Share

37: Harta Karun

Penulis: Cerita Diamond
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 15:39:51

Hendra menyingkirkan laptopnya, saat Madam Sesco memasuki ruangan kerjanya. Pria yang bergaya wanita itu, begitu luwes duduk di sofa biru sebelah meja kerja Hendra.

"Eike sudah memikirkan hal indang ya, beib. Menurut eike, tinta masa lole dengan pinjaman duit yey. Eike bisa kasih lebih, lho. But, eike butuh gaun-gaun cantika ulala wow-wow yang yey kirim fotonya waktu itu. Gaun-gaun itu perfect! Jadi, bisakah eike belalang kupu-kupu itu semua harta karun di rumah tua sewaan Si Dena?"

"Maksud Madam?"

"Yup, eike tahu itu baju orang. Tapi bisakah dibayar tunai? Sah! Sah! Begitu? Eike bisa bayar setengah M, untuk semua koleksi. Mehong kan? Diterima, hayuuu! Cukup bawa eike ke sana, terus pertemukan eike dengan yang punya rumah. Yakin cucok penawaran bergengsi indang, yes?"

Hendra mengernyitkan dahi,"Tapi saya tak yakin, Madam."

"Stt... jika semua harta karun dalam lemari itu bisa eike beli. Ada 50 juta buat yey, plus eike kreditin rumah agak bagusan untuk Dena dan anak-anak yey. But, pot
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bisikan Tengah Malam   38: Dukun

    GAYATRIApa yang kutakutkan, ternyata benar. Saat Marni mendadak demam esok hari sehingga tak bisa menari, kembali Moksa memanggil seorang anak perempuan untuk memijat kakinya di kamar. Kali ini, aku melepaskan selendangku, lalu mengikuti langkah gadis kecil itu. Dia bernama Nung Layu. Berumur 10 tahun, berambut pendek, dengan kulit kuning langsat. Matanya sipit, dengan hidung yang bangir. Orangtuanya sudah dua tahun bekerja di pabrik jamu kami. Nung tak punya saudara, dia anak semata wayang. Hobinya menari, meski tak seluwes Marni. Hari itu, aku melihat Nung menjerit-jerit di kasur tempatku tidur bersama Moksa. Lalu suamiku itu dengan buas menyumpal mulut mungil itu dengan celana dalamnya. Tubuh bocah kecil itu terguncang-guncang di ranjang dengan menakutkan, membuat dengkulku serasa lemas saat melihatnya. Aku berlari ke luar kamar, bahkan nyaris jatuh ke bawah tangga jika tidak diselamatkan Pak Mun. Pria berbaju hitam itu membimbingku untuk turun tangga, lalu duduk diam bersebela

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bisikan Tengah Malam   39: Sengketa Tanah

    Maria, masih mengenakan pakaian tidur saat Darren memintanya duduk di depan rumah. Mereka bercakap dengan halus, sambil memandangi Mercedes Benz G Class 6x6 yang parkir dengan manis di depan rumah tetangganya."Mobil yang mewah, pasti itu mobil bosnya Pak Hendra. Tapi apa urusannya dia berada di situ?" Tebak Maria."Mereka tidak sedang mengincar sesuatu kan, Mami? Apa mereka tahu sesuatu?" Darren melirik ibunya dengan sikap gelisah.Maria menggeleng,"Tak ada satupun yang bisa memiliki seluruh kawasan terkutuk ini. Termasuk Samiran yang cuma anak babu itu. Ini awalnya tanah Nenek moyang kita. Mereka merampasnya semua, dengan memanfaatkan kebodohan Si Marce dengan tipu daya Moksa untuk membeli tanah dengan harga sangat murah. Bertahun-tahun, Marce bertahan. Berharap bisa memperbaiki banyak kesalahan. Biar kita kini yang melanjutkan...""Asal tidak ada lagi korban, Mami. Aku tidak mau mati konyol seperti dulu."Maria memandang Darren, lalu membelai rambutnya dengan penuh kelembutan."Mam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Bisikan Tengah Malam   40: Ketagihan

    Samiran tumbuh makin dewasa, lalu mengaku-ngaku menjadi pewaris rumah dan tanah tersebut. Dia pernah mencoba menempati rumah itu, tetapi anehnya, dia selalu terbangun dengan keadaan sedang tidur di halaman rumah. Membuatnya hanya bisa menggerogoti harta peninggalan di rumah itu, sebelum tinggal di rumah lain. Hal itu dia lakukan, usai Bapaknya Muntarso mati.Rumah itu pernah disewakan pada keluarga Mr Van der Mosch. Membuat masalah baru dalam hidup Marce, karena Austin terjerat hubungan terlarang dengan Minna. Ketika sisa anggota keluarga Van der Mosch kembali ke Belanda, pertikaian Marce berlanjut pada Samiran. Apalagi ketika memergoki Austin diam-diam tertangkap basah berusaha masuk ke rumah tua itu, karena berusaha mencari data surat-surat perjanjian lama antara Moksa dan Marce soal tanah.Konflik semakin meruncing, karena perbuatan Austin pada Minna, yang membuat keluarga Van der Mosch mendadak kembali ke Belanda usai kematian anaknya. Samiran dan Marce tak pernah akur. Itu juga y

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • Bisikan Tengah Malam   41: Tiruan

    Aurora dan Axio sedang sibuk membuka kado-kado cantik dari Madam Sesco, begitu pula Dena, ketika Hendra dan pria gemulai itu sibuk membentangkan 7 gaun cantik itu di kursi dan meja tamu."Ini harta karun luar biasa. Bisa mengguncang dunia mode ini!" Teriak Sesco sambil menari lincah ke sana- kemari, bak ulat nangka baru jatuh ke tanah."Berkah binggo yes, Dena ngontrak di sindang. Eike bisa menemukan barang-barang antik yang mulus, tanpa rusak. Kok bisa ya? Ini kan udah berabad...""Madam yakin ini betul-betul gaun masa lalu?""Seratus persen, yes! So, jedong eike belalang kupu-kupu. Untuk tujuh biji sanggup lima ratus jetong, please call itu bapak yang punya rumah ini. Kita negosiasi as soon as possible!"Hendra meloncat girang, sementara Sesco liar berputar bak ballerina mabuk. "Itu tak mungkin...."Hendra dan Sesco menoleh, tampak Dena berdiri dengan tatapan tidak nyaman."Pak Samiran bilang, tak ada satupun barang di sini yang bisa dibawa keluar. Bakal ada malapetaka," tegas Dena

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Bisikan Tengah Malam   42: Siluman Mirip Lolita

    Tanpa suara, sosok mirip Lolita itu bergerak maju, sambil mempermainkan payudaranya dengan binal. Hendra bergerak mundur untuk membuka kunci pintu kamar mandi, tetapi dia merasa lututnya mendadak lemas lunglai. Hendra terjatuh dengan kondisi tertelungkup. Perlahan, mahluk yang mirip Lolita itu meraba pundak dan lehernya dengan sentuhan sensual. Hendra memejamkan matanya. Dia merasa jiwanya mulai bergetar. Sedikit membingungkan memang, ketika pikiran yang tadinya sangat takut mendadak berubah menjadi bergairah.Lolita siluman terus menjilati leher Hendra dengan liar, bak kobra yang sedang menanti proses menebar racun berbisa. Hendra mendadak sudah tidak tahan lagi, dia langsung berbalik dan siap menerima serangan hangat Lolita berikutnya. Tapi tiba-tiba, di depan pintu kamar mandi, Hendra mendengar suara Aurora dan Axio tampak menjerit menyanyikan sesuatu:"Hoom pim pah alaiom.... Hoom pim pah alaiom... Hom pim pah alaiom....."Mendadak sosok mahluk mirip Lolita itu tampak berguncang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Bisikan Tengah Malam   43: Samiran Kecil

    Ponsel itu, dimasukkan Samiran ke dalam saku celananya. Dia mulai mencoba mengatur nafas, sebelum memandang hamparan kebun luas miliknya dari lantai atas rumahnya. Telpon dari Maria, agak sedikit mengganggunya. Bahkan membuatnya sulit untuk berpikir jernih. "Pak Hendra bersama seorang pria tapi mirip wanita, meninggalkan rumah itu dengan sebuah kardus besar yang tidak dimasukkan dalam mobil mewah mereka. Tetapi ada satu mobil boks lagi yang tiba-tiba datang untuk membawa kardus tersebut..." lapor Maria. Maria, jelas berbeda dengan Marce. Dia malah mencoba berteman dengan Samiran, sehingga mereka bisa bertukar nomor telpon. "Saya tidak tahu masalah anda dengan Bibi saya. Itu juga bukan urusan saya. Pokoknya saya senang dapat warisan sebuah rumah tua yang nyaris ambruk. Biarlah, bisa saya bangun kembali. Apa anda tak bernian untuk tinggal di rumah warisan anda, Pak Samiran?" tanya Maria, saat mereka pertama kali berjumpa, di depan rumah. Samiran menggeleng, "Tidak, Bu. Saya punya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Bisikan Tengah Malam   44: Mayat Bocah Kecil

    "Urus mayat anak itu, Mun! Kurang ajar sekali dia sudah membuatku tergoda. Untung istriku berani menghabisi iblis kecil betina ini..." terdengar suara Moksa yang masih terlentang di ranjang dalam keadaan telanjang. Muntarso tergesa masuk kamar untuk membimbing Gayatri duduk di tepi ranjang. Dia lalu mengambil belati di tangan wanita itu, membungkusnya dengan kain si bocah kecil yang sudah mati. Perlahan pula, Muntarso sigap mengambil selimut yang terlempar di lantai, untuk membungkus mayat anak itu. "Entah bagaimana kelak dia dewasa, sekecil itu sudah berani menyeretku ke ranjang. Genit," kata Moksa, sembari mengenakan bajunya dengan santai. Muntarso memandangi pria itu dengan penuh kebencian. Dia merasa muak dengan kelakuan majikannya itu, apalagi terdengar tangisan Gayatri yang memilukan. "Jangan terulang lagi, Tuan. Ini sangat berbahaya," tegas Muntarso. Moksa membalikan tubuhnya dengan acuh tak acuh, lalu menertawakan Muntarso. "Kau itu cuma keset kaki. Jadi berhentilah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Bisikan Tengah Malam   45: Perjanjian

    Ketukan di pintu depan begitu gencar, Dena mencoba tenang mengatur nafasnya, meski kedua tangannya menutup lekat mulut kedua anaknya. Oh, Tuhan! Ini yang dia takutkan. Samiran bisa saja datang untuk mengecek kondisi rumah itu, seperti pagi ini. Dan bisa saja, dia tahu jika semua gaun tua di ruangan lantai dasar itu sudah tak ada. Ini jelas malapetaka, khususnya untuk Dena. Bisa saja dia mendadak ditangkap polisi. "Eike akan segera membuat tiruannya!" Kata Sesco saat pamit."Kapan?" Tanya Dena, agak khawatir."Segera, butuh dua atau tiga bulan.""Janganlah, yang punya rumah selalu ke sini. Dia bisa saja tahu, dan kita semua bisa di penjara!""Oowh!" Sesco menutup mulutnya "Begini, eike punya banyak gaun yang didesain ala zaman dulu. Bekas baju untuk desain khusus salah satu film kerajaan eropa beberapa tahun lalu. Nanti baju-baju itu saja yang dikirim ke sini, menggantikan gaun-gaun tua ini...""Apa Pak Samiran bisa mengenali gaun itu?""Justru eike tak yakin, dia mengenali gaun-gaun

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02

Bab terbaru

  • Bisikan Tengah Malam   141: Tangisan Maria

    Karel sesaat memandangi Kiki dan kedua staf Humas itu dengan tajam. Dia butuh waktu untuk menjelaskan. "Secara kebetulan," lanjutnya. "Satu hari sebelum menghilangnya Mbak Centini, ada petugas polisi di Kapolsek yang dipimpin Pak Sangiran, masih mengingat wajah wanita dalam video ini, yang mereka katakan sebagai 'keluarga Kapolsek yang terganggu jiwa dan ngamuk di Polsek'. Lalu dibawa Si Kapolsek pergi dengan mobil dinasnya dalam kondisi tangan terborgol dan mulut dilakban...""Oh, Tuhan!" Kiki dan kedua stafnya kompak berteriak sambil menutup mulut mereka. Karel menghela nafas dan langsung bangkit dari duduknya. "Saya akan melaporkan kasus ini ke Polda, dan saya berharap pihak Rajawali Air dapat turut membantu saya untuk itu. Kapolsek Sangiran saya perkirakan juga sudah berusaha membunuh Ibu Inoy, klien saya, karena beliau memiliki video-video ini sebagai barang bukti..."***Julianna tertegun di hadapan wanita tua itu. Sejak pagi dia datang ke rumah besar tersebut, malah Maria di

  • Bisikan Tengah Malam   140: Korbannya seorang Dokter

    "Pinter, sih iya." Prana terkenang ucapan Triman. "Ayu sih ndak ya... udah perawan tua juga... tapi kok ya bisa nyangkut ke pasiennya yang kurang waras?"Prana mengangguk bingung,"Agak ganjil juga."Triman tertawa serak,"Itu mungkin karena nafsu toh? Wong Mas Ostin memang ganteng tenan iku! Saya juga kalo dadi wong wedhok, yo mesti ikut naksir. Anaknya memang masih kelihatan bocah, tapi tinggi tubuhnya. Sifatnya juga ramah, memang bikin jatuh hati kaum wanita. Cuma memang saya sering dapati, dia itu suka memamerkan kelaminnya ke pasien wanita ..."Prana mengendarai mobilnya menuju Kawasan Hitam. Dia telah berjanji kepada Syahreza dan Zulfan, untuk tiba di sana sebelum jam makan siang. Sementara Ustadz Hanif tidak bisa datang segera karena harus menjaga Samiran di rumah sakit, dia berjanjian datang saat Ashar setelah berganti tugas jaga dengan Pak Salam, salah satu pengurus masjid.Sebentar lagi, ritual permainan Hoom Pim Pah akan digelar Sukemi. Julianna memastikan datang, meski belu

  • Bisikan Tengah Malam   139: Psikopat Ganteng

    Prana menghela nafas, dan lebih menghela nafas lagi saat bertemu Dokter Ginaryo Sp.KJ. Dokter itu dengan ramah mempersilahkannya untuk berbincang di ruang kerjanya. Mereka bercakap cukup panjang, hingga terbongkar banyak hal."Saya menangani pasien Austin itu, justru setelah sekitar 5 tahunan dia telah menghuni rumah sakit ini. Dokter pertama yang menanganinya adalah Dokter Emilia, yang meninggal waktu itu, jadi saya yang lanjut menangani Austin. Anak muda itu memang sulit dilupakan. Terutama karena fisiknya yang berbeda dari yang lain. Dia sangat tampan, bule. Bahkan sering jadi rebutan pasien-pasien wanita di RSJ ini. Jangankan dia, ada saja petugas wanita yang juga sempat naksir...""Seperti apa kondisi Austin waktu dokter tangani?""Saya menangani Austin sekitar tahun 2005, ya... saya melihat kondisinya saat itu masih tidak begitu baik. Sering kabur dari rumah sakit, dan ditemukan petugas selalu senang berjalan-jalan sendirian tengah malam, tanpa alas kaki. Pokoknya kalau ditemuka

  • Bisikan Tengah Malam   138: Rumah Sakit Jiwa

    Aku menikahi Gayatri, tapi perjalanan "rumah tanggaku" yang sebenarnya, justru bersama Marce Si Tetangga Sebelah. Hal inilah yang membuat Austin memohon permintaan kepada Shumb Si Raja Iblis. Dia ingin agar kami bertiga bersatu menjadi keluarga utuh. "Bapak berhak hidup bahagia tanpa harus terus berpura-pura dalam pernikahan hampa. Austin ingin Bapak dan Mami bersatu selamanya, dalam pernikahan yang sah. Mami sangat menyayangi Austin, Pak. Dan pernahkah Mami juga mengecewakan hidup Bapak? Pernahkah Mami membunuh wanita-wanita yang membuat Bapak lupa untuk mengunjungi Mami di rumah? Jika Gayatri adalah Mami Marce, mungkin saat itu, Ibu Austin... Lovina... tidak akan tersiksa sampai mati...."Kalimat panjang anak itu, seakan menyadarkan aku betapa pentingnya ketulusan cinta. Ketulusan itu ternyata tidak hanya tentang harus selalu bersama, tetapi hanya butuh saling mengerti. Marce pernah mengatakan, dia tak sanggup marah saat aku selalu menyelingkuhinya."Karena aku tahu, aku bukan siap

  • Bisikan Tengah Malam   137: Marce dan Moksa

    Austin tumbuh dengan fisik sempurna. Ya, semakin mirip aku. Jauh berbeda dari Kalungga dan Turangga, yang wujudnya mirip Gayatri. Itulah sebabnya, aku sangat menyayangi Austin. Dia bebas bermain di rumahku kapan saja, tanpa Gayatri berani mengusirnya. Aku berikan apa saja yang dia mau, yang dia suka. Semua!Dia anak yang baik, juga berprestasi di sekolah. Marce ternyata sangat pandai mengurus anak rupawan itu, sebab semua orang menyukai kepribadiannya. Austin juga pandai melukis dan memahat sepertiku, sebab itu, dia kuizinkan untuk memasuki Ruangan Rahasia di Bawah Tanah.Ini adalah tempat yang tidak sengaja ditemukan Romo, saat sedang membuat ruangan lantai dasar, serta membuat makam. Ruangan aneh itu begitu besar, dengan dua patung raksasa. Romo sering melakukan semedi di tempat itu, jika sedang merasa gundah. "Ini sebenarnya pernah jadi tempat pemujaan iblis, mungkin sekian abad silam" kata Romo, saat membawaku ke sana, waktu kami baru saja menguburkan Kadita."Siapa itu, Romo?" T

  • Bisikan Tengah Malam   136: Rumah Tangga Moksa

    Semula, aku mengira, berumahtangga itu sama seperti aku pernah melukis tubuh telanjang Kadita yang memesona. Asal kita suka melakukannya, meski itu sulit, pastinya bisa dapat diwujudkan juga. Tetapi nyatanya, pernikahan tidak seperti itu. Menikahi wanita bukan hanya untuk cuma bisa tersalurkan urusan kebutuhan biologis, punya anak, tidak cerai dan dianggap normal oleh masyarakat. Bukan itu!Aku menikahi Gayatri, yang tak pernah aku cintai. Aku bahkan tidak menerima segala kekurangannya. Bahkan aku tidak mengizinkan dia membuka topengnya, saat kami bersetubuh. Aku tak ingin gairahku memudar melihat wajahnya yang tak membangkitkan selera itu. Aku selalu membayangkan, jika dibalik topeng itu ada wanita berparas ayu rupawan, dan bukan pastinya itu bukan Gayatri!Dan ternyata, wanita itu juga tidak subur. Meski setiap malam kugagahi, dia tak kunjung bunting. Tapi sulit menuduhnya mandul, sebab dia pernah kawin dan punya anak sebelumnya. Aku juga, tidak ingin dituduh tidak subur! Inilah ya

  • Bisikan Tengah Malam   135: Tulisan Moksa

    Semua orang tahu, jika Mintje Molina hanyalah anak Jans Pietter dari seorang gundiknya, yang bernama Nyai Midah. Sebab itu, meski aku mendapat gelar bangsawan dari Bapak, beliau tidak merasa ada alasan bagiku untuk tidak mau jadi Belanda."Manson Jans Pietter, kamu itu Belanda. Darah Eropa menetes di tubuhmu. Persetan soal priyayi, itu juga pribumi. Derajat mereka itu, di bawah kita..." kata Mami suatu kali, saat aku menolak untuk dipanggil Manson Jans Pietter."Jika Mami merasa tidak sederajat, mengapa menikahi Romo?"Saat itu, aku hanya melihat Mientje Molina hanya membuang muka. Di kemudian hari aku tahu, ternyata memang tak ada satupun orang Belanda, ras Eropa lainnya, atau siapalah yang dianggap Mami derajatnya jauh lebih tinggi, bersedia menikahi seorang anak Nyai yang pernah sempat melacurkan diri demi sesuap nasi, setelah Bapak Belandanya mati. Romo mengangkat derajat wanita itu, tapi dia tidak pernah berterima kasih.Bahkan Mami mencoba meninggalkannya demi pria Cina kaya. Ya

  • Bisikan Tengah Malam   134: Cerita Samiran

    Prana menepuk halus pundak Samiran, dia khawatir pria itu akan tambah sakit jika bicara. Tapi Samiran tidak mau berhenti."Muntarso ingin mengusai harta rumah itu dengan menikahi Gayatri, sebab itu dia membunuh Pak Moksa dengan meracunnya. Bu Gayatri tidak tahu. Wanita itu juga tidak tahu, jika kecelakaan mobil yang dialami Kalungga dan Turangga juga karena sabotase Muntarso. Tapi mobil yang pernah dibawa Muntarso untuk meneror kedua orang itu sebelumnya, juga kelak malah kemudian terbalik dan terbakar...""Dia pernah membakar orang, bukan?"Samiran memandang sedih ke arah Prana,"Saya juga. Mungkinkah akan terjadi hal yang sama?"Prana menggeleng, lalu kembali menepuk halus pundak pria itu."Bapak orang yang sudah berusaha menjadi baik...""Saya tidak tahu apakah Tuhan akan memaafkan saya. Sebab saya terlalu bodoh dan patuh kepada sesama manusia. Sebelum mati, Bu Gayatri berpesan agar saya menjaga dan jiwanya dari gangguan jiwa lain yang juga terjebak di rumah itu. Sebab itu setiap 20

  • Bisikan Tengah Malam   133: Bunuh Diri

    Samiran masih tampak lemah, tapi dia tahu, kehadiran kedua pria di depannya memang telah ditunggunya. Prana, yang membawa Syahreza temannya, diyakini Samiran dapat segera menuntaskan segala masalah."Kami ingin bertanya tentang Austin, Pak. Sebentar saja," kata Prana.Perlahan, Samiran mulai memejamkan matanya. Dia bersyukur, kini nafasnya tidak lagi sesak sehingga bisa bicara."Ada yang sedikit rancu tentang Austin anak Lovina. Dia sebenarnya sudah ada sebelum saya dibawa Muntarso ke sana.""Austin sudah lahir?""Sudah besar malah. Saat saya masuk ke sana, Austin jelas lebih tua dari saya.""Kalau Lovina?""Usia Lovina saat hamil, juga jauh berbeda dengan Kalungga dan Turangga, 13 tahun. Kalau dua anak itu, sekitar usia 3 dan 1 tahun waktu Lovina mati. Dia itu diasuh Bu Gayatri dari bayi, sebagai anak pancingan biar cepat hamil. Saya tahu cerita itu juga dari Muntarso. Kasus kematian Lovina terjadi, itu jauh dari kasus Tumini mati. Sebelum itu, Lovina adalah korban Moksa pertama seb

DMCA.com Protection Status