"Nggak ada apa-apa kok Tu--"
"Anda siapa?" Widuri memotong kalimat Seruni dengan tidak sabar. Ia penasaran dengan laki-laki gagah yang tiba-tiba berdiri di belakang Seruni. Widuri memindai Antonio dari atas ke bawah. Berbagai dugaan melintasi kepalanya. Laki-laki ini boleh juga. Dan kalau ia mau jujur laki-laki ini terlihat menarik justru karena gaya songongnya.
"Anda sendiri siapa?" celetuk Antonio seraya merangkul bahu Seruni santai. Widuri terkesima. Kedua bola matanya nyaris menggelinding dari rongganya, melihat intimnya laki-laki songong ini memperlakukan Seruni. Siapa sebenarnya laki-laki sombong ini? Mengapa ia berani sekali merangkul-rangkul Seruni?
Sementara Seruni sendiri tak kalah kaget. Ia bingung. Apa maksud si tuan besar ini merangkul-rangkul bahunya seperti ini? Biasanya Antonio ini jijikan orangnya. Ia bahkan pernah mengatakan kalau ia alergi bila berdekatan dengan orang-orang miskin seperti dirinya.
Seruni gelisah. Semakin jarum jam bergerak ke arah kanan, debaran jantungnya juga semakin kencang. Hari ini adalah hari ulang tahun ayah Xander. Dan Xander akan menjemputnya pada pukul tujuh tepat nanti. Sementara waktu sekarang telah menunjukkan pukul 18.30 WIB. Itu artinya setengah jam lagi Xander akan segera tiba. Jujur, ia tidak percaya diri. Bayangkan saja, ia yang hanya seorang gadis kampung sederhana, dengan fisik yang kurang sempurna pula, harus berperan sebagai pacar Alexander Delacroix Adams. Putra kebanggaan mafia berdasi negeri ini, Axel Delaroix Adam. Bagaimana ia tidak panas dingin karenanya?Satu jam yang lalu ia tidak setegang ini. Karena pada saat itu ia belum tau seperti apa keluarga Xander yang sebenarnya. Tetapi setelah ia iseng mencari informasi tentang keluarga besar Delacroix Adams di internet, nyalinya ciut seketika. Ia sedang bermain-main dengan seorang mafia internasional rupanya. Ia khawatir kalau ia akan dilenyapkan, apabila san
Seruni mengalihkan pandangan. Sungguh ia tidak tega melihat binar mata jahil Nuri meredup. Ia dan Nuri sama-sama perempuan. Istimewa ia juga baru ditinggalkan Bian. Melihat orang yang kita cinta bersama dengan wanita lain, sakitnya memang tidak terkira. Kita seperti dipaksa untuk mengakui bahwa diri kita tidak berarti meski kita mencintai mereka setengah mati."Saya--saya keluar sebentar ya?" Nuri meminta diri dengan suara tergagap-gagap. Kesedihan jelas tergambar di raut wajahnya. Seruni merasa rangkulan Xander di bahunya kian mengetat. Seruni mendongak. Mengamati air muka Xander. Wajah Xander berubah kaku dengan mulut membentuk satu garis lurus. Xander marah. Dan semua itu pasti dikarenakan ia menyaksikan kesedihan Nuri. Seruni meringis. Makin lama cengkraman Xander kian kuat. Sepertinya Xander tidak sadar kalau ia telah menyakitinya."Mas, sakit." Seruni berbisik pelan. Kaget, Xander melepas cengkramannya. Selanjutnya ia menyusul Nuri y
"Ini pada mau ke mana sih Mas? Nggak jadi ya acara makan-makannya?" Tante Raline, ibunya Xander, menghadang langkah Om Axel. Di samping Tante Raline, ada seorang wanita paruh baya lain yang mengikuti. Seruni merasa familiar dengan sorot mata jahil tante-tante cantik ini. Oh iya, garis wajah dan cengirannya sebelas dua belas dengan Om Axel. Pasti tante ini yang namanya Liberty Delacroix Adams alias si flawless Lily. Adik satu-satunya Om Axel. Untung saja ia sempat membaca tentang silsilah keluarga Xander di internet. Jadi sedikit banyak, ia bisa memahami keunikan keluarga ini. Walau jujur ia tidak mengira ternyata mereka semua segila ini."Jadi dong, Sayang. Tapi anak-anak pada mau olahraga dulu. Sebagai tuan rumah yang baik, ya Mas harus menjamu mereka dong. Kamu dan Lily mau ikut nonton tidak? Lumayan bisa nonton MMA live, gratis lagi." Ta
"Sakit tidak, Mas?" Seruni dengan hati-hati membersihkan luka di pelipis Xander. Pertarungan telah usai. Para petarung yang terluka saat ini tengah berkumpul di ruang perawatan. Ruangan ini memang diperuntukkan bagi para anak buah Om Axel yang terluka selama latihan fisik. Dan di sinilah ia berada. Merawat kekasihnya yang terluka tentu saja. Perannya masih harus ia lanjutkan. Ia tidak mau lagi membuat orang-orang salah paham lagi, tentang perasaannya pada Antonio."Hm," jawaban irit Xander yang berupa lenguhan, tidak dimengerti dengan baik oleh Seruni. Hmnya itu menyatakan sakit, atau bisa jadi karena tenggorokannya seret bukan? Tetapi tentu saja Seruni tidak berani bertanya. Takutnya dijawab tidak, dipelototin yang ada.Seruni menuang sedikit alkohol pada kapas. Kemudian ia mulai membersihkan luka-luka di wajah Xander dengan hati-hati. Sembari bekerja, ia berkali-kali mendesis lirih sendiri. Ia ngeri melihat luka-luka di
"Hadiah? Hadiah apa, calon Kakak ipar?" Alexa siap pasang badan untuk melindungi calon kakak iparnya. Nalurinya mengatakan ada apa-apa antara si anak sultan sialan ini dengan calon kakak iparnya. Bukan apa-apa, biasanya si songong ini orangnya tidak pedulian. Sombong hingga ke upilnya. Terhadap Gerhana yang ia cintai mati-matian saja, si mulut jahanam ini masih ngegedein gengsi. Lah ini mendadak sontak menagih hadiah pada gadis yang, maaf kurang sempurna nan sederhana ini. Rasanya tidak mungkin tidak ada sesuatu di antara mereka bukan? Jangan-jangan si anak sultan ini mau menikung kakaknya? Hah, tidak bisa!"Bu--bukan apa-apa kok, Lexa. Kamu duluan ke depan saja. Nanti saya menyusul. Ada hal yang ingin saya bicarakan sebentar dengan Tuan Anton," Seruni berusaha bersikap sewajar mungkin di hadapan Alexa. Ia ingin membereskan masalahnya dulu dengan Antonio, sebelum si mulut mercon ini membuat heboh dengan menagih hadiahnya di depan Xander.
Seruni merasa pandangannya menggelap, sebelum seseorang menahan bahunya sigap. Lengan kuat itu juga yang kemudian merangkul bahunya lembut, dan mendudukkannya kembali ke kursi."Kamu tidak apa-apa, Seruni?" seru Xander dan Antonio berbarengan. Seruni mengangguk. Ia memang tidak apa-apa. Ia hanya kaget melihat Xander yang tiba-tiba saja muncul dari balik tembok. Tembok-tembok di ruangan ini memang diberi wallpaper bermotif kubus. Hanya saja Seruni tidak menyangka kalau kubus-kubus ini juga berfungsi sebagai pintu rahasia. Rumah seorang mafia memang berbeda dengan rumah orang kebanyakan sepertinya."Lepasin tangan lo dari pacar gue, Ton. Orangnya juga udah kagak kenapa-kenapa."Celetukan Xander membuat Seruni baru menyadari bahwa Antoniolah yang menahan tubuhnya, bukan Xander. Kini gantian Xander yang mengelus punggungnya lembut. Memijat-mijatnya perlahan sembari menggumankan kata maaf karena telah mengagetkannya. A
Seruni merapikan penampilannya sekali lagi sebelum memasuki kantor Antonio. Hari ini ia mengenakan kemeja putih dan rok sepan hitam sederhana. Menurut Mayang kemarin, kalau bekerja di kantor itu harus berpakaian formal, rapi dan sopan.Begitulah, walaupun pada mulanya Mayang takut ia tidak bisa menjaga diri, pada akhirnya Mayang mendukungnya juga. Hanya saja Mayang berkali-kali mengingatkannya untuk tidak mudah mempercayai mulut manis laki-laki, siapapun itu orangnya, selama mereka masih bernapas. Selama tinggal di ibukota, Mayang ini sudah seperti ibunya saja. Apa-apa selalu dikhawatiri. Tetapi Seruni sangat terharu dengan besarnya perhatian Mayang. Mayang sudah menganggapnya seperti adik sendiri. Seruni bersyukur ia memiliki Mayang di kota besar ini.Karena ia belum tau apa jabatannya di kantor Antonio, Mayang memilihkan kemeja putih dan rok hitam sederhana saja. Menurut Mayang setelan ini berkesan aman. Tidak terlalu santai, namun juga
Seruni berusaha mengimbangi langkah-langkah panjang Antonio dan Bian yang berjalan di depannya. Tetapi secepat apapun ia berupaya, tetap saja, ia tidak kuasa menyusul langkah mereka berdua. Selain itu tulang panggulnya juga mulai terasa nyeri karena terus dipaksa berjalan cepat. Saat ini mereka bertiga sedang berjalan menuju parkiran. Antonio dan Bian terus berjalan cepat sembari menelepon. Dari pembicaraan sepotong-sepotong yang ia dengar, sepertinya opa Antonio sedang kurang sehat dan saat ini tengah dilarikan ke rumah sakit. Setelah Antonio menutup telepon, barulah si tuan besar itu menyadari kalau dirinya tertinggal di belakang. Antonio kemudian berbalik, menghampiri dirinya yang berjalan tertatih-tatih di belakang. "Susah ya jalannya? Ya sudah, kita pelan-pelan saja. Sini pegang lengan saya. Tumpukan saja beban tubuhmu di lengan saya," Antonio mengangsurkan lengan kirinya. Seruni dengan cepat menggeleng. "Tidak usa
Antonio merasa waktu seakan terhenti. Suara musik, orang-orang yang berbicara, bahkan kru EO yang tengah berbicara padanya, seolah-olah menghilang. Pandangannya hanya tertuju pada Seruni seorang. Ia seperti melihat putri Cinderlla keluar begitu saja dari buku dongeng tua, dan dirinya terpesona.Mbak Wita memberi kode pada kru-krunya agar meninggalkan sepasang pengantin baru ini. Tatapan keduanya telah mengungkapkan segala. Mbak Wita perlahan juga ikut menjauh. Ia juga pernah muda."Kamu cantik sekali, Seruni. Mas sampai tidak kuasa mengalihkan tatapan Mas darimu." Antonio memandangi Seruni dengan tatapan seperti bermimpi."Terima kasih, Mas. Ini semua berkat riasan dan pakaian yang Uni kenakan. Semua keindahan yang Mas lihat ini hanyalah tempelan. Jangan terbius oleh keindahan sementara ini, Mas."Seruni mengangkat ujung gaunnya perlahan. Ia menghampiri Antonio yang hanya berdiri terpaku di pelami
Seruni melewati gerbang pabrik dengan perasaan dejavu. Rasa-rasanya baru kemarin ia masih berlalu lalang di tempat ini. Padahal sepuluh bulan telah berlalu. Dulu ia menghabiskan banyak waktu dan tenaga di pabrik gula ini. Bekerja dari pagi hingga petang, dengan gaji satu juta tiga ratus ribu rupiah. Jauh di bawah UMR Banjarnegara yang mencapai satu juta delapan ratus lima ribu rupiah.Dan kini ia memasuki pabrik dalam status yang berbeda. Sebagai calon istri pemilik 65% saham pabrik gula yang baru. Antonio memang telah membeli sahan pabrik ini. Ia beralasan ingin memberikan lapangan pekerjaan dalam skup yang lebih luas. Selain itu Antonio juga berjanji akan mengkaji ulang soal upah para buruh. Antonio berencana akan menaikkan gaji para buruh sesuai dengan UMR yang ditetapkan oleh pemerintah. Seruni sangat bahagia mendengarnya.
Semilir angin sepoi-sepoi membelai ringan kulit Seruni di teras rumah orang tuanya. Setelah hampir dua minggu di rumah sakit dan sebulan penuh beristirahat di rumah, kini ia telah kembali ke Banjarnegara. Antonio memberinya cuti selama dua minggu untuk melepas rindu pada orang-orang terkasihnya di kampung halaman. Dan hari ini tepat seminggu sudah ia di berada kampung halaman.Yang paling gembira atas kepulangannya tentu saja ibu dan adik perempuannya. Istimewa ia pulang dengan kaki yang sudah nyaris sempurna. Diantar oleh seorang laki-laki nyaris sempurna pula. Kepulangannya dengan mobil mewah serta didampingi oleh Antonio, menjadi topik terhangat di seluruh penjuru desa. Beberapa warga yang telah mengetahui siapa Antonio yang sesungguhnya, mengelu-elukannya. Mereka mengatakan bahwa Seruni sangat beruntung. Karena bukan hanya berhasil mendapatkan pasangan orang kaya, melainkan orang yang super kaya. Sangat dermawan pula. Nama Brata Kesuma di belakang nama
"Sungguh Pak, saya tidak punya niat untuk membuat siapa pun celaka. Apalagi Seruni. Sumpah, Pak!"Gita gemetaran saat diinterogasi secara marathon oleh Juru Periksa kepolisian. Sebagai orang yang menghire EO, ia dimintai keterangan oleh pihak kepolisian sebagai saksi. Namun secara tersirat Antonio kemarin sempat mengancam bahwa status saksi bisa saja berubah menjadi terdakwa, apabila ia tidak bersedia bekerjasama dengan pihak kepolisian. Bagaimana ia tidak gentar karenanya.Keluarga Brata Kesuma secara resmi telah melaporkan peristiwa berdarah yang menimpa Seruni pada pihak yang berwajib. Staff EO di hari kejadian telah lebih dulu diperiksa. Hanya saja pihak kepolisian tidak bisa memeriksa pimpinan EO. Karena sang pimpinan sudah terlebih dahulu melarikan diri. Hanya staff yang bertugas pada hari nahas itu lah yang sempat diamankan. Menurut pengakuan mereka, semua yang mereka lakukan hanya berdasarkan instruksi sa
Seruni kebingungan. Semakin jauh ia berjalan, semakin ia tidak menemukan jalan pulang. Sejauh mata memandang, ia hanya melihat gumpalan-gumpalan kabut putih. Sebenarnya ia berada di mana saat ini? Lelah berjalan, ia menghentikan langkah sejenak. Sesuatu bayangan mengusik rasa ingin taunya.Seruni menyipitkan mata. Memfokuskan pandangan ke depan. Ia seperti melihat bayang-bayang seseorang. Bayang-bayang itu sejenak berhenti dan berpaling ke arahnya. Kedua mata Seruni terbelalak lebar. Ia seperti melihat bayangan almarhum ayahnya. Penasaran, Seruni mempercepat langkah. Namun semakin cepat ia melangkah, bayangan yang menyerupai almarhum ayahnya itu berjalan semakin jauh.Tidak mau kehilangan jejak, Seruni mulai berlari. Seperti tadi, semakin cepat ia berlari, bayangan itu juga semakin cepat mendahuluinya."Jangan mengejar Ayah, Seruni. Waktumu belum sampai, Nak. Kembalilah!"Itu suara ayahnya!
Beberapa menit sebelumnya.Antonio berjalan menuju meja keluarga Haris tanpa semangat. Kedua kakinya seakan-akan enggan bekerjasama dengan tujuannya. Teringat pada Seruni yang ia tinggalkan di meja khusus keluarga, hatinya begitu tidak rela. Tetapi mau bagaimana lagi. Perjuangan mereka masih menemui jalan buntu. Opa dan ayahnya, masih tetap pada rencana mereka semula. Yaitu menjodohkannya dengan Anandita.Satu hal yang ia syukuri adalah ibunya ternyata mendukung hubungannya dengan Seruni. Begitu pula dengan Om Arkan dan Tante Ibell. Mereka juga terang-terangan memberi suara untuk Seruni. Rasa khawatirnya jadi sedikit teredam karenanya.Antonio mempercepat langkah. Ia semakin tidak sabar untuk mengakhiri acara ini. Semakin cepat acara usai, maka semakin cepat pula ia bisa membesarkan hati kekasihnya lagi. Ia toh hanya akan memberikan pidato kata sambutan ala kadarnya. Selebihnya acara akan dilanjutkan dengan sesi h
Begitu menjejakkan kaki ke hotel mewah tempat acara ulah tahun perusahaan diselenggarakan, Seruni sudah merasakan atmosfer yang berbeda. Ia seperti berada di zaman victorian era. Di mulai dari megahnya gedung, tirai-tirai tinggi berwarna emas yang hangat, hingga lampu hias kerlap kerlip yang disebut chandelier oleh Antonio.Seruni sedikit menggigil saat memasuki ballroom. Suhu di ruangan ini ternyata dua kali lipat lebih dingin dari lobby hotel. Sementara pakaian model tarzan yang disebut goddess style oleh Antonio tadi mulai meresahkannya. Bukan apa-apa. Ia merasa pakaian model seperti ini akan membuatnya masuk angin sepulangnya dari acara. Kadang Seruni bingung melihat cara berpakaian orang-orang kota. Model pakaian bagus-bagus malah dilubangi semua. Seperti pakaian yang dikenakan mbak-mbak penerima tamu misalnya. Pakaiannya sudah sangat indah. Gaun lengan panjang dengan rok lebar menjuntai. Tetapi saat si mba
"Galau memikirkan Mas, sebenarnya. Tapi karena tiba-tiba Masnya sekarang sudah muncul, nggak jadi deh galaunya," Seruni nyengir.Ia tau kalau Antonio ini sedang dalam mode cemburu. Jadi tidak diperlukan penjelasan masuk akal untuk meredamnya. Cocoknya, ya dielus saja egonya. Trik ini ia pelajari dari Mayang. Mayang pernah mengatakan bahwa banyak laki-laki yang mencari wanita malam seperti dirinya, sebenarnya bukan melulu karena nafsu. Lebih seringnya karena mereka itu ingin dielus egonya. Bahasa gampangnya mereka ingin dipuji, didamba dan dianggap sebagai makhluk paling hebat sejagat raya. Lebay? Memang. Tapi begitulah kenyataannya. Laki-laki dan ego, tidak dapat dipisahkan.Kalau mereka tidak mendapatkan pengakuan itu dari pasangan, maka mereka akan mencarinya di luar. Apabila ada seseorang yang mampu mengelus ego mereka agar dianggap hebat dan sebagainya, maka biasanya orang tersebut mampu membuat si laki-laki terus merasa keter
Sore yang mendung. Seruni yang tengah berdiri di gerbang kantor,berulang kali memindai jam di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 17.40 WIB. Namun taksi online yang dipesannya belum juga tiba. Supir taksi tadi mengatakan kalau ia terjebak macet. Seruni mengerti, kalau jam-jam seperti ini memang rawan macet. Karena jam para pekerja pulang kantor, seperti dirinya juga.Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dengan cepat Seruni mengangkatnya. Pasti sang supir taksi ingin memberitahu kalau ia telah dekat dengan lokasinya. Namun harapannya sia-sia. Alih-alih dijemput, sang supir taksi malah membatalkan pesanan. Macetnya terlalu panjang alasannya. Dengan apa boleh buat, Seruni kembali membuka aplikasi. Bermaksud mengorder taksi online yang lain.Baru saja Seruni ingin membuka aplikasi, sesuatu menarik perhatiannya. Di sisi jalan, tampak kerumunan yang tidak biasa. Orang-orang merubungi sesuatu. Penasaran, Seruni menghampiri k