Jhon menegakkan punggung kemudian merapikan kaosnya beberapa saat. Dengan senyum dan tatapan meyakinkan dia berkata, "Benar, kamu satu-satunya keluarga Aleta saat ini tapi sayang sekali … Aleta bahkan enggan melihatmu meski di dunia ini keluarganya hanya sisa kamu seorang. Jika aku menjadi dirimu, maka aku akan sangat tahu malu tapi kamu … ah kurasa kamu tidak akan punya rasa malu, karena setelah melakukan hal menjijikkan sebelumnya pun, kamu masih ingin mencoba lagi."Markus melotot. Kemarahan tergambar begitu jelas. Tanpa disadari kedua tangannya mengepal, dan kemarahan di hatinya membuat dia kehilangan kendali.Dalam sekali ayunan, Markus berhasil melayangkan bogem mentahnya pada sudut bibir Jhon sehingga pria itu berakhir terdorong mundur, terbentur dinding kamar kembali.Bughh asshhh"Aku memang melakukan kesalahan dan itu cukup urusanku, bukan urusanmu!" Pekik Markus, seraya mencekik leher Jhon.Kepala Jhon sedikit terangkat. Dia kesulitan bernafas tapi dia masih bisa tersenyum
Suara itu membuat Aleta kesal. Dia spontan mendorong kepala Jhon lalu menampar pemilik suara barusan.Plakkk"Awh!" Tampak tak terima pria yang ditampar tadi, tetapi melawan Aleta sama saja menggali kuburan sendiri, jadi dia memilih melampiaskan kekesalannya pada pundak Jhon.BughhhJhon dipukul pelan. Dia menyeringai, dilanjut menyapa santai. "Kita bertemu lagi, Rik. Ngomong-ngomong tempat ini agak lain dari tempat sebelumnya."Erik. Ya! Itu dia teman kerja Jhon. Pria itu telah pindah setelah kekacauan kali terakhir. "Masuklah!" Erik berbalik dengan pintu terbuka lebar.Jhon membawa Aleta menyusul masuk kemudian pintu ditutup Aleta menggunakan kaki kanannya.BrakkkErik terkesiap. Dia menoleh. Melihat sorot mata Aleta, dia segera memalingkan wajah dan ngedumel, "Selain bisa membunuh, wanita ini bisa menghancurkan rumah kreditku."Jhon menyeringai lalu menepuk pundak Erik. "Jangan khawatir selama aku ada di sampingnya."Erik tak mengindahkan. Pikirnya, ucapan Jhon ngasal. Toh, selama
"Tempat ini benar-benar kumuh," dumel Aleta sepanjang melewati gang sempit. Setelah sampai di jalan yang lebih besar, dia spontan menengadah. Tepat di depannya ada gedung beberapa lantai yang pastinya berjenis apartemen tapi gedung itu jauh lebih bagus dari gedung apartemen yang Aleta tinggali.Ha ha haBeberapa anak kecil berlarian memutari Aleta kemudian berlarian penuh tawa ke arah lain.Aleta berdecak-decak lidah. "Ck ck ck, disini ada taman kanak-kanak juga rupanya."Aleta yang berpenampilan cantik meski wajahnya masih pucat itu pun melanjutkan langkah ke arah barat. Mengejutkannya, setelah melangkah beberapa ayunan, dia melihat Sky keluar dari mobil hitam diikuti dua pria berpakaian ala pengawal pribadi.Naluri Aleta mengatakan dia harus segera sembunyi. Maka dia tanpa pikir panjang jongkok di pinggir bak sampah penuh sambil memejamkan mata."Sialan, jantungku rasanya mau melompat," umpat Aleta.Di saat yang sama, Sky merasa barusan melihat seseorang. Dia terdiam lalu menoleh m
Aleta berdiri di pinggir trotoar jalan. Pada keningnya ditempel kertas berisi tulisan 'Aku butuh uang, kujual sabuk kakakku yang tampan ini dengan harga terbaik.'Orang-orang yang melintasi jalan memperhatikan sabuk di tangan sekaligus membaca tulisannya sambil tersenyum."Anak ini pejuang!""Kasihan sekali sampai menjual sabuk."Banyak yang memuji Aleta, tetapi gadis itu malah marah karena itu bukan yang dia inginkan.Hanya saja, Aleta menekan kemarahannya dengan senyuman palsu di balik kertas. Dan itu terjadi hampir setengah jam lamanya.Memasuki menit berikutnya, Aleta hampir menyerah tapi kemudian sebuah mobil tampak berhenti tidak jauh dari lokasi Aleta.Aleta menebak pemilik mobil itu akan menghampiri dirinya. Dia segera memasang wajah lemas tapi orang lain tidak akan pernah merasa kasihan kalau sudah melihat tatapannya yang menggoda serta mematikan.Tap tap tapSesuai perkiraan Aleta, pemilik mobil yang diketahui seorang pria ini sungguh menghampiri Aleta untuk menanyakan harga
Ngosh! Ngosh! Ngosh! Aleta berlari dengan nafas terengah-engah. Setelah merasa tidak kuat, dia berhenti secara perlahan sebelum akhirnya berhenti total untuk duduk mengambil pasokan oksigen sebanyak mungkin.Huh! Pelan tapi pasti nafasnya kembali normal. Dia lantas mengedarkan pandangan tapi dibuat terbelalak, karena rupanya dia malah kembali ke kawasan apartemen Erik."Oh, sial!" umpat Aleta.Tak berselang lama usai gadis itu sampai, sebuah mobil berhenti tidak jauh dari tempatnya duduk. Lalu, pintu mobil terbuka disusul keluarnya empat pria sekaligus.Firasat Aleta mengatakan, ini bukan sesuatu yang baik. Dia spontan beranjak, dan bersiap lari kembali tapi sebuah suara akhirnya mengurungkan niatnya."Aleta Louison!"Aleta balik badan.Sosok Markus berdiri di depan mobil. Senyum di wajahnya menunjukkan kepuasan.Aleta berinsting seseorang menyusul datang. Di balik punggung dia melirik namun karena merasa seseorang itu semakin dekat dengannya, dia spontan mengambil dua langkah ke sa
Aleta langsung mendekatkan wajahnya. "Berapa gaji yang akan kuterima setiap hari?"Romis berjengit sambil menyeringai kaku. "Bayaranmu sebulan sekali tapi kalau dipecah setiap harinya mungkin menerima 1000 atau 2000 rubel. Yahh, tergantung kinerjamu."Aleta mengibaskan tangan dengan mimik sombong. "Itu jauh lebih kecil dari jatah harianku.""Oh, meski sudah dipenjara, ayahmu rupanya masih bisa memberikan jatah," sindir Romis.Aleta balas menatapnya tajam tapi mengingat ayahnya memang berada dalam bui, dia akhirnya menghela nafas mengalah. "Iya, kali ini aku tidak akan mengelak.""Tidak akan ada yang menjatahmu lagi, jadi sebaiknya kamu memanfaatkan tawaran baik dariku." Saran Romis, terkesan mendorong.Aleta diam; tampak berpikir."Jangan banyak berpikir. Aku hanya akan memberi kesempatan sekali. Setelah kamu melewatkan kesempatan ini, tidak akan ada kesempatan lain yang akan kuberikan," ujar Romis.Aleta bergumam sambil manggut-manggut dua kali."Bagaimana?" Tampak jelas ketidaksabar
Jhon dan Erik bertukar pandang. Seolah sudah direncanakan, mereka serempak mengeluarkan senjata api masing-masing dan menodongkannya ke arah Sky dan Markus.Tak mau kalah, Sky dan Markus turut mengeluarkan serta balas menodongkan senjata api masing-masing ke arah Jhon dan Erik.Pada detik yang sama, keempatnya bahkan kompak berseru, "Serahkan Aleta!"Dua kata itu pada akhirnya membuat seluruhnya menyadari satu sama lain, kalau Aleta yang dicari rupanya tidak ada di antara mereka."Di mana Aleta?" Sekali lagi mereka serempak bertanya.Karena kesal, Sky spontan melepaskan peluru ke langit tapi tak disangka peluru mengenai burung, dan kini burung itu jatuh menimpai kepala Sky sendiri.Jhon dan Erik tidak tahan menertawakan pria itu.Alhasil kekesalan Sky bertambah, hingga dengan berani dia menembakkan pelurunya ke arah Jhon tapi berhasil Jhon hindari.Prang!Peluru mengenai tong sampah. Barang berbahan dasar seng itu dibuat penyok; mengeluarkan asap."Kalian bisa sampai disini, sedang Al
Hoam!Setelah 5 jam berlalu, Aleta terbangun dari tidurnya. Dia menguap lebar seraya melirik kaca mobil.Melihat langit hitam legam sepenuhnya, Aleta sadar inilah saatnya dia bekerja seperti keinginan Romis. Namun sebelum itu, Aleta lebih dulu memakan semua makanan yang telah dibeli sore tadi, dilanjut berdandan secantik mungkin.Dalam hitungan menit, Aleta lanjut mengemudikan mobilnya secara brutal sampai-sampai Polisi mencatat plat mobil tersebut sebagai target buron.Mendekati genap 20 menit, Aleta mendadak mengerem mobilnya alhasil pengendara di belakang menyembulkan kepala; memaki-maki."Bitch! Kalau tidak bisa nyetir jalan kaki saja, sialan!"Aleta membuka kaca mobilnya tapi bukan balas menyembulkan kepala untuk memaki, melainkan mengulurkan tangan dan mengacungkan jari tengah.Hal itu membuat pengemudi yang sama naik pitam. Pengemudi itu tanpa basa-basi keluar mobilnya dengan niat melabrak Aleta. Namun, begitu langkahnya semakin dekat, Aleta malah tancap gas sekaligus membuat k