"Apa yang kamu rasakan saat ini Rose?"
"Aku sudah jauh lebih baik Dokter, terima kasih…."
"Baguslah, aku sangat senang mendengarnya. Lain kali kalau Allen masih bersikap kasar, katakan saja padaku. Aku akan membawamu pergi jauh darinya," sahut Liam setengah berbisik.
"Coba saja kalau kau berani!" sela Allen mendengar ucapan dokter pribadinya itu.
"Aku akan menghubungimu Dok, tenang saja," balas Rose sengaja memanas-manasi Allen.
"Kemanapun kalian lari, aku bisa dengan mudah menemukan kalian!"
Rose memutar bola mata malas dan kembali berbicara dengan Liam. Dia masih saja kesal dengan pria itu meski Allen sudah meminta maaf berulang kali.
"Kalau begitu aku pergi dulu, jangan lupa minum obatmu Rose. Kabari aku kalau ada apa-apa, ok?"
"Baik Dokter. Terima kasih…." Rose tersenyum seman
Setiap hari ada up yah guys đ¤
Setelah pertengkaran yang diikuti pergulatan panas antara Allen dan Rose, keduanya perlahan mulai terlihat lebih dekat.Meski Allen belum memperjelas hubungan yang ada diantara mereka, tapi pria itu perlahan mulai bersikap lebih lembut dan manis.Rose sampai heran melihat bagaimana pria itu datang membawakan makan siang untuk mereka."Makan dulu Rose," ujarnya mulai menyiapkan makanan diatas meja."Sebentar lagi, aku masih harus menyelesaikan laporan bulan ini."Allen berdecak dan mendekati meja kerja Rose. "Kau bisa melanjutkannya nanti. Ayo, aku sudah lapar. Temani aku makan."Allen menarik tangan Rose, memaksa wanita itu ikut berdiri mengikuti atasannya ke kursi sofa untuk makan siang."Aku membelikanmu spaghetti carbonara."Wangi aroma spaghetti kesukaannya langsung menyeruak ma
"Bagaimana mobil yang membawa Rose bisa hilang Ace?""Aku belum bisa memastikannya Bos, tapi dari arah GPS yang terlihat mobil itu berhenti di dekat tebing saat ini.""Kalau begitu kita kesana sekarang!"Ace mengangguk dan mulai melajukan mobil mereka dengan kecepatan penuh. Mengikuti arah GPS dimana mobil yang membawa Rose terakhir berada, Allen duduk dengan gelisah.Semoga saja tidak terjadi sesuatu pada wanita yang kemarin bertengkar hebat dengannya.Ternyata perasaan Allen yang sejak tadi tidak enak karena ini. Rose menghilang setelah mereka berbaikan dan makan siang bersama.Tidak butuh waktu lama mereka tiba di tempat yang ditunjuk arah GPS. Mobil hitam mewah keluaran terbaru yang masih mengkilap, terparkir begitu saja di dekat tebing dengan pintu penumpang belakang yang terbuka.Allen buru-buru keluar dan berlari
Rose merasa kepalanya berdenyut bukan main dengan rasa berat seperti dihantam batu.Perlahan wanita bermanik mata biru itu membuka matanya. Mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru, Rose sadar kalau dia tengah berada di tempat yang asing.Tunggu, ada dimana dia sekarang? Terakhir dia bertemu dengan Juliet bukan? Apa yang terjadi padanya? Apa wanita itu sengaja membius dan menculiknya?Rose berusaha bangkit dari ranjang berukuran 2x3 tersebut dan mencoba melangkah menuju jendela ruangan ini. Matanya membola sempurna saat melihat di depan sana hanya ada lautan.Dimana aku? Rose mencoba membuka paksa jendela itu namun seseorang malah masuk membuka pintu dengan kuat."Mau apa kau jalang?!"Juliet berjalan cepat dan menarik rambut panjang Rose, menyeretnya dan mendorong wanita itu ke lantai."Kau mau lari, hah? Kau pikir kau
"Mau apa kalian?!" pekik Rose terkejut mendapati dua orang berbadan besar mengangkatnya dari ranjang."Diam jika tidak mau kami berbuat kasar padamu!" sentak satu diantara dua orang itu."Lepaskan aku!" Rose terus memberontak hingga mereka berhasil mengikatnya ke dekat dinding dengan kaki dan tangan yang sengaja di tarik terbuka.Adam masuk ke dalam ruangan dimana Rose di sekap dan duduk menatapnya tajam."Lepas pakaiannya!" perintah pria itu pada dua orang tadi."A-apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" Rose berteriak histeris saat bajunya dirobek paksa hingga tersisa pakaian dalamnya saja.Adam tersenyum licik dan menatap penuh damba tubuh seksi Rose."Pantas saja Allen begitu terpikat padamu! Kau punya tubuh yang menggairahkan rupanya!""Brengsek! Lepaskan aku kau bajingan gila!" pekik Rose menatap nyalang Ada
Kediaman Robert Clark…"Selamat datang tuan-tuan, mari silahkan duduk…." sambut Robert menyapa dua orang pria yang sedikit lebih muda darinya."Terima kasih sudah memenuhi undangan aku hari ini." sambung Robert mulai berbasa basi."Ada apa kau ingin menemui kami?" tanya satu orang bernama West."Bagaimana kalau kita minum dulu? Tidak perlu terburu-buru, aku mengajak kalian kesini pasti karena ini akan sangat menguntungkan kelompok kita masing-masing!" sahut Robert tersenyum penuh arti.Dua pria itu saling bertatapan dan menerima gelas kristal berisi brandy yang diberikan Robert pada mereka."Untuk kesuksesan kita bersama!" Robert mengangkat gelas tinggi mendetingkannya sebelum mereka meneguk minuman memabukkan itu."Kau sepertinya sangat percaya diri dengan tujuanmu memanggil kami kemari Tuan Robert?" sahut seorang yan
Tepat pukul enam pagi di tengah embun masih membasahi rumput, Robert bersama dua kakak beradik yang menjadi sekutunya bergerak menyerang markas Blue Fire. Mata-mata yang Robert kirim untuk memantau pergerakan keponakannya mengatakan, kalau pria berjambang itu sudah berangkat dari tadi malam menuju pulau pribadi dimana Rose di sekap. Kesempatan ini digunakan olehnya untuk menyerang markas Blue Fire, yang dikenal memiliki tingkat keamanan cukup tinggi di negara mereka. "Perintahkan anggota kalian untuk menyerang dari sisi barat dan timur. Anggotaku akan menyerang dari sisi utara!" perintah Robert pada Bruno dan West. "Apa kau yakin Allen sudah pergi meninggalkan markasnya Tuan Robert?" tanya West tidak yakin. Entah kenapa perasaannya jadi tidak enak sekarang. Takut jangan sampai mereka justru datang mengantarkan nyawa kesini. "Mata-mata yang aku kir
"Ka-kau." Manik mata tua itu membola sempurna melihat Allen berdiri menjulang di depannya."Selamat datang di markasku," sahutnya membuka kedua tangan lebar. "Bagaimana penyambutanku hari ini Paman?" sambung Allen menyeringai licik."Kau tidak pergi?" tanya Robert masih terkejut."Kenapa? Apa kau berharap aku pergi menjemput wanitaku, hm? Mata-mata yang kau kirim sungguh tidak berguna!"Allen tertawa remeh dan memberi perintah pada anggotanya untuk mengikat Robert."A-apa maksudmu Al?""Mata-matamu sudah mati sebelum dia memberikan informasi tidak benar padamu!"Seorang anggota Blue Fire tidak sengaja mendengar laporan mata-mata yang dikirim Robert untuk mengawasi semua gerak gerik Allen kemarin malam, dan melaporkannya pada Ace.Pria itu bergerak cepat dan menyeret mata-mata tersebut kehadapan Allen
"Tuan Adam….""Ada apa?""Ada berita tentang tuan Robert, Tuan." sahut anggota kepercayaannya di kelompok stempel tato kuda."Kenapa dengan Daddy?" tanya Adam masih asik menghisap cerutu di tangan."Tuan Robert ditangkap sepupumu Tuan…." sahutnya menunduk takut."Apa?!" kaget Adam menggebrak meja. "Bagaimana mungkin dia bisa tertangkap? Apa Allen tidak datang ke pulau pribadi kita?""Menurut informasi yang sengaja di sebar oleh Blue Fire, tuan Robert bersama dua orang yang menyerang markas mereka berhasil ditangkap oleh tuan Allen yang ternyata ada disana.""Brengsek!" pekik Adam membuang cerutunya.Pria itu sengaja sudah pergi dari pulau pribadi untuk mengelabui Allen. Dia ikut membawa Rose bersamanya agar Allen tidak bisa mendapatkan apa-apa disana.Tapi siapa san
Akhirnya hari ini datang jugaAuthor rada² gak rela mau tamatin cerita ini, tapi setiap pertemuan pasti ada perpisahan...Author mau ngucapin terima kasih untuk semua pembaca setia Boss Mafia, I Love You yang selalu setia menanti up setiap hari...Juga untuk semua yang sudah mendukung cerita ini sampai tamat…Untuk sahabat sesama penulis Buenda Vania yang selalu setia author curhatin setiap saat,,Untuk teman-teman yang tergabung dalam Group Author Halu dan Group Author Bahagia…Terima kasih untuk setiap canda tawa selama ini,, sharing tentang segala macam hal dari yang serius sampe yang nggak penting…At least untuk suami dan anak tercinta yang selalu sabar dan mendukung hobi istri dan bundanya…I love you more â¤ď¸By the way untuk karya kedua author sudah terbit yah guysJudulnya
"Kau mau ke mana lagi, Al?" rengek Rose memeluk suaminya posesif."Aku mau ke kamar mandi sebentar Baby, perutku sakit…," keluh Allen."Tidak boleh, kau harus tetap di sini bersamaku!""Astaga … lalu aku harus buang air disini Rose?" Wanita itu mengangguk dengan puppy eyes-nya.Semenjak hamil, Rose semakin bersikap manja padanya. Allen tidak diizinkan oleh wanita itu sedikit pun menjauh darinya.Bahkan untuk ke kamar mandi saja, Rose akan mengikuti pria berjambang itu ke dalam seperti saat ini. Rose sedang duduk di dekat dia yang sedang berkonsentrasi mengeluarkan tahap akhir isi dalam perutnya."Kau tidak jijik setiap hari menemaniku begini Rose?""Tidak.""Tapi aku yang malah jijik dengan diriku sendiri melihat kau begitu betah disini Baby…."Ro
Dua bulan setelah bulan madu di atas kapal itu, Rose keluar dari kamar mandi dengan wajah yang pucat.Sudah seharian ini wanita berambut panjang itu muntah-muntah di dalam sana. Allen sampai khawatir melihat keadaan istrinya."Kita ke rumah sakit saja Baby…." Rose menggeleng bersandar di dada bidang Allen yang memeluknya."Tapi aku khawatir melihat kau muntah-muntah begini sejak pagi Baby. Aku tidak tenang meninggalkanmu sendiri di mansion""Aku tidak apa-apa, Al. Kau pergilah bekerja, mungkin aku hanya salah makan saja kemarin."Allen berdecak, mulai jengkel dengan Rose yang tidak mau mendengarkan perkataannya. Pria itu kelimpungan sendiri mengurus wanitanya karena Amberd sedang berlibur ke luar negeri.Mau menghubungi Alex pun, pria itu tidak ada di Miami sekarang. Dia memilih kembali ke Mexico membuka usahanya di sana sembari menemani Eduardo
"Kapal pesiar?""Iya, kita akan berlayar selama seminggu penuh di atas laut."Allen mengajak Rose naik ke atas kapal pesiar berukuran cukup besar yang belum lama dia beli.Pria itu sengaja membelinya untuk hadiah pernikahan dia untuk Rose. Bahkan pada kapal badan tertulis inisial nama keduanya dan tanggal pernikahan mereka.Allen benar-benar memastikan hadiah ini akan menjadi kenangan untuk mereka berdua, sekaligus sebagai tempat bulan madu mereka setelah resmi menjadi suami istri."Ini sangat indah, Al…." Rose berdiri pada dek kapal, menatap hamparan laut luas di depan mereka. Kapal itu mulai bergerak saat keduanya naik ke atas sana."Kau suka?""Sangat, aku sangat menyukainya…," sahut Rose terkagum-kagum."Aku senang jika kau menyukainya Baby." Allen memeluk wanitanya dari belak
Tanggal sebelas di bulan sebelas adalah tanggal terindah untuk Allen dan Rose. Pasangan itu memantapkan hati untuk saling mengikat janji suci di depan pendeta.Rose berjalan mendekati Allen yang tengah menunggunya di depan altar, dengan mata yang berkaca-kaca.Wanita itu berjalan pelan ditemani Alex di sampingnya dengan mata yang sembab. Pria paruh baya itu tidak menyangka anak yang selama ini dia jaga dan dia rawat, kini akan menikah dengan seorang pria pilihannya.Teringat bagaimana Alex memberi pesan-pesan untuk Rose tadi saat mereka masih di ruang ganti pengantin."Hiduplah dengan bahagia, Nak. Daddy akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kau dan keluargamu. Mommy-mu pasti ikut bahagia melihat kau akan menikah hari ini."Rose tersenyum menggenggam tangan ayahnya. "Terima kasih, Dad. Terima kasih karena sudah menjaga aku sampai sekarang. Terima kasih juga karena tidak
"Kau senang?"Rose mengangguk penuh semangat. "Tentu saja, Al. Malam ini adalah salah satu malam terindah di hidupku.""Memangnya malam selain ini apalagi?" tanya Allen penasaran."Kau mau tahu?" Allen mengangguk."Malam di mana aku sadar aku sudah mencintaimu, Al." sahut Rose mengingat malam panjang mereka berdua."Benarkah? Boleh aku tahu kapan tepatnya itu?" Rose tertawa geli, malu untuk memberitahukannya pada Allen."Kenapa tertawa? Jangan membuatku penasaran Baby…." keluh Allen memeluk posesif wanitanya dari belakang."Aku malu memberitahukannya padamu.""Kenapa malu? Aku bukan orang lain Baby, aku calon suamimu sekarang!"Rose tersenyum dengan wajah memerah. Mendengar Allen berkata calon suami makin membuat hatinya berdebar tidak karuan. Rose merasa seper
"Cepatlah Rose, kita sudah terlambat!""Berisik!" sahut Rose keluar dari dalam kamar mereka.Wanita itu memakai gaun peach sampai ke mata kakinya dengan dada yang menyembul sempurna, dan punggung yang terbuka sampai ke batas bokong. Rambutnya diikat ke atas, memperlihatkan leher Rose yang jenjang.Allen mendekati wanitanya terpesona. "Kau memang selalu cantik dan menawan Baby…," puji pria itu merangkul pinggang Rose.Wanita bermanik mata biru itu hanya mencebik, menepis rangkulan Allen padanya. Rose masih kesal dengan pria berjambang itu, dia menganggap Allen tidak pernah peka dengan perdebatan mereka semalam.Meski terkesan seperti anak kecil, tapi Rose kesal saja Allen bertingkah seperti pria polos yang tidak mengerti apa-apa.Mereka pun naik ke mobil diantarkan salah satu anggota Blue Fire menuju venue tempat pernikahan Ace dan Sonya diadakan.
"DaddyâŚ." panggil Rose mendekati Alex. "Kemarilah, duduk disini dengan Daddy." Pria paruh baya itu menepuk kursi bangku disampingnya. ""Kau sedang apa sendirian disini, Dad?" tanya Rose ikut duduk bersama ayahnya. "Menikmati pemandangan sore hari Rose. Biasanya Daddy dan mommy selalu duduk disini setiap jam begini." Rose mengernyit tidak mengerti. "Disini?" "Iya, Nak. Rumah kakekmu ini dulunya adalah tempat tinggal pertama kami setelah menikah," terang Alex mengingat kenangannya bersama ibu Rose. "Benarkah? Kenapa Daddy tidak pernah mengatakannya padaku kalau kita punya rumah lain lagi, selain rumah kita yang dulu?" tanya Rose tidak percaya. "Itu karena rumah ini terpaksa Daddy jual untuk biaya persalinan ibumu, Nak. Kami sangat susah dulu, bahkan untuk membelikan ibumu makanan yang dia suka saja Daddy tida
"Kau disini Ace?" Sonya kaget mendapati pria itu sudah lebih dulu berada di rumah orang tuanya.Wanita berlesung pipit itu dijemput oleh anggota Blue Fire di hotel sebelumnya atas perintah Ace."Duduk, Sonya!" perintah ibunya menatap tajam anak perempuan mereka."I-iya, Mom." Takut-takut wanita itu duduk di samping Ace yang tersenyum tenang menatapnya."Apa benar pria ini adalah calon suamimu?" tanya ibu Sonya tanpa basa basi.Sonya tertunduk tidak berani menatap kedua orang tuanya. "Iya, Mom … Dad.""Lalu benar kalau dia sudah menghamilimu?" tanya wanita paruh baya itu lagi.Sonya mengangguk, tidak berani bersuara. Ace tengah menggenggam tangannya dengan hangat, seakan memberikan ketenangan di hati wanitanya.Dua pasangan suami istri itu saling menatap satu sama lain, dan kompak menghembuskan nafas panja