ke VVIP room  ngebawain sekotak kondom buat temannya," terang Antonio. Abizar bersiul kaget dan Bian tercekat. Ia sama sekali tidak menyangka kalau perpisahannya dengan Seruni telah membuat Seruni salah langkah.

"Dan lo tau nggak apa yang bikin gue lebih kaget?" ucap Antonio lagi. "Waktu si Alain bermaksud ngajak si waitress have fun, si Xander ngamuk. Dia langsung bilang kalau waitress itu miliknya. Lo denger Zar, miliknya. Makanya si Alain sampai minta-minta maaf kemarin. Soalnya muka si Xander udah kayak mau makan orang." Antonio puas karena bisa membuktikan ucapannya.

"Wah, gue nggak tau kalau kejadiannya sampai sechaos itu. Setau gue Xander itu dingin sama perempuan, kecuali Nuri. But you knowlah si Nuri itu sukanya sama siapa." Abizar mengedikkan bahu.

"Tapi mungkin ini memang  jalannya Xander moved on dan belajar melupakan Nuri. Lagi pula waitress itu memang cantik 'kan? Wajahnya sendu-sendu seksi gimana gitu," lanjut Abizar lagi.

"Wah... wah... wah... jangan bilang kalo lo juga tertarik dengan si waitrees ya? Inget, bulan depan lo udah mau nikah sama si Rani. Jangan jadi iblis." Antonio membalas dengan membalikkan kata-kata Abizar karena mengatainya iblis tadi.

"Ck! Kagaklah. Gue bukan  laki-laki yang suka menduakan pasangan. Satu aja kagak habis-habis, ngapain serakah ngelaba yang lain? Toh semuanya sama saja. Sama-sama perempuan."

Kalimat Abizar terhenti saat sang waitress yang mereka ghibahi muncul membawa pesanan makanan. Cerita mengenai hubungan sang waitress dan Xander membuat Abizar memperhatikan sosok si waitress lebih seksama. Sungguh, sulit baginya untuk mempercayai cerita Antonio, kala ia menatap wajah lugu yang tengah menata makanan di depannya ini. Wajah polos tanpa riasan dan senyum tulus di bibirnya, tidak cocok dengan predikat call girl yang di sandangnya. Fixed. Benar-benar tidak cocok.

"Semua pesanannya sudah keluar ya, Tuan-Tuan? Selamat menikmati." Seruni membungkukkan tubuh dan berlalu dengan baki kosong. Banyaknya pekerjaan di dapur membuatnya berusaha bergegas. Jam makan siang adalah jam-jam paling sibuk di restaurant.

Tanpa Seruni sadari, Bian mengikuti langkahnya dalam diam. Kepada dua atasannya, Bian pamit ke toilet. Padahal tujuannya adalah mencari Seruni. Tepat ketika Seruni akan masuk ke dalam pantry, seseorang menarik pergelangan tangannya. Seruni yang kaget nyaris menjatuhkan baki. Biantara Sadewa! Untuk apa laki-laki penghianat ini mencarinya secara diam-diam begini?

"Maaf, Tuan. Jika Tuan memerlukan bantuan, silahkan tunggu di meja Tuan saja. Saya yang akan menemui Tuan di sana." Seruni melanjutkan permainan seperti yang Bian inginkan. Menjadi dua orang yang tidak saling mengenal.

"Sekarang sudah tidak orang Seruni. Mari kita bersikap biasa saja," bujuk Bian gelisah. Ia takut kalau-kalau kedua atasannya memergoki dirinya yang sedang berbicara dengan Seruni. Bisa panjang urusannya nanti.

"Oh jadi sekarang kita ganti peran lagi? Nggak capek apa main sandiwara terus? Maaf ya, Mas. Hidup Uni tidak sekurang kerjaan itu." Seruni menepis kasar tangan Bian. Ia jijik bersentuhan dengan suami orang.

"Tunggu, Uni. Dengarkan Mas sebentar." Bian menghadang langkah Seruni. Seruni menghembuskan napas kesal. Beginilah Bian kalau sudah punya mau. Ngeyelan.

"Minggir, Mas. Uni mau--"

"Apa benar kamu tinggal di mess Astronomix Girls?"

Si mulut mercon telah menghibahinya ternyata.

"Benar, Mas." Seruni menjawab apa adanya.

"Kenapa kamu bisa terjerumus ke dunia hitam seperti ini, Uni?" desis Bian putus asa. Belum sempat Seruni menjawab, Bian merogoh saku celananya. Mengeluarkan dompet dan menarik sebuah kartu nama serta semua lembaran berwarna merah yang ada di dalamnya.

"Ini, ambil kartu nama dan uang Mas ini untuk berjaga-jaga. Cari hotel di sekitar tempat ini, khusus untuk malam ini saja. Besok pagi-pagi sekali Mas akan menjemput kamu di hotel. Mas akan menemani kamu mencari kontrakan atau apapun, yang penting kamu tidak tinggal di tempat maksiat itu lagi. Mas ke depan dulu." Perintah Bian seraya menjejalkan lembaran uang ke tangan Seruni.

"Tapi, Mas--" Seruni yang terpaku melihat tingkah Bian, baru tersadar saat melihat Bian telah berlalu dari hadapannya. Kalau ia nekad mengejar sampai keluar sana, reputasinya sebagai seorang waitrees bisa hancur berantakan. Dan akibatnya ia bisa saja kehilangan pekerjaan yang sangat ia butuhkan saat ini. Sebaiknya ia meminta bantuan salah satu rekan kerjanya saja untuk mengembalikan uang ini kepada Bian. Dengan apa boleh buat Seruni memasukkan lembaran uang itu ke dalam saku dan bergegas kembali ke pantry.

Antonio yang sebenarnya tadi ingin ke toilet tersenyum sinis. Entah mengapa ia selalu menjadi saksi hidup atas segala kebejatan dari waitress cacat ini. Wanita memang mengerikan. Topeng mereka beraneka rupa bentuknya. Jika ia tidak berkali-kali menyaksikan sepak terjang bejat waitress ini, ia pasti akan tertipu dengan wajah innocentnya. Tapi nyatanya waitress ini poltak alias polos lugu namun tak berotak.

She’s such a shit-stirrer.

Sementara itu di pantry, Seruni diam-diam menghampiri Sahara. Salah seorang waitress baru yang cukup akrab dengannya karena sama-sama berasal dari luar daerah. Sahara tampak bersiap-siap mengantar pesanan pengunjung. Seruni lekas-lekas mendekati dan berbisik pelan di telinga Sahara.

"Sar, Mbak bisa minta tolong nggak?" Bisik Seruni pelan. Sahara yang sedianya akan mengangkat baki mengurungkan niatnya.

"Minta tolong apa, Mbak?"

"Kamu tau 'kan kenapa Mbak sampai minggat ke sini?" Sahara mengangguk. Seruni memang menceritakan semua kesialannya padanya.

"Nah, laki-laki berkemeja biru langit yang duduk di meja 16 lah, mantan pacar yang berhianat itu." Sahara membelakakan mata. Mulutnya membentuk huruf O saking terkejutnya.

"Nah masalahnya, ia memberikan kartu nama dan uang ini pada Mbak, padahal Mbak tidak pernah memintanya. Kamu bisa tidak menolong Mbak mengembalikannya tanpa sepengetahuan orang lain? Ya pandai-pandai kamu lah cara mengembalikannya. Mbak minta tolong banget. Kamu mau nggak, Sar?" bujuk Seruni harap-harap cemas.

"Tenang aja, Mbak. Biar saya saja yang mengurus masalah ini. Jangankan cuma mengembalikan. Kalau tidak takut dipecat, saya malah kepengen sekali menyumpalkan kartu nama dan uang ini ke mulut besarnya!" gerutu Sahara kesal.

Seruni menarik napas lega. Setidaknya satu masalahnya terurai sudah. Untuk selanjutnya ia akan menghindari pertemuan dengan Bian dengan segala cara. Niatnya kabur ke ibukota adalah ingin melupakan semua masa lalunya. Melupakan Bian dan penghianatannya adalah salah satunya.

Notes.

Step to customer artinya prosedur pelayanan kepada tamu sesuai dengan SOP (Standard Operational Prosedure).

She’s such a shit-stirrer. Artinya seseorang yang selalu suka mengambil keuntungan dari orang lain

Related chapters

  • Brave Heart   Chapter 7

    Seruni membetulkan ikatan apronnya yang kendor. Ia baru saja keluar dari toilet. Ramainya pengunjung di restaurant, memaksanya menahan keinginan untuk buang air kecil. Dan kini setelah kantung air seninya kosong, barulah ia merasa lega. "Girang sekali kamu sehabis bertransaksi? Apa si Miguel tau kalau kamu suka jualan daging mentah di sini?" Si mulut mercon kembali beraksi.Seruni tidak langsung menjawab. Ia memikirkan posisinya. Setiap kalimat yang ia keluarkan pasti akan berimbas pada pekerjaannya. Makanya ia masih berusaha bersabar bagai hatinya panas menahan amarah. Bagaimanapun ia membutuhkan pekerjaan ini. Ya Tuhan, panjangkanlah sabarku."Saya tidak seperti--

  • Brave Heart   Chapter 8

    Dari kejauhan saja Seruni sudah sangat mengagumi rumah baru Xander. Ia seperti melihat rumah di film-film Eropa kuno ada di depan matanya. Rumah Xander sangat luas dan bergaya klasik. Seruni merasa seperti sedang masuk ke dalam mesin waktu zaman victorian era, begitu pintu ruang utama dibuka.Pada bagian ruang tamu, terdapat sofa letter L berwarna krem yang mewah. Mejanya terbuat dari kaca penuh ukiran, disertai hamparan karpet bulu berwarna senada yang terhampar di bawahnya. Pada bagian dinding, dipenuhi dengan ornamen-ornamen antik abstrak yang tersusun rapi dari bebatuan marmer. Kemegahan lain terlihat dari tirai yang menjulang tinggi pada bagian jendela kaca berukir. Sebuah lampu hias spiral berbahan kristal, semakin melengkapi kemewahan ruangan. Satu hal yang paling menarik perhatian Seruni adalah,

  • Brave Heart   Chapter 9

    Sudah seminggu ini Seruni tinggal di rumah baru Xander. Dan selama itu juga hatinya gundah gulana. Sejak ia tinggal di rumah mewah ini, ia selalu merasa bersalah terhadap keluarganya di kampung setiap kali ia akan mengisi perut. Bayangkan saja, saat di kampung dulu, lauk sehari-hari mereka begitu sederhana. Tempe, tahu, telur, kerupuk dan sayur bening, adalah menu utama mereka. Bila ia gajian, barulah ada menu ikan atau ayam di meja makan. Kalau daging, mereka hanya bisa berharap pada jatah pembagian daging kurban dari masjid setempat.Dan kini saat ia dihadapkan dengan berbagai macam menu-menu lezat menggoda selera, rasa bersalahnya kian merajalela. Di sini ia bisa makan enak hingga kenyang, sementara ibu dan adiknya di kampung entah bisa mengisi perut mereka dengan layak atau tidak. Dilema ini selalu muncul di kala ia dihadapkan pada makanan kesukaan adik kecilnya, yaitu rendang daging. Bayangan adiknya yang selalu berangan-angan bisa menikmati menu kesu

  • Brave Heart   Chapter 10

    Ponsel Seruni bergetar saat ia baru saja menyentuh pintu mobil. Seruni urung membuka pintu mobil. Ia justru membuka pengait tas dan mengeluarkan ponsel dengan terburu-buru. Ia yakin kalau yang menelepon adalah Mayang untuk mengabarkan kondisi terkini ibunya. Setelah mengecek ponsel ternyata dugaannya salah. Nama Xanderlah yang terlihat di layar ponselnya. Seruni menepuk kening. Astaga, ia lupamengabari Xander kalau ia akan pulang ke Banjarnegara. Untung saja Xander meneleponnya."Ya P-- Mas Xander. Ada apa?" Seruni hampir terpeleset kata memanggil Xander dengan sebutan bapak. Ia lupa kalau posisinya sekarang adalah pacar Xander. Akan terasa ganjil kalau ia memanggil pacar sendiri dengan sebutan bapak bukan?Jeda sejenak. Xander pasti menyadari kalau dirinya sedang bersama dengan orang lainmakanya ia memanggilnya dengan sebutan mas. Perjanjian mereka berdua memang begitu. Tidak boleh ada orang yang mengetahui soal sandiwara yang

  • Brave Heart   Chapter 11

    Seharusnya setelah mobil berguling, akan terdengar suara benturan-benturan keras yang disertai dengan serpihan kaca-kaca yang berterbangan. Tetapi kali ini tidak. Wajahnya yang menghantam keras dashboard pun tidak sakit sama sekali. Kakinya juga tidak terasa nyeri. Padahal saat itu ia melihat pintu mobil terbuka sesaat sebelum mobil terbalik dan menjepit keras kaki kanannya. Aneh bukan? Alih-alih merasa sakit luar biasa, ia malah seperti berada dalam buaian. Hangat, aman dan nyaman. Atau jangan-jangan ini hanya mimpi? Padahal sudah lama sekali ia tidak pernah memimpikan kejadian ini."Tidak apa-apa, Seruni. Tidak ada apa-apa. Tenang saja. Bersama saya kamu akan aman. Percayalah." Seruni mengerjap-ngerjapkan mata. Ia heran mengapa seperti ad

  • Brave Heart   Chapter 12

    "Memangnya kamu polisi bisa memenjarakan orang seenaknya? Kamu ini sebenarnya siapa sih?" Pak Herry kesal melihat seorang anak muda yang terus menghalang-halanginya mendekati Seruni. Padahal gara-gara anak tiri tidak tau diri inilah hidupnya kumpal kampil tidak jelas selama seminggu ini. Pak Nyoto benar-benar ingin memenjarakannya karena kaburnya Seruni."Oh, jangan-jangan kamu ini backingnya Seruni ya?" cetus Pak Herry. Melihat betapa protektifnya pemuda ini pada Seruni, membuatnya menyadari sesuatu. Seruni berani pulang karena membawa bodyguard rupanya. Pak Herry mendengus. Pemuda kota pesolek ini sedang menggali kuburannya sendiri karena sudah berani mengusik incaran Pak Nyoto."Kalau iya, kenapa? Ada masalah?" tantang Antonio santai."Kalau iya, berarti kamu sudah mencari masalah dengan Pak Nyoto. Kamu harus tau kalau Seruni itu akan segera menjadi istrinya Pak Nyoto. Bisa habis kamu di tanga

  • Brave Heart   Chapter 13

    Antonio membolak balik tubuhnya dengan gelisah. Ia merasa begitu sengsara saat harus tidur di kursi kayu keras seperti ini. Belum lagi kakinya lebih panjang daripada kursi. Ia jadi terpaksa harus menekuknya atau membiarkan kakinya menjuntai begitu saja melewati batas kursi. Kerasnya kayu membuat punggungnya sakit, walau Seruni telah melapisinya dengan sprei kain sederhana. Penderitaannya itu masih ditambah dengan serangan nyamuk yang begitu beringas keroyokan ingin menghisap darahnya. Ia sedikit menyesal karena menolak dibakarkan obat anti nyamuk oleh Seruni. Bukan apa-apa. Ia seolah-olah merasa seperti sate yang akan diasapi. Belum lagi aromanya membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Menghirup asapnya bukan hanya nyamuk yang akan lari. Tapi ia juga bisa mati. Antonio kembali menepuk nyamuk yang hinggap di pipinya. Astaga, ternyata menjadi orang miskin itu sengsara luar biasa!Antonio membalikkan tubuhnya sekali lagi. Ia benar-benar kesulitan untuk memej

  • Brave Heart   Chapter 14

    "Nggak ada apa-apa kok Tu--""Anda siapa?" Widuri memotong kalimat Seruni dengan tidak sabar. Ia penasaran dengan laki-laki gagah yang tiba-tiba berdiri di belakang Seruni. Widuri memindai Antonio dari atas ke bawah. Berbagai dugaan melintasi kepalanya. Laki-laki ini boleh juga. Dan kalau ia mau jujur laki-laki ini terlihat menarik justru karena gaya songongnya."Anda sendiri siapa?" celetuk Antonio seraya merangkul bahu Seruni santai. Widuri terkesima. Kedua bola matanya nyaris menggelinding dari rongganya, melihat intimnyalaki-laki songong ini memperlakukan Seruni. Siapa sebenarnya laki-laki sombong ini? Mengapa ia berani sekali merangkul-rangkul Seruni?Sementara Seruni sendiri tak kalah kaget. Ia bingung. Apa maksud si tuan besar ini merangkul-rangkul bahunya seperti ini? Biasanya Antonio ini jijikan orangnya. Ia bahkan pernah mengatakan kalau ia alergi bila berdekatan dengan orang-orang miskin seperti dirinya.

Latest chapter

  • Brave Heart   Extra Part II

    Antonio merasa waktu seakan terhenti. Suara musik, orang-orang yang berbicara, bahkan kru EO yang tengah berbicara padanya, seolah-olah menghilang. Pandangannya hanya tertuju pada Seruni seorang. Ia seperti melihat putri Cinderlla keluar begitu saja dari buku dongeng tua, dan dirinya terpesona.Mbak Wita memberi kode pada kru-krunya agar meninggalkan sepasang pengantin baru ini. Tatapan keduanya telah mengungkapkan segala. Mbak Wita perlahan juga ikut menjauh. Ia juga pernah muda."Kamu cantik sekali, Seruni. Mas sampai tidak kuasa mengalihkan tatapan Mas darimu." Antonio memandangi Seruni dengan tatapan seperti bermimpi."Terima kasih, Mas. Ini semua berkat riasan dan pakaian yang Uni kenakan. Semua keindahan yang Mas lihat ini hanyalah tempelan. Jangan terbius oleh keindahan sementara ini, Mas."Seruni mengangkat ujung gaunnya perlahan. Ia menghampiri Antonio yang hanya berdiri terpaku di pelami

  • Brave Heart   Extra part I

    Seruni melewati gerbang pabrik dengan perasaan dejavu. Rasa-rasanya baru kemarin ia masih berlalu lalang di tempat ini. Padahal sepuluh bulan telah berlalu. Dulu ia menghabiskan banyak waktu dan tenaga di pabrik gula ini. Bekerja dari pagi hingga petang, dengan gaji satu juta tiga ratus ribu rupiah. Jauh di bawah UMR Banjarnegara yang mencapai satu juta delapan ratus lima ribu rupiah.Dan kini ia memasuki pabrik dalam status yang berbeda. Sebagai calon istri pemilik 65% saham pabrik gula yang baru. Antonio memang telah membeli sahan pabrik ini. Ia beralasan ingin memberikan lapangan pekerjaan dalam skup yang lebih luas. Selain itu Antonio juga berjanji akan mengkaji ulang soal upah para buruh. Antonio berencana akan menaikkan gaji para buruh sesuai dengan UMR yang ditetapkan oleh pemerintah. Seruni sangat bahagia mendengarnya.

  • Brave Heart   Chapter 46(end)

    Semilir angin sepoi-sepoi membelai ringan kulit Seruni di teras rumah orang tuanya. Setelah hampir dua minggu di rumah sakit dan sebulan penuh beristirahat di rumah, kini ia telah kembali ke Banjarnegara. Antonio memberinya cuti selama dua minggu untuk melepas rindu pada orang-orang terkasihnya di kampung halaman. Dan hari ini tepat seminggu sudah ia di berada kampung halaman.Yang paling gembira atas kepulangannya tentu saja ibu dan adik perempuannya. Istimewa ia pulang dengan kaki yang sudah nyaris sempurna. Diantar oleh seorang laki-laki nyaris sempurna pula. Kepulangannya dengan mobil mewah serta didampingi oleh Antonio, menjadi topik terhangat di seluruh penjuru desa. Beberapa warga yang telah mengetahui siapa Antonio yang sesungguhnya, mengelu-elukannya. Mereka mengatakan bahwa Seruni sangat beruntung. Karena bukan hanya berhasil mendapatkan pasangan orang kaya, melainkan orang yang super kaya. Sangat dermawan pula. Nama Brata Kesuma di belakang nama

  • Brave Heart   Chapter 45

    "Sungguh Pak, saya tidak punya niat untuk membuat siapa pun celaka. Apalagi Seruni. Sumpah, Pak!"Gita gemetaran saat diinterogasi secara marathon oleh Juru Periksa kepolisian. Sebagai orang yang menghire EO, ia dimintai keterangan oleh pihak kepolisian sebagai saksi. Namun secara tersirat Antonio kemarin sempat mengancam bahwa status saksi bisa saja berubah menjadi terdakwa, apabila ia tidak bersedia bekerjasama dengan pihak kepolisian. Bagaimana ia tidak gentar karenanya.Keluarga Brata Kesuma secara resmi telah melaporkan peristiwa berdarah yang menimpa Seruni pada pihak yang berwajib. Staff EO di hari kejadian telah lebih dulu diperiksa. Hanya saja pihak kepolisian tidak bisa memeriksa pimpinan EO. Karena sang pimpinan sudah terlebih dahulu melarikan diri. Hanya staff yang bertugas pada hari nahas itu lah yang sempat diamankan. Menurut pengakuan mereka, semua yang mereka lakukan hanya berdasarkan instruksi sa

  • Brave Heart   Chapter 44

    Seruni kebingungan. Semakin jauh ia berjalan, semakin ia tidak menemukan jalan pulang. Sejauh mata memandang, ia hanya melihat gumpalan-gumpalan kabut putih. Sebenarnya ia berada di mana saat ini? Lelah berjalan, ia menghentikan langkah sejenak. Sesuatu bayangan mengusik rasa ingin taunya.Seruni menyipitkan mata. Memfokuskan pandangan ke depan. Ia seperti melihat bayang-bayang seseorang. Bayang-bayang itu sejenak berhenti dan berpaling ke arahnya. Kedua mata Seruni terbelalak lebar. Ia seperti melihat bayangan almarhum ayahnya. Penasaran, Seruni mempercepat langkah. Namun semakin cepat ia melangkah, bayangan yang menyerupai almarhum ayahnya itu berjalan semakin jauh.Tidak mau kehilangan jejak, Seruni mulai berlari. Seperti tadi, semakin cepat ia berlari, bayangan itu juga semakin cepat mendahuluinya."Jangan mengejar Ayah, Seruni. Waktumu belum sampai, Nak. Kembalilah!"Itu suara ayahnya!

  • Brave Heart   Chapter 43

    Beberapa menit sebelumnya.Antonio berjalan menuju meja keluarga Haris tanpa semangat. Kedua kakinya seakan-akan enggan bekerjasama dengan tujuannya. Teringat pada Seruni yang ia tinggalkan di meja khusus keluarga, hatinya begitu tidak rela. Tetapi mau bagaimana lagi. Perjuangan mereka masih menemui jalan buntu. Opa dan ayahnya, masih tetap pada rencana mereka semula. Yaitu menjodohkannya dengan Anandita.Satu hal yang ia syukuri adalah ibunya ternyata mendukung hubungannya dengan Seruni. Begitu pula dengan Om Arkan dan Tante Ibell. Mereka juga terang-terangan memberi suara untuk Seruni. Rasa khawatirnya jadi sedikit teredam karenanya.Antonio mempercepat langkah. Ia semakin tidak sabar untuk mengakhiri acara ini. Semakin cepat acara usai, maka semakin cepat pula ia bisa membesarkan hati kekasihnya lagi. Ia toh hanya akan memberikan pidato kata sambutan ala kadarnya. Selebihnya acara akan dilanjutkan dengan sesi h

  • Brave Heart   Chapter 42

    Begitu menjejakkan kaki ke hotel mewah tempat acara ulah tahun perusahaan diselenggarakan, Seruni sudah merasakan atmosfer yang berbeda. Ia seperti berada di zaman victorian era. Di mulai dari megahnya gedung, tirai-tirai tinggi berwarna emas yang hangat, hingga lampu hias kerlap kerlip yang disebut chandelier oleh Antonio.Seruni sedikit menggigil saat memasuki ballroom. Suhu di ruangan ini ternyata dua kali lipat lebih dingin dari lobby hotel. Sementara pakaian model tarzan yang disebut goddess style oleh Antonio tadi mulai meresahkannya. Bukan apa-apa. Ia merasa pakaian model seperti ini akan membuatnya masuk angin sepulangnya dari acara. Kadang Seruni bingung melihat cara berpakaian orang-orang kota. Model pakaian bagus-bagus malah dilubangi semua. Seperti pakaian yang dikenakan mbak-mbak penerima tamu misalnya. Pakaiannya sudah sangat indah. Gaun lengan panjang dengan rok lebar menjuntai. Tetapi saat si mba

  • Brave Heart   Chapter 41

    "Galau memikirkan Mas, sebenarnya. Tapi karena tiba-tiba Masnya sekarang sudah muncul, nggak jadi deh galaunya," Seruni nyengir.Ia tau kalau Antonio ini sedang dalam mode cemburu. Jadi tidak diperlukan penjelasan masuk akal untuk meredamnya. Cocoknya, ya dielus saja egonya. Trik ini ia pelajari dari Mayang. Mayang pernah mengatakan bahwa banyak laki-laki yang mencari wanita malam seperti dirinya, sebenarnya bukan melulu karena nafsu. Lebih seringnya karena mereka itu ingin dielus egonya. Bahasa gampangnya mereka ingin dipuji, didamba dan dianggap sebagai makhluk paling hebat sejagat raya. Lebay? Memang. Tapi begitulah kenyataannya. Laki-laki dan ego, tidak dapat dipisahkan.Kalau mereka tidak mendapatkan pengakuan itu dari pasangan, maka mereka akan mencarinya di luar. Apabila ada seseorang yang mampu mengelus ego mereka agar dianggap hebat dan sebagainya, maka biasanya orang tersebut mampu membuat si laki-laki terus merasa keter

  • Brave Heart   Chapter 40

    Sore yang mendung. Seruni yang tengah berdiri di gerbang kantor,berulang kali memindai jam di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 17.40 WIB. Namun taksi online yang dipesannya belum juga tiba. Supir taksi tadi mengatakan kalau ia terjebak macet. Seruni mengerti, kalau jam-jam seperti ini memang rawan macet. Karena jam para pekerja pulang kantor, seperti dirinya juga.Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dengan cepat Seruni mengangkatnya. Pasti sang supir taksi ingin memberitahu kalau ia telah dekat dengan lokasinya. Namun harapannya sia-sia. Alih-alih dijemput, sang supir taksi malah membatalkan pesanan. Macetnya terlalu panjang alasannya. Dengan apa boleh buat, Seruni kembali membuka aplikasi. Bermaksud mengorder taksi online yang lain.Baru saja Seruni ingin membuka aplikasi, sesuatu menarik perhatiannya. Di sisi jalan, tampak kerumunan yang tidak biasa. Orang-orang merubungi sesuatu. Penasaran, Seruni menghampiri k

DMCA.com Protection Status