Home / Urban / Bos Besar Di Balik Meja Kuliah / 72. DUA PERUSAHAAN BERADU

Share

72. DUA PERUSAHAAN BERADU

Author: Allina
last update Last Updated: 2025-04-06 14:49:01

Kenyataan mereka menemukan nama perusahaan yang tak asing, membuat Reagan dan Erik menepikan mobil di sebuah restoran cepat saji.

Satu potong paha ayam baru saja Erik habiskan. Bahkan kunyahan terakhirnya masih bekerja. “Ini diluar prediksi kita. Bagaimana mungkin Jordan Consisto dan Croma Tech saling tempur?” ucap Erik tidak percaya. Dia tidak bisa berhenti menggelengkan kepala seperti maskot restoran.

Sedang Reagan, dia fokus pada berkas yang diberikan Pricilla tadi. Membaca detail perusahaan Croma Tech di sana.

“Dari lini bisnis, mereka berpijak di dua segmen berbeda. Jordan dengan batu baranya, dan Croma dengan perusahaan teknologinya. Kira-kira apa korelasinya?”

“Berbagai kemungkinan bisa terjadi,” sahut Reagan. “Kita perlu melacak rekam jejak kedua perusahaan itu sebelum menjalani proyek yang mereka berikan.”

Erik mengangguk paham. “Keduanya adalah klien kita. Jika mereka saling bertolak belakang, bagaimana kita bisa menjalankan proyek mereka?”

Reagan tahu maksud Erik. Dia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   73. NAYLA BERTARUH

    Di kelas yang riuh dengan celotehan para mahasiswa itu, Nayla menyibukkan diri dengan berselancar di media sosial. Semenjak Universitas Georgia dinobatkan sebagai pemenang kompetisi peretasan internasional minggu lalu, nama kampusnya menjadi cibiran warganet. Nayla duduk di satu kursi paling pojok dekat jendela. Bersama laptop yang menampilkan laman artikel tentang kompetisi itu. Foto sosok peretas handal sekaligus perwakilan kampusnya, SpectraVant, disorot sebagai gambar pratinjau artikel yang sudah dibaca lebih dari satu juta kali itu. “Dia pasti orang yang hebat.” Nayla bergumam. “Andai dia tidak memakai topeng. Kalau dilihat dari proporsi tubuhnya, sepertinya dia pria tampan.” Di saat pikiran Nayla merenungkan sosok SpectraVant. Seseorang mengisi bangku di samping Nayla. Dia melirik sekilas pada layar laptop Nayla yang menyala kemudian mencibir. “Di malam Valentine minggu lalu, aku rasa tidak ada yang bisa membuat Reagan tunduk di ranjang. Termasuk kamu, Nayla,” ucap Belva. W

    Last Updated : 2025-04-06
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    74. PERTEMANAN DENGAN JONAS

    Antrian pesan mengular di depan meja kasir restoran cepat saji ini. Dua pria tampan menarik perhatian banyak mata ketika mereka masuk ke dalam sana.“Biar aku yang mengantri. Kamu bisa pergi mencari meja, Reagan,” ucap Jonas. Reagan hanya mengangguk setuju. Kemudian tanpa menunggu persetujuan Reagan, Jonas ikut masuk ke dalam barisan.Ketika Reagan belum terlalu jauh melangkah, Jonas baru teringat sesuatu. “Apa kamu punya permintaan khusus untuk pesanannya?”Reagan berbalik dan menggeleng pelan. “Tidak ada. Aku bisa makan apapun yang kamu pesan.”Reagan membiarkan Jonas memilih makanan apapun. Selain dia tidak memiliki pantangan, saat ini Reagan cukup lapar dan i

    Last Updated : 2025-04-06
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    75. SERANGAN DADAKAN

    “Apa dugaanku benar, Reagan?”“Sudahlah, kamu pergi sana. Aku bisa memastikan kecurigaanmu tidak benar.”“T-tapi, Reagan. Kamu terlalu mirip.”“Mana mungkin aku SpectraVant. Dari segi kemampuan dia jauh lebih unggul. Seperti katamu tadi.”Dahi Jonas berkerut, garisnya hampir keriting karena terlalu keras berpikir. Asumsi itu tiba-tiba muncul di kepalanya sedangkan Reagan sibuk memberikan pembelaan.“Kamu juga tidak bisa menuduhku sembarangan hanya dari seuntai kalimat yang sama persis dengan SpectraVant,” ujar Reagan lagi.

    Last Updated : 2025-04-06
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    76. NEGOSIASI RAHASIA

    Sesuai janji yang telah disepakati, kedatangan seorang wanita cantik mengenakan wrap dress formal dari bahan Suiting Crepe polos warna biru dongker itu disambut oleh beberapa pengawal. Di sebuah resto dengan pencahayaan remang-remang, dia mengedar pandang ke sekitarnya. Tidak ada pelanggan lain selain dirinya yang akan mengisi salah satu kursi di ruang VVIP.“Silahkan, lewat sini, Nona.”Satu orang pengawal melangkah lebih dulu di depannya. Membukakan pintu, kemudian menarik satu kursi mempersilahkan wanita itu untuk duduk. “Tuan akan sampai dalam lima menit. Mohon kesediaan Nona untuk menunggu.”

    Last Updated : 2025-04-06
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    77. HADIAH YANG TIDAK BIASA

    [Kamu sudah menerima bingkisannya, Claire?]Suara berat nan jauh di sana menyapa pendengaran Claire ketika dia mulai memberanikan diri untuk merespon telepon tadi. Dia menatap bingkisan itu, masih dalam keadaan utuh. Bahkan ujung pita hiasannya pun tidak Claire sentuh.“Sudah,” jawab Claire pelan. “Kenapa repot-repot mengirimkan bingkisan seperti ini? Lebih baik Papa kirimkan hadiah ini untuk Elenio sebagai permohonan maaf Papa karena gagal membawa aku ke rumahnya.”Dalam kondisi hati yang masih kecewa, lidah Claire menjadi lebih tajam. Dia melirik Reagan yang duduk di sampingnya sambil mengawasi. Kalau bukan karena bujukan Reagan, hubungan ayah dan anak itu masih tegang.Te

    Last Updated : 2025-04-06
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   78. MELACAK AKAR MASALAH

    Reagan harus rela melepaskan Claire untuk beberapa saat. Karena hari ini jadwal kuliahnya padat.Wanita itu masih berdiri di samping mobil, menunggu Reagan menyamakan langkah sebelum masuk ke kampus.Reagan melihat kekhawatiran di mata istrinya. Ketika dia sudah berdiri di samping Claire, wanita itu langsung meraih tangannya.Tiga hari sudah insiden teror itu berlalu, tetapi kecemasan yang dialami Claire semakin menjadi. Bahkan, wanita itu kini bergantung pada Reagan.Saat ini Reagan meraih tangan Claire, menggenggamnya erat berusaha meyakinkan, “Tenang, Claire. Aku pasti akan menjagamu. Aku pastikan teror itu tidak akan terjadi lagi,” ucap Reagan yakin.

    Last Updated : 2025-04-06
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    78. MELACAK AKAR MASALAH

    Reagan harus rela melepaskan Claire untuk beberapa saat. Karena hari ini jadwal kuliahnya padat. Wanita itu masih berdiri di samping mobil, menunggu Reagan menyamakan langkah sebelum masuk ke kampus. Reagan melihat kekhawatiran di mata istrinya. Ketika dia sudah berdiri di samping Claire, wanita itu langsung meraih tangannya. Tiga hari sudah insiden teror itu berlalu, tetapi kecemasan yang dialami Claire semakin menjadi. Bahkan, wanita itu kini bergantung pada Reagan. Saat ini Reagan meraih tangan Claire, menggenggamnya erat berusaha meyakinkan, “Tenang, Claire. Aku pasti akan menjagamu. Aku pastikan teror itu tidak akan terjadi lagi,” ucap Reagan yakin.Claire, matanya melirik ke kanan dan ke kiri terlihat gelisah. Dia jadi lebih banyak diam semenjak insiden itu. “A-aku masuk kelas dulu,” ucapnya gugup. Dia berjalan meninggalkan Reagan. Langkahnya hari ini terlihat tidak percaya diri. Melihat perubahan istrinya, Reagan bertekad untuk mencari tahu siapa orang di balik ini semua

    Last Updated : 2025-04-07
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    79. MEMANTAU TARGET

    “ZENEX?” Reagan memekik. Suaranya mengundang perhatian banyak mata mahasiswa yang masih ada di kelas itu. Tiba-tiba Reagan menjadi canggung. Di sebelahnya, Jonas mengangguk yakin. “Iya, aku ingin belajar tentang Zenex. Aku sudah lama mencari tahu tentang sistem canggih itu, tapi informasi yang aku dapatkan tidak sebanyak jumlah orang yang mencari tahu. Hanya ada dua jurnal yang membahas tentang Zenex selama dua tahun terakhir semenjak Zenex dirilis. Kamu bisa mengakses cloud itu ‘kan?” “Siapa yang bilang seperti itu?” sanggah Reagan. “Aku tidak sehebat SpectraVant.” “Kalau kamu mau belajar mengakses Zenex, lebih baik kamu baca jurnal tentang cloud itu. Ahli pasti menuliskan tutorialnya secara detail.” Pembicaraan tentang Zenex membuat orang-orang di sekitar Reagan mencibir. Tetapi, tidak ada satupun yang berani ikut berbaur dengan Reagan dan Jonas. Raut wajah Jonas terlihat ragu, “Aku sudah membaca semua jurnal tentang Zenex. Tetapi–”“Hai, Reagan!” Seorang wanita datang menghamp

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    89. SELIR TURUN RANJANG

    “Ah, Theo… Lebih dalam lagi..”“Kamu sungguh nikmat, Cilla.”Meski tatapan mata Reagan tertuju pada layar laptop milik Erik, diam-diam dia menelan ludah berat.“Apakah kita datang kemari untuk memergoki dua orang yang bersenggama?” cibir Reagan. Akibat mendengar desahan itu, sudah sepuluh menit lamanya tubuh Reagan menegang.“Kamu pikir, ini bagian dari rencanaku, huh?” balas Erik sengit. Dia merasa tersudutkan.“Mana aku tahu kalau dua orang itu memiliki hubungan khusus.”“Aku sudah menyuruhmu un

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    88. RAHASIA JORDAN CONSISTO

    Claire berdiri di lobi dengan wajah tercengang. Sedang Reagan baru saja turun dari mobilnya dengan senyum hangat menyambut Claire. Dia melangkah menghampiri istrinya, meraih tangan mulus itu kemudian mencium punggung tangan Claire. Wanita di depan Reagan kini terperangah tak percaya melihat sepuluh orang pengawal dalam balutan jas serba hitam, kacamata yang dilengkapi kamera pengintai canggih, dan headphone radio yang melingkar di bagian belakang leher mereka, berdiri mengelilingi mobil Reagan. Mata Claire mengerjap, otaknya mendadak buntu. “Kenapa ada banyak sekali pengawal, Reagan?” tanyanya. “Mereka akan menjaga kita dari media, dan orang-orang yang berniat untuk meneror kamu lagi,” jawab Reagan. Senyumnya begitu tenang, tetapi dalam diam Reagan memantau setiap hal yang menyangkut keselamatan Claire. Reagan menarik tubuh Claire, posesif. Matanya awas mengintai. Disaat yang bersamaan, dia melihat satu sosok pria berdiri tak jauh dari area lobi, dengan kamera di tangannya. Papa

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   87. MENYUSUN STRATEGI

    Di dalam kamar itu, dua orang pria sedang menatap layar besar di depan mereka dengan serius. Reagan adalah yang paling fokus mengamati setiap detail pergerakan sistem operasi ponsel Pricilla yang diretas.Semua aktivitas benda itu, terpampang di layar. Termasuk percakapan rahasia antara wanita itu dengan Theodore Philips. Sosok yang sudah Reagan selidiki sebelumnya.“Apa kamu yakin Pricilla menjadi bagian dari mereka?” tanya Erik. Instingnya sebagai peretas belum setajam Reagan. Hingga mulutnya tidak berhenti bertanya ini dan itu.“Semua orang yang ada di sekeliling Theodore bisa menjadi orang-orang yang dicurigai terlibat dalam kasus ini. Aku harus mencari tahu motif mereka mempekerjakan kita.”

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    86. SERANGAN MEDIA

    Ketika Reagan sampai di unit penthousenya, dia menemukan Claire sudah duduk berhadapan dengan Tuan Delanney. Dua orang itu menoleh bersamaan.“Paman? Sejak kapan Paman sampai di sini?” tanya Reagan, dia mendekat, duduk di sofa tepat di samping Claire.Reagan tidak berharap mendapat sambutan ramah dari sang mertua, dia hanya berusaha menghormati paruh baya itu.Wajah Tuan Delanney tidak ada ramah-ramahnya. Tetapi, dia juga tidak menunjukkan amarah yang intens.“Aku datang kemari butuh penjelasan dari kalian berdua,” ucapnya. “Bagaimana bisa pernikahan kalian sampai tersebar di media?”Saat ini

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    85. MENJADI CANGGUNG

    Ekspresi Jonas saat ini sulit untuk digambarkan setelah Reagan membisikkan sebuah permintaan di telinganya. Dia mematung seperti bongkahan es. Tidak berkedip, pun mengatupkan mulutnya yang terbuka lebar. Reagan tersenyum miring, “Aku tahu ini akan sulit bagimu. Tapi, permintaan yang aku ajukan adalah bayaran paling rumah untuk misi ini,” ucap Reagan santai. Dia mengemas barang-barangnya ke dalam tas sambil kembali berkata, “Aku akan memberimu waktu dua hari untuk memutuskan. Jika kamu setuju, kita akan langsung eksekusi misi ini.” Tubuh Reagan kini menjulang tinggi di samping Jonas. Dalam posisi ini, Jonas terlihat seperti seorang kurcaci yang meringkuk penuh penderitaan. Reagan tidak bermaksud menambah beban Jonas, tetapi setiap misi apapun yang Reagan bereskan memiliki resiko yang teramat besar. “Kabari aku apapun keputusanmu. Aku pergi dulu.” Dirasa tidak ada hal penting lainnya yang harus dibahas, Reagan memutuskan pergi dari hadapan Jonas. Membiarkan teman barunya itu memutus

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    84. FULL AKSES

    Di tengah lalu lalang naratama kantor yang makan di lounge khusus petinggi perusahaan, Erik melirik awas ke sekelilingnya. Dia tahu sebuah resiko besar sedang mengintai. Sedikit saja dia melakukan kesalahan, dia akan berakhir di penjara. “Reagan.. Reagan.. Kenapa kamu memberi aku ujian semacam ini? Sepertinya dia memang berniat membunuhku hidup-hidup.” Tangan Erik diam-diam menyusup ke dalam sebuah Hermes Kelly Bag yang dibiarkan terdampar di kursi sebelahnya. Si pemilik, beberapa saat lalu baru saja pamit ke toilet. Erik mengambil sebuah ponsel dari sana, lalu membubuhkan serbuk khusus di atas layar. Dalam hitungan detik, jejak sidik jari muncul di permukaan layar. Tebal dan tipisnya menentukan berapa kali satu angka sandi ditekan. Sebelumnya, Erik sudah memperhatikan kebiasaan si pemilik ponsel. Beberapa kali terlihat dia memasukkan kata sandi di depan Erik hingga semakin mempermudah dirinya untuk melancarkan aksi. “Surel.. surel.. aku harus menemukanmu segera.” Erik masuk ke

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   83. PENGUNTIT JEBAKAN

    “Aku menginginkanmu, Reagan. Apa kamu masih ingat? Sebelumnya aku mengajakmu untuk bermalam denganmu. Aku rasa saat ini adalah waktu yang tepat.”Reagan melirik Nayla siap melayangkan amukan. Tetapi, bibir Nayla lebih dulu mendarat di bibirnya. Menciptakan pagutan pelan tetapi menuntut. Akal waras Reagan masih bekerja, sehingga dia mendorong tubuh Claire menjauh. “Ini bukan waktunya, Nayla,” kata Reagan. “Justru ini waktu yang tepat, Reagan. Apa kamu ingin kita bermesraan di hotel saja?” Suara Nayla mendayu-dayu. Reagan tidak ingin menggunakan amarahnya untuk menyakiti wanita. Tetapi, di depannya, Nayla bersikap seperti jalang. “Tolong berhenti bersikap menjijikan seperti ini, Nayla. Aku tidak ingin kamu menyesal setelahnya.” “Menyesal yang bagaimana menurutmu?” Sebelah sudut bibir Nayla naik. “Kalau yang kamu maksud aku akan menyesal jika mengandung benihmu, biar aku beri tahu, aku tidak akan pernah menyesal mengandung anak kita.” Reagan menghela napas berat. Kesabarannya hampir

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   82. PERMAINAN DIMULAI

    Permainan ranjang itu berlangsung hingga malam menyapa. Tidak terhitung sudah berapa kali Reagan membuat Claire menghamba di bawahnya setelah sekian lama adegan panas mereka berlangsung. Saat ini, Claire terbaring lemah di atas ranjang, sedangkan Reagan di sampingnya. Mereka baru saja melakukan pelepasan terakhir dan ambruk bersamaan di atas sprei putih yang koyak karena cakaran kuku Claire. Ini gila! Reagan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia menggelitik dadanya. Senyum di wajahnya tidak lekang oleh pergantian siang ke malam. “Kamu benar-benar membuatku candu, Claire,” bisik Reagan di depan wajah istrinya. Claire hanya tersenyum tipis. Berbagai perasaan hinggap di dadanya namun bibir Claire tidak mampu lagi berucap. Dia sudah sangat lelah, namun dia juga merasakan kelegaan di bawah sana. Reagan menepati janjinya, memberikan Claire kepuasan hingga mereka kelelahan. “Ini pertama kali aku melihat rasa lega di wajahmu. Aku harap, masalah apapun yang membuatmu jengah, enyah sudah.

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    81. RANJANG PANAS DENGAN CLAIRE

    Claire belum menjawab, tetapi Reagan sudah berkata lagi. “Bagaimana jika aku bilang, aku baru saja meretas sebuah akun pejabat dan mengambil semua uangnya?” Saat ini Claire tidak bisa mengendalikan lagi ekspresi wajahnya. Sepasang mata indah itu melotot tajam, mulutnya bersungut-sungut mengumpat tingkah Reagan yang terus membuat kekhawatirannya menjadi-jadi. “Kamu berani melakukan itu, huh?” tanyanya.“Kenapa tidak? Aku ‘kan sudah berkata jujur padamu, aku ini peretas handal. Bisa dibilang, selevel dengan SpectraVant, idolamu itu. Bagaimana menurutmu?” “Jangan bercanda, Reagan! Aku bisa saja menuntut cerai ke pengadilan jika kamu berani melakukan kejahatan di dunia siber!” Waw! Ketika mendengar itu, rasanya seluruh bulu roma di tubuh Reagan kompak berdiri. Ancaman yang dilayangkan oleh Claire jauh lebih menakutkan dibanding jika Reagan harus berurusan dengan hukum karena pekerjaannya. Melihat Claire cemberut, Reagan justru semakin ingin menggoda istri kecilnya itu. Kini dia beranj

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status