Home / Romansa / Bos Kampret Ku / 1. Bos Baru

Share

Bos Kampret Ku
Bos Kampret Ku
Author: Viena Edelweiss

1. Bos Baru

last update Last Updated: 2024-02-28 18:39:58

Yogyakarta

Lila turun dari ojol dengan buru-buru. Dia berlarian membelah halaman kantornya yang luas dan berderap masuk ke dalam gedung berdesain cukup unik--nggak mirip kantor pada umumnya sebenernya, sih.

Gedung ini tidak berbentuk kotak tinggi menjulang. Meskipun masih tinggi menjulang, tetapi atap dan sebagian badan gedung bagian atas berbentuk bundar mirip koloseum di Italia tempat gladiator adu nyawa pada zaman dulu.

Okay, kembali pada Lila yang pagi itu lupa menghidupkan alarm untuk membangunkan dirinya sendiri. Alhasil, gadis manis berambut panjang kuncir kuda itu pun terlambat setengah jam. Wajahnya sudah pucat pasi saat berhadapan dengan sang kepala corporate sekretaris---Bu Ana.

Tetapi tunggu dulu. Mundur beberapa menit sebelumnya saat masuk ke dalam gedung, Lila harus mengalami drama tabrakan dengan seorang pemuda berkemeja merah marun saat keluar dari lift yang membuatnya ngomel-ngomel.

Ya, bayangkan saja, Lila sedang panik karena membayangkan dirinya akan kena semprot Bu Ana, kenapa harus ditambah adegan tabrakan pula dengan entah siapa pun dia.

Dia belum pernah melihat pemuda itu sebelumnya. Mungkin saja karyawan baru yang sedang dibimbing oleh Pak Arka, staff ahli yang berdiri di samping pemuda itu.

Dan entah kenapa Pak Arka malah memelototinya, seakan-akan ingin memperingatkan sesuatu padanya. Tetapi, Lila yang sudah sangat emosi tidak terlalu menghiraukan pria itu.

"Kalau jalan liat kanan kiri, depan, belakang, dong, Mbak." Ucapan si pemuda diselingi dengan smirk di bibirnya membuat Lila emosi. Apalagi mata elang pemuda itu memindai tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung roknya yang, astaga kependekan.

"Situ juga kalau jalan liat-liat!" sembur Lila sambil menurun-nurunkan rok span hitam yang menggantung beberapa centi di atas lututnya. Risih sekali dengan tatapan nakal pemuda itu. Breng sek bener.

"Wah, karyawan di sini galak-galak, ya, Pak Arka?" Si pemuda terkekeh, disambut cibiran Lila. "Tapi, kalau yang galak manis begini, jatuhnya gemesin. Seksi pula." Dia menaik-naikkan alis sambil matanya masih tetap nakal memindai badan Lila.

"Eh, mulut situ, ya?" Lila melotot geram. Siapa sih ini karyawan baru, songong bener tidak punya sopan santun.

Dan lagi-lagi Pak Arka mendelik pada Lila sambil menggeleng. Tetapi gadis itu tidak peduli. Waktu keterlambatannya sudah memanjang menjadi empat puluh lima menit. Ini lebih celaka dari pada peringatan tersirat dari Pak Arka.

Tidak mau memperpanjang perdebatan lagi, tanpa ba-bi-bu Lila segera menghambur ke ruangan Bu Ana---yang juga ruangannya dan satu asisten sekretaris lain, Yolanda.

"Ini sudah dua kali dalam minggu ini, loh, kamu telat, Lil." Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu berkacak pinggang di depan Lila yang menunduk menyembunyikan wajah pucatnya.

"Sudah tahu hari ini ada Dirut baru. Harusnya kamu jangan bikin kesan pertama buruk begini, dong. Pak Ezekiel tadi ke ruangan ini dan nanyain kenapa asistenku ilang satu!"

"Iya, Bu ... maaf," cicit Lila sambil pelan-pelan menggeser langkah hingga mendekat ke mejanya. Yolanda di meja sebelah senyum-senyun nyebelin.

"Dirut baru lagi keliling kantor sama Pak Arka. Nanti beliau ke sini lagi mau memastikan penghuni ruangan ini lengkap." Bu Ana mengibaskan tangan menyuruh Lila duduk di kursinya.

Aduh mampus. Jangan-jangan yang tadi ditabrak adalah Dirut baru. Fix ini, sih, mirip cerita di novel-novel. Awal ketemu di kantor terlibat konflik, tidak tahunya dia bos baru.

"Bakalan betah kita di kantor, Lil ... secara Dirut baru gantinya Pak Septa gantengnya kebangetan," bisik Yolanda.

"Orangnya pake kemeja warna marun, nggak, Yol?"

"He-eh. Kamu udah ketemu?"

Lila menggaruk kepalanya. "Sempat papasan tadi." Badannya mendadak panas dingin. Ini sih apes bener.

"Ganteng banget, kan? Udah kaya cerita di novel-novel, nggak, sih? Dirutnya kece badai."

Boro-boro mikir gantengnya Dirut baru. Yang ada Lila mendadak demam mengingat ucapan ketus dan sikap galaknya tadi saat tidak sengaja bertabrakan dengan pemuda berkemeja marun.

"Kamu pucet banget, sih, Lil?" Yolanda mengamati wajah Lila. Punggung tangannya dia tempelkan di kening gadis itu. "Kamu sakit?"

"Kayaknya aku bakal dipecat, deh, Yol."

"Hah? Piye? Dipecat piye?"

"Parah ini, sih."

"Kamu ngomong apa, sih, Lil?"

"Anu__," Kata-kata Lila menggantung begitu saja saat sosok pemuda berkemeja marun muncul dari balik pintu bersama Pak Arka, memaksa netranya tertuju. Tenggorokannya seketika tercekat. Pelan dia mengikuti gerakan Yolanda berdiri untuk memberi hormat pada pemuda yang sudah pasti adalah direktur utama baru perusahaan ini.

"Eh, Pak Ezekiel, sudah kelilingnya?" Suara Bu Ana membuat Lila terpelanting ke dunia nyata.

"Sudah, Bu. Mmm ... ini asisten Bu Ana yang telat tadi, ya?" Ezekiel menunjuk ke arah Lila yang masih terperangah. Gadis itu melirik ke arah Pak Arka, dan samar Lila mendengar kata hati pria itu, syukurin.

Tentu smirk di bibir Ezekiel bertambah jelas sekarang. Apalagi melihat tampang Lila yang seperti sedang bertemu hantu. Pucat pasi. Ini momen yang sangat membuatnya puas atas sikap asisten sekretaris bermulut pedas itu sebelumnya.

"Saya sudah menegur, Pak. Maaf, ya, Pak." Bu Ana sepertinya masih memperlajari karakter bos baru ini.

"Sebenarnya tidak terlalu masalah, sih, Bu Ana, asal jangan jadi kebiasaan. Kalau keseringan telat nanti harus bayar denda."

"Oh ya, saya sarankan, ini untuk semua karyawan di sini, harus murah senyum dan jaga sikap. Ucapan yang keluar dari mulut harap dikondisikan apalagi berbicara pada atasan." Jelas saja Ezekiel sedang menyindir Lila yang saat ini sedang bergulat dengan rasa malu yang luar biasa.

"Baik, Pak," ucap Bu Ana dan Yolanda bersamaan. Sementara Lila masih menyembunyikan wajah pucatnya.

"Dan satu lagi," ucap Ezekiel sambil memutar badan dan menatap ke arah Lila. "Kamu, siapa namamu?"

"L-lila, Pak," jawab Lila terbata.

"Roknya kependekan, tuh. Bagian dada juga dikit kelihatan. Kamu niat ngantor apa godain cowok, sih?"

Lila terbelalak. Reflek dia menaikkan singlet dalam outternya yang sedikit menurun. Kampret emang. Dia tidak menyadarinya sedari tadi. Kesan pertama di depan bos barunya itu benar-benar buruk.

"Oh ya, sekedar info, saya suka minum hot caramel machiato siang-siang." Ezekiel mengedipkan sebelah mata sambil membuat decakan di mulut.

"Lila, dengar, ya, yang Pak Ezekiel bilang tadi?" Bu Ana memastikan pada Lila sesaat setelah Ezekiel berlalu dari ruangan itu.

"Iya, Bu." Lila terduduk lesu. Apalagi setelah Bu Ana menaruh dua box berisi amplop-amplop surat yang harus dia sortir hari ini. Mood bekerjanya ambyar sudah.

"Ganteng dan bermulut pedas. Ih! Gemesin, deh," kikik Yolanda pelan sambil menutupi mulut dengan telapak tangan dan mencondongkan badan ke arah Lila. Namun, gadis itu segera kembali ke posisi duduknya saat mendengar suara deheman Bu Ana.

Related chapters

  • Bos Kampret Ku   2. Gara-gara Karamel Machiato

    "Lil, kamu bikinin kopi buat Pak Ezekiel, gih."Lila yang baru selesai menyortir surat-surat seabreg dan bersiap untuk dia serahkan ke masing-masing divisi, mendadak lemas. "Saya, Bu?" tunjuknya pada diri sendiri."Lah iya, kamu!"Lila menoleh ke arah Yolanda yang masih berkutat dengan tumpukan dokumen, kemudian menggaruk kepala yang tiba-tiba gatal. Ketombean kali, ya. "Iya, Bu," sahutnya lirih. Sebenarnya, waktu Dirut masih Pak Septa, dia biasa bertugas membuatkan kopi. Tapi, ini Dirut baru dan ada peristiwa memalukan pula tadi pagi. Langkah Lila pun menjadi gamang.Sepanjang perjalanan menuju pantry, badan Lila sudah panas dingin. Mampus pokoknya dia harus mengantar kopi ke ruangan Ezekiel. Bakalan disindir-sindir lagi sepertinya. Sumpah, kalau bisa memutar waktu, Lila tidak akan mengacuhkan adegan tabrakan pagi tadi di lobi."Duh, bikin kopi apaan tadi, ya?" Saking blanknya, sampai di pantry Lila meracik kopi hitam, persis seperti yang biasa dia buatkan untuk Pak Septa dulu. Sudah

    Last Updated : 2024-02-28
  • Bos Kampret Ku   3. Bos Killer

    Lila terpaksa makan di ruang kerja sambil menyiapkan dokumen-dokumen yang akan dipakai rapat oleh si bos siang ini. Yolanda pun ikut kena imbasnya. Sama-sama kehilangan jam istirahat gara-gara menunggui Lila membuat karamel machiato untuk Ezekiel, sampai bos mereka itu puas dengan rasanya. Namun, keduanya sudah sangat bestie, jadi Yolanda tidak kesal sama sekali. Justru prihatin dengan nasib Lila."Lila, aku barusan ditegur sama Pak Ezekiel." Bu Ana masuk ke dalam ruangan dengan wajah kesal.Astaga, cobaan apa lagi ini. Lila sudah menduga wanita itu akan memberitahukan sebuah berita buruk. "Ada apa lagi, Bu?" cicitnya."Kamu lelet bikin kopinya. Mana nggak enak katanya. Itu bikin mood Pak Ezekiel hancur, Lila.""Aduh, saya udah berusaha keras bikin karamel machiato, Bu. Mana Pak Ezekiel nggak mau yang sachetan. Tanya Yolanda deh, Bu." Yolanda di meja samping mengangguk-angguk."Ya, intinya Pak Ezekiel nggak mau tahu, itu sudah jadi tugas kamu, Lil.""Duh, ribet bener sih tuh orang. In

    Last Updated : 2024-02-28
  • Bos Kampret Ku   4. Kok Ada Dia?

    Ini akhir pekan, dan Lila hanya ingin rebahan saja di kamar kosnya. Palingan keluar cuma beli makan, atau kalau terlalu malas, dia bisa pesan makanan melalui layanan antar makanan. Namun, Yolanda tiba-tiba menelepon dan minta ditemani ke pesta nikahan temannya.Sudah ditolak mentah-mentah, eh, Yolanda malah mendatanginya ke kos sambil sujud-sujud memohon-mohon. Kasihan juga, tapi malas. Acara kondangan lagi. Untuk jomblo akut kaya Lila, itu penyiksaan namanya melihat pasangan menikah. Boro-boro ada yang diajak nikah, pacar aja nggak punya.Ngomong-ngomong Yolanda juga member JJKBC (Jomblo-jomblo Kurang Bahagia Club) seperti dirinya, sih. Terus ini dua jomblo akut pergi ke pesta nikahan orang saling gandengan tangan gitu, sementara yang lain datang berpasang-pasangan pamer pacar, pamer bini, pamer laki, dan semacamnya."Dasar jomblo nyusahin aja kamu, Yol. Aku kan pingin rebahan seharian. Udah tahu minggu ini kerjaanku sangat menguras energi gara-gara Ezekiel kampret itu.""Noh, kaca .

    Last Updated : 2024-02-28
  • Bos Kampret Ku   5. Malam Memalukan

    "Lil, nanti malam kamu gantiin saya mendampingi Pak Ezekiel acara gathering di hotel Rama, ya? Saya ada urusan keluarga yang nggak bisa saya tinggal."Baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangannya, Bu Ana sudah memberinya tugas. Apa tadi, mendampingi Pak Ezekiel acara gathering nanti malam. Artinya dia tidak bisa berakhir pekan dengan tenang."Saya, Bu?" tanya Lila."Iya, kamu."Sementara Yolanda di mejanya senyum-senyum jahil. Lila medesis. "Kenapa nggak Yolanda, Bu?""Aku udah bilang ke Bu Ana mau pulang ke Solo. Mamaku lagi sakit."Lila menghela napas berat. Akhir pekan yang seharusnya dia gunakan untuk bersantai-santai, masih juga harus bertemu dengan bosnya yang menyebalkan itu."Nggak usah protes, Lila. Pak Ezekiel bakal marah nanti kalau nggak ada pendampingan dari dewan sekretaris." Bu Ana berucap, menampik kekesalan Lila."Iya, deh, Bu," sahut Lila berat.Lila merasa canggung saat diberi tugas untuk mewakili Bu Ana, dalam menghadiri acara gathering para pengusaha. Ia

    Last Updated : 2024-02-28
  • Bos Kampret Ku   6. Malunya Minta Ampun

    "Hah?" Ezekiel membelalakkan matanya mendengar jawaban Lila. "Kamar apa?" tanyanya."Ya apa kek, kamar hotel, kamar kontrakan, kamar kos," kikik Lila.Ezekiel menggeleng pelan. Lila yanb masih menempel padanya dia dorong masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di halaman hotel. "Oke, aku antar kamu ke kamar. Alamat kamu di mana?" tanya Ezekiel begitu dia duduk di belakang kemudi. "Alamat apa ya, Pak?" Lila masih terkekeh-kekeh tak jelas sambil berusaha memeluk Ezekiel. Ezekiel menghela napas dalam-dalam. Cewek kalau sudah mabok memang sangat merepotkan. "Kamu duduk diem di situ!" perintahnya sambil mendorong Lila ke kursinya, dan mengikatkan sabuk pengaman kencang-kencang. "Cepet bilang alamat kamu di mana?""Mmm ... oh, maksud bapak alamat kosku?" kikik Lila. "Ya terserah lah yang penting alamat kamu tinggal.""Oh, di ... mmm ... sebentar aku inget-inget dulu." Lila menggaruk kepala. "Jalan Cempaka daerah__," Lila menyebutkan nama daerah tempat dia tinggal.Ezekiel membuka map di

    Last Updated : 2024-03-22
  • Bos Kampret Ku   7. Tak Punya Muka Lagi

    Hari senen adalah mimpi buruk bagi Lila, sebab dia harus masuk kantor dan bertemu dengan Ezekiel. Mau ditaruh di mana mukanya. Parah sekali apa yang dilakukannya pada Ezekiel. Lebih parahnya lagi, Lila benar-benar memepermalukan dirinya sendiri. "Lil, kenapa sih? Mukanya kaya orang pingin berak gitu?" ucap Yolanda. "Pak Ezekiel di ruangannya nggak, ya?" tanya Lila harap-harap cemas. Dia sungguh berharap hari ini Ezekiel tidak datang ke kantor, jadi Lila punya waktu untuk menyiapkan mentalnya. Ada dua hal yang harus dia lakukan pada bosnya itu. Pertama, mengembalikan dompet, kedua, meminta maaf atas perbuatan tidak senonohnya malam itu. "Kayaknya tadi aku lihat dia udah berangkat, deh.""Aduh, mampus aku!" Lila memegangi kepalanya frustrasi. "Kenapa sih, Lil? Kamu bikin masalah lagi sama Pak Ezekiel?" "Lebih parah dari itu." Seketika Lila ingin berubah menjadi kertas-kertas di atas meja saat mengingat peristiwa memalukan malam itu. "Coba cerita," pinta Yolanda penasaran. Dan saa

    Last Updated : 2024-03-26
  • Bos Kampret Ku   8. Kejadian Sebenarnya Malam Itu

    Ezekiel membaringkan tubuh Lika ke atas kasur. Gadis itu masih bicara tak jelas sambil berusaha untuk menyentuh pipi, dada dan kepala Ezekiel. Diraihnya kedua tangan Lila dan dia tahan dengan satu tangan. Sementara tangan yang lain menarik selimut untuk menutupi tubuh Lila. "Pak Ezekiel, bapak ganteng banget, sih," kekeh Lila. "Kamu mabok berat. Sebaiknya kamu tidur," perintahnya seraya beranjak dari duduknya. Namun lengannya tiba-tiba dicekal oleh Lila. Gadis itu menariknya cukup kuat sehingga dia rebah ke atas kasur. Ezekiel terkesiap saat Lila menimpa sebagian badannya dari samping. "Sini aja, Pak. Temenin aku," rengek Lila seraya memeluknya erat. Bahkan bagian dada gadis itu terasa kenyal menyentuh lengan bagian atas. Sedang lutut Lila menimpa area pribadinya di bawah sana. Parahnya lagi, gadis itu menggesek-gesekkan lututnya di sana. Laki-laki mana yang tidak tergelitik nalurinya saat diperlakukan semacam itu oleh seorang perempuan cantik dan cukup seksi."Lila, hei!" Ezekiel

    Last Updated : 2024-03-29
  • Bos Kampret Ku   9. Baju Seragam Kantor

    "Nggak salah lihat, nih?" ujar Yolanda saat Lila baru tiba di kantor pagi itu. Lila memakai pakaian yang cukup tertutup. Tidak seperti biasanya yang selalu mengenakan rok pendek setinggi di atas lutut, blazer dengan daleman yang agak sedikit menurun di bagian dada, kini Lila mengenakan celana panjang dipadu blazer yang melapisi kemeja berkerah tinggi."Kenapa, sih?" tanya Lila seraya menarik kursinya. "Nggak pake hijab sekalian, Lil?" Kikik Yolanda. "Belum dapet hidayah," timpal Lila asal. "Aku tahu nih kenapa kamu pake pakaian tertutup kaya gini. Pasti ....""Hush! Diem kamu, Yol!" Yolanda malah meloloskan tawa. "Percumah pake baju ketutup gitu, Lil. Ingatan Pak Ezekiel pasti masih fresh malam itu," godanyanya. "Nyebelin!" gerutu Lila seraya menyalakan laptop. "Gila, ini kita nyiapin berkas buat rapat direksi sebanyak ini?" tanyanya seraya menatap layar."Iya, kan dapet tender gede. Kata Bu Ana harus selesai jam sepuluh pagi, tadi dia nelpon."Lila melirik jam di lengannya. "Hah

    Last Updated : 2024-03-30

Latest chapter

  • Bos Kampret Ku   18. Ancaman Miranda

    Ezekiel memasuki rumahnya dengan wajah kusut. Suasana hatinya sedang tidak bagus. Bahkan Rebecca yang beberapa kali menelepon pun dia acuhkan. Ngomong-ngomong tentang Rebecca, jujur saja dalam hati Ezekiel merasa senang dengan kemunculan mantan kekasihnya itu setelah menghilang selama bertahun-tahun. Masih ada sedikit rasa yang tersisa di dalam hatinya untuk Rebecca. Namun, dia tidak tahu kenapa justru perempuan yang membuat suasana hatinya kacau adalah Lila. Ezekiel merasa begitu marah saat melihat Lila pulang dengan Ezra. Ezekiel tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan kesalnya pada Lila, sehingga dia justru malah melontarkan kata-kata pedas pada gadis itu. "El, baru pulang? Sini, mama mau ngomong!" panggil Miranda yang sedang duduk di ruang tengah. "Apa, Ma?" Ezekiel mendekati wanita itu dan duduk di seberang meja. "Mama mau tanya, kamu sama Lila sudah jalan berapa tahun?" Ezekiel terkesiap mendengar pertanyaan sang ibu. Inilah yang dia takutkan. Ibunya benar-benar mengang

  • Bos Kampret Ku   17. Ngapain Kamu Di Sini?

    Lila benar-benar bingung saat mendapat telepon dari Miranda kalau dirinya harus datang hari ini ke rumahnya. Apa yang akan dikatakan Ezekiel kalau dia bertemu dengan bosnya itu di sana. Pasti Ezekiel akan berpikir kalau dia mengejar-ngejar pria itu. Tapi, jika tak datang, Miranda pasti akan kecewa. Pasalnya wanita itu tadi sepertinya sangat ingin dirinya datang. Setelah bergelut dengan perasaannya sendiri, Lila pun akhirnya memutuskan untuk datang ke alamat yang sudah diberikan oleh Miranda. Dia mengenakan pakaian sesopan mungkin agar kesan Miranda tidak buruk padanya. Tapi, kenapa juga dia memikirkan kesan Miranda padanya. Taksi yang membawanya ke rumah Miranda berhenti di depan gerbang tinggi menjulang bercat putih. Setelah membayar ongkos taksi, Lila menghambur keluar dan pelan mendorong pintu gerbang yang tak terkunci. Dengan hati berdebar-debar Lila melangkah memasuki halaman luas dengan taman yang indah. Apes. Dia melihat mobil Ezekiel terparkir di depan garasi. Artinya pria

  • Bos Kampret Ku   16. Seratus Lima Puluh Persen Setuju

    "Nyonya, ada tamu nyari Den Ezekiel. Tadi saya sudah ketuk-ketuk pintu kamarnya tapi ndak dijawab." Miranda yang sedang bersantai di kursi goyang sambil menikmati secangkir teh sore hari di teras belakang rumah menoleh ke arah asisten rumah tangga yang berdiri tak jauh darinya. "Siapa, Mbok?" tanyanya pada wanita paruh baya dengan rambut digelung yang hampir semuanya telah memutih itu. "Ndak tahu, Nyonya. Cewek." Miranda menarik sudut bibirnya. Pasti Lila si calon mantu. Hatinya girang dan beranjak dari duduknya. "Biar saya saja yang temui. Nanti saya panggil Ezekiel," ujarnya seraya melangkah masuk ke dalam rumah. Dia berjalan menuju ruang tamu dan sosok cantik yang dilihatnya sedang duduk di sofa membuat alisnya mengerut."Rebecca?" "Hallo, Tante Miranda," sahut Rebecca sambil berdiri dan menghampiri Miranda. "Apa kabar, Tante, lama ya kita nggak ketemu." Perempuan itu meraih tangan Miranda dan menciumnya. Masih keheranan kenapa perempuan yang pernah dekat dengan putranya itu

  • Bos Kampret Ku   15. Perasaan Tak Enak

    Entah kenapa seharian ini Lila merasa begitu gelisah. Pikirannya tak bisa lepas dari pertanyaan siapa perempuan bernama Rebecca yang mengaku sebagai teman lama Ezekiel. Yang begitu mengganggu pikirannya adalah Rebecca saat ini masih berada di ruangan Ezekiel. Apa yang sedang mereka lakukan di dalam ruangan itu selama berjam-jam. "Lil, makan yuk, laper nih." Suara Yolanda membuat Lila terkesiap. Dia baru sadar kalau perutnya sudah keroncongan dari tadi minta diisi. Lila pun mengiyakan ajakan Yolanda dan keduanya pergi ke cafetaria khusus petinggi perusahaan yang masih berada satu lantai dengan ruangan mereka. "Pak Ezekiel tuh," celetuk Yolanda. Lila otomatis menoleh ke arah mata Yolanda menatap. Ezekiel memasuki cafetaria dengan perempuan itu. Keduanya tampak akrab dan Lila seketika terpaku meliat gerak-gerik Rebecca yang tampak manja pada Ezekiel. Sesekali perempuan itu menyentuh lengan Ezekiel dan mengelusnya. Lila buru-buru memalingkan wajahnya. Apa-apaan itu. Hatinya dipenuhi pe

  • Bos Kampret Ku   14. Perasaan Apa Ini

    "Pak Ezekiel," desah Lila seraya menahan dada Ezekiel, berusaha menjauhkan pagutan bibir bosnya itu pada bibirnya. Mendadak sepertinya pengaruh alkohol menghilang dari dalam tubuhnya. Wajah Lila memerah menahan gugup, malu dan entah perasaan macam apa yang tengah melandanya kini. "Lila ....""Antar saya pulang, Pak," ucap Lila seraya memalingkan wajahnya ke luar jendela. Tanpa membantah, Ezekiel melajukan mobilnya pelan menuju kos Lila. Sepanjang perjalanan Lila terdiam, begitupun Ezekiel. Hingga mobil berhenti di depan gerbang kos Lila."Makasih, Pak," ucap Lila seraya membuka pintu dan melangkah keluar. Mobil Ezekiel berlalu begitu saja dari hadapan Lila. "Huh!" gerutu Lila. "Udah cium-cium nggak ngomong apa-apa lagi," gerutunya seraya memutar badan dan masuk ke halaman rumah. Naik ke tangga menuju kamarnya, Lila pun merebahkan badan di atas kasur. Pikirannya melayang ke adegan ciuman panas dengan Ezekiel. "Tadi aku sadar nggak sih abis ngapain sama si bos kampret?" gumamnya pada

  • Bos Kampret Ku   13. Kena Semprot

    "Nih lihat baik-baik. Kamu nelpon Pak Ezekiel. E-ze-ki-el!" seru Yolanda sambil menunjuk layar ponsel Lila."Astaga, mampus aku!" Lila menepuk jidatnya. "Ih, mataku kok bisa siwer gini sih, Yol. Mana katanya aku disuruh jangan ke mana-mana. Dia mau nyusul." Mata Yolanda membulat. Mulutnya menganga. "Serius? Waaah ... asyik, dong. Ada yang bayarin nih minuman kita."Wajah Lila sudah pucat-pasi. "Tapi dia kaya marah-marah gitu, Yol." "Eh, Pak Ezekiel, tuh!" pekik Yolanda kegirangan. "Pak Bos! Pak! Sini!" Yolanda melompat-lompat sambil melambai ke arah pria tampan yang baru saja melangkah masuk ke club. "Aduhhh!" Lila menutup wajahnya berharap Ezekiel tidak melihatnya. Namun, tentu saja itu adalah usaha yang sia-sia. Karena saat ini, Ezekiel sedang berjalan menuju ke arahnya. "Kalian cuma berdua?" tanya Ezekiel dengan tatapan dingin. Lebih ke tatapan kesal saat memandang ke arah Lila. "Iya, Pak. Tapi sekarang bapak udah gabung ya jadi bertiga, dong," sahut Yolanda sambil tersenyum l

  • Bos Kampret Ku   12. Salah Panggilan

    Weekend tiba, Yolanda mengajak Lila untuk menghilangkat penat sejenak di club. Ya hitung-hitung bersenang-senang setelah seminggu masuk kerja. Minum-minum sedikit sambil menikmati musik tak ada salahnya. Jam delapan malam Yolanda sudah menjemput Lila dengan taksi. Penampilannya anak club sekali dengan mini dress dan sepatu boot. Lila pun begitu. Keduanya memang janjian memakai pakaian yang serupa. Naik taksi selama tiga puluh menit, mereka pun sampai di club. Suasana cukup ramai karena ada penampilan live dari band ibu kota yang cukup terkenal. "Duduk situ aja lah," ujar Lila seraya menarik tangan Yolanda menerobos beberapa orang yang sedang berjoget. Lila mengambil meja yang berada dekat bar. "Enak nih kalau ada yang bayarin minum," kata Yolanda berhayal setelah memesan minuman yang cukup menguras kantong meskipun mereka sudah patungan. "Kita nih jomblo, Yol, jomblooo. Siapa yang mau bayarin?" ujar Lila. "Tenang ... nanti kalau mau nambah minum, aku yang bayarin. Aku baru dapat

  • Bos Kampret Ku   11. Dikenalkan Pada Seorang Wanita

    "Kamu pegang saja kadonya. Nanti kamu yang ngasih." Lagi-lagi Lila dibuat kebingungan dengan permintaan Ezekiel. "Bentar, Pak," cegah Lila saat hendak keluar dari mobil. Mereka berada di parkiran sebuah restauran mewah. "Apa lagi?" "Pak, ini kan mau ngasih kado ke pacarnya bapak, bukan? Kok malah saya yang harus ngasih? Gimana ceritanya ini?" Ezekiel terkekeh. Sumpah ini baru pertama kalinya Lila melihat Ezekiel tersenyum dari dekat. Gantengnya maksimal, membuat Lila tiba-tiba merasa gugup. "Yang akan kita temui itu mamaku," ucap Ezekiel."Oh," sahut Lila. Entah kenapa dia merasa lega. Perasaan macam apa ini. Lila buru-buru menepis rasa aneh dalam hatinya. "Nanti waktu ketemu, kamu pura-pura jadi pacarku.""Hah? Serius ini, Pak?" tanya Lila kaget."Serius lah, apa aku kelihatan bercanda?" Ezekiel menatap Lila tajam membuat gadis itu merinding. Tak kuat dia menantang tatapan elang itu, seketika dia menundukkan kepala."Baik, Pak." "Nanti jangan panggil aku pak.""Terus panggil a

  • Bos Kampret Ku   10. Menemani Ezekiel

    "Saya tunggu di mobil sekarang"Pesan yang muncul di layar ponsel membuat Lila terkejut. Pesan dari Ezekiel yang membuat Lila buru-buru menghabiskan mangkuk baksonya. "Kenapa sih, Lil? Makan kaya orang kesetanan gitu?" tanya Yolanda keheranan."Ini nih, aku udah ditunggu Pak Ezekiel," jawab Lila dengan mulut penuh."Ditunggu? Mau ke mana? Cieh! Kencan, ya?" "Kencan gundulmu! Nemenin dia ngecek proyek.""Wah, modus itu, Lil. Dia cuma mau deket sama kamu." Lila memutar kedua bola mata jengah. "Udah deh, Yol. Nggak usah mulai!" Lila menyambar tas jinjingnya dan meninggalkan Yolanda makan sendiri di kantin. Buru-buru dia masuk ke lift untuk turun ke lobby. Setelah itu dia berlarian keluar kantor lalu mencari-cari mobil Ezekiel. Setelah melihat mobil sedan mewah milik bosnya itu, dia berlarian mendekat. Tepat saat dia hendak membuka pintu belakang, pintu itu sudah dibuka dari dalam. Ezekiel sudah duduk manis di kursi sebelah. Sopir juga sudah siap melajukan mobil. "Lama banget? Kamu s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status