Share

53. Pulang

Author: Pena_Ri
last update Last Updated: 2024-03-15 15:30:32

Di saat Sera tengah fokus bekerja alias membersihkan atau menyapu lapangan, seseorang tengah berdiri seraya memperhatikan dirinya dari kejauhan. Sinar mentari di siang hari yang menyentuh kulit wajahnya membuat Sera tampak semakin terlihat berkilau.

Siapa yang tidak terpesona dengan kecantikan alami itu? Dia keluar dari rumah tak mengenakan hiasan wajah yang tebal. Memakai hiasan di wajah dengan senatural mungkin adalah ciri khasnya.

Jika sebelumnya Bu Titi mengajak Sera bicara di tengah-tengah bakti sosial itu. Lain dengan Dika yang diajak bicara dengan salah satu santri yang terkenal dan tak kalah populer. Jika Dika populer di hotel karena dia seorang CEO. Maka, santru itu adalah yang populer di pondok pesantren karena terkenal dengan suara lantunan mengajinya yang indah.

"Mas Dika, bengong saja," ledeknya. Lelaki manis itu memiliki dimple di kedua pipinya. Dika tak mengenal siapa laki-laki muda itu. "Sedang melihat istrinya ya, Mas?"

Tahu apa pemuda itu? Dika menggeleng. "Aku h
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   54. Hari Bahagia

    Sera terbangun dalam keadaan sudah di atas ranjang. Mengucek mata, dilihatnya sudah jam 5 pagi. Melihat di sisi samping ranjang, tak ada sang suami. Dia benar-benar lupa apa yang terjadi semalam. Apa dia tertidur begitu pulas? Sera segera bangkit, menyingkirkan selimut itu dari tubuhnya. Dia pergi mengambil wudhu untuk melaksanakan waktu subuh. Dia menjalankan kewajiban salat dengan lancar. Tak lupa memakai kembali hijabnya setelah melaksanakan salat. Sera bergegas merapikan ranjang. Membereskan rumah pagi hari, mencuci pakaian juga membereskan dapur. Namun, saat hendak pergi ke dapur dia terkejut saat melihat seseorang. Bukan, bukan karena itu Dika. Melainkan wanita berhijab yang Sera tak kenali. Tak percaya dengan yang dia alami saat ini.Wajah wanita itu tak kelihatan lantaran membelakangi Sera. “Permisi, kamu siapa?” tanya Sera. Jantung Sera berdetak tak karuan. Itu bukan Rani ataupun Karina. Sera tahu keduanya dari perawakannya. Lalu, perempuan itu

    Last Updated : 2024-03-16
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   56. Pertengkaran Lia dan Dika

    Bahwa menjadi rumah untuk seseorang tidaklah mudah. Menjadi tempat yang tenang dan memberi kebahagiaan untuk orang lain di mana diri kita sendiri terluka adalah hal yang sulit. Sera tak pandai menjadi tempat pulang yang baik. Namun, ia tetap berusaha keras. Itu semua demi pernikahannya. Sera menuju butik. Perempuan berhijab pink polos, mengenakan abaya hitam itu masuk ke dalam taksi. Dika sempat menawarkan tumpangan untuknya. Tetapi, dia sendiri ragu menerimanya. Jadi, Sera berangkat sendiri saja menggunakan taksi. Dan membiarkan Dika ke kantor seorang diri. Bahwa Sera masih menutupi urusannya, pekerjaannya di butik. Entah kenapa dia melakukan hal itu. Itu seperti pegangan dirinya sendiri. Dia semalam tak cerita pada Dika. Juga, Dika tak bertanya atau membahas secara berkelanjutan tentang mengenai urusannya. Tak bertanya atau tak ingin tahu secara detail. Sera juga berharap Dika tahu usaha Sera di waktu yang tepat. Nanti pasti akan ada waktu di mana Ser

    Last Updated : 2024-03-17
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   55. Makan Malam Bersama

    "Terima kasih, Bu Sera. Sudah menerima saya bekerja di sini. Saya akan bekerja dengan baik juga bekerja keras di butik ini." Rupanya semangat perempuan sebaya dengannya itu sangat besar. Sera memberikan senyum lebar kepada perempuan di yang semeja dengannya. Perempuan itu bernama Nindy. Mereka berdua usianya sama-sama 25 tahun. Nindy dahulu satu SMA dengan Sera. Dia tak menyangka akan dipertemukan dalam situasi bisnis. Mereka memang tidak begitu dekat, namun tidak juga bermusuhan. "Nindy, panggil aku Sera. Aku harap kamu betah bekerja di butik ini, aku senang kamu mau membantuku," aku Sera. Nindy terkekeh dengan gelengan kecil. "Mana bisa begitu? Kamu itu bos aku," ujar Nindy. "Panggil aku Sera, kita ini seumuran juga kan," ucapnya. "Aku senang bisa ketemu kamu lagi," lanjut Sera. "Aku juga, Sera. Kuharap kita bisa sangat dekat nantinya," Nindy meminum milkshake di depannya. Ya, mereka mengadakan pertemuan di kafe. Sera yang memulai mencari pegawai di b

    Last Updated : 2024-03-17
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   57. Mencoba Peduli

    Kenapa Fendi selalu saja bisa menebak apa yang terjadi dengannya? Apa dia itu cenayang? Dika segera mengajak Fendi masuk ke dalam ruangan. Agar pembicaraan mereka lebih privat. "Kau meninggalkanku di restoran sendirian kemarin. Tega sekali kau melakukan itu padaku!" dumal Fendi. "Katakan apa maumu ke sini?" ucap Dika tak ingin ada basa-basi. "Sabar sebentar, kau buru-buru sekali, bos!" celetuk Fendi. Dia ingin main-main dahulu di ruangan Dika. Padahal ini sudah jam kerja. "Kau semakin kurang ajar!" Dika menajamkan tatapan mata. "Haha, aku hanya bercanda. Maaf-maaf," Fendi berdeham singkat. "Jadi, kau ke mana saja kemarin? Benar kau keluar kota?""Apa dia menanyakan sesuatu padamu?" tanya Dika. "Siapa? Pacarmu itu?" ucap Fendi. "Tidak. Namun, dia sempat menemuiku sebentar," aku Fendi. Dika mengangguk singkat. "Aku melihat mertuaku yang sakit," ungkap Dika. "Siapa yang sakit? Ibu atau ayahnya?" ucap Fendi.

    Last Updated : 2024-03-17
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   58. Melihat Lia Bersama Pria Lain

    "Kamu enak sudah menikah, Ser. Sementara aku, pacar saja tak punya," wajah wanita yang berkata barusan berubah sendu. Tangan kanannya memegang gagang cangkir berisi kopi."Kamu harus menikmati masa sendirimu, menikah atau belum semua punya tantangan," kata Sera. 'Sama sepertiku, menikah bukan soal enaknya saja. Aku juga mengalami pahitnya,' ucap Sera dalam hati."Kamu menerima Rangga di butik?" ucap Nindy. Sera mengangguk singkat, "dia bagus untuk mengatur pelanggan," sahut Sera. "Aku setuju," sahut Nindy."Kenapa kamu tak meminta suamimu yang CEO itu mengantarkanmu? Kenapa malah pergi pakai taksi?" tanya Nindy. Apa Nindy termasuk orang yang bisa menjaga rahasia? Sera adalah orang yang sulit terbuka. Sulit percaya dan tak mudah bercerita tentang masalah pribadinya."Oh. Aku paham! Dia pasti sibuk, ya?" ucap Nindy.Haruskah Sera jujur kalau dia menolak diantar Dika? Sera juga tidak mengerti kenapa dia bisa bersikap tak acuh a

    Last Updated : 2024-03-17
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   59. Khawatir : Menjemput Sera Pulang

    "Ayok pulang!" ajak Dika. "Jawab aku, kenapa kamu bisa tahu aku di sini?" tanya Sera lagi. Lelaki dengan jaket kulit hitam itu menghela napas."Pulang. Aku akan jelaskan di rumah!" tegas Dika. Lelaki itu meraih pergelangan tangan Sera. Sera tampak tak menolak. Genggaman tangan Dika begitu erat. Sera menatap pria yang berdiri di sampingnya yang membawanya berjalan pergi meninggalkan kafe tersebut."Masuklah," titah Dika sembari membuka pintu mobil untuk Sera. Meski tidak membawakan payung untuk wanita itu. Tahu apa yang dia lakukan? Pria itu mengenakan tangan kanannya untuk melindungi kepala Sera dari guyuran hujan.Sera langsung masuk tanpa berkata. Setelah itu, Dika menutup pintu mobil. Pria itu lantas segera menyusul masuk ke dalam mobil. Duduk, Dika segera memakai sabuk pengaman. "Pakailah sabuk pengaman," titah Dika. Sera menuruti perintah tanpa berkata.Menyalakan mesin mobil seraya meninggalkan kafe kopi tersebut. Dengan waja

    Last Updated : 2024-03-18
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   60. Jangan Menuduh!

    Perempuan dengan rambut coklat curly itu menghampiri Sera, "jadi kau pulang sama siapa kemarin?" tanyanya. Sera bergeming, kenapa Nindy membahas hal tersebut sekarang?"Hm... aku," Sera tak tahu apa yang harus dia katakan. Dia menggantung kalimatnya. Mungkin Nindy akan merespons sedikit berlebihan saat tahu dia pulang dijemput Dika."Sama siapa, hm? Kau dijemput suami CEO itu kan?" alis Nindy bergerak naik turun. Sera tersenyum kaku. "Sudahlah. Ini masih pagi. Kenapa kau bahas itu sekarang? Lebih baik fokus pada pekerjaanmu," ucap Sera. Wanita itu segera pergi. Nindy tersenyum senang melihat Sera yang sepertinya malu menghindari pertanyaannya.Bagi Sera tak ada yang mesti Sera psmerkan kepada Nindy hanya karena Dika adalah pimpinan hotel CQ. Tak ada yang spesial jika dia pulang bersama Dika pun.Sera lantas melihat beberapa bahan pakaian yang berjejer di lemari. Namun, baru beberapa menit itu berlangsung, Sera sudah kembali melamun. I

    Last Updated : 2024-03-18
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   61. Menginap di Hotel

    Tak seharusnya lelaki itu mengatakan sesuatu hal yang membuat Sera sakit hati. Dika menyadari kalau dia sudah keterlaluan. Sekarang dia lebih sedikit peduli terhadap perasaan Sera. Dika bukanlah sosok yang tidak acuh seperti dahulu. Dika menyadari bahwa perasaannya terhadap Sera perlahan mulai tumbuh. Tangannya terkepal kuat, jika Sera kenapa-kenapa, Dika tak akan memaafkan dirinya sendiri.Dika panik, Sera mengunci pintu kamar. "Sera buka pintunya!""Sera, aku mohon... maafkan aku Sera. Aku tak bermaksud marah padamu!" Dika mengetuk pintu dengan keras seraya berteriak memohon."Sera...," lirih Dika. "Aku mohon buka pintunya." Nada suaranya merendah."Aku peduli padamu, jangan menangis," gumamnya di depan pintu. Dika terlihat begitu lemah juga menyesali perbuatannya terhadap Sera.Sera benar sakit hati atas apa yang Dika katakan padanya. Jika memang apa yang dia lihat atau yang dia katakan pada Dika adalah suatu kesalahan, apa tet

    Last Updated : 2024-03-19

Latest chapter

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   119. AKU, KAMU DAN BUAH HATI (TAMAT)

    5 tahun kemudian."Kara!" Seorang pria dengan gagahnya menghampiri sang putri. Dan berjongkok seraya memeluknya. "Assalamualaikum Papa!""Waalaikumsalam, bagaimana sekolahnya?""Kara dapat bintang lima dari guru!" ungkap bocah kecil bernama Kara itu. "Wah, keren anak Papa! Kamu memang cerdas seperti mama kamu!""Papa juga cerdas! Papa punya hotel besar!"Mendengar celotehan sang anak, Dika pun terkekeh. "Papa, ayok pulang. Kara mau ketemu Mama!" ajaknya. Dika mengangguk seraya bangkit. Dia menggandeng putri kandungnya untuk masuk ke dalam mobil. Tak terasa, waktu lima tahun begitu cepat. Dika sudah menjadi pria sejati yang begitu baik menjadi suami untuk Sera. Dika amat merasa bersyukur karena diberikan istri soleha seperti Sera."Kara mau makan es krim, Papa." "Mau es krim?" ulang Dika. Gadis kecil berhijab itu mengangguk. "Oke, tapi kita pulang dulu jemput mama, ya?" "Iya, Papa, horeee Kara makan es krim sama mama dan papa!" Kara sangat menggemaskan. Dia juga memiliki pipi yang

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   118. BABY K or Baby R?

    "Se, ini apa?" Dika melotot sembari memegangi benda kecil, tipis bergaris dua. Lantas pria itu menoleh ke arah sang istri. "Sera... ini serius? Ka... kamu hamil?" Dika gugup. Sera mengangguk sembari tersenyum. "Iya, Mas. Aku hamil. Aku hamil anak kamu, Mas. Aku bisa hamil. Kita punya buah hati sekarang!" tutur Sera antusias. Dika pun mendekap tubuh Sera dengan erat sembari mendaratkan kecupan di kening wanitanya. "Sera... terima kasih! Terima kasih banyak. Aku sangat bersyukur dengan hadiah ini. Aku bahagia telah memiliki wanita hebat seperti kamu." "Aku... aku juga, Mas. Aku bahagia karena telah dipertemukan dengan lelaki sesabar kamu. Yang begitu menyayangi diriku tanpa berpikir meninggalkan aku pergi di saat kamu tahu kekuranganku. Terima kasih, Mas...," kata Sera. Untuk sekejap saja, pelukan mereka yang hangat dan nyata dengan rasa syukur yang tiada henti. Jangan biarkan lagi dua insan saling mencinta itu berpisah. Diam-diam, Seda terisak dalam pelukan sang suami. Dia begitu

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   117. Mimpi yang Mengerikan

    Siapa yang tidak senang kalau suaminya yang kerja di luar kota akan kembali pulang ke rumah? Dengan dress panjang berwarna peach, wanita yang duduk di depan meja rias itu tak henti mengukir senyum. Ditambah lagi, dia memiliki kejutan untuk sang suami. Kejutan besar yang akan membuat Dika bahagia. Sera mengusap-usap perutnya dengan lembut dan perlahan. Tak menyangka, penantian yang selama ini dia nantikan akhirnya terwujud. Karena, sesungguhnya Tuhan Maha Baik. Sera tidak tahu bagaimana lagi mengungkap rasa syukurnya. Tuhan selalu punya cara untuk membahagiakan hambanya. Dari ujian yang dialaminya bertubi-tubi, Sera dihadiahi keinginannya untuk memiliki buah hati. Ia tak sabar memberikan kabar gembira itu pada sang suami. Sera sangat menantikan reaksi Dika. "Mas Dika, aku hamil anakmu, Mas. Aku bisa hamil juga. Akhirnya, Tuhan mewujudkan keinginanku. Aku tidak sungguh mandul.""Ya Allah, aku sungguh berterima kasih atas karunia yang Kau berikan dan titipkan. Aku akan menjaga buah ha

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   116. Berjuang

    Hari-hari berlalu. Sebagai wanita yang ikut program hamil Sera harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjalani niatnya demi satu tujuan untuk segera bisa memiliki keturunan. Dia tak pergi seorang diri. Melainkan selalu ada Dika yang setia menemani. Di rumah sakit, tak hanya Sera yang diperiksa melainkan suaminya juga. Kondisi Sera dan Dika di sana semuanya dicek. Perkara tidak hamil ini tidak melulu berasal dari pihak wanita saja, karena bisa jadi suami jadi sumbernya. Untuk program kali ini mereka benar-benar begitu serius menjalani. Sampai pada akhirnya, ditemukan polip yang cukup besar dan banyak di rahim Sera. Sera yang memang didukung baik oleh Dika, tak bisa untuk berhenti program tersebut. Dokter mengambil tindakan untuk membersihkan polip yang ada di rahim Sera. Sempat takut, namun Sera harus semangat. Terlebih Dika juga tak pernah lelah memberikannya kekuatan. Setelah pembersihkan polip itu berhasil, minggu demi minggu berlalu, Sera berkeinginan untuk berangkat Umroh. Wan

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   115. Junior Sera dan Dika

    “Mas, terima kasih, ya, untuk segala hal yang kamu lakukan padaku. Kebaikanmu semoga Tuhan yang membalas,” tulus Sera. Malam-malam membicarakan hal random dan hal serius adalah hal yang berharga dilalukan Sera dan Dika. Mereka tak ingin melewatkan momen itu sebelum mereka tenggelam dalam mimpi mereka masing-masing. “Hm, jangan pernah merasa kesepian, ya. Aku tahu yang kita usahakan belum ada hasilnya, tapi aku akan selalu mencari cara agar kamu tetap selalu bahagia,” ujar Dika. “Aku sudah bahagia, aku tidak kesepian lagi karena sudah ada kamu, aku punya kamu di hidupku,” sahut Sera. “Tetap saja. Aku tahu kamu masih merasa sedih di belakang aku. Menyembunyikan luka sendiri. Memendam masalah yang kamu punya. Padahal aku ingin kamu selalu libatkan aku mau sedih atau senang,” ungkap Dika. “Karena aku suami kamu, baik sekarang atau nanti.”“Dulu sekali, aku selalu berharap kalau kamu mau mengakui dirimu sebagai suami aku, Mas. Aku selalu b

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   114. Diperlakukan Layaknya Ratu

    Bucket Cokelat!Baru saja Sera keluar dari kamar mandi. Wanita itu terkejut kala di meja samping ranjangnya ada benda itu. Bukankah Dika sudah pergi berangkat ke kantor? Belum lama Sera mencium tangan suaminya. Siapa yang menaruhnya? Apa Bi Niken masuk ke kamar?Meraih bucket tersebut senyum wanita dengan hijab berwarna hijau itu mengembang di wajah. Siapa wanita yang tidak senang bila diberi cokelat? Sera lantas meraih ponsel dan hendak memotretnya. Dan bertepatan itu notifikasi dari sang suami masuk. Sera membuka pesan tersebut lebih dahulu. Tidak jadi mengambil foto cokelat itu. Mas DikaSe, sudah lihat kirimanku?Apa kamu suka? Benar sekali itu dari suaminya. Sambil mengetik, senyum wanita itu tak pernah lepas. Dia mengirim beberapa pesan pada suaminya.Aku gak tahu kapan kamu siapkan bucket cokelat ini, Mas?Tapi, terima kasih banyak, ya.Aku tentu suka.Mas DikaSyukurlah, aku balik kerja ya. Boleh kirim foto dengan cokelatnya? Aku ingin melihat wajahmu biar semangat bekerja.

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   113. Sera Milik CEO Citra Queen

    Sera menangis tersedu-sedu. Dia berulang kali mengusap air matanya yang terjatuh lagi dan lagi. "Semua baik-baik saja, Sera. Kamu tidak usah takut lagi," ujar Nindy memberikan pelukan hangat untuk teman sekaligus pemilik butik itu. "Tetap saja aku takut, Nin. Mantan suamiku selalu mengganggu aku dan juga Mas Dika," tutur Sera. "Tolong jangan beri tahu Mas Dika tentang ini, Nin," pinta Sera. "Kenapa?" Nindy bingung. "Aku takut dia semakin khawatir. Dia bisa saja melakukan sesuatu di luar nalar kalau tahu tentang kejadian tadi," ucap Sera dengan mata berlinang."Tapi, Sera, aku rasa dia juga perlu tahu. Kamu harus memberi tahu karena dia bisa melindungi kamu nantinya," ujar Nindy. "Dia pasti sangat khawatir istrinya kenapa-kenapa," sambung Nindy."Nindy, aku mohon...," Sera mempelihatkan wajah melasnya. Nindy menghela napas, "baiklah jika itu mau kamu. Aku akan rahasiakan kejadian ini. Aku harap pria itu tak

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   112. Aku Sudah Bahagia!

    "Jadi, kau pergi dengan seorang dokter, Raisa?!" tanya Renal dengan nada tinggi. Seperti biasa, keduanya tak pernah berkomunikasi dengan baik. "Kenapa memangnya?" dengan wajah ketus, kedua tangan menyilang di depan dada, Raisa berbicara kepada sang suami. "Kenapa kau marah dengan itu? Bagaimana dengan kau sendiri yang pergi diam-diam tanpa sepengetahuanku?" ucap Raisa. "Jangan belaga sok suci, Mas, haha," wanita itu terkekeh di ujung kalimat. "Jangan kamu pikir aku tidak tahu kelakuanmu di belakang seperti apa," sambungnya. "Apa maksudmu, Raisa?" tanya Renal. Entah kenapa Renal merasa takut akan sesuatu. "Seharusnya kamu tetap bisa bersikap baik kepadaku. Dan jangan membuatku marah," Raisa tersenyum miring. Hal itu membuat Renal benar-benar takut."RAISA?" panggil Renal dengan nada suara yang keras. Raisa tak menggubris ucapan sang suami. Dia tetap pergi ke kamar.Dia menggumam, "kau pikir aku tidak tahu k

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   111. Jangan Ganggu Aku!

    "Mas, Mas," Sera memanggil nama suaminya berulang. Keluar dari mobil lelaki itu berjalan lebih dahulu masuk ke dalam rumah. "Ya Tuhan, Mas Dika tunggu aku," pinta Sera. Sera menghela napas, andai tak bertemu dengan Renal, mungkin Dika akan baik-baik saja. Wajah lelaki itu juga berubah ketus dan menjadi dingin usai bertemu mantan suami Sera. "Mas," panggil Sera lagi ketika sudah berada di dalam kamar. "Kenapa kamu jadi cuek sama aku?" ucap Sera. "Apa aku ada salah? Mas aku juga kan tidak tahu kalau ada pria itu di restoran," keluh Sera. "Apa kamu mengajakku ke restoran itu untuk bernostalgia tentang masa lalumu, Se?" tanya Dika. "Ya Tuhan. Apa yang kamu pikirkan? Kamu berpikir aku seperti itu?" ucap Sera. "Mas, tak pernah terlintas sama sekali dalam diriku untuk mengingatkanmu tentang masa laluku. Aku mengajakmu ke sana murni untuk makan bersama!" sanggah Sera. "Tolong jangan marah sama aku. Katanya kita

DMCA.com Protection Status