Beranda / Horor / Bisikan Tengah Malam / 26: Melawan Kepalsuan Maria

Share

26: Melawan Kepalsuan Maria

Penulis: Cerita Diamond
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-23 16:45:59

Hendra terbatuk kecil. Sedikit geli dia dengan pendapat Maria. Sebab dia pernah melewati masa usia 15 tahun. Pada fase itu, gairah seksualnya sudah ranum.

Mulai dari melakukan hal rahasia di kamar, nonton film porno, hingga mengintip tetangganya yang janda ketika sedang mandi. Hendra lebih nakal pada usia itu, bahkan berharap bisa benar-benar berhubungan intim dengan wanita manapun. Jadi dia agak sulit menerima penjelasan Maria soal ketidakpahaman Darren tentang wanita.

"Di mana Darren sekarang?"

"Ada di rumah. Kami sedang menunggu barang-barang dari rumah lama untuk diangkut."

"Saya akan bantu!"

"Terima kasih, tidak usah pak!"

"Kita kan tetangga, bu."

Maria tiba-tiba memandang Hendra dengan tajam,"Anda tidak sedang ingin rujuk dengan istri anda kan? Kalimat anda tadi seperti menyatakan bahwa anda akan permanen tinggal di sini."

Hendra tersipu. Dia tampak sangat malu. Entah mengapa dia seperti jatuh hati lagi dengan Dena sejak hubungan percintaan yang super ganas semalam. Dena dirasa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bisikan Tengah Malam   27: Marce Membela Austin

    Hendra duduk dengan santai di perpustakaan. Dia tersenyum, saat mengenang kebrutalan hubungan intim dengan Dena semalam. Layaknya pengantin baru yang berhasil ganas menggoyang ranjang, itu meja perpustakaan bahkan nyaris patah rasanya. Buku karya Van Der mosch, untungnya selamat.Ah, Hendra merasa jatuh cinta dengan buku itu! Dia suka tulisannya, bikin penasaran. Seperti orang lapar, saat kembali membuka buku yang merupakan penuturan kisah asli pria tua itu.Van Der MoschBelum pernah aku sebingung ini. Terutama menghadapi tetangga. Waktu kecil tinggal di Indonesia, lanjut tinggal di Belanda, dan kini kembali lagi ke Indonesia... baru kali ini bertemu dengan tetangga yang aneh!Marce duduk santai di kursi rotan serambi rumahnya. Memandangku yang duduk di seberangnya dengan gusar."Apa masalahnya, Mister? Anak saya adalah seniman lukis, lalu anak anda yang bersedia jadi modelnya. Tolong jangan bersikap lebih Indonesia dari orang Indonesia, ketika anda juga dibesarkan di Belanda yang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Bisikan Tengah Malam   28: Hamil Dua Bulan

    Ponsel di saku celana Hendra berbunyi, membuat pria itu menutup buku yang dibacanya. Tertera nama LOLITA di layar ponsel. "Kapan pulang? Aku marah nih," terdengar Lolita merajuk manja."Aku kan dinas di luar kota satu minggu," jawab Hendra, gusar."Kata temanmu kau cuti."Hendra terdiam sejenak, sebelum mulai menggaruk hidungnya."Cuti apanya! Dan ngapain kamu mulai jadi intel untuk kehidupanku?""Aku kan istrimu, Mas!""Terus, kalau jadi istri kau berhak merusak kehidupanku? Lebih baik tak punya istri kalau begitu!""Maaaasss!!!!"Hendra mematikan ponselnya. Bibirnya terkatup rapat. Namun tiba-tiba dia menyunggingkan senyum, saat melihat Dena berdiri di depan pintu perpustakaan, sambil mengedipkan matanya yang bening lembut."Masih setengah jam lagi masaknya. Sabar ya!""Iya sayang," Hendra balas mengedipkan mata.Saat Dena sudah menghilang, Hendra kembali membaca buku di depannya. Entah mengapa dia ingin terus melanjutkan bacaan itu, seperti ada rasa sensasi yang semakin menyeretnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Bisikan Tengah Malam   29: Bukan Bapak yang Baik

    Sejak itu, Zarina terlihat lebih banyak diam. Kehamilan Minna menjadi pukulan terberat dalam hidupnya. Selama ini dia mengira, menghadapi aku sebagai suami yang seakan tidak pernah dewasa, adalah penderitaan panjang selama 20 tahun. Dia tak mengira, hal terburukku itu kelak malah berbuah mengerikan. Dari bobroknya kondisi rumah tangga, maka kerusakan akhlak anak tak bisa dicegah.Anak baru berumur 13 tahun, masih SMP, malah sudah hamil. Kami jelas tahu itu perbuatan Austin. Tetapi harus bagaimana lagi? Menuntut anak lelaki usia 15 tahun untuk menikahi anak perempuan usia 13 tahun jelas tak mungkin. Menggugurkan kandungan juga tidak mudah, kami bisa kehilangan nyawa Minna. Hal terbaik adalah tetap mengurung Minna di rumah sampai bayinya lahir. Untuk sementara, Minna harus keluar dari sekolah. Pada awal kehamilannya, dia masih bebas berkeliaran di rumah. Namun ketika perutnya mulai besar, kami menyeretnya untuk tinggal di ruang bawah tanah. "Kenapa kalian sejahat ini?" Minna menangis

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Bisikan Tengah Malam   30: Lubang

    Ayam goreng kampung tersaji dengan manis di atas meja makan. Semangkuk besar sayur asem, tempe dan tahu goreng, pete rebus, sambal terasi dan sebakul nasi hangat juga ikut menemani. Hendra menelan ludah saat melihat menu favoritnya itu. Sudah lama dia tidak menikmati makanan itu, mungkin sejak menikah dengan Lolita. Perempuan itu tidak menyukai masakan seperti itu, dia lebih menyukai makanan ala western atau kadang seafood. "Sayur asem bikin aku teringat bau ketek. Hiiy..." kata Lolita, saat Hendra memintanya memasak itu.Lolita tak suka memasak. Dia hanya paham urusan ranjang. Hendra awalnya juga merasa itu lebih dari cukup. Namun ketika kembali menikmati masakan Dena, tiba-tiba dia merasa semakin jatuh cinta, lagi dan lagi kepada mantan istrinya itu. Betapa cinta juga bisa lestari oleh perut, mengapa Hendra tak menyadari itu dulu? Mungkin karena terhanyut akan getar lubang vagina sempit. Kesadaran itu akhirnya kembali, setelah organ intim Lolita tak lagi sama legitnya. Dena kemb

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Bisikan Tengah Malam   31: Berselingkuh dengan Anak Tiri

    Sesco menatap Hendra lekat,"Apa Dena menyakitimu?" "Tidak," Hendra menggeleng."Dia bukan ibu atau istri yang baik?""Bukan itu!""Apa karena deise terlalu baik, sehingga tak layak untuk bersama dengan seorang bajingan macam yey?"Hendra menghela nafas, sementara Sesco memonyongkan bibir merahnya yang tebal oleh gincu."Cuma karena ingin mencoba hal baru, sesuatu yang lama yey tinggalkan, lalu mengkambing hitamkan kalimat rasa 'ketidaknyamanan?' Siapa di sini yang merasa tidak nyaman? Yey atau Dena?""Tentu saja ak...""Eike pikir Dena," potong Sesco sinis. "Kasihan deise, udah brojol anak dua, masih saja yey anggap banyak kurangnya. Kebaikannya yang membuat yey jenuh? Lalu yey cari perempuan lain yang bisa menyajikan suasana baru?""Madam, tidak semua pasangan selingkuh seperti itu...""Betul! Banyak yang selingkuh karena pasangannya brengsek, tidak punya rasa kasih, tidak becus, dan sebagainya. Nah, Dena? Bisa tunjukkan satu saja kesalahan deise?"Hendra menunduk. Sesco langsung ny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Bisikan Tengah Malam   32: Peti Mayat

    "Apa yang terjadi?"Cuma itu lontaran pertanyaan dari Dena. Tetapi bagai sebuah pedang yang menusuk kepala bagi Hendra. Malu. Itu yang dia rasakan, saat bekas istrinya itu menemukannya tergeletak di lantai dasar dalam keadaan tanpa busana."Aku juga bingung Dena," Hendra akhirnya berucap lirih, sambil sibuk menggapai baju dan celananya yang berserakan.Dena berlutut di depan Hendra, setelah meletakkan lampu minyaknya. Dia fokus memperhatikan pria itu yang tampak masih gugup saat mengenakan pakaiannya."Apakah yang terjadi padaku, juga terjadi padamu?"Hendra menoleh sesaat, sebelum menundukkan kepala. Pikirannya bingung. Apakah saat melihat Dena telanjang dulu, dia juga mengalami halusinasi yang sama? Jika itu benar, Hendra mendadak bertambah malu. Malu mengingat betapa rendahnya dia saat pernah menilai bekas istrinya itu."Aku melihat pria dewasa, dia mengajakku...ya, begitu!""Aku melihat seorang wanita," sahut Hendra lesu."Rumah ini, ada yang aneh. Aku tahu. Tetapi tak ada piliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Bisikan Tengah Malam   33: Iblis

    Ternyata ada sekitar 6 peti di sana, kecuali peti Minna. Jadi jumlahnya ada 7 peti. Dari semua peti, ada 2 peti yang tampak paling besar dan bagus, sisanya tampak biasa. Aku mulai mencoba membuka kunci gembok besar pada peti-peti itu, baik dengan kampak, ataupun gergaji besi. Tidak mudah memang, namun akhirnya aku bisa membuka peti-peti itu. Benar dugaanku, itu peti mayat. Dan yang menakutkan, semua mayat itu seperti baru mati kemarin. Tidak membusuk, apalagi rusak. Hanya bentuk rambut dan pakaian mereka yang terlihat begitu kusut dan kusam.Peti pertama kubuka, ada tertidur di sana seorang wanita berwajah indo. Aku menerka dia bakal sama sepertiku, blasteran. Rambutnya coklat pirang dengan hidung yang bangir. Sangat cantik. Dia memakai gaun pengantin warna putih yang berubah kekuningan. Aku membaca tulisan pada dinding bagian dalam peti: MINTJE.Peti kedua, berisi mayat seorang wanita yang tampak lebih muda dan lumayan cantik. Dia memakai kebaya warna merah, namun rambutnya terurai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Bisikan Tengah Malam   34: Hati yang berubah

    Hendra menghela nafas, dia kemudian meletakkan buku Van Der Mosch dengan lesu. Dia mulai merasa konyol sudah terjebak dengan cerita Van Der Mosch yang lebih mirip pembelaan diri seorang terdakwa. Tetapi setidaknya, ada sebagian dari penuturan Van Der Mosch dalam buku tersebut yang membuatnya merasa sedikit paham dengan masalah ajaib di rumah tua itu. Lalu, kini Dena bilang ada buku harian Gayatri? Ada misteri apa pula ini? Hendra menjadi mulai muak."Dena, aku harus segera kembali mendampingi Madam Sesco untuk mempersiapkan fashion show-nya. Dia sudah berjanji akan memberikan pinjaman uang untuk kita bisa menyewa sebuah rumah yang jauh lebih baik dari rumah terkutuk ini," ungkap Hendra.Dena bengong,"Betulkah?""Tapi mungkin itu sekitar dua atau tiga hari lagi, setelah Bosku itu pulang dari Paris. Sungguh aku sangat khawatir meninggalkan kalian, meski cuma beberapa hari"Dena mendekap Hendra. Seperti mimpi mendengar kalimat itu lebih dari satu kali. Setelah cerita rumah tangga yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27

Bab terbaru

  • Bisikan Tengah Malam   164: Partner in Crime

    Leonard membiarkan pundaknya dijadikan pelukan dan sandaran oleh Lane, mereka bergegas mencari resto ketika salju semakin turun dengan tebal."Aku suka desain jas wolmu, begitu elegan. Kau desainer favoritku!"Lane makin merapatkan tubuhnya, sambil berbisik mesra "Cuma kamu yang melihat bakatku, cinta!""Aku menyesal kau harus tinggal sementara di Amerika, sebab jika bertahan di Paris, dia pasti akan tahu tentangmu...""Tak mengapa!""Kau suka apartemen di sana?""Tentu saja!""Bagaimana setelah mencoba kembali tinggal di New York untuk beberapa waktu?""Jangan khawatirkan itu, Leon. Aku baik-baik saja."Mereka tiba di Le Mini Palais dengan kondisi nyaris beku. Namun sajian masakan Perancis dan Eropa, membuat perut mereka menjadi hangat. "Apa kamu membawa foto-foto gaun lama nenekmu?"Lane lalu bangkit, membuka tasnya, dan kemudian menyerahkan amplop coklat pada Leonard. "Betul-betul mirip dengan gaun milik Sesco. Koleksi keluargaku malah tidak semirip itu. Aku sudah cek dengan sepu

  • Bisikan Tengah Malam   163: Lane dan Leonard

    Zeta mengacungkan jempolnya. Jelas, Butik Sesco bakal menjadi sangat berbeda dengan butik-butik berkelas dari Eropa lainnya. Apalagi jika dibandingkan dengan butik murah yang juga berjejer menyempal di sudut jalan umum lainnya, jelas sangat jauh. Meski untuk klasifikasi ukuran, butik milik Sesco ini masih dalam kategori urutan kelompok pertengahan, belum jangkauan kelas atas.Beranjak ke lantai dua, Zeta betul-betul dibuat makin kagum, hingga berkhayal kelak bisa memiliki rumah dengan desain interior khas Indonesia. Di lantai dua ini, bukan hanya nuansa Bali yang ditonjolkan, tetapi juga ada potongan kain batik, songket, hingga jumputan yang digantung bak lukisan. Beberapa manekin tampak masih menumpuk telanjang, seperti mayat yang siap dikebumikan.Namun Zeta merasa lebih terpukau dengan ruangan private suite lantai atas. Inilah nantinya yang menjadi ruangan intim antara para pelanggan VIP Butik Sesco Paris, dengan Si Sesco langsung. Semua interior seakan diguyur ornamen warna emas,

  • Bisikan Tengah Malam   162: Kehidupan Zeta di Paris

    "Anda ragu untuk menjawab?"Pertanyaan tajam Lembu Suraji, seakan menghantam jantung Syahreza. Dia jadi sedikit emosi."Selalu saya katakan Pak," Tegas Syahreza. "Saat itu, saya berada pada tempat dan waktu yang salah. Tetapi Prana teman saya, dan istrinya adalah keponakan pemilik rumah itu. Mereka bertemu dengan beberapa orang yang juga baru saya kenal, membicarakan tentang misteri rumah tua yang dianggap terkutuk itu. Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan, karena saya mengantarkan Zulfan ke Polda, mengurusi kasus Kakaknya yang ditangkap Propam. Ketika saya kembali, itulah yang terjadi, jadi saya langsung telpon polisi..."Lembu Suraji menepuk Syahreza, lalu tersenyum. "Jangan tersinggung, Pak. Polisi cuma berusaha untuk tidak melewatkan hal-hal yang sekecil apa pun...""Lalu kenapa tidak dikejar tentang sosok Garneta? Kami bahkan ditipu olehnya, sebab dia sangat mirip dengan Dena. Atau upayakan mengejar pengakuan Yusuf, bukankah dia telah mencelakai Prana? Pasti dia bersekongko

  • Bisikan Tengah Malam   161: Kamuflase

    Sebelumnya, Yusuf sudah lebih dulu menjebak Austin, dengan berpura-pura sebagai Moksa. Saat lelaki itu berlari mengejarnya ke ruang bawah tanah, dia langsung menghantam tengkuknya. Menyembunyikannya di balik drum tua agar tidak dilihat Marce, baru kemudian menyeretnya ke tangga lorong bawah tanah, melalui salah satu lobang yang ternyata selama ini cuma ditutupi drum."Dena terlalu bodoh saat bercerita tentang banyak lorong dan pintu rahasia di rumah ini..." kata Garneta, saat melihat Yusuf menyeret tubuh Austin."Semoga dia tidak mati," sahut Yusuf. "Kita butuh Austin sebagai kambing hitam. Kematiannya harus lebih lambat dari yang lain...""Tidak bakal mati sekarang, tapi nanti... setelah belati yang menusuk semua orang berada di tangannya!" "Apa semua akan berjalan lancar?""Ah," Garneta menepiskan tangannya, "Aku malas bersitegang dengan keraguanmu, Yusuf. Situasi sudah terlanjur begini, mengapa kau masih membuat keraguan?"Yusuf menghela nafas. "Aku cuma khawatir, sayang. Bagaiman

  • Bisikan Tengah Malam   160: Yusuf Dimanfaatkan Garneta

    Saat itu, Dena sudah pindah. Dan dia datang ke rumah itu cuma demi menemui kakaknya. Garneta selalu merasa nyaman di rumah itu, dia bisa datang setiap waktu tanpa ada yang tahu. Tapi kelakuannya yang menyimpan buku harian Moksa di peti matinya, jelas tidak beralasan."Apa penting untuk menuliskan inisial cinta kayak ABG begini? Bagaimana jika ada yang tahu? Apa kau tidak sadar jika begitu banyak orang datang ke sini? Ada Mas Prana dan istrinya, serta orang-orangnya yang tertarik dengan hal aneh di ruang bawah tanah sana? Termasuk Julianna yang bule itu?" Kata Dena, ketika tak sengaja membuka lembaran terakhir.Garneta tertawa, saat melihat Dena mengacungkan buku Moksa itu,"Oh, jadi kau baru sadar alasan aku ingin menyimpannya di makam?" "Kau bisa mencoretnya!""Terserah kaulah, tapi mereka tak bakal paham siapa itu Si G!""Jangan meremehkan sesuatu, Garneta. Semua orang tertarik dengan misteri di rumah ini. Sementara aku jungkir balik harus menutupi keberadaanmu.""Aku senang berpura

  • Bisikan Tengah Malam   159: Hati Yang Remuk

    Terbayang dalam ingatannya, lelaki itu dulu begitu ganas menjamah tubuhnya di toilet RSJ. Pada malam-malam gulita, dia juga merasakan hubungan yang luar biasa dengan Austin, dan hanya mereka yang tahu. Ungkapan cinta sepanjang waktu, termasuk menuliskan hurup G & A dalam lingkaran lengkung hati pada tiap sudut dinding RSJ.Betapa indahnya masa remaja itu, ketika harus dilaluinya dengan seorang pemuda tampan yang mengajarinya hasrat gairah bercinta. Dia lupa dengan kasusnya, dia tak peduli dengan kesedihannya, karena kehadiran Austin seakan begitu gencar menghapus lara.Lalu, betapa kecewanya dia, ketika Dokter Emilia ternyata juga coba menggoda kekasihnya tercinta, dalam salah satu ruangan pemeriksaan.Dialah yang berteriak marah, dengan memanggil petugas rumah sakit dan dokter saat itu, sehingga kasus itu jadi terbongkar. Tak ada yang bisa mengatakan itu fitnah, karena tubuh mereka ditemukan basah telanjang, lengket padat di ranjang pasien.Dan Garneta pula yang mencekik bayi-bayi Ti

  • Bisikan Tengah Malam   158: Garneta dan Gardena

    "Ya," Garneta menghela nafas. "Dena memang terlihat normal. Tapi sebenarnya dia jauh lebih gila dariku."Yusuf terpana,"Lebih gila?""Dia suka berhalusinasi. Tapi aku sayang padanya. Sebab itu aku rela masuk RSJ, agar dia tidak terus diperkosa Papi tiri kita. Hmm..., tak banyak yang tahu jika itu bukan bapak kandung kami. Ini yang selalu kusesali, andai Papi kandung tidak meninggalkan kami pergi...""Jadi, beliau... papi kalian masih hidup?""Entahlah. Kami terakhir bertemu dengannya itu, waktu masih balita. Tidak ingat lagi. Sebelum Mami minta cerai, karena gatel kepincut dengan pria lain yang malah merusak masa depan anak gadisnya...""Kalian tidak berusaha mencarinya?"Garneta terdiam, dia memejamkan matanya beberapa saat. Sebelum menatap Yusuf."Saat kasus aku membunuh pria bajingan itu, sebenarnya aku sudah minta Mami untuk mencari Papi. Karena Papi itu pengacara. Tapi Mami tidak bersedia. Mami sangat marah ketika aku menghabisi suaminya..."Yusuf membelai wajah Garneta. Betapa c

  • Bisikan Tengah Malam   157: Garneta

    Yusuf mengaku masih pusing, tetapi dia sudah harus melewati proses pemeriksaan polisi. Perban di kepalanya belum dilepas, namun tangannya sudah diborgol, meski dia memohon untuk minta diberi kesempatan beberapa menit agar sedikit bisa menenangkan diri. Polisi memberinya minum, lalu meninggalkannya sendiri di dalam ruangan yang hanya memiliki meja dan dua kursi tersebut. Pintu nampak tertutup, namun dia tahu, jika beberapa anggota polisi berjaga ketat di luarnya."Kenapa aku menjadi seperti ini?" Keluh Yusuf, tapi dia tak sanggup untuk menangis.Ini, jelas bukan seperti keinginannya. Tetapi mencintai Garneta, baginya adalah kenangan terindah. Wanita itu jauh lebih tua darinya. Ditemuinya suatu malam, saat sedang bertugas sendirian menjaga sebuah rumah kosong milik bosnya.Wanita itu berdiri di pintu pagar, rambutnya yang sebahu berkibar ditiup angin, sementara kulitnya nampak nyaris seputih gaunnya. Semula Yusuf mengira dia hantu, tetapi ternyata, kakinya yang telanjang itu nampak lem

  • Bisikan Tengah Malam   156: Lusiah, Arabella dan Austin

    Syahreza merapatkan duduknya di sebelah Triman, demi menatap layar ponsel pabrikan Cina itu. Rasanya, dia seperti tiba-tiba ditonjok orang tepat pada bagian jantung. Foto pada ponsel Triman, membuatnya teringat kalimat Prana di rumah sakit. "Julianna curiga, ada dua Dena sebenarnya. Kita bertemu keduanya, di rumah itu..." Triman tersenyum menatap Syahreza, matanya berkedip. "Bagaimana? Ayu-ayu, toh? Mirip sekali mereka. Cuma kalau diperhatikan, ini adiknya memang sedikit jauh lebih cantik. Kata Lusiah, nama adiknya Si Arabella itu artinya memang wanita cantik. Sesuai dengan namanya toh?" Syah menelan ludah yang seakan bercampur beling. Tubuhnya gemetar memandang wajah kedua wanita rupawan itu. Namun Triman tak memperhatikan, malah dengan santai melanjutkan penjelasan. "Kalau Lusiah bilang sih, arti nama dia, Garneta Lucia itu... batu permata yang terang. Makanya, cucu kembar saya itu diberi nama Lucia dan Arabella. Sudah izin saya ke kakak dan adik itu. Biar pada tertular jadi

DMCA.com Protection Status