"Aku nggak tahu ... gimana hidup tanpa Cia!"Ziyad menepuk punggung Kevan. "Anda bener-bener udah bucin akut sama Nona Cia."'Iya. Kenapa aku jadi begini? Padahal aku nggak tahu gimana perasaan Cia ke aku!'Kevan membayangkan wajah Ciara yang sedang tersenyum padanya. Dia memiliki banyak kenangan bersama Ciara. "Sebentar, Tuan! Omar telepon."Kevan melihat Ziyad mengambil ponselnya. Lalu, menerima panggilan telepon dari Omar. Sedangkan Kevan menghabiskan kopinya dalam sekejap.Kevan menatap foto Ciara di ponsel. "Kamu harus bangun, anak nakal!" seru Kevan untuk Ciara.Tiba-tiba, Kevan terkejut ada satu pesan masuk di ponsel canggihnya. Kevan segera membacanya.Coach Adnan: Gimana kabar Cia? Saya dengar dia operasi di rumah sakit Mitra Internasional Baubau.Kevan membalas dengan cepat. Kevan: Nggak, Coach. Nona Cia sekarang ada di rumah sakit Internasional Notherdam Fez. Kondisinya masih belum sadar. Kevan menghela napas. Dia sedih. Dia benar-benar sedih. Coach Adnan: Oh, ya? Tapi,
"Maaf, Tuan. Nona Ciara nge-drop dan harus segera dioperasi," jawab Erisa. Wajahnya pucat karena tegang."Apa?!" Kevan mendadak lemas. Kedua kaki Kevan seolah tidak mampu menopang tubuhnya. Dia bersandar di dinding. Lalu, berjongkok."Nggak! Nggak mungkin!" seru Felicia. Dia menangis di pelukan Rudi. Tidak lama, dia jatuh pingsan."Nyonya!" Kevan berteriak begitu melihat Felicia pingsan. Dia bangun dan berlari ke arah Rudi dan Felicia.Rudi menangkap tubuh Felicia dan membawanya ke kamar inap keluarga. "Van tolong temani Cia! Saya jaga Felicia sampai dia sadar.""Ya, Tuan," sahut Kevan. Bima datang terlambat. Dia melihat hiruk-pikuk ruang rawat inap Ciara. "Van, ada apa?" tanya Bima. Kedua matanya melihat-lihat situasi ruang rawat inap Ciara. "Jangan bilang kalau Nonaー""Nona nge-drop dan harus segera dioperasi. Sedangkan Tuan Rudi menemani Nyonya Feli yang pingsan.""Astaga!" teriak Bima saking terkejutnya.Bersamaan dengan itu, beberapa perawat datang mendorong brankar Ciara."Bim
'Gimana kalau aku mau lebih? Ya, lebih dari sekedar seorang Kakak bagi Cia! Apa bisa?!'Otak Kevan berkelana memikirkan Ciara. Dia terpaku menatap Felicia."Kamu kenapa, Van? Kamu nggak suka?"Kevan segera mengubah ekspresi wajah. "Bukan itu, Nyonya," sanggah Kevan. " Saya kaget. Makasih udah percaya saya, Nyonya, Tuan."Felicia membalas Kevan dengan senyum. Mereka kembali diam. Percakapan singkat itu berkesan hangat di hati Kevan. Dia kembali berjongkok tidak jauh dari kedua majikannya. Hening. Waktu berlalu dan tidak satupun dari mereka yang bicara. Sesekali, mereka menoleh ke pintu ruang operasi. Semua orang berharap pintu itu terbuka dan memberikan mereka kabar baik. Bima datang seorang diri. Dia membawa beberapa kantung dari kertas yang berisi beberapa roti."Van!" panggil Bima sembari berjongkok. "Pegang, nih!""Ini apaan?" tanya Kevan."Di dalamnya roti isi daging buat kita berdua." Bima kembali menyodorkan kantong lainnya. "Ini kopi kita. Pegang juga! Aku mau kasih sandwich
'Sial!' maki Kevan dalam hati. 'Ayo naik terus! Naik terus supaya detak jantung kamu stabil, Cia!'Kevan berdiri menjauh. Dia selalu menatap layar monitor di atas kabinet yang memperlihatkan kondisi jantung Ciara."Dok, pasien mengalami penaikan drastis." Salah satu dokter memberitahu Li. Setelah memberi kejut jantung ke-2, Li berhenti. Dia memperhatikan perkembangan Ciara."Letakkan ini!" perintah Li kepada Erisa. Li langsung memeriksa kedua mata Ciara. Dia membuka mata sebelah kanan, lalu sebelah kiri. Kemudian, Li memeriksa detak jantung Ciara. Kevan harap-harap cemas. Dia menguatkan dirinya. Li menoleh ke belakang. "Nona Cia berhasil melewati masa kritisnya," katanya walau tanpa senyum. Kevan senang. Dia mengembangkan senyum dan mengangguk. "Makasih," kata Kevan.Semua orang menyambut suka cita atas keberhasilan Li. Mereka saling berpelukan sekadar berbagi kebahagiaan. Erisa menghampiri Li dan berkata, "Makasih, Dok."Kevan mendekati Ciara. Dia tersenyum saat menatap wajah c
"Hal-hal yang perlu diingat, cegah Nona Ciara lakukan pekerjaan berat atau berpikir terlalu keras. Dia akan cepat lelah. Saat merasa kelelahan, sebaiknya langsung istirahat."Kevan menatap Ciara yang ternyata sedang menatapnya. "Saya akan buatkan daftar menu makanan sehat untuknya.""Makasih, Dok," ucap Kevan. "Jaga dia selama di sini! Saya mungkin nggak bisa di sini terus. Saya harus kembali ke Orion."Li menatap Kevan haru. "Saya paham, Tuan," katanya. "Saya akan jaga Nona dengan baik dan menutupi rapat-rapat identitas Anda.""Bagus."Kevan dan Li kembali berdiri di dekat Ciara. Perempuan itu masih tidak ingin berbicara."Apa saya boleh sentuh Nona Cia?" tanya Kevan ragu."Boleh, Tuan," jawab Li. "Saya sudah melepas alat jantung di dada Nona."Li mengajak Erisa untuk memberikan ruang dan waktu bagi Kevan dan Ciara. Meskipun Erisa tidak mengerti, tapi dia mengikuti ajakan Li.Kevan menatap Ciara tanpa berkedip. "Non, makasih udah kuat dan berjuang untuk tetap hidup."Kevan menggengg
"Pamit?! Ngapain?!"Kevan tahu, Christian pasti sudah menghubungi Ziyad dan mengatakan semuanya. Tapi, Kevan tidak akan menyerah pada Christian. "Bukannya Tuan Christian nyuruh Anda pulang ke Orion?" tanya Ziyad. "Tuan Dabin udah telpon saya ngasih kabar."Kevan tersenyum sinis. "Apa kalian berdua pikir, aku mau nyerah dan nurutin semua kemauan Kakek?! Hah?!"Kevan masih bersandar sambil mengangkat kaki kanannya ke dinding. "Apa Kakek pikir, dia bisa bebas nyetir hidupku?" Kevan berdiri tegak. Kedua tangannya masuk ke saku jaket. "Ini hidupku. Jadi, nggak ada seorangpun yang bisa ngatur. Paham?"Tatapan Kevan menyalak ketika dia mengingat Christian. Lalu, ponsel lamanya bergetar. Dia merogoh saku celana dan mengambilnya."Hemm? Siapa ini yang telpon aku?"Ada nomor asing tertera di ponsel butut Kevan. Semula dia ragu ingin menerima panggilan telepon masuk itu. Namun, Ziyad terkejut saat melihatnya."TuーTuan, apa Anda berhubungan dengan sebuah bank internasional?" tanya Ziyad dengan
"Hanya 2 miliar? Hemm, lumayan!" seru Kevan sedikit bangga dengan pencapaiannya di tahun pertama. "Terus, gimana di tahun ke-2 dan ke-3?"Henry tersenyum. "Setiap bulannya, Anda selalu menambah modal saham hingga mencapai Rp. 148 juta. Apa Anda ingat?"Kevan menggeleng. Dia tidak ingat sama sekali dengan kejadian 3 tahun lalu. "Kenapa aku nggak ingat apa-apa, ya?" Kevan kebingungan. Bagaimana pun juga, dia masih tidak menduga-duga hari keberuntungan ini datang padanya. "Ternyata Anda punya banyak duit, Tuan," ucap Ziyad keceplosan. "Mungkin Anda bisa periksa semua email yang masuk, Tuan. Di sana pasti ada email pemberitahuannya."Kevan mengangguk. Sepertinya memang tidak ada cara lain lagi untuk mengingat masa lalunya. "Di tahun ke-2, harga tembakau masih berada di puncak. Anda mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 4,7 triliun dan tahun ke-3 mencapai Rp. 101,53 triliun."Kevan menahan napasnya. Dia tidak menyangka memiliki uang sebanyak itu. Ziyad menutup mulut karena terkejut. Sedang
"Ishhhhhh! Nyebelin!"Ciara mengepalkan tangan kanan, lalu memukul-mukul pinggiran kursi roda. Tanpa terduga, dia bangun. "Aarrggghhh! Sakit! Sakit!"Kevan meringis kesakitan karena mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Ciara. "Nggak ada Alpha sekuat Damien! Dia itu Alpha kawanan werewolf terhebat yang pernah aku baca."Ciara mengeluarkan unek-unek sambil memukuli dada dan perut Kevan. "Stop, Ciul! Sakit! Sakit!" Kevan teriak berulang kali. Ciara menyeringai. "Habisnya kamu terlalu pede danー""Cia!" Seseorang memanggil nama Ciara. Dia adalah Felicia. "Kamu udah bisa berdiri, Sayang?" Ciara terkejut hingga wajahnya memerah. Dia kehilangan keseimbangan. Akhirnya, Kevan memeluk Ciara agar tetap berdiri dan tidak terjatuh.Ciara memeluk Kevan erat. Begitu juga sebaliknya.Felicia datang bersama Rudi, Bima, Erisa dan Li. Mereka melihat Kevan memeluk Ciara. Kevan mengusap lembut rambut Ciara. Dia berbisik, "It's okay! Itu Mami kamu, Cia."Felicia hampir menangis. Dia tahu, dia sudah