Seruni berusaha mengimbangi langkah-langkah panjang Antonio dan Bian yang berjalan di depannya. Tetapi secepat apapun ia berupaya, tetap saja, ia tidak kuasa menyusul langkah mereka berdua. Selain itu tulang panggulnya juga mulai terasa nyeri karena terus dipaksa berjalan cepat.
Saat ini mereka bertiga sedang berjalan menuju parkiran. Antonio dan Bian terus berjalan cepat sembari menelepon. Dari pembicaraan sepotong-sepotong yang ia dengar, sepertinya opa Antonio sedang kurang sehat dan saat ini tengah dilarikan ke rumah sakit. Setelah Antonio menutup telepon, barulah si tuan besar itu menyadari kalau dirinya tertinggal di belakang. Antonio kemudian berbalik, menghampiri dirinya yang berjalan tertatih-tatih di belakang.
"Susah ya jalannya? Ya sudah, kita pelan-pelan saja. Sini pegang lengan saya. Tumpukan saja beban tubuhmu di lengan saya," Antonio mengangsurkan lengan kirinya. Seruni dengan cepat menggeleng.
"Tidak usa
Bian termangu. Ia nyaris tidak percaya bahwa wanita sederhana di depannya ini adalah Seruni. Seruninya. Seruni yang selalu malu-malu kala ia tatap, dan yang selalu maklum kala ia melakukan keteledoran. Seruni juga mudah memaafkan apabila ia melakukan kekhilafan. Seruni memang sebaik itu. Mengapa Seruni sekarang jadi seperti ini? Kata-katanya begitu tajam bahkan kasar. Ia tidak mengenali Seruni yang ini."Kenapa kamu jadi sekasar ini Seruni? Ke mana Seruni yang Mas kenal dulu?" desis Bian kecewa."Dia sudah mati. Mati karena terus dicekoki kepahitan di sana sini. Sudahlah, kita hentikan saja pembicaraan tidak berfaedah ini. Ingat, boss kamu memerintahkan agar kamu menunggu di lobby. Bukan di sini. Kenali posisimu kalau kamu tidak mau dipecat," sembur Seruni sadis. Tajamnya kalimat Seruni membuat Bian terbakar emosi. Sombong sekali mantan pacarnya ini."Sebaiknya kamu juga mengenali posisimu. Kamu hanya pengisi keko
Sudah hampir dua minggu ini Seruni bekerja di kantor Antonio. Selama kurun waktu dua minggu itu pula, ia belajar banyak dari Bu Puspa tentang profesionalisme sebagai seorang sekretaris. Bu Puspa menekankan bahwa ia harus memiliki lima hal yang wajib ia kuasai yaitu ; memiliki wawasan yang luas. Memiliki kecerdasan emosi. Memiliki keahlian spesifik. Mampu menguasai manajemen informasi dan juga cakap dalam teknologi. Dari lima poin di atas, yang paling sulit menurut Seruni adalah memiliki kecerdasan emosi. Bayangkan saja, ia memiliki atasan bermulut sianida seperti Antonio. Mempunyai rekan senior se-bossy Mbak Gita, serta Tika yang sombongnya nauzubillah. Itu masih rekan-rekan di sekitarannya saja. Belum lagi rekan-rekan dari divisi lainnya. Kalau dipukul rata, mereka semua sebenarnya tidak pernah menghargainya. Apalagi pendidikan terakhirnya hanya sampai Sekolah Menegah Atas saja. Hanya saja mereka semua takut pada Antonio. Jelas tersirat, bahwa dalam piki
"Mas ngapain ikut saya ke sini?" Seruni salah tingkah saat Antonio mengikutinya hingga ke dapur. Bukan apa-apa. Ia takut kagok karena terus dipelototi selama memasak."Saya 'kan harus memastikan apakah makananmu itu layak dikonsumsi oleh manusia. Lagi pula saya juga ingin melihat proses pembuatannya. Higienis atau tidak. Perut saya ini tidak seperti perut orang kebanyakan."Bilang saja kalau perut anak sultan, beda dengan perut rakyat jelata.Kalau jawaban Antonio sudah sombong seperti itu, Seruni memilih mengalah saja. Berdebat sampai mulut berbusa pun, si tuan besar ini tidak akan mau kalah. Yang waras, sebaiknya mengalah. Dalam diam Seruni mulai menyiapkan bahan-bahan untuk memasak dari dalam kulkas."Kamu mau memasakkan saya apa? Ingat ya, jangan makanan kampung yang aneh-aneh. Perut saya bisa mules-mules nanti," oceh Antonio seraya menarik sebuah kursi di dekat meja makan. Ia bahkan mencari s
Antonio menekan pedal gas semakin dalam. Ia memiliki dua alasan untuk mencari pelampiasan. Pertama ia kesal pada Seruni. Gadis itu sudah mulai menunjukkan taringnya sekarang. Ia mengatakan apa tadi? Urus saya urusannya sendiri! Lihatlah, betapa tidak tau terima kasihnya perempuan itu. Padahal ia bersikap seperti itu demi kebaikan gadis itu sendiri. Bayangkan saja, seorang gadis membuka pakaian seorang laki-laki. Apakah pantas? Mau laki-laki itu mabuk atau pun tidak, tetap saja tidak boleh. Bahkan sebenarnya laki-laki yang sedang mabuk itu lebih berbahaya. Karena apa? Karena nalarnya sedang dalam keadaan shut down alias mati. Bagaimana jika dalam keadaan tidak sadarnya, Xander mengambil keuntungan? Salah siapa coba? Diberi pengertian sampai segamblang itu, gadis tidak tau terima kasih itu malah menentangnya.Selain masalah Seruni, penyebab lainnya adalah Alexa. Si Mafia kesasar itu mengancam akan bunuh diri kalau ia tidak mau membantunya. Entah men
"Kamu kenapa Uni? Mbak perhatikan dari tadi kamu melamun terus. Ada masalah di kantor atau bagaimana, Uni?" Seruni tersadar dari lamunan tatkala Mayang menegurnya. Minggu pagi ini ia memang sedang menyambangi mess Mayang. Ia tetap berusaha menjalin silaturahmi yang baik dengan Mayang. Ia tidak mau dianggap seperti kacang yang lupa pada kulitnya. "Uni baik-baik saja kok, Mbak. Mbak tidak usah khawatir," Seruni buru-buru mematahkan kekhawatiran Mayang dengan seulas senyum manis. Ia memang dalam keadaan baik-baik saja. Hanya hubungannya saja yang akhir-akhir ini kurang baik dengan Antonio. Ia memang sengaja menghindari Antonio. Ia tidak ingin menjadi perusak hubungan orang. Sikap menjauhnya ini juga ditanggapi dingin oleh Antonio. Sepertinya tuan besar itu benar-benar tersinggung saat ia mengatakan agar tidak mencampuri urusannya. Perang dingin mereka
"Gue nggak apa-apa, Guh. Jangan lebay lo ya?" Antonio mendorong dada Tangguh kesal bercampur malu. Dengan cepat ia berdiri dan mengibas-ngibas bokongnya. Membersihkan kotoran yang mungkin menempel di sana karena aksi jatuh tidak elegannya. Si mantan preman sialan ini sepertinya memang sengaja mempermalukannya. Buktinya, alih-alih menampilkan raut wajah khawatir, Tangguh malah pringas pringis. Sementara ekspresi wajah Gerhana lebih aneh lagi karena berusaha menahan tawa. Pasangan menyebalkan ini memang niat sekali membuatnya malu. Pura-pura khawatir padahal senangnya setengah mati.Setelah merasa bokongnya cukup bersih, Antonio kembali duduk. Ia berusaha menampilkan ekspresi wajah datar seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Padahal dalam hati, ia malu setengah mati. Bayangkan, ia jatuh di tengah-tengah restaurant tanpa sebab dan akibat yang jelas. Jangan-jangan para pengunjung restaurant tadi mengiranya menderita penyakit ayan."Nggak
Di sepanjang perjalanan pulang, Mayang tidak mengeluarkan satu suku kata pun. Ia hanya diam dengan tatapan nyalang. Seruni jadi tidak berani untuk menanyakan apapun. Terlebih lagi ada Antonio yang tengah menyetir. Hanya saja, Seruni merasa tidak tenang. Ia terus menerus memandang ke belakang. "Kalau kamu terus menggerakkan lehermu seperti itu, dikhawatirkan saat kakimu sembuh nanti, malah gantian leher kamu yang sengkleh. Duduk tenang Seruni. Jangan mengurusi hal yang bukan urusanmu. Ingat, setiap orang mempunyai privacy sendiri." Teguran Antonio menyadarkan Seruni. Ia memang terlalu mengkhawatirkan Mayang. Bagaimana ia tidak khawatir, Mayang yang biasanya jenaka dan ceria, mendadak seperti orang linglung begini."Tapi, Mas--""Mungkin kamu memang sahabat Mayang. Tapi ingat, jangan memaksa apabila yang bersangkutan tidak ingin membagi masalahnya. Hormati keputusannya. Kala
"Mas, sebelum kita pulang, ada hal penting yang harus Mas tau. Ini soal hubungan Uni dan Mas Xander." Hening sejenak. Seruni memutuskan untuk berterus terang tentang hubungannya dengan Xander sedini mungkin.Sejak Antonio blak-blakan menceritakan tentang kemungkinan penolakan keluarga besarnya atas hubungan mereka, Seruni mengerti kalau Antonio adalah type orang yang menyukai kejujuran walau menyakitkan. Oleh karena itulah, ia juga akan melakukan hal yang sama. Ia ingin mengawali hubungan percintaan mereka dengan kejujuran di atas segala-galanya."Lanjutkan,""Mas, Uni terikat perjanjian dengan Mas Xander, sebagai pacar pura-puranya," ucap Seruni hati-hati."Sudah Mas duga. Sampai berapa lama?""Sampai Mas Xander berhasil mendapatkan cinta Mbak Nuri atau...""Atau?""Atau Mas Xander mengatakan bahwa Uni bukan pacarnya lagi," lanjut Seruni pe
Antonio merasa waktu seakan terhenti. Suara musik, orang-orang yang berbicara, bahkan kru EO yang tengah berbicara padanya, seolah-olah menghilang. Pandangannya hanya tertuju pada Seruni seorang. Ia seperti melihat putri Cinderlla keluar begitu saja dari buku dongeng tua, dan dirinya terpesona.Mbak Wita memberi kode pada kru-krunya agar meninggalkan sepasang pengantin baru ini. Tatapan keduanya telah mengungkapkan segala. Mbak Wita perlahan juga ikut menjauh. Ia juga pernah muda."Kamu cantik sekali, Seruni. Mas sampai tidak kuasa mengalihkan tatapan Mas darimu." Antonio memandangi Seruni dengan tatapan seperti bermimpi."Terima kasih, Mas. Ini semua berkat riasan dan pakaian yang Uni kenakan. Semua keindahan yang Mas lihat ini hanyalah tempelan. Jangan terbius oleh keindahan sementara ini, Mas."Seruni mengangkat ujung gaunnya perlahan. Ia menghampiri Antonio yang hanya berdiri terpaku di pelami
Seruni melewati gerbang pabrik dengan perasaan dejavu. Rasa-rasanya baru kemarin ia masih berlalu lalang di tempat ini. Padahal sepuluh bulan telah berlalu. Dulu ia menghabiskan banyak waktu dan tenaga di pabrik gula ini. Bekerja dari pagi hingga petang, dengan gaji satu juta tiga ratus ribu rupiah. Jauh di bawah UMR Banjarnegara yang mencapai satu juta delapan ratus lima ribu rupiah.Dan kini ia memasuki pabrik dalam status yang berbeda. Sebagai calon istri pemilik 65% saham pabrik gula yang baru. Antonio memang telah membeli sahan pabrik ini. Ia beralasan ingin memberikan lapangan pekerjaan dalam skup yang lebih luas. Selain itu Antonio juga berjanji akan mengkaji ulang soal upah para buruh. Antonio berencana akan menaikkan gaji para buruh sesuai dengan UMR yang ditetapkan oleh pemerintah. Seruni sangat bahagia mendengarnya.
Semilir angin sepoi-sepoi membelai ringan kulit Seruni di teras rumah orang tuanya. Setelah hampir dua minggu di rumah sakit dan sebulan penuh beristirahat di rumah, kini ia telah kembali ke Banjarnegara. Antonio memberinya cuti selama dua minggu untuk melepas rindu pada orang-orang terkasihnya di kampung halaman. Dan hari ini tepat seminggu sudah ia di berada kampung halaman.Yang paling gembira atas kepulangannya tentu saja ibu dan adik perempuannya. Istimewa ia pulang dengan kaki yang sudah nyaris sempurna. Diantar oleh seorang laki-laki nyaris sempurna pula. Kepulangannya dengan mobil mewah serta didampingi oleh Antonio, menjadi topik terhangat di seluruh penjuru desa. Beberapa warga yang telah mengetahui siapa Antonio yang sesungguhnya, mengelu-elukannya. Mereka mengatakan bahwa Seruni sangat beruntung. Karena bukan hanya berhasil mendapatkan pasangan orang kaya, melainkan orang yang super kaya. Sangat dermawan pula. Nama Brata Kesuma di belakang nama
"Sungguh Pak, saya tidak punya niat untuk membuat siapa pun celaka. Apalagi Seruni. Sumpah, Pak!"Gita gemetaran saat diinterogasi secara marathon oleh Juru Periksa kepolisian. Sebagai orang yang menghire EO, ia dimintai keterangan oleh pihak kepolisian sebagai saksi. Namun secara tersirat Antonio kemarin sempat mengancam bahwa status saksi bisa saja berubah menjadi terdakwa, apabila ia tidak bersedia bekerjasama dengan pihak kepolisian. Bagaimana ia tidak gentar karenanya.Keluarga Brata Kesuma secara resmi telah melaporkan peristiwa berdarah yang menimpa Seruni pada pihak yang berwajib. Staff EO di hari kejadian telah lebih dulu diperiksa. Hanya saja pihak kepolisian tidak bisa memeriksa pimpinan EO. Karena sang pimpinan sudah terlebih dahulu melarikan diri. Hanya staff yang bertugas pada hari nahas itu lah yang sempat diamankan. Menurut pengakuan mereka, semua yang mereka lakukan hanya berdasarkan instruksi sa
Seruni kebingungan. Semakin jauh ia berjalan, semakin ia tidak menemukan jalan pulang. Sejauh mata memandang, ia hanya melihat gumpalan-gumpalan kabut putih. Sebenarnya ia berada di mana saat ini? Lelah berjalan, ia menghentikan langkah sejenak. Sesuatu bayangan mengusik rasa ingin taunya.Seruni menyipitkan mata. Memfokuskan pandangan ke depan. Ia seperti melihat bayang-bayang seseorang. Bayang-bayang itu sejenak berhenti dan berpaling ke arahnya. Kedua mata Seruni terbelalak lebar. Ia seperti melihat bayangan almarhum ayahnya. Penasaran, Seruni mempercepat langkah. Namun semakin cepat ia melangkah, bayangan yang menyerupai almarhum ayahnya itu berjalan semakin jauh.Tidak mau kehilangan jejak, Seruni mulai berlari. Seperti tadi, semakin cepat ia berlari, bayangan itu juga semakin cepat mendahuluinya."Jangan mengejar Ayah, Seruni. Waktumu belum sampai, Nak. Kembalilah!"Itu suara ayahnya!
Beberapa menit sebelumnya.Antonio berjalan menuju meja keluarga Haris tanpa semangat. Kedua kakinya seakan-akan enggan bekerjasama dengan tujuannya. Teringat pada Seruni yang ia tinggalkan di meja khusus keluarga, hatinya begitu tidak rela. Tetapi mau bagaimana lagi. Perjuangan mereka masih menemui jalan buntu. Opa dan ayahnya, masih tetap pada rencana mereka semula. Yaitu menjodohkannya dengan Anandita.Satu hal yang ia syukuri adalah ibunya ternyata mendukung hubungannya dengan Seruni. Begitu pula dengan Om Arkan dan Tante Ibell. Mereka juga terang-terangan memberi suara untuk Seruni. Rasa khawatirnya jadi sedikit teredam karenanya.Antonio mempercepat langkah. Ia semakin tidak sabar untuk mengakhiri acara ini. Semakin cepat acara usai, maka semakin cepat pula ia bisa membesarkan hati kekasihnya lagi. Ia toh hanya akan memberikan pidato kata sambutan ala kadarnya. Selebihnya acara akan dilanjutkan dengan sesi h
Begitu menjejakkan kaki ke hotel mewah tempat acara ulah tahun perusahaan diselenggarakan, Seruni sudah merasakan atmosfer yang berbeda. Ia seperti berada di zaman victorian era. Di mulai dari megahnya gedung, tirai-tirai tinggi berwarna emas yang hangat, hingga lampu hias kerlap kerlip yang disebut chandelier oleh Antonio.Seruni sedikit menggigil saat memasuki ballroom. Suhu di ruangan ini ternyata dua kali lipat lebih dingin dari lobby hotel. Sementara pakaian model tarzan yang disebut goddess style oleh Antonio tadi mulai meresahkannya. Bukan apa-apa. Ia merasa pakaian model seperti ini akan membuatnya masuk angin sepulangnya dari acara. Kadang Seruni bingung melihat cara berpakaian orang-orang kota. Model pakaian bagus-bagus malah dilubangi semua. Seperti pakaian yang dikenakan mbak-mbak penerima tamu misalnya. Pakaiannya sudah sangat indah. Gaun lengan panjang dengan rok lebar menjuntai. Tetapi saat si mba
"Galau memikirkan Mas, sebenarnya. Tapi karena tiba-tiba Masnya sekarang sudah muncul, nggak jadi deh galaunya," Seruni nyengir.Ia tau kalau Antonio ini sedang dalam mode cemburu. Jadi tidak diperlukan penjelasan masuk akal untuk meredamnya. Cocoknya, ya dielus saja egonya. Trik ini ia pelajari dari Mayang. Mayang pernah mengatakan bahwa banyak laki-laki yang mencari wanita malam seperti dirinya, sebenarnya bukan melulu karena nafsu. Lebih seringnya karena mereka itu ingin dielus egonya. Bahasa gampangnya mereka ingin dipuji, didamba dan dianggap sebagai makhluk paling hebat sejagat raya. Lebay? Memang. Tapi begitulah kenyataannya. Laki-laki dan ego, tidak dapat dipisahkan.Kalau mereka tidak mendapatkan pengakuan itu dari pasangan, maka mereka akan mencarinya di luar. Apabila ada seseorang yang mampu mengelus ego mereka agar dianggap hebat dan sebagainya, maka biasanya orang tersebut mampu membuat si laki-laki terus merasa keter
Sore yang mendung. Seruni yang tengah berdiri di gerbang kantor,berulang kali memindai jam di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 17.40 WIB. Namun taksi online yang dipesannya belum juga tiba. Supir taksi tadi mengatakan kalau ia terjebak macet. Seruni mengerti, kalau jam-jam seperti ini memang rawan macet. Karena jam para pekerja pulang kantor, seperti dirinya juga.Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dengan cepat Seruni mengangkatnya. Pasti sang supir taksi ingin memberitahu kalau ia telah dekat dengan lokasinya. Namun harapannya sia-sia. Alih-alih dijemput, sang supir taksi malah membatalkan pesanan. Macetnya terlalu panjang alasannya. Dengan apa boleh buat, Seruni kembali membuka aplikasi. Bermaksud mengorder taksi online yang lain.Baru saja Seruni ingin membuka aplikasi, sesuatu menarik perhatiannya. Di sisi jalan, tampak kerumunan yang tidak biasa. Orang-orang merubungi sesuatu. Penasaran, Seruni menghampiri k