Share

Bab 31

Author: Bulandari f
last update Last Updated: 2025-01-18 00:15:32

Bab 31

"Hey Evan, sekalipun kamu tidak menyukaiku, tapi kamu harus mengingat satu hal Evan. Kalau aku ini adalah istrimu, kamu tahu itu. Aku adalah istrimu."

"Terus mau mu, apa?"

"Sentuh aku, lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan."

Deg

Evan mematung untuk beberapa saat, ucapan itu membuatnya meruntuhkan tekadnya yang tidak akan memperlakukan Chintya layaknya seorang istri. Sebab wanita itu tidak ia cintai, tapi ... ucapan Chintya ada benarnya juga. Dan ... Chintya ternyata sudah memasukkan sesuatu ke dalam minumannya Evan.

"Apa yang membuatmu masih diam, Evan. Ayo lakukanlah. Aku sudah tidak tahan."

Dalam hitungan detik, Evan mendekatkan diri ke Chintya, ia mulai melakukan sesuatu persis seperti keinginan Chintya.

Walaupun ia melakukannya tanpa cinta, tapi ia cukup bernafsu pada tubuh mulus Chintya yang sampai menggeliat di atas ranjang.

"Kamu ganas juga, Evan. Lakukan lagi sayang, lakukan dengan perlahan-lahan sayang. Yes, aku suka itu sayang. Ahhhh ... ini sangat nikmat sa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 32

    Bab 32Evan baru saja kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan bulan madunya bersama Chintya. Meski baru saja menjalani momen yang seharusnya penuh kebahagiaan, hatinya terasa kosong. Hubungannya dengan Chintya tak lebih dari sekadar formalitas. Di dalam kamar hotel yang kini menjadi saksi bulan madu mereka, tidak ada cinta, hanya rutinitas. Begitu tiba di rumahnya, hal pertama yang Evan lakukan adalah mengambil ponselnya dan mengetik pesan kepada seseorang yang selalu ada di pikirannya. *"Anya, aku sudah sampai di Indonesia. Besok aku mulai ngantor. Aku ingin kamu datang lebih awal, dan pastikan untuk tidak terlambat."* Evan mengirim pesan itu tanpa ragu, lalu melemparkan ponselnya ke meja. Ia menunggu dengan harapan mendapat balasan cepat. Namun, setelah beberapa menit berlalu, ponselnya tetap sunyi. “Dia benar-benar berani,” gumam Evan, merasa sedikit kesal. Tidak puas dengan diamnya Anya, Evan mengetik pesan lain. "Anya, aku serius. Besok aku ingin kamu datang lebih

    Last Updated : 2025-01-18
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 33

    Bab 33Evan menatap tajam ke arah Anya, membuat wanita itu merasa seperti sedang diinterogasi oleh seorang hakim yang tidak kenal belas kasihan. Suasana di dalam ruangan itu terasa mencekam, hanya diisi oleh napas keduanya yang terengah-engah, seolah sedang berada di medan perang tanpa kata. Evan akhirnya berbicara dengan nada dingin namun penuh tekanan. "Anya, aku tanya sekali lagi. Siapa bosnya di sini?" Anya yang sejak tadi mencoba menahan emosinya akhirnya menjawab dengan suara pelan namun cukup jelas untuk didengar. "Bapak bosnya." Evan tersenyum sinis, senyuman yang tidak mengisyaratkan kebahagiaan, melainkan tanda bahwa ia tengah bermain-main dengan emosinya sendiri. "Kalau aku bosnya, kenapa kamu berani menentangku? Kenapa kamu mengabaikan pesan dan teleponku? Apa kamu pikir kamu istimewa, Anya?" Anya menatap Evan dengan tatapan tidak percaya. Dia tahu betul bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik kemarahan ini, tapi ia tidak ingin memperpanjang drama. "Pak Evan, maaf

    Last Updated : 2025-01-20
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 34.. Kamu bisa hamil gak sih

    Bab "Sebenarnya kamu bisa hamil gak sih!? Sudah setahun menikah kamu belum juga hamil." ucapan itu keluar dari dalam mulut Saraswati, ia tengah memarahi menantunya Chintya karena sampai sekarang tidak kunjung memberikan keturunan pada Evan. Tapi sayangnya Chintya lebih marah dari pada Saraswati. Dengan terdengar tajam Chintya menjawab ucapan Saraswati. "Ma, seharusnya yang seperti ini Mama bilang ke Evan! Kenapa dia sangat jarang sekali menggauli ku? Jangan salahkan aku, Ma. Salahkan tuh anakmu itu!" "Kamu dibilangin malah membantah, seharusnya kamu berusaha Chintya. Bagaimana caranya agar Evan anakku tertarik menggauli mu. Kalau kamu nya aja nyebelin gitu. Mana mau Evan dengan kamu, Chintya. Sadar diri dong." "Jadi maksud Mama, aku ini jelek, aku ini tidak menarik atau aku ini kurang bisa membuat Evan tertarik, Ma? Nggak Ma, Anak Mama itu yang salah. Sampai kini dia masih mengharapkan mantan kekasihnya itu!" Chintya menegaskan ucapannya. "Lagian aku heran, semenarik apa sih wa

    Last Updated : 2025-01-22
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 35..Rencana mantan kekasih yang tersakiti

    Bab 35. Rencana mantan kekasih yang tersakiti Setelah kepergian Saraswati yang penuh amarah, Evan duduk di kursinya dengan wajah yang penuh tekanan. Ia menghela napas panjang, menatap Anya yang masih berdiri di ruangan dengan ekspresi tenang, namun sorot matanya menunjukkan sesuatu yang sulit diartikan. Evan akhirnya berbicara, suaranya terdengar lebih lembut daripada sebelumnya. "Anya, kamu tidak usah mengambil pusing ucapan Mama. Apapun yang ia katakan nanti, jangan kamu masukkan ke dalam hati." Anya menatap Evan dengan mata yang sulit ditebak. "Baik," jawabnya singkat, lalu menundukkan kepala. Evan memperhatikan wajah Anya yang tetap datar, tetapi ia tahu betul di balik ketenangan itu pasti tersimpan perasaan yang berbeda. "Aku ingin kamu tahu," lanjut Evan, "Aku melakukan semua ini demi perusahaan. Tidak lebih." Anya menganggukkan kepalanya, tapi dalam hati ia berbisik, *Memangnya aku peduli? Aku tidak peduli, Evan. Tapi ibumu sudah sangat kelewatan. Aku sangat mem

    Last Updated : 2025-01-24
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 36

    Bab 36: Api Cemburu ChintyaSetelah malam pertemuan mereka di Kafe Melati, hubungan antara Evan dan Anya mulai memasuki babak baru. Meski awalnya Evan bersikeras menjaga jarak, pekerjaan yang melibatkan keduanya semakin membuat mereka sering bertemu. Proyek baru di perusahaan memberikan alasan yang kuat bagi mereka untuk menghabiskan waktu bersama, meskipun di balik itu semua, Anya memiliki rencana yang jauh lebih berbahaya—menghancurkan rumah tangga Evan dan merebutnya kembali. Chintya, di sisi lain, semakin merasa tersisih. Awalnya ia mencoba untuk tidak terlalu memikirkan kebersamaan Evan dan Anya, berusaha meyakinkan dirinya bahwa suaminya adalah pria yang setia. Namun, semakin hari, semakin banyak orang di kantor yang mulai berbicara tentang mereka. "Aku lihat tadi Pak Evan keluar makan siang dengan Bu Anya lagi," bisik seorang karyawan saat Chintya kebetulan melewati pantry. Chintya berhenti sejenak, menggigit bibirnya, lalu melanjutkan langkahnya dengan cepat seolah tidak

    Last Updated : 2025-01-24
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 37

    Bab 37: Kecurigaan Nathan Malam itu, di apartemen mewahnya yang terletak di pusat kota, Anya tengah sibuk membalas email dari Evan ketika suara pintu terbuka. Nathan masuk dengan langkah pelan, matanya menatap tajam ke arah wanita yang tengah duduk di sofa dengan ekspresi serius. Ia memperhatikan bagaimana Anya tampak begitu sibuk dalam beberapa hari terakhir, selalu menghindari percakapan mereka dengan alasan pekerjaan. Nathan berdeham pelan, membuat Anya tersentak sedikit sebelum menoleh ke arahnya. “Kamu kelihatan sibuk sekali akhir-akhir ini,” kata Nathan dengan nada datar, tapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. Anya tersenyum tipis, mencoba terdengar santai. “Ya, proyek di kantor sedang banyak. Bos baru sangat perfeksionis, jadi aku harus kerja ekstra.” Nathan berjalan mendekat, menatapnya lekat-lekat. “Bos baru?” ulangnya pelan. “Evan, maksudnya?” Anya menelan ludah, tetapi ia tetap berusaha tenang. “Iya, memangnya kenapa?” Nathan menyandarka

    Last Updated : 2025-01-26
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 38.Luka yang Tak Termaafkan

    Bab 38: Luka yang Tak TermaafkanMalam yang sunyi terasa menyesakkan di rumah Anya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, memandangi jendela yang gelap. Di luar, lampu-lampu kota memancarkan cahaya redup yang seakan menggambarkan perasaannya saat ini. Dalam hatinya, ia berbicara pada diri sendiri.“Demi misi balas dendamku, maafkan aku, Nathan. Kamu pria yang baik, tetapi aku tidak bisa menerimamu untuk saat ini," kata-kata itu keluar setelah pertemuannya dengan Nathan beberapa saat yang lalu. dan Nathan sempat mengutarakan perasaannya ke Anya. "Padahal, aku sebenarnya mau denganmu, Nathan. Tapi untuk saat ini aku tidak bisa menerimamu Nathan. Maafkan aku. Mungkin kamu akan sangat kecewa padaku, Nathan," lanjutnya yang masih terbayang wajah Nathan. Anya memejamkan mata, membayangkan semua momen indah bersama Nathan. Senyuman lembutnya, cara Nathan selalu memperhatikannya, bahkan ketika ia sibuk dengan pekerjaannya. Namun, itu semua tidak cukup untuk menghentikannya. Ia sudah membuat pili

    Last Updated : 2025-01-27
  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 39

    Bab 39: Pertemuan yang MenyayatPagi itu, Anya memutuskan untuk keluar dari rumah setelah semalaman tidak bisa tidur. Udara sejuk pagi yang biasanya menenangkannya kini tidak membantu sama sekali. Pikirannya penuh dengan bayangan Nathan dan Evan. Ia memutuskan untuk pergi ke swalayan kecil di dekat rumahnya, berharap mendapatkan sedikit distraksi. Saat memasuki swalayan, langkah Anya terhenti. Matanya langsung menangkap sosok Nathan yang sedang berdiri di depan rak minuman, mengenakan jaket kulit hitam yang biasa ia pakai. Jantung Anya berdegup kencang. Biasanya, Nathan selalu menyapanya lebih dulu, tetapi kali ini tidak. “Nathan?” panggil Anya, mencoba menarik perhatian pria itu. Nathan meliriknya sekilas, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke botol air mineral yang ada di tangannya. Ia tidak berkata apa-apa, hanya memasukkan botol itu ke keranjang belanjanya dan berjalan menjauh tanpa menoleh sedikit pun ke arah Anya. “Nathan, tunggu,” kata Anya lagi, mengejarnya. Namun,

    Last Updated : 2025-01-28

Latest chapter

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab 45

    Saraswati duduk di ruang tamu dengan ekspresi kesal. Pertengkarannya dengan Chintya pagi tadi masih terngiang di kepalanya. Menantunya itu dengan berani membalas ucapannya ketika Saraswati mempertanyakan kenapa ia belum juga hamil. Alih-alih mengakui kesalahannya, Chintya justru menyalahkan Evan, putra kesayangannya. "Ma, seharusnya yang seperti ini Mama tanyakan ke Evan! Kenapa dia sangat jarang sekali menggauli aku? Jangan salahkan aku, Ma. Salahkan anak Mama itu!" Perkataan Chintya tadi membuat dada Saraswati bergemuruh. Tak mungkin putranya tidak tertarik pada istrinya sendiri. Pastilah ada alasan lain di balik semua ini. Tidak puas dengan jawaban Chintya, Saraswati memutuskan untuk langsung menemui Evan di kantornya. Ia ingin tahu yang sebenarnya, apakah benar Evan yang tidak ingin punya anak, ataukah Chintya hanya mencari alasan. Dengan langkah cepat dan hati penuh emosi, Saraswati segera berangkat ke perusahaan milik putranya. Setibanya di kantor, Saraswati langsung berja

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   40

    Bab 7 Laura terisak di atas ranjang dengan kedua tangan masih terborgol. Rasa dingin dari es yang tadi digunakan Zaky mulai menghilang, digantikan dengan tubuh yang lelah dan gemetar. Matanya basah oleh air mata, sementara pikirannya berputar mencari jalan keluar dari neraka ini. Entah sejak kapan, ia akhirnya tertidur karena kelelahan menangis. Dalam tidurnya, wajah ibunya kembali muncul, seperti mencoba meraih dan menenangkannya. "Mama...," bisiknya lirih dalam mimpi. Namun, ketenangan itu hanya sementara. Sebuah suara lirih terdengar dari pintu kamar yang kembali terbuka. Langkah kaki perlahan mendekatinya. Zaky, pria keji yang menculiknya, kini berdiri di samping tempat tidurnya, menatap wajahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kamu cantik... dan kamu akan menjadi milikku," gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan setan di tengah kegelapan. Tangan Zaky terulur, mengelus pipi Laura yang masih basah oleh air mata. Sentuhan itu membuat Laura terbangun seketika. Matan

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab 56

    Bab 7 Laura terisak di atas ranjang dengan kedua tangan masih terborgol. Rasa dingin dari es yang tadi digunakan Zaky mulai menghilang, digantikan dengan tubuh yang lelah dan gemetar. Matanya basah oleh air mata, sementara pikirannya berputar mencari jalan keluar dari neraka ini. Entah sejak kapan, ia akhirnya tertidur karena kelelahan menangis. Dalam tidurnya, wajah ibunya kembali muncul, seperti mencoba meraih dan menenangkannya. "Mama...," bisiknya lirih dalam mimpi. Namun, ketenangan itu hanya sementara. Sebuah suara lirih terdengar dari pintu kamar yang kembali terbuka. Langkah kaki perlahan mendekatinya. Zaky, pria keji yang menculiknya, kini berdiri di samping tempat tidurnya, menatap wajahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kamu cantik... dan kamu akan menjadi milikku," gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan setan di tengah kegelapan. Tangan Zaky terulur, mengelus pipi Laura yang masih basah oleh air mata. Sentuhan itu membuat Laura terbangun seketika. Matan

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab 35

    **Bab 35: Kegelapan yang Mengintai (Revisi Halus)**Hujan masih mengguyur deras di luar rumah Tiara. Angin malam membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan kepedihan di hati Bu Ijah dan Tiara. Setelah semua yang terjadi, Bu Ijah tak bisa tidur. Ia duduk termenung di ruang tamu dengan secangkir teh yang kini telah dingin, pikirannya terus dipenuhi oleh pengkhianatan Alex dan luka mendalam yang harus ditanggung oleh putrinya.Namun, di balik kesunyian malam yang kelam itu, ada bayang-bayang yang lebih besar mengintai. Di kamar yang tersembunyi, Tiara yang masih terjebak dalam keterasingan, tiba-tiba merasakan udara di sekitarnya berubah menjadi sangat dingin. Di sudut ruangan, di balik cermin besar yang menggantung, muncul bayangan gelap yang perlahan membentuk siluet. Tiara menggigil, bukan karena suhu yang rendah, tetapi karena firasat buruk yang semakin menggema dalam jiwanya."Tiara…" suara halus berbisik, seakan datang dari dalam relung pikirannya.Dengan cepat, Tiara menoleh,

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab 53

    Bab 53: Cemburu yang Dipendam Langit mulai berwarna jingga saat Anya melangkah keluar dari gedung kantor. Udara sore yang seharusnya menenangkan justru terasa berat di dadanya. Hari ini adalah salah satu hari terburuk dalam hidupnya. Sejak pagi, Chintya telah membuat suasana kerja menjadi neraka. Fitnah-fitnah yang dilontarkan istri Evan terus bergaung di telinganya. Tatapan sinis dari rekan-rekan kerja semakin mempertegas bahwa ia telah menjadi bahan gosip utama di kantor. Anya menghela napas panjang, mencoba menahan perasaan sesak yang terus menghimpitnya. Namun, saat ia hendak melangkah menuju halte untuk menunggu taksi online, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depannya. Jendela mobil terbuka, memperlihatkan sosok pria yang tersenyum hangat ke arahnya. "Naiklah, aku jemput kamu hari ini," kata Nathan dengan suara lembut. Anya menoleh dengan ekspresi sedikit terkejut. "Nathan?" Nathan mengangguk. "Aku lihat kamu terlihat tidak baik hari ini. Jadi, aku pikir kamu butuh s

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab 52.Runtuhnya Kesabaran Anya

    Bab 52: Runtuhnya Kesabaran Anya Hari-hari di kantor semakin terasa seperti neraka bagi Anya. Sejak gosip tentang dirinya menyebar luas, ia merasa seakan setiap mata yang menatapnya penuh dengan kebencian dan penghinaan. Namun, yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa semua ini terjadi karena ulah Chintya. Chintya semakin gencar menjalankan rencananya. Setiap kali Evan tidak berada di kantor, ia akan muncul dengan penuh percaya diri. Para karyawan, yang tahu betul siapa dia, langsung memberikan perhatian penuh. Beberapa bahkan berusaha mengambil muka di hadapan Chintya, berharap mendapat promosi atau keuntungan lainnya. "Bu Chintya, Anda cantik sekali hari ini. Apa ada yang bisa kami bantu?" seorang karyawan pria mencoba menarik perhatiannya. "Bu Chintya, kapan-kapan kita makan siang bersama, dong," sahut yang lain. Chintya hanya tersenyum angkuh. Ia tidak tertarik dengan mereka. Ia punya tujuan lain—menghancurkan mental Anya. Siang itu, ketika Chintya memasuki ruang

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   bab 51. Fitnah di ruang kerja

    Bab 51. Fitnah di ruang kerja Setelah pertemuan yang memanas dengan Evan, Anya mencoba melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Namun, hatinya terus gelisah. Setiap kali ia melangkah ke kantor, ia merasa seperti ribuan pasang mata mengawasinya. Bisikan-bisikan di sudut ruangan mulai terdengar jelas, dan setiap kalimat seakan ditujukan untuk menghancurkan semangatnya. Di ruang kerja, Anya duduk sambil mengetik laporan. Namun, pikirannya melayang saat mendengar dua rekan kerja berbicara pelan di dekat pintu. “Kamu tahu nggak, katanya Anya itu ada hubungan sama Pak Evan,” bisik seorang karyawan. “Iya, aku juga dengar dari Bu Chintya. Katanya, Anya itu mau merebut suaminya sendiri. Berani sekali dia!” sahut yang lain. “Pantesan dia selalu dipanggil langsung ke ruang Pak Evan. Mungkin aja ada apa-apa di antara mereka,” karyawan itu menambahkan, lalu keduanya tertawa pelan. Anya mengepalkan tangannya di bawah meja. Dadanya terasa sesak mendengar fitnah yang dilemparkan begitu saja.

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 50. Gosip di ruang kerja

    Bab 50: Titik Balik yang Pahit "Ini Pak, semua data yang Bapak minta sudah aku masukkan di sini, Pak," kata Tika salah satu karyawati Evan. "Baiklah, letakkan situ nanti aku periksa!" Evan tetap terfokus pada pekerjaannya saat ini. "Oh iya, Pak. Aku sekalian mau memberikan laporan dari Bu Anya, tapi Bu Anya berpesan ke aku untuk memberikannya ke Bapak."Seketika Evan mengangkat kepala dan menatap tajam ke Tika. "Kenapa kamu yang mengantarnya?"Tika langsung gugup dan dengan terbata-bata ia berkata, "Bu Anya minta tolong ke- a-aku, Pak.""Berikan ini lagi padanya dan suruh dia untuk menemui ku langsung.""Tapi, Pak," kata Tika yang masih gugup, apalagi saat melihat tatapan tajam mata Evan. "Aku rasa aku sudah berkata cukup jelas, aku ingin kamu sekarang keluar dan suruh Anya mengantar ini langsung ke aku!" "Ba-baik Pak."Saat itu juga, Tika langsung menghampiri Anya di ruang kerjanya. "Tidak apa, Bu. Aku sudah diberi pesan oleh Pak Evan. Dia meminta agar laporan ini langsung kau

  • Bos Arogan Itu Ayah Anakku   Bab 49. Jejak Luka di Balik Bayang-Bayang

    Bab 49.Jejak Luka di Balik Bayang-Bayang Evan berjalan dengan langkah berat menyusuri lorong yang remang, meninggalkan rumah Anya dengan perasaan campur aduk antara penyesalan dan tekad yang semakin membara. Setiap langkahnya diiringi oleh gema kata-kata Anya yang masih terngiang di telinganya, "Terlambat, Evan." Kata-kata itu menghantamnya bak peluru, bukan karena amarah semata, melainkan karena rasa frustrasi yang membuat dadanya sesak. Di dalam mobil mewah yang kini menjadi pelarian sementara, Evan duduk terpaku di kursi pengemudi. Kedua tangannya menggenggam setir dengan erat, seakan berusaha menahan riak emosi yang hendak meluap. Ia menatap kosong ke arah lampu jalan yang bergantian menerangi wajahnya, mencoba menyusun strategi agar tidak semakin tenggelam dalam kegelapan masa lalunya. "Apakah benar aku terlambat? Ataukah masih ada harapan untuk kembali?” gumamnya dalam hati, menolak menerima kenyataan bahwa ia telah kehilangan segalanya sejak dulu. Ia mengambil ponselnya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status