Share

30: Lubang

Penulis: Cerita Diamond
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-25 14:30:13

Ayam goreng kampung tersaji dengan manis di atas meja makan. Semangkuk besar sayur asem, tempe dan tahu goreng, pete rebus, sambal terasi dan sebakul nasi hangat juga ikut menemani. Hendra menelan ludah saat melihat menu favoritnya itu.

Sudah lama dia tidak menikmati makanan itu, mungkin sejak menikah dengan Lolita. Perempuan itu tidak menyukai masakan seperti itu, dia lebih menyukai makanan ala western atau kadang seafood.

"Sayur asem bikin aku teringat bau ketek. Hiiy..." kata Lolita, saat Hendra memintanya memasak itu.

Lolita tak suka memasak. Dia hanya paham urusan ranjang. Hendra awalnya juga merasa itu lebih dari cukup. Namun ketika kembali menikmati masakan Dena, tiba-tiba dia merasa semakin jatuh cinta, lagi dan lagi kepada mantan istrinya itu.

Betapa cinta juga bisa lestari oleh perut, mengapa Hendra tak menyadari itu dulu? Mungkin karena terhanyut akan getar lubang vagina sempit. Kesadaran itu akhirnya kembali, setelah organ intim Lolita tak lagi sama legitnya.

Dena kemb
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bisikan Tengah Malam   31: Berselingkuh dengan Anak Tiri

    Sesco menatap Hendra lekat,"Apa Dena menyakitimu?" "Tidak," Hendra menggeleng."Dia bukan ibu atau istri yang baik?""Bukan itu!""Apa karena deise terlalu baik, sehingga tak layak untuk bersama dengan seorang bajingan macam yey?"Hendra menghela nafas, sementara Sesco memonyongkan bibir merahnya yang tebal oleh gincu."Cuma karena ingin mencoba hal baru, sesuatu yang lama yey tinggalkan, lalu mengkambing hitamkan kalimat rasa 'ketidaknyamanan?' Siapa di sini yang merasa tidak nyaman? Yey atau Dena?""Tentu saja ak...""Eike pikir Dena," potong Sesco sinis. "Kasihan deise, udah brojol anak dua, masih saja yey anggap banyak kurangnya. Kebaikannya yang membuat yey jenuh? Lalu yey cari perempuan lain yang bisa menyajikan suasana baru?""Madam, tidak semua pasangan selingkuh seperti itu...""Betul! Banyak yang selingkuh karena pasangannya brengsek, tidak punya rasa kasih, tidak becus, dan sebagainya. Nah, Dena? Bisa tunjukkan satu saja kesalahan deise?"Hendra menunduk. Sesco langsung ny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Bisikan Tengah Malam   32: Peti Mayat

    "Apa yang terjadi?"Cuma itu lontaran pertanyaan dari Dena. Tetapi bagai sebuah pedang yang menusuk kepala bagi Hendra. Malu. Itu yang dia rasakan, saat bekas istrinya itu menemukannya tergeletak di lantai dasar dalam keadaan tanpa busana."Aku juga bingung Dena," Hendra akhirnya berucap lirih, sambil sibuk menggapai baju dan celananya yang berserakan.Dena berlutut di depan Hendra, setelah meletakkan lampu minyaknya. Dia fokus memperhatikan pria itu yang tampak masih gugup saat mengenakan pakaiannya."Apakah yang terjadi padaku, juga terjadi padamu?"Hendra menoleh sesaat, sebelum menundukkan kepala. Pikirannya bingung. Apakah saat melihat Dena telanjang dulu, dia juga mengalami halusinasi yang sama? Jika itu benar, Hendra mendadak bertambah malu. Malu mengingat betapa rendahnya dia saat pernah menilai bekas istrinya itu."Aku melihat pria dewasa, dia mengajakku...ya, begitu!""Aku melihat seorang wanita," sahut Hendra lesu."Rumah ini, ada yang aneh. Aku tahu. Tetapi tak ada piliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Bisikan Tengah Malam   33: Iblis

    Ternyata ada sekitar 6 peti di sana, kecuali peti Minna. Jadi jumlahnya ada 7 peti. Dari semua peti, ada 2 peti yang tampak paling besar dan bagus, sisanya tampak biasa. Aku mulai mencoba membuka kunci gembok besar pada peti-peti itu, baik dengan kampak, ataupun gergaji besi. Tidak mudah memang, namun akhirnya aku bisa membuka peti-peti itu. Benar dugaanku, itu peti mayat. Dan yang menakutkan, semua mayat itu seperti baru mati kemarin. Tidak membusuk, apalagi rusak. Hanya bentuk rambut dan pakaian mereka yang terlihat begitu kusut dan kusam.Peti pertama kubuka, ada tertidur di sana seorang wanita berwajah indo. Aku menerka dia bakal sama sepertiku, blasteran. Rambutnya coklat pirang dengan hidung yang bangir. Sangat cantik. Dia memakai gaun pengantin warna putih yang berubah kekuningan. Aku membaca tulisan pada dinding bagian dalam peti: MINTJE.Peti kedua, berisi mayat seorang wanita yang tampak lebih muda dan lumayan cantik. Dia memakai kebaya warna merah, namun rambutnya terurai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Bisikan Tengah Malam   34: Hati yang berubah

    Hendra menghela nafas, dia kemudian meletakkan buku Van Der Mosch dengan lesu. Dia mulai merasa konyol sudah terjebak dengan cerita Van Der Mosch yang lebih mirip pembelaan diri seorang terdakwa. Tetapi setidaknya, ada sebagian dari penuturan Van Der Mosch dalam buku tersebut yang membuatnya merasa sedikit paham dengan masalah ajaib di rumah tua itu. Lalu, kini Dena bilang ada buku harian Gayatri? Ada misteri apa pula ini? Hendra menjadi mulai muak."Dena, aku harus segera kembali mendampingi Madam Sesco untuk mempersiapkan fashion show-nya. Dia sudah berjanji akan memberikan pinjaman uang untuk kita bisa menyewa sebuah rumah yang jauh lebih baik dari rumah terkutuk ini," ungkap Hendra.Dena bengong,"Betulkah?""Tapi mungkin itu sekitar dua atau tiga hari lagi, setelah Bosku itu pulang dari Paris. Sungguh aku sangat khawatir meninggalkan kalian, meski cuma beberapa hari"Dena mendekap Hendra. Seperti mimpi mendengar kalimat itu lebih dari satu kali. Setelah cerita rumah tangga yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Bisikan Tengah Malam   35: Cerita Gayatri

    Pukul 8 malam. Dena menutup tirai jendela kamarnya dengan lesu. Kedua anaknya telah tertidur pulas. Tinggal dirinya yang masih merasa resah menantikan Hendra. Pria itu, akan selalu ada di hati. Meski perselingkuhan yang dilakukannya, sungguh sangat melukai. Sulit dilupakan, apalagi dimaafkan. Namun cinta yang dalam membuatnya sulit lepas dari Hendra. Mungkin, karena ada Aurora dan Axio, sebagai ikatan yang sulit membuat hubungan mereka benar-benar terlepas.Dena bersyukur, Hendra akhirnya bisa "diseretnya" kembali. Bertekuk lutut lagi, dan mulai berusaha melupakan Lolita. Semudah itu ternyata. Cukup dengan menjerat kembali mantan suaminya dengan pelayanan seks yang prima. Lebih dari yang dulu pernah dia berikan. Lebih dari yang wanita lain sodorkan.Ah, andai Dena tak membaca buku harian Ibu Gayatri. Mungkin, membuat Hendra jatuh cinta lagi hanya sekedar impian. Sebuah untaian kalimat yang ditulis Bu Gayatri, seakan membuka pikiran Dena:"Beberapa pria tampak sangat senang memiliki b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Bisikan Tengah Malam   36: Tak Pernah Puas

    Aku tak menyadari hal itu awalnya. Tidak sama sekali. Mana pernah aku berpikir, bahwa Moksa akan tertarik dengan seseorang yang bahkan jauh lebih muda dari Lovina. Sangat-sangat muda. Terlalu kecil malah. Teringat malam itu, seperti biasa aku mengajarkan tarian kepada sekelompok bocah kecil perempuan di halaman belakang. Mereka adalah anak-anak kaum pekerja kami. Setelah tidak sanggup lagi menari dari panggung ke panggung, aku dan Moksa mulai merintis usaha jamu tradisional. Modalnya tentu saja dari orangtuaku. Moksa, pria itu, tak punya pengaruh apa-apa dalam kesejahteraan hidupku. Saat menikah dengannya, dia cuma punya warisan rumah reyot dan tua. Lalu aku dan orangtuaku memperbaiki rumah itu agar menjadi makin besar dan bagus. Bahkan kami membeli tanah di sekitar rumah itu, untuk kegiatan produksi jamu. Orangtuaku memberikan hampir semua harta kekayaan mereka demi aku dan suamiku, Si Moksa itu. Mereka membeli hampir 1,5 hektar wilayah di sekitar rumah tua Moksa. Sebetulnya kami b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Bisikan Tengah Malam   37: Harta Karun

    Hendra menyingkirkan laptopnya, saat Madam Sesco memasuki ruangan kerjanya. Pria yang bergaya wanita itu, begitu luwes duduk di sofa biru sebelah meja kerja Hendra. "Eike sudah memikirkan hal indang ya, beib. Menurut eike, tinta masa lole dengan pinjaman duit yey. Eike bisa kasih lebih, lho. But, eike butuh gaun-gaun cantika ulala wow-wow yang yey kirim fotonya waktu itu. Gaun-gaun itu perfect! Jadi, bisakah eike belalang kupu-kupu itu semua harta karun di rumah tua sewaan Si Dena?" "Maksud Madam?""Yup, eike tahu itu baju orang. Tapi bisakah dibayar tunai? Sah! Sah! Begitu? Eike bisa bayar setengah M, untuk semua koleksi. Mehong kan? Diterima, hayuuu! Cukup bawa eike ke sana, terus pertemukan eike dengan yang punya rumah. Yakin cucok penawaran bergengsi indang, yes?"Hendra mengernyitkan dahi,"Tapi saya tak yakin, Madam.""Stt... jika semua harta karun dalam lemari itu bisa eike beli. Ada 50 juta buat yey, plus eike kreditin rumah agak bagusan untuk Dena dan anak-anak yey. But, pot

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bisikan Tengah Malam   38: Dukun

    GAYATRIApa yang kutakutkan, ternyata benar. Saat Marni mendadak demam esok hari sehingga tak bisa menari, kembali Moksa memanggil seorang anak perempuan untuk memijat kakinya di kamar. Kali ini, aku melepaskan selendangku, lalu mengikuti langkah gadis kecil itu. Dia bernama Nung Layu. Berumur 10 tahun, berambut pendek, dengan kulit kuning langsat. Matanya sipit, dengan hidung yang bangir. Orangtuanya sudah dua tahun bekerja di pabrik jamu kami. Nung tak punya saudara, dia anak semata wayang. Hobinya menari, meski tak seluwes Marni. Hari itu, aku melihat Nung menjerit-jerit di kasur tempatku tidur bersama Moksa. Lalu suamiku itu dengan buas menyumpal mulut mungil itu dengan celana dalamnya. Tubuh bocah kecil itu terguncang-guncang di ranjang dengan menakutkan, membuat dengkulku serasa lemas saat melihatnya. Aku berlari ke luar kamar, bahkan nyaris jatuh ke bawah tangga jika tidak diselamatkan Pak Mun. Pria berbaju hitam itu membimbingku untuk turun tangga, lalu duduk diam bersebela

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Bisikan Tengah Malam   179: Hoom Pim Pah Alaiom

    Astari, melihat mobil Syahreza yang ke luar dari pintu gerbang rumahnya. Dia lalu kembali duduk, dan Nunung meneruskan tugas untuk menyisir rambut majikannya. "Mas Prana itu..." Suara Astari tercekat. "Sebenarnya yang duluan naksir Dena, Nung. Waktu zaman kuliah. Cuma duluan diserobot Hendra. Kau tahu, Nung? Mas Prana itu selalu memuji Dena. Dia bilang wanita itu cantik sekali, seperti bunga kaca piring yang disinari cahaya matahari. Katanya kelak ingin punya anak perempuan secantik itu. Kau tahu rasanya mendengar itu, Nung? Mas Prana bahkan tak pernah memujiku sama sekali..."Nunung tak menjawab, dia terus menyisir rambut majikannya sambil menatap wajah Astari di cermin."Ketika dia berusaha menolong wanita itu, aku mencoba berdamai dengan hatiku. Sebab makin kularang, dia ternyata makin berusaha untuk selalu berada di samping wanita itu. Mengirimmu bersama Yusuf, sebenarnya hanya upaya menjaga keyakinanku jika mereka tidak berselingkuh..."Nunung terlihat menunduk, sambil melepas h

  • Bisikan Tengah Malam   178: Rekaman Suara Zeta

    Bagaimana mungkin ada ponsel yang bisa aman disembunyikan dalam sebuah gaun? Namun Sesco mengatakan, dia memang sempat mendesain korset pada gaun yang bisa menempel dengan ketat."Jangankan ponsel, pistol juga bisa nyelip itu. Eike terinspirasi dengan Mbah-Mbah zaman dulu yang suka menyelipkan barang berharga di bagian kutang atau stagennya..." kata Sesco, sambil memamerkan gaun hijau brokat besar, dengan korset hitam yang hampir menyentuh bagian dada."Gaun ini jadi bau dan lembab, seperti pernah disiram air. Ada banyak helaian rambut pirang!"Syahreza terdiam memandang ponsel Iphone 6 Plus itu. Sudah ketinggalan zaman untuk era Iphone jenis terbaru. Tapi dia ingat, itu jelas ponsel milik Julianna. Dia tak melupakan casing warna pink. Julianna beberapa kali mengeluarkan barang itu dari tas coklatnya. Lalu, di mana tasnya?"Kita cas dulu itu ponsel, jika benar itu milik Julianna. Oh, eike sedikit terkejut dengan penemuan ini. Tetapi Pak Syahreza, bisakah kita merahasiakan ini? Soalnya

  • Bisikan Tengah Malam   177: Shumb dan Nishumb

    Syahreza membuka lemari yang penuh gaun tua, dia sempat menahan diri untuk menggesernya, karena beberapa waktu lalu sempat berusaha menutupi lempeng besi yang menuju ruangan bawah tanah. Namun dia berpikir, kapan lagi bisa ke tempat itu? Sebab Prana sudah tidak lagi berkenan untuk membongkar misteri masa lampau itu. Tapi dia sudah sedikit membongkar beragam arsip dan catatan lampau yang masih terhimpun rapat di perpustakaan nasional. Terutama tentang misteri dari data-data "yang konon kabarnya", mitos sekian abad yang sulit diterima nalar, sehingga tak ada satupun ahli yang berminat untuk mengungkapnya, namun catatan tentang legenda tersebut kadang tercantum pada batu-batu, serat kayu dan kulit hewan peninggalan abad silam."Kita akan ke bawah lagi."Zulfan tak menjawab, hanya bantu menggeser lemari dan membuka lempeng besi. Dia sudah semakin paham soal misteri lain dari rumah ini, setiap bertemu Syahreza, mereka kadang mengulas tentang kasus pembunuhan, juga soal ruangan misterius y

  • Bisikan Tengah Malam   176: Dewi Kali

    Masuk!Itulah keputusan Syahreza dan Zulfan saat mulai menuruni tangga. Sepi pastinya, juga menyeramkan. Mereka mulai mengarahkan senter melewati lorong panjang, sebelum menemukan tangga yang menuju pintu di bawah ranjang tempat dulu kamar Dena berada. Pintu-pintu jendela rumah itu terbuka, membuat cahaya matahari bebas masuk. Syahreza mengelilingi setiap kamar, sebelum memasuki ruang perpustakaan. Sementara Zulfan berdiri mematung menatap 2 lukisan: Dewa dan Dewi."Apa itu, Pak?" Tanyanya bingung.Satu lukisan dewa itu bertangan empat, bermata tiga, lehernya berkalung ular kobra. Ini seperti wujud lukisan Dewa Siwa, Sang Dewa Pelebur, versi keyakinan orang India. Siwa, merupakan satu dari tiga dewa utama dari satu kesatuan Trimurti dalam keyakinan agama Hindu, selain Brahma dan Wisnu. Sementara penganut Hindu Bali, memuja Dewa Siwa atau Btara Guru di Pura Dalem, sebagai dewa yang diyakini mampumengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke unsur asalnya, yakni Panca Mahabhuta,

  • Bisikan Tengah Malam   175: Cerita Zeta

    Zeta mengirimkan email padanya, usai satu minggu dia kembali ke Paris, tanpa Leonard. Karena pria itu ditahan polisi, dengan tuduhan kasus percobaan upaya penipuan dan pemerasaan kepada Sesco. Kasus ini terungkap dari pengakuan Doza Fahmi, sekutu Alya Dildo. Saat mengantar Zeta di bandara, Sesco yang begitu patah hati, meminta Zeta untuk menyelidiki sesuatu. Lalu hal tersebut, diungkapkan Zeta pada Syahreza: Wanita itu datang ke Rumah Mode Sesco Paris yang belum launching. Dia mengaku bernama Lane, teman Leonard. Aku melihat dia begitu gugup, saat kuberitahu tentang kasus penangkapan Leonard di Indonesia. Dia pamit terburu-buru, namun aku bisa mengikutinya. Dia menuju Hotel Prince de Galles, tempatnya menginap, sebelum tergesa-gesa membawa tasnya seperti hendak pergi. Seorang pria tampan, berwajah khas Amerika Latin tampak menjemputnya di lobby, mereka berciuman bibir. Kemudian mereka naik taksi menuju suatu tempat. Aku terus mengikuti mereka dengan taksi juga, sampai mereka berhen

  • Bisikan Tengah Malam   174: Nunung Kembali

    Tapi niat baik itu, justru ditanggapi Leonard dengan sangat emosional. Pria yang sedang mempersiapkan kepulangannya ke Paris bersama Zeta itu, malah mengamuk tidak karuan. Pribadinya yang selama ini terkesan lembut dan sopan, malah mendadak berubah mengerikan."Salope!" Leonard meneriaki Sesco dengan kasar, hingga tega menyebutnya: JALANG. Belum puas, segala barang dia lempar ke arah Sesco yang cuma bisa pasrah itu."Aku masih di sini, mencoba untuk berdamai dengan Si Pemerasmu. Tapi kau malah mengembalikan gaun-gaun itu! Apa... apa kau tidak berpikir soal Paris Fashion Week? Soal masa depan Rumah Mode Sesco Paris? Aku masih di sini, Sesco. Tapi kau malah mengambil keputusan sepihak!""No... Leonard, baby... yey tidak mengerti. Ini situasi darurat. Kita harus...""Harus apa?! Kita sudah menyusun rencana yang luar biasa, lalu kau seenaknya menghentikannya di tengah jalan?""No! Bukan begitu. Yey tidak mengerti. Lupakan soal gaun itu. Eike masih bisa ngetop dengan karya eike sendiri. S

  • Bisikan Tengah Malam   173: Gaun Tua

    Prana sudah bisa membuka mata, namun dia tampak lemah dan enggan bicara. Terbaring lemah di ranjang bersprei putih, membuatnya malah seperti pasien yang sedang menunggu mati. Astari ada di sampingnya, tapi seakan tidak membuatnya bersemangat untuk sekedar tersenyum. "Semuanya sudah diketemukan menjadi mayat, kecuali Austin. Jadi sejauh ini, tersangkanya mengarah pada dia. Apalagi polisi mendapat laporan dari Pak RT wilayah rumah Pak Samiran, katanya lagi heboh ada hantu pria bule di rumah almarhum. Diperkirakan itu Austin. Cuma ketika diperiksa, rumah itu kosong... " kata Syahreza, sambil memandangi Prana.Perlahan, Prana menoleh. Dia mencoba menghela nafasnya, namun yang terdengar seperti sesuatu yang berat tercekik. "Mengerikan, semuanya mati. Jadi..apakah Austin bekerja sama dengan Garneta dan Yusuf?" Tanya Astari.Syahreza mengangkat bahu,"Kita belum tahu ujung tragedi ini. Yusuf mengatakan dia bekerja sama dengan Garneta untuk membunuh, tapi nyatanya Garneta juga mati. Jadi si

  • Bisikan Tengah Malam   172: Terjebak

    Doza Fahmi sepakat bertemu dengan bule itu, di Hotel Forma de Myorne. Tempat itu dipilih Doza, karena merupakan hotel baru yang berbintang lima. Sekalian ingin jajal pelayanan, juga sekaligus mengetes kemampuan finansial seseorang yang nekat ingin menemuinya."Anda sangat berani, tapi jangan coba-coba bawa polisi. Saat saya menuju penjara, maka seluruh dunia langsung bisa mengakses aib Sesco dengan sekali klik! Ingat, saya tak mungkin bekerja sendiri untuk bisnis 10 miliar..." ancam Doza, sebelum pria itu datang.Dan Leonard memang berani datang sendirian. Dadanya yang bidang tampak terlihat jelas dari kemeja ketat berwarna biru, membuat Doza mulai berpikiran lain. Mendadak gairahnya membanjir, dari memikirkan besaran nominal uang, sampai mengkhayalkan hal kotor bersama pria tampan tersebut."Mengapa anda sampai terpikir untuk memeras seorang Sesco?" Tanya Leonard, sambil duduk di kursi dengan tenang."Jangan anda, panggil saja Ocha," sahut Doza Fahmi genit.Leonard tersenyum,"Baik, O

  • Bisikan Tengah Malam   171: Julianna Selalu Bersama Minna?

    Syahreza lalu perlahan mengangguk, dan itulah yang membuat mereka melangkah menjauh mencari rimbunan pohon untuk berteduh, sambil duduk di atas tanah yang sudah mengering. Hujan sempat deras, tapi Kawasan Hitam ini malah mirip padang gurun tandus. Jejak hujan seperti tak bersisa. Lalu, bagaimana dengan jejak kejahatan?Zeta menghapus sudut matanya dengan tisu, seakan tak kuasa untuk melanjutkan cerita Syahreza yang detil sejak awal. Inilah yang paling ditakutkannya: kehilangan. Melihat begitu mayat yang terus ditemukan, Zeta mulai bersiap mental jika kelak akan betul-betul melihat mayat adiknya. Jiwanya seakan hancur. Serasa tak ada tempat untuk berlindung. Suaminya tidak mengomentari pesannya tentang Julianna, dia sedang berlibur dengan selingkuhannya di benua tropis, meninggalkan musim salju yang beku atas catatan cinta mereka yang makin kelabu. Kedua anaknya juga cuma mengucapkan kalimat basa-basi. Sedikitpun tidak terdengar nada yang bersifat kesedihan dan kekhawatiran. "Jadi ya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status