Dari kejauhan saja Seruni sudah sangat mengagumi rumah baru Xander. Ia seperti melihat rumah di film-film Eropa kuno ada di depan matanya. Rumah Xander sangat luas dan bergaya klasik. Seruni merasa seperti sedang masuk ke dalam mesin waktu zaman victorian era, begitu pintu ruang utama dibuka.
Pada bagian ruang tamu, terdapat sofa letter L berwarna krem yang mewah. Mejanya terbuat dari kaca penuh ukiran, disertai hamparan karpet bulu berwarna senada yang terhampar di bawahnya. Pada bagian dinding, dipenuhi dengan ornamen-ornamen antik abstrak yang tersusun rapi dari bebatuan marmer. Kemegahan lain terlihat dari tirai yang menjulang tinggi pada bagian jendela kaca berukir. Sebuah lampu hias spiral berbahan kristal, semakin melengkapi kemewahan ruangan.
Satu hal yang paling menarik perhatian Seruni adalah, puluhan miniatur burung nuri berbagai warna yang berjejer memenuhi lemari hias. Seruni menyadari sepertinya Xander ini sangat menyukai burung nuri. Di tengah-tengah ruangan saja, ada sebuah lukisan besar bergambar sepasang burung nuri yang begitu indah. Satu berwarna
merah kebiruan-unguan dan satunya lagi berwarna hijau cerah kekuningan. Xander ini fixed pecinta burung nuri.Seruni tidak henti-hentinya mengagumi interior megah rumah Xander. Saat Xander mempersilahkannya duduk, Seruni nyaris terjengkang. Empuknya bantalan sofa membuat bokongnya langsung melesak ke dalam saat menyentuh permukaan sofa. Maklum saja, di kampung ia terbiasa duduk di kursi kayu yang keras. Makanya cara duduknya adalah menekankan seluruh beban tubuh ke sofa. Tidak heran kalau ia nyaris terjengkang. Setelah melihatnya duduk, Xander pun menyusul duduk di hadapannya.
"Oh ya, sebelum saya pergi, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Seperti saya katakan tadi, rumah ini akan saya tempati kalau calon pasangan saya bersedia saya lamar. Masalahnya sampai saat ini, calon pasangan saya itu tidak menyadari kalau saya menyukainya. Oleh karena itu, saya membutuhkan bantuan kamu untuk mengetahui isi hati calon pasangan saya yang sesungguhnya."
Seruni mengerutkan dahi. Makin ke sini, ia merasa sikap Xander semakin penuh dengan teka teki.
"Maksudnya?" tanya Seruni bingung.
"Maksudnya saya ingin meminta kesediaan kamu untuk berpura-pura menjadi kekasih saya. Dengan begitu saya jadi bisa mengamati apakah calon pasangan saya itu cemburu atau tidak? Tidak perlu sampai ia membalas perasaan saya. Sampai saya tau kalau ia cemburu saja, itu sudah cukup. Mengenai hal yang lainnya, biar saya yang berjuang sendiri. Kamu cukup membantu saya sampai sebatas apakah ia mempunyai sedikit rasa pada saya atau tidak. Sedikit rasa saja. Bagaimana? Apakah kamu bersedia membantu saya?" pinta Xander gelisah. Ada harapan besar di kedua bola mata hitamnya.
Pasangan masih di angan-angan, tapi Xander telah menyiapkan rumah semegah ini. Selain gila, pasti Xander juga sangat mencintai wanita itu.
"Bapak sangat mencintai wanita itu ya, Pak?" tebak Seruni penasaran.
"Dia adalah satu-satunya wanita yang paling ingin saya bahagiakan mati-matian selain mama saya. Kata cinta terlalu kecil skupnya untuk mendeskripsikan perasaan saya terhadapnya.
Luar biasa! Xander menekankan kata satu-satunya. Itu artinya ia tidak pernah memikirkan wanita yang lain.
"Wanita itu pasti cantik sekali ya, sampai Bapak mencintainya sedalam itu?" Seruni nyaris menggigit lidahnya sendiri karena kelancangan pertanyaannya. Perasaan Xander, bukanlah urusannya.
"Saya tidak punya standar soal cantik tidaknya seorang perempuan. Karena bagi saya, semua perempuan itu cantik. Mereka hanya akan terlihat jelek kalau hati mereka jelek. Titik."
"Kalau mereka maaf, cacat. Apakah masih bisa dikatakan cantik juga?" guman Seruni pelan. Jujur hatinya terasa hangat saat mendengar arti kata cantik versi Xander.
"Tentu saja. Kalimat saya tadi berlaku kebalikannya. Artinya, sesempurna apapun fisik seorang perempuan, ia akan tampak jelek, kalau hatinya jelek. No offense."
Seruni memegang dadanya diam-diam. Untuk pertama kalinya ia merasa mulai merasa simpati terhadap seorang laki-laki selain Bian. Perasaan apakah ini?
Tolong, Tuhan. Jangan jatuhkan hati hamba terhadap orang yang hamba tau, jelas-jelas tidak mencintai hamba. Jangan buat hamba merana untuk yang kedua kalinya.
"Dan Nuri Permana Pramudya, adalah satu-satunya wanita yang paling ingin saya semogakan cintanya."
Jadi ini artinya semua ornament yang menggambarkan burung nuri di rumah ini. Wanita itu ternyata bernama Nuri!
"Mau Nuri itu galak, ketus, sempurna ataupun tidak sempurna, niat saya padanya tidak pernah berubah. Hanya kepada dirinyalah saya ingin membina rumah tangga. Jika pada akhirnya ia tetap menolak saya, mungkin saya tidak akan pernah menikahi wanita manapun juga."
Kata-kata Xander membuat Seruni hati Seruni bergetar. Ternyata Xander adalah type laki-laki yang jika sudah mencintai, maka ia akan mencintai tanpa kata tetapi dan kecuali. Nuri sungguh beruntung dicintai oleh laki-laki sesetia Xander.
Melihat tekad di wajah Xander, Seruni mengalah. Baiklah, ia akan membalas budi baik Xander ini dengan cara mengikuti keinginannya. Mudah-mudahan saja sandiwaranya dan Xander nanti, berhasil membuat orang yang bernama Nuri itu menyadari perasaannya sendiri. Syukur-syukur malah membalas perasaan Xander dengan cinta yang sama besarnya. Seruni mengagumi laki-laki berkarakter kuat seperti Xander ini. Mudah-mudahan saja semua keinginan Xander bisa ia wujudkan.
"Baiklah. Saya setuju. Saya bersedia berpura-pura menjadi kekasih, Bapak. Mudah-mudahan saja Bapak berhasil membuat Mbak Nuri menyadari perasaannya sendiri, dan syukur-syukur membalas cinta Bapak ya?" lanjut Seruni lagi.
Untuk pertama kali Seruni melihat Xander tersenyum. Seruni terpesona. Senyum Xander jantan sekali. Senyum seperti ini jarang ia temui pada pria-pria terlalu ramah yang kerap menebar pesona. Type pria-pria berwajah kaku seperti Xander ini sekalinya tersenyum ternyata manglingi. Antonio kalau tersenyum akan sejantan ini tidak ya?
Astaga Uni, kamu mikir apa sih? Baru saja dikhianati laki-laki, kamu malah memikirkan laki-laki lagi. Bukannya hati-hati menjaga hati.
"Mudah-mudahan saja ya, Seruni? Oh ya, agar kamu lega, saya akan menjanjikan satu hal. Selama kita pura-pura berpacaran, saya tidak akan mengambil keuntungan dengan menyentuh-nyentuh kamu secara sembarangan. Saya menghormati kamu sebagai rekan kerja saya. Saya akan memperlakukan kamu seperti saya memperlakukan Lexa, adik perempuan saya. Jadi kamu tidak perlu khawatir. Mengenai kegiatanmu yang lain, kamu tetap boleh beraktivitas seperti biasa."
Berarti ia masih bisa bekerja di restaurant seperti biasanya. Alhamdullilah.
"Di sini tugas kamu hanya menemani Mbok Yem saja. Mengenai masalah pekerjaan rumah, ada dua orang ART lagi yang saya pekerjakan di sini. Jadi kamu tidak akan terlalu capek mengerjakan semua pekerjaan rumah. Selain itu saya juga akan memberikan uang saku padamu sebagai rekan kerja saya. Bagaimana, apakah kamu setuju?" Pertanyaan Xander ia jawab dengan anggukan kepala. Beruntung sekali nasibnya bukan?
"Baik. Berarti semuanya telah clear. Sebelum saya pamit, apakah ada hal lain yang tidak kamu mengerti?"
"Di antara semua wanita yang ada di ibukota ini, kenapa harus saya?" Seruni penasaran mengapa Xander memilihnya di antara begitu banyak pilihan.
"Karena di antara semua wanita di ibukota ini, hanya kamulah yang paling tidak mungkin jatuh cinta pada saya. Sebelum saya mengajukan penawaran ini, saya telah menyelidiki siapa kamu sebenarnya. Saya tau siapa kamu, siapa keluargamu dan mengapa kamu ada di kota ini. Setelah dicampakkan oleh seorang laki-laki tidak bermutu, kamu pasti akan lebih berhati-hati menjaga hati."
Ternyata Xander memilihnya secara random. Disesuaikan dengan kepentingan kasus dan meminimalisir resiko-resiko yang tidak perlu. Bukan karena hal lainnya.
"Kalimat singkatnya, saya tidak ingin repot mengurusi perempuan baperan yang malah jatuh cinta pada saya, alih-alih profesional bekerja.
Apakah jawaban saya ini cukup memuaskan rasa penasaranmu?""Seruni? Halo, apakah kamu tidak menyimak kata-kata saya?"
"Iya, eh tidak, Pak." Seruni kaget saat Xander menjentikkan jemari di depan wajahnya.
"Mak--maksud saya, saya menyimak kata-kata Bapak. Dan semua hal telah saya mengerti," lanjut Seruni gugup. Seruni kembali mengelus dadanya diam-diam. Takut kalau detakan jantungnya sampai terdengar oleh Xander.
"Baiklah, kalau semuanya telah kamu pahami, saya permisi dulu. Sebelumnya saya telah menelepon Mbok Yem soal kehadiran kamu di sini. Sekarang kamu bisa menemui Mbok Yem di dapur untuk masalah kamar dan hal-hal lainnya. Saya jalan dulu." Xander membalikkan badan. Urusannya sudah terlalu lama di luar club.
Sementara Seruni yang ditinggalkan hanya bisa menatap punggung gagah itu diam-diam. Ia kini mengerti ungkapan kata yang menyatakan kalau cinta itu bisa datang tiba-tiba tanpa aba-aba dan tidak bisa diduga. Karena rasa-rasanya ia kini juga tengah terkena panah asmaranya.
***
Antonio menimang-nimang remote mobil. Ragu-ragu antara ingin masuk ke dalam mobil, atau kembali ke rumah. Ia gegana alias galau dan merana karena penasaran terhadap jati diri Seruni yang sebenarnya. Benaknya kembali mengulang kejadian di restaurant. Setelah meninggalkan Seruni di depan toilet, ia kembali ke mejanya dan bergabung dengan Abizar dan Bian. Tidak lama berselang ada seorang waitress lain menghampiri meja mereka. Sang waitress kemudian memberikan sebuah amplop yang cukup tebal kepada Bian. Sang waitress berpesan bahwa amplop itu adalah titipan dari Seruni. Dari kejadian tadi siang itu, ia telah menyimpulkan sesuatu. Pertama, mungkin Seruni bukanlah seorang wanita panggilan. Dan yang kedua, Seruni menolak uang Bian karena tidak sesuai dengan tarifnya. Di antara kedua dugaan itu, entah yang mana satu yang benar. Satu-satunya cara untuk mengetahui kebenarannya, tentu saja dengan jalan memata-matainya. Oleh sebab itulah ia berencana akan ke mess Astronomix Girls dan melanjutkan investigasinya.
Dan di sinilah akhirnya ia berada. Di sudut gerbang mess Astronomix Girls, seperti om-om senang sedang menjemput ayam peliharaannya. Memalukan! Antonio kembali gegana. Setelah sampai di tempat tujuan pun ia bimbang, antara ingin lanjut masuk ke dalam mess atau kembali pulang.
Ya elah Ton, lo labil amat kayak abege mau nembak gebetan!
Tidak kuat menahan rasa penasaran, Antonio turun juga dari mobil yang sengaja ia parkir di ujung jalan. Setelah maju mundur beberapa kali, ia menebalkan muka dan berjalan menghampiri pos satpam.
"Selamat malam, Pak. Seruninya ada?" Antonio menyapa satpam mess dengan setengah hati. Harga dirinya serasa terjun bebas karena mencari seorang call girl hingga ke sarangnya seperti ini.
"Selamat malam. Lho, Pak Anton 'kan ini ya? Apa kabar, Pak?" sapa sang Satpam ramah. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Satpam mess ini ternyata adalah mantan supir si Alexa. Si mafia kesasar adik perempuan Xander. Dengan begini, ia jadi lebih leluasa mengorek informasi.
"Kabar saya biasa saja, Pak Dadang. Seruninya ada?" Antonio mengulang pertanyaannya.
"Wah, Pak Anton telat. Seruninya baru aja pergi dengan Pak Xander beberapa menit lalu," Pak Dadang mendecakkan lidah. Menyayangkan keterlambatan Antonio.
"Biasanya kalau Seruni pergi-pergi gitu dengan pelanggan, pulangnya kapan ya?" Antonio memulai sesi interogasinya.
"Setau saya, Seruni itu tidak pernah pergi-pergi dengan pelanggan sih, Pak. Dia kalau keluar paling pagi-pagi sekitar jam 08.30. 'Kan shift paginya di restaurant pukul 9. Terus pulangnya paling lama jam 7 malam. Selain itu Seruni mah nggak pernah keluar-keluar lagi, Pak."
Berarti selain dengan Xander, Seruni tidak pernah keluar dengan laki-laki lainnya.
"Terus ini Seruni dan Xander kalau pergi-pergi begini, kapan pulangnya?" cecar Antonio kesal. Walaupun ia sendiri tidak mengerti ia kesal karena apa.
"Nggak akan pulang-pulang lagi sih kayaknya, Pak."
"Hah? Nggak pulang? Maksudnya?" Antonio merasa tekanan darahnya naik secara tiba-tiba. Rasa tidak nyaman kian mengerogoti hatinya. Ia tidak mengerti mengapa akhir-akhir perasaannya mudah sekali berubah seperti cuaca. Sampai-sampai ia jadi tidak mengenali kepribadiannya sendiri. Sebenarnya dia ini kenapa sih?
"Seruni sekarang tinggal di rumah barunya Pak Xander. Jadi kayaknya Seruni nggak akan balik-balik lagi ke sini," terang Pak Dadang sabar. Antonio termangu. Sudah sejauh itu rupanya hubungan Seruni dengan Xander. Dua dugaannya tidak ada yang benar. Seruni memang bukan wanita panggilan sembarangan, tapi wanita panggilannya Xander. Dan Seruni menolak Bian juga bukan karena tarifnya kurang. Tetapi karena Seruni lebih memilih Xander. Yang ia tidak habis pikir adalah, kenapa Xander sampai segitunya mengistimewakan Seruni. Padahal setaunya Xander itu cinta mati pada Nuri. Xander tidak pernah terlihat mendekati wanita mana pun sejak masa akil balighnya. Om Axel dan Tante Raline sampai pernah mengira kalau Axel itu gay, karena sikap dinginnya terhadap perempuan. Pasti Seruni ini begitu istimewa sampai-sampai Xander bersedia membuatkan kandang alih-alih langsung makan sate saja.
Tetapi ada kelegaan lain di sudut hatinya yang paling dalam. Di sudut hati yang coba mati-matian ia sangkal. Ia lega karena dengan tinggal bersama Xander, setidaknya masa depan Seruni akan lebih terjamin. Jadi Seruni tidak perlu menjajakan diri seperti para Astro Girls lainnya. Ia lega sekaligus merasa kesal juga. Membayangkan Seruni menghambakan diri pada Xander kok rasa-rasanya ia tidak rela ya? Tapi kenapa? Antonio kembali gegana untuk hal yang tidak ia ketahui sebab musababnya. Ia galau dan merana untuk apa coba?
Dan sisa malam itu ia lewati dengan perang argumen yang terus berkecambuk di hati. Ia rela tapi tidak rela. Sebutan kongkritnya apa coba? Setelah meneliti sekian lama sembari berkendara, rasa-rasanya ia telah menemukan sebutannya. Hanya saja ia agak-agak tidak rela mengakuinya. Well, ia cemburu sepertinya.
Sudah seminggu ini Seruni tinggal di rumah baru Xander. Dan selama itu juga hatinya gundah gulana. Sejak ia tinggal di rumah mewah ini, ia selalu merasa bersalah terhadap keluarganya di kampung setiap kali ia akan mengisi perut. Bayangkan saja, saat di kampung dulu, lauk sehari-hari mereka begitu sederhana. Tempe, tahu, telur, kerupuk dan sayur bening, adalah menu utama mereka. Bila ia gajian, barulah ada menu ikan atau ayam di meja makan. Kalau daging, mereka hanya bisa berharap pada jatah pembagian daging kurban dari masjid setempat.Dan kini saat ia dihadapkan dengan berbagai macam menu-menu lezat menggoda selera, rasa bersalahnya kian merajalela. Di sini ia bisa makan enak hingga kenyang, sementara ibu dan adiknya di kampung entah bisa mengisi perut mereka dengan layak atau tidak. Dilema ini selalu muncul di kala ia dihadapkan pada makanan kesukaan adik kecilnya, yaitu rendang daging. Bayangan adiknya yang selalu berangan-angan bisa menikmati menu kesu
Ponsel Seruni bergetar saat ia baru saja menyentuh pintu mobil. Seruni urung membuka pintu mobil. Ia justru membuka pengait tas dan mengeluarkan ponsel dengan terburu-buru. Ia yakin kalau yang menelepon adalah Mayang untuk mengabarkan kondisi terkini ibunya. Setelah mengecek ponsel ternyata dugaannya salah. Nama Xanderlah yang terlihat di layar ponselnya. Seruni menepuk kening. Astaga, ia lupamengabari Xander kalau ia akan pulang ke Banjarnegara. Untung saja Xander meneleponnya."Ya P-- Mas Xander. Ada apa?" Seruni hampir terpeleset kata memanggil Xander dengan sebutan bapak. Ia lupa kalau posisinya sekarang adalah pacar Xander. Akan terasa ganjil kalau ia memanggil pacar sendiri dengan sebutan bapak bukan?Jeda sejenak. Xander pasti menyadari kalau dirinya sedang bersama dengan orang lainmakanya ia memanggilnya dengan sebutan mas. Perjanjian mereka berdua memang begitu. Tidak boleh ada orang yang mengetahui soal sandiwara yang
Seharusnya setelah mobil berguling, akan terdengar suara benturan-benturan keras yang disertai dengan serpihan kaca-kaca yang berterbangan. Tetapi kali ini tidak. Wajahnya yang menghantam keras dashboard pun tidak sakit sama sekali. Kakinya juga tidak terasa nyeri. Padahal saat itu ia melihat pintu mobil terbuka sesaat sebelum mobil terbalik dan menjepit keras kaki kanannya. Aneh bukan? Alih-alih merasa sakit luar biasa, ia malah seperti berada dalam buaian. Hangat, aman dan nyaman. Atau jangan-jangan ini hanya mimpi? Padahal sudah lama sekali ia tidak pernah memimpikan kejadian ini."Tidak apa-apa, Seruni. Tidak ada apa-apa. Tenang saja. Bersama saya kamu akan aman. Percayalah." Seruni mengerjap-ngerjapkan mata. Ia heran mengapa seperti ad
"Memangnya kamu polisi bisa memenjarakan orang seenaknya? Kamu ini sebenarnya siapa sih?" Pak Herry kesal melihat seorang anak muda yang terus menghalang-halanginya mendekati Seruni. Padahal gara-gara anak tiri tidak tau diri inilah hidupnya kumpal kampil tidak jelas selama seminggu ini. Pak Nyoto benar-benar ingin memenjarakannya karena kaburnya Seruni."Oh, jangan-jangan kamu ini backingnya Seruni ya?" cetus Pak Herry. Melihat betapa protektifnya pemuda ini pada Seruni, membuatnya menyadari sesuatu. Seruni berani pulang karena membawa bodyguard rupanya. Pak Herry mendengus. Pemuda kota pesolek ini sedang menggali kuburannya sendiri karena sudah berani mengusik incaran Pak Nyoto."Kalau iya, kenapa? Ada masalah?" tantang Antonio santai."Kalau iya, berarti kamu sudah mencari masalah dengan Pak Nyoto. Kamu harus tau kalau Seruni itu akan segera menjadi istrinya Pak Nyoto. Bisa habis kamu di tanga
Antonio membolak balik tubuhnya dengan gelisah. Ia merasa begitu sengsara saat harus tidur di kursi kayu keras seperti ini. Belum lagi kakinya lebih panjang daripada kursi. Ia jadi terpaksa harus menekuknya atau membiarkan kakinya menjuntai begitu saja melewati batas kursi. Kerasnya kayu membuat punggungnya sakit, walau Seruni telah melapisinya dengan sprei kain sederhana. Penderitaannya itu masih ditambah dengan serangan nyamuk yang begitu beringas keroyokan ingin menghisap darahnya. Ia sedikit menyesal karena menolak dibakarkan obat anti nyamuk oleh Seruni. Bukan apa-apa. Ia seolah-olah merasa seperti sate yang akan diasapi. Belum lagi aromanya membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Menghirup asapnya bukan hanya nyamuk yang akan lari. Tapi ia juga bisa mati. Antonio kembali menepuk nyamuk yang hinggap di pipinya. Astaga, ternyata menjadi orang miskin itu sengsara luar biasa!Antonio membalikkan tubuhnya sekali lagi. Ia benar-benar kesulitan untuk memej
"Nggak ada apa-apa kok Tu--""Anda siapa?" Widuri memotong kalimat Seruni dengan tidak sabar. Ia penasaran dengan laki-laki gagah yang tiba-tiba berdiri di belakang Seruni. Widuri memindai Antonio dari atas ke bawah. Berbagai dugaan melintasi kepalanya. Laki-laki ini boleh juga. Dan kalau ia mau jujur laki-laki ini terlihat menarik justru karena gaya songongnya."Anda sendiri siapa?" celetuk Antonio seraya merangkul bahu Seruni santai. Widuri terkesima. Kedua bola matanya nyaris menggelinding dari rongganya, melihat intimnyalaki-laki songong ini memperlakukan Seruni. Siapa sebenarnya laki-laki sombong ini? Mengapa ia berani sekali merangkul-rangkul Seruni?Sementara Seruni sendiri tak kalah kaget. Ia bingung. Apa maksud si tuan besar ini merangkul-rangkul bahunya seperti ini? Biasanya Antonio ini jijikan orangnya. Ia bahkan pernah mengatakan kalau ia alergi bila berdekatan dengan orang-orang miskin seperti dirinya.
Seruni gelisah. Semakin jarum jam bergerak ke arah kanan, debaran jantungnya juga semakin kencang. Hari ini adalah hari ulang tahun ayah Xander. Dan Xander akan menjemputnya pada pukul tujuh tepat nanti. Sementara waktu sekarang telah menunjukkan pukul 18.30 WIB. Itu artinya setengah jam lagi Xander akan segera tiba. Jujur, ia tidak percaya diri. Bayangkan saja, ia yang hanya seorang gadis kampung sederhana, dengan fisik yang kurang sempurna pula, harus berperan sebagai pacar Alexander Delacroix Adams. Putra kebanggaan mafia berdasi negeri ini, Axel Delaroix Adam. Bagaimana ia tidak panas dingin karenanya?Satu jam yang lalu ia tidak setegang ini. Karena pada saat itu ia belum tau seperti apa keluarga Xander yang sebenarnya. Tetapi setelah ia iseng mencari informasi tentang keluarga besar Delacroix Adams di internet, nyalinya ciut seketika. Ia sedang bermain-main dengan seorang mafia internasional rupanya. Ia khawatir kalau ia akan dilenyapkan, apabila san
Seruni mengalihkan pandangan. Sungguh ia tidak tega melihat binar mata jahil Nuri meredup. Ia dan Nuri sama-sama perempuan. Istimewa ia juga baru ditinggalkan Bian. Melihat orang yang kita cinta bersama dengan wanita lain, sakitnya memang tidak terkira. Kita seperti dipaksa untuk mengakui bahwa diri kita tidak berarti meski kita mencintai mereka setengah mati."Saya--saya keluar sebentar ya?" Nuri meminta diri dengan suara tergagap-gagap. Kesedihan jelas tergambar di raut wajahnya. Seruni merasa rangkulan Xander di bahunya kian mengetat. Seruni mendongak. Mengamati air muka Xander. Wajah Xander berubah kaku dengan mulut membentuk satu garis lurus. Xander marah. Dan semua itu pasti dikarenakan ia menyaksikan kesedihan Nuri. Seruni meringis. Makin lama cengkraman Xander kian kuat. Sepertinya Xander tidak sadar kalau ia telah menyakitinya."Mas, sakit." Seruni berbisik pelan. Kaget, Xander melepas cengkramannya. Selanjutnya ia menyusul Nuri y
Antonio merasa waktu seakan terhenti. Suara musik, orang-orang yang berbicara, bahkan kru EO yang tengah berbicara padanya, seolah-olah menghilang. Pandangannya hanya tertuju pada Seruni seorang. Ia seperti melihat putri Cinderlla keluar begitu saja dari buku dongeng tua, dan dirinya terpesona.Mbak Wita memberi kode pada kru-krunya agar meninggalkan sepasang pengantin baru ini. Tatapan keduanya telah mengungkapkan segala. Mbak Wita perlahan juga ikut menjauh. Ia juga pernah muda."Kamu cantik sekali, Seruni. Mas sampai tidak kuasa mengalihkan tatapan Mas darimu." Antonio memandangi Seruni dengan tatapan seperti bermimpi."Terima kasih, Mas. Ini semua berkat riasan dan pakaian yang Uni kenakan. Semua keindahan yang Mas lihat ini hanyalah tempelan. Jangan terbius oleh keindahan sementara ini, Mas."Seruni mengangkat ujung gaunnya perlahan. Ia menghampiri Antonio yang hanya berdiri terpaku di pelami
Seruni melewati gerbang pabrik dengan perasaan dejavu. Rasa-rasanya baru kemarin ia masih berlalu lalang di tempat ini. Padahal sepuluh bulan telah berlalu. Dulu ia menghabiskan banyak waktu dan tenaga di pabrik gula ini. Bekerja dari pagi hingga petang, dengan gaji satu juta tiga ratus ribu rupiah. Jauh di bawah UMR Banjarnegara yang mencapai satu juta delapan ratus lima ribu rupiah.Dan kini ia memasuki pabrik dalam status yang berbeda. Sebagai calon istri pemilik 65% saham pabrik gula yang baru. Antonio memang telah membeli sahan pabrik ini. Ia beralasan ingin memberikan lapangan pekerjaan dalam skup yang lebih luas. Selain itu Antonio juga berjanji akan mengkaji ulang soal upah para buruh. Antonio berencana akan menaikkan gaji para buruh sesuai dengan UMR yang ditetapkan oleh pemerintah. Seruni sangat bahagia mendengarnya.
Semilir angin sepoi-sepoi membelai ringan kulit Seruni di teras rumah orang tuanya. Setelah hampir dua minggu di rumah sakit dan sebulan penuh beristirahat di rumah, kini ia telah kembali ke Banjarnegara. Antonio memberinya cuti selama dua minggu untuk melepas rindu pada orang-orang terkasihnya di kampung halaman. Dan hari ini tepat seminggu sudah ia di berada kampung halaman.Yang paling gembira atas kepulangannya tentu saja ibu dan adik perempuannya. Istimewa ia pulang dengan kaki yang sudah nyaris sempurna. Diantar oleh seorang laki-laki nyaris sempurna pula. Kepulangannya dengan mobil mewah serta didampingi oleh Antonio, menjadi topik terhangat di seluruh penjuru desa. Beberapa warga yang telah mengetahui siapa Antonio yang sesungguhnya, mengelu-elukannya. Mereka mengatakan bahwa Seruni sangat beruntung. Karena bukan hanya berhasil mendapatkan pasangan orang kaya, melainkan orang yang super kaya. Sangat dermawan pula. Nama Brata Kesuma di belakang nama
"Sungguh Pak, saya tidak punya niat untuk membuat siapa pun celaka. Apalagi Seruni. Sumpah, Pak!"Gita gemetaran saat diinterogasi secara marathon oleh Juru Periksa kepolisian. Sebagai orang yang menghire EO, ia dimintai keterangan oleh pihak kepolisian sebagai saksi. Namun secara tersirat Antonio kemarin sempat mengancam bahwa status saksi bisa saja berubah menjadi terdakwa, apabila ia tidak bersedia bekerjasama dengan pihak kepolisian. Bagaimana ia tidak gentar karenanya.Keluarga Brata Kesuma secara resmi telah melaporkan peristiwa berdarah yang menimpa Seruni pada pihak yang berwajib. Staff EO di hari kejadian telah lebih dulu diperiksa. Hanya saja pihak kepolisian tidak bisa memeriksa pimpinan EO. Karena sang pimpinan sudah terlebih dahulu melarikan diri. Hanya staff yang bertugas pada hari nahas itu lah yang sempat diamankan. Menurut pengakuan mereka, semua yang mereka lakukan hanya berdasarkan instruksi sa
Seruni kebingungan. Semakin jauh ia berjalan, semakin ia tidak menemukan jalan pulang. Sejauh mata memandang, ia hanya melihat gumpalan-gumpalan kabut putih. Sebenarnya ia berada di mana saat ini? Lelah berjalan, ia menghentikan langkah sejenak. Sesuatu bayangan mengusik rasa ingin taunya.Seruni menyipitkan mata. Memfokuskan pandangan ke depan. Ia seperti melihat bayang-bayang seseorang. Bayang-bayang itu sejenak berhenti dan berpaling ke arahnya. Kedua mata Seruni terbelalak lebar. Ia seperti melihat bayangan almarhum ayahnya. Penasaran, Seruni mempercepat langkah. Namun semakin cepat ia melangkah, bayangan yang menyerupai almarhum ayahnya itu berjalan semakin jauh.Tidak mau kehilangan jejak, Seruni mulai berlari. Seperti tadi, semakin cepat ia berlari, bayangan itu juga semakin cepat mendahuluinya."Jangan mengejar Ayah, Seruni. Waktumu belum sampai, Nak. Kembalilah!"Itu suara ayahnya!
Beberapa menit sebelumnya.Antonio berjalan menuju meja keluarga Haris tanpa semangat. Kedua kakinya seakan-akan enggan bekerjasama dengan tujuannya. Teringat pada Seruni yang ia tinggalkan di meja khusus keluarga, hatinya begitu tidak rela. Tetapi mau bagaimana lagi. Perjuangan mereka masih menemui jalan buntu. Opa dan ayahnya, masih tetap pada rencana mereka semula. Yaitu menjodohkannya dengan Anandita.Satu hal yang ia syukuri adalah ibunya ternyata mendukung hubungannya dengan Seruni. Begitu pula dengan Om Arkan dan Tante Ibell. Mereka juga terang-terangan memberi suara untuk Seruni. Rasa khawatirnya jadi sedikit teredam karenanya.Antonio mempercepat langkah. Ia semakin tidak sabar untuk mengakhiri acara ini. Semakin cepat acara usai, maka semakin cepat pula ia bisa membesarkan hati kekasihnya lagi. Ia toh hanya akan memberikan pidato kata sambutan ala kadarnya. Selebihnya acara akan dilanjutkan dengan sesi h
Begitu menjejakkan kaki ke hotel mewah tempat acara ulah tahun perusahaan diselenggarakan, Seruni sudah merasakan atmosfer yang berbeda. Ia seperti berada di zaman victorian era. Di mulai dari megahnya gedung, tirai-tirai tinggi berwarna emas yang hangat, hingga lampu hias kerlap kerlip yang disebut chandelier oleh Antonio.Seruni sedikit menggigil saat memasuki ballroom. Suhu di ruangan ini ternyata dua kali lipat lebih dingin dari lobby hotel. Sementara pakaian model tarzan yang disebut goddess style oleh Antonio tadi mulai meresahkannya. Bukan apa-apa. Ia merasa pakaian model seperti ini akan membuatnya masuk angin sepulangnya dari acara. Kadang Seruni bingung melihat cara berpakaian orang-orang kota. Model pakaian bagus-bagus malah dilubangi semua. Seperti pakaian yang dikenakan mbak-mbak penerima tamu misalnya. Pakaiannya sudah sangat indah. Gaun lengan panjang dengan rok lebar menjuntai. Tetapi saat si mba
"Galau memikirkan Mas, sebenarnya. Tapi karena tiba-tiba Masnya sekarang sudah muncul, nggak jadi deh galaunya," Seruni nyengir.Ia tau kalau Antonio ini sedang dalam mode cemburu. Jadi tidak diperlukan penjelasan masuk akal untuk meredamnya. Cocoknya, ya dielus saja egonya. Trik ini ia pelajari dari Mayang. Mayang pernah mengatakan bahwa banyak laki-laki yang mencari wanita malam seperti dirinya, sebenarnya bukan melulu karena nafsu. Lebih seringnya karena mereka itu ingin dielus egonya. Bahasa gampangnya mereka ingin dipuji, didamba dan dianggap sebagai makhluk paling hebat sejagat raya. Lebay? Memang. Tapi begitulah kenyataannya. Laki-laki dan ego, tidak dapat dipisahkan.Kalau mereka tidak mendapatkan pengakuan itu dari pasangan, maka mereka akan mencarinya di luar. Apabila ada seseorang yang mampu mengelus ego mereka agar dianggap hebat dan sebagainya, maka biasanya orang tersebut mampu membuat si laki-laki terus merasa keter
Sore yang mendung. Seruni yang tengah berdiri di gerbang kantor,berulang kali memindai jam di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul 17.40 WIB. Namun taksi online yang dipesannya belum juga tiba. Supir taksi tadi mengatakan kalau ia terjebak macet. Seruni mengerti, kalau jam-jam seperti ini memang rawan macet. Karena jam para pekerja pulang kantor, seperti dirinya juga.Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dengan cepat Seruni mengangkatnya. Pasti sang supir taksi ingin memberitahu kalau ia telah dekat dengan lokasinya. Namun harapannya sia-sia. Alih-alih dijemput, sang supir taksi malah membatalkan pesanan. Macetnya terlalu panjang alasannya. Dengan apa boleh buat, Seruni kembali membuka aplikasi. Bermaksud mengorder taksi online yang lain.Baru saja Seruni ingin membuka aplikasi, sesuatu menarik perhatiannya. Di sisi jalan, tampak kerumunan yang tidak biasa. Orang-orang merubungi sesuatu. Penasaran, Seruni menghampiri k