Apa yang harus disyukuri? Zeta menelan ludah. Dia punya anak gadis berusia 16 tahun yang kini lebih memilih sibuk berlibur dengan kekasihnya di Jerman, dari pada menghibur ibunya yang sedang kecewa karena perselingkuhan bapaknya. Dua anak lelakinya yang lain juga sibuk dengan sekolah dan hobi mereka masing-masing. Percakapan antar mereka hanya tentang urusan uang dan pemenuhan kebutuhan pendidikan saja.Selama 17 tahun pernikahan, inilah yang dia peroleh. Terpaksa kembali menyibukkan diri dengan bekerja, agar tidak terpikir untuk mengakhiri hidup. Dulu, dia seakan membuang "papinya" demi memperjuangkan keluarganya. Kini, apa yang dia peroleh? Selain merasakan karma yang dia tebar sebelumnya. Dia melupakan bapaknya, maka anak-anaknya kini juga mulai melupakannya."Dulu aku sedih melihat hidupmu, July. Tapi sekarang, aku justru yang merasa hidupku tampak begitu menyedihkan..."Julianna memeluk kakaknya dengan erat. Teringat bagaimana sejak kecil mereka begitu sangat dekat, melakukan ban
Sangiran pucat, saat melihat Centini di rumah sakit. Jantungnya nyaris copot."Apa yang kau lakukan, sangat berbahaya kalau begini..." bisik Sangiran di ruang tunggu rumah sakit itu, matanya mengarah kepada televisi layar besar, tapi hatinya mendadak kerdil ketika harus duduk berdampingan di pelayanan publik seperti ini."Mas, aku ada yang ingin disampaikan...""Kan bisa kirim pesan atau telpon?""Mas, aku kirim banyak pesan tapi tak kau baca. Aku telpon sebentar langsung kau matikan!""Ya, aku sedang sibuk! Dini itu pendarahan, Centini. Apa kau tidak bisa memahami itu? Kemana hatimu? Kalian kan sesama wanita!""Mas, aku juga butuh perlindungan!""Centini, istriku sedang gawat di rumah sakit. Apa kau tidak berpikir untuk sedikit mengalah? Jika kau bisa mengatasi sendiri, lakukan itu. Jangan hal-hal sepele saja harus selalu aku! Hidupku bukan hanya untukmu!""Mas, aku juga istrimu""Dari awal sudah kuberi tahu posisimu cuma istri kedua. Segalanya nomor dua! Kau sendiri yang mau. Maka m
Petrus tersenyum saat mendatangi Inoy di rumahnya. Duduk dengan angkuh, sambil menghembuskan cerutunya. "Sudah kubilang, jangan main-main dengan Petrus. Nanti celaka. Coba kemaren dia urus cepat kasus Lolita, mungkin suami anda tidak bakal masuk penjara. Sekarang, keduanya di penjara toh?"Inoy melirik ketiga anaknya yang sibuk bermain di lantai, sebelum menatap pengacara yang sombong itu. Sedikitpun Inoy tidak tertarik menanggapi kalimat kurang ajar pria yang tubuhnya penuh kemilau emas dan berlian itu."Ibu Inoy, suami anda telah salah langkah. Kasus Lolita, diserahkan pada Karel, pengacara sepuh yang karirnya tidak moncer. Paling jauh cuma ngurusi kasus maling jemuran. Berapa dia dibayar Pak Abdul? Dengan sekarung beras? Atau jangan-jangan ini gratis nih? Endorse dari Karel, biar dia bisa ngetop di usia tua banyak diuber media. Hahaaaa...."Kembali, Inoy tetap tenang memandangi pria yang enggan menginjak bumi itu. Membiarkannya dengan congkak bicara dengan pongah."Saya bertemu Pa
Julianna bengong. Samiran koma? Tiba-tiba dia memiliki firasat yang buruk."Dirawat di rumah sakit mana beliau?" Ujarnya,"Semoga tidak parah, ya!""Rumah sakit Pertiwi," sahut Maria. "Itu yang dekat Rumah Makan Kedang Aur""Rumah makan itu masih ada?""Ada, tahu juga?""Dulu itu dekat SMA saya.""SMA Airlangga, ya?""Betul."Julianna mendadak bangkit, dia tertarik untuk berkeliling. Maria menyalakan satu lampu lagi, lalu diserahkan pada Julianna. Mereka bergerak menaiki tangga menuju lantai atas."Tak ada yang berbeda. Kamar-kamarnya tetap sama."Maria melirik Julianna yang tampak memandangi salah satu kamar. Dia berdiri sebentar, sebelum masuk. "Ini kamar Minna, adik saya. Dia tidur sendirian.""Yang meninggal itu?""Ya..."Julianna mendekati jendela. Membukanya, lalu memandangi matahari yang mulai terbenam. Pohon besar di luar tembok itu masih tumbuh. Dahannya bahkan menyentuh atap. Minna dulu bercerita, bahwa Austin biasa memanjat pohon itu untuk bisa mencapai atap dan bebas masuk
Bicara pamer aurat adalah termasuk kelainan jiwa, Julianna juga merasa itu tidak adil jika hanya diarahkan kepada pria. Wanita juga sama, bisa saja melakukan hal menyimpang. Buktinya, banyak wanita yang gemar memamerkan bentuk tubuh. Dari payudara sampai vagina bisa dipamerkan bebas dalam foto dan video model. Itu model, dibayar. Lalu bagaimana dengan orang biasa yang melakukan pamer aurat itu secara gratis untuk sekedar menangguk banyak follower lelaki goblok di Instagram atau aplikasi sosmed lainnya? Julianna menganggap itu juga perilaku wanita yang masuk kategori seorang ekshibisionis.Adanya faktor biologis yang disebabkan produksi hormon testosteron yang tinggi dan tingkat kebodohan maksimal, memang dapat membuat seorang pria melakukan penyimpangan seksual. Kalau wanita? Selain ingin narsis dan populer secara instan, jelas ingin juga mengejar uang. Termasuk tentu saja juga ingin mendapat pengakuan dari komentar pria-pria mabok, kaum pemuja foto dan video seksi, padahal cuma ha
Syahreza datang ke restoran Prana, jelang malam itu. Cuma melihat garis polisi yang tampak "mengikat" tempat itu. Dia membaca plang pada bagian atas restoran tersebut: Selera Asli Indonesia. "Mungkin, aku harus beralih pindah ke tempat lain!"Syahreza menoleh pada Prana, yang berdiri sekitar 3 meter di belakangnya. Mengenakan kemeja putih yang digulung sampai siku dan celana jins biru dengan rambut model cepak begitu, dia lebih mirip terlihat seperti pria yang sedang menunggu kekasih."Wei, mau kencan dengan siapa Bos?"Prana tertawa, lalu memberi kode Syahreza untuk meninggalkan tempat itu. Dua orang satpam mengangguk hormat, saat mereka bergegas memasuki mobil Prana."Kuajak makan, kau tak mau. Mari kita ngobrol di sini.""Tak mengapa. Aku senang menghibur sahabat. Dengarlah, ujian hidup itu selalu ada. Dibawa santai saja, ini takdir!"Prana mengangguk,"Ya, kau benar.""Kemarin kau bercerita tentang hal ghoib dari sopir yang menabrak restomu?""Percaya nggak percaya, tapi ini seper
Sangiran mengangkat ponselnya, menelpon 2 pemuda yang tertangkap membawa narkoba semalam. Dia berjanji melepas keduanya kemarin, jika mereka bisa sedikit membahayakan jiwa seseorang."Beres, Dan!" Sahut pria diujung sana.Dan Sangiran tersenyum manis. Namun senyuman itu tak lagi manis, ketika terdengar suara keributan di depan ruangannya. Terdengar suara-suara petugas dan jeritan seorang wanita. Lalu tiba-tiba pintu itu kembali terbuka, membuat seorang wanita jatuh tersungkur."Maaf, Komandan! Ibu ini tiba-tiba sudah masuk ke dalam," kata seorang petugas, sementara sisanya sibuk berusaha membantu Centini.Centini terlihat bangkit dan menepis tangan para petugas. Sangiran meminta semua petugas meninggalkan ruangan, lalu dia sendiri bergegas mengunci pintu."Aku cuma ingin menemuimu, Mas! Apa maksudmu dengan memberikan talak cuma lewat Whatsapp kepadaku? Ini perilaku jantan seorang perwira polisi? Salahku apa Mas? Apa..., karena mencarimu di rumah sakit itu?"Sangiran tak berbalik dari
Prana menghembuskan nafas. Dia mulai bingung menghadapi situasi saat ini. Kasus ini mulai terkuak, tapi Astari malah memintanya untuk mundur. Dia melirik istrinya yang tampak gelisah. Prana tahu, Astari masih cemburu pada Dena, karena video yang disodorkan Darren itu. Meski dia tahu, memaksa suaminya tidak terlibat lagi, juga adalah suatu kesalahan besar."Aku tak ingin kau kembali ke sana," rajuk Astari, saat Prana menggamit tangannya untuk sedikit menjauh dari banyak orang."Ya, tak masalah. Nanti yang urus itu Mas Syahreza, Pak Ustadz dan Yusuf. Aku sudah di luar koridor. Aku di rumah, bersamamu dan anak-anak. Paling mereka kasih laporan. Tak ada kesempatan aku untuk bertemu Dena, jangan khawatir!""Kau marah, Mas?"Prana menggeleng,"Aku cuma lelah, Astari.""Lelah apa?""Dengan sikap cemburumu yang tiba-tiba itu!""Aku cemburu itu salah?""Dena itu aku kenal jauh sebelum kita menikah. Bahkan sejak masih sama-sama kuliah kita. Kau tahu dia mantannya Hendra, sahabatku yang brengsek
Karel sesaat memandangi Kiki dan kedua staf Humas itu dengan tajam. Dia butuh waktu untuk menjelaskan. "Secara kebetulan," lanjutnya. "Satu hari sebelum menghilangnya Mbak Centini, ada petugas polisi di Kapolsek yang dipimpin Pak Sangiran, masih mengingat wajah wanita dalam video ini, yang mereka katakan sebagai 'keluarga Kapolsek yang terganggu jiwa dan ngamuk di Polsek'. Lalu dibawa Si Kapolsek pergi dengan mobil dinasnya dalam kondisi tangan terborgol dan mulut dilakban...""Oh, Tuhan!" Kiki dan kedua stafnya kompak berteriak sambil menutup mulut mereka. Karel menghela nafas dan langsung bangkit dari duduknya. "Saya akan melaporkan kasus ini ke Polda, dan saya berharap pihak Rajawali Air dapat turut membantu saya untuk itu. Kapolsek Sangiran saya perkirakan juga sudah berusaha membunuh Ibu Inoy, klien saya, karena beliau memiliki video-video ini sebagai barang bukti..."***Julianna tertegun di hadapan wanita tua itu. Sejak pagi dia datang ke rumah besar tersebut, malah Maria di
"Pinter, sih iya." Prana terkenang ucapan Triman. "Ayu sih ndak ya... udah perawan tua juga... tapi kok ya bisa nyangkut ke pasiennya yang kurang waras?"Prana mengangguk bingung,"Agak ganjil juga."Triman tertawa serak,"Itu mungkin karena nafsu toh? Wong Mas Ostin memang ganteng tenan iku! Saya juga kalo dadi wong wedhok, yo mesti ikut naksir. Anaknya memang masih kelihatan bocah, tapi tinggi tubuhnya. Sifatnya juga ramah, memang bikin jatuh hati kaum wanita. Cuma memang saya sering dapati, dia itu suka memamerkan kelaminnya ke pasien wanita ..."Prana mengendarai mobilnya menuju Kawasan Hitam. Dia telah berjanji kepada Syahreza dan Zulfan, untuk tiba di sana sebelum jam makan siang. Sementara Ustadz Hanif tidak bisa datang segera karena harus menjaga Samiran di rumah sakit, dia berjanjian datang saat Ashar setelah berganti tugas jaga dengan Pak Salam, salah satu pengurus masjid.Sebentar lagi, ritual permainan Hoom Pim Pah akan digelar Sukemi. Julianna memastikan datang, meski belu
Prana menghela nafas, dan lebih menghela nafas lagi saat bertemu Dokter Ginaryo Sp.KJ. Dokter itu dengan ramah mempersilahkannya untuk berbincang di ruang kerjanya. Mereka bercakap cukup panjang, hingga terbongkar banyak hal."Saya menangani pasien Austin itu, justru setelah sekitar 5 tahunan dia telah menghuni rumah sakit ini. Dokter pertama yang menanganinya adalah Dokter Emilia, yang meninggal waktu itu, jadi saya yang lanjut menangani Austin. Anak muda itu memang sulit dilupakan. Terutama karena fisiknya yang berbeda dari yang lain. Dia sangat tampan, bule. Bahkan sering jadi rebutan pasien-pasien wanita di RSJ ini. Jangankan dia, ada saja petugas wanita yang juga sempat naksir...""Seperti apa kondisi Austin waktu dokter tangani?""Saya menangani Austin sekitar tahun 2005, ya... saya melihat kondisinya saat itu masih tidak begitu baik. Sering kabur dari rumah sakit, dan ditemukan petugas selalu senang berjalan-jalan sendirian tengah malam, tanpa alas kaki. Pokoknya kalau ditemuka
Aku menikahi Gayatri, tapi perjalanan "rumah tanggaku" yang sebenarnya, justru bersama Marce Si Tetangga Sebelah. Hal inilah yang membuat Austin memohon permintaan kepada Shumb Si Raja Iblis. Dia ingin agar kami bertiga bersatu menjadi keluarga utuh. "Bapak berhak hidup bahagia tanpa harus terus berpura-pura dalam pernikahan hampa. Austin ingin Bapak dan Mami bersatu selamanya, dalam pernikahan yang sah. Mami sangat menyayangi Austin, Pak. Dan pernahkah Mami juga mengecewakan hidup Bapak? Pernahkah Mami membunuh wanita-wanita yang membuat Bapak lupa untuk mengunjungi Mami di rumah? Jika Gayatri adalah Mami Marce, mungkin saat itu, Ibu Austin... Lovina... tidak akan tersiksa sampai mati...."Kalimat panjang anak itu, seakan menyadarkan aku betapa pentingnya ketulusan cinta. Ketulusan itu ternyata tidak hanya tentang harus selalu bersama, tetapi hanya butuh saling mengerti. Marce pernah mengatakan, dia tak sanggup marah saat aku selalu menyelingkuhinya."Karena aku tahu, aku bukan siap
Austin tumbuh dengan fisik sempurna. Ya, semakin mirip aku. Jauh berbeda dari Kalungga dan Turangga, yang wujudnya mirip Gayatri. Itulah sebabnya, aku sangat menyayangi Austin. Dia bebas bermain di rumahku kapan saja, tanpa Gayatri berani mengusirnya. Aku berikan apa saja yang dia mau, yang dia suka. Semua!Dia anak yang baik, juga berprestasi di sekolah. Marce ternyata sangat pandai mengurus anak rupawan itu, sebab semua orang menyukai kepribadiannya. Austin juga pandai melukis dan memahat sepertiku, sebab itu, dia kuizinkan untuk memasuki Ruangan Rahasia di Bawah Tanah.Ini adalah tempat yang tidak sengaja ditemukan Romo, saat sedang membuat ruangan lantai dasar, serta membuat makam. Ruangan aneh itu begitu besar, dengan dua patung raksasa. Romo sering melakukan semedi di tempat itu, jika sedang merasa gundah. "Ini sebenarnya pernah jadi tempat pemujaan iblis, mungkin sekian abad silam" kata Romo, saat membawaku ke sana, waktu kami baru saja menguburkan Kadita."Siapa itu, Romo?" T
Semula, aku mengira, berumahtangga itu sama seperti aku pernah melukis tubuh telanjang Kadita yang memesona. Asal kita suka melakukannya, meski itu sulit, pastinya bisa dapat diwujudkan juga. Tetapi nyatanya, pernikahan tidak seperti itu. Menikahi wanita bukan hanya untuk cuma bisa tersalurkan urusan kebutuhan biologis, punya anak, tidak cerai dan dianggap normal oleh masyarakat. Bukan itu!Aku menikahi Gayatri, yang tak pernah aku cintai. Aku bahkan tidak menerima segala kekurangannya. Bahkan aku tidak mengizinkan dia membuka topengnya, saat kami bersetubuh. Aku tak ingin gairahku memudar melihat wajahnya yang tak membangkitkan selera itu. Aku selalu membayangkan, jika dibalik topeng itu ada wanita berparas ayu rupawan, dan bukan pastinya itu bukan Gayatri!Dan ternyata, wanita itu juga tidak subur. Meski setiap malam kugagahi, dia tak kunjung bunting. Tapi sulit menuduhnya mandul, sebab dia pernah kawin dan punya anak sebelumnya. Aku juga, tidak ingin dituduh tidak subur! Inilah ya
Semua orang tahu, jika Mintje Molina hanyalah anak Jans Pietter dari seorang gundiknya, yang bernama Nyai Midah. Sebab itu, meski aku mendapat gelar bangsawan dari Bapak, beliau tidak merasa ada alasan bagiku untuk tidak mau jadi Belanda."Manson Jans Pietter, kamu itu Belanda. Darah Eropa menetes di tubuhmu. Persetan soal priyayi, itu juga pribumi. Derajat mereka itu, di bawah kita..." kata Mami suatu kali, saat aku menolak untuk dipanggil Manson Jans Pietter."Jika Mami merasa tidak sederajat, mengapa menikahi Romo?"Saat itu, aku hanya melihat Mientje Molina hanya membuang muka. Di kemudian hari aku tahu, ternyata memang tak ada satupun orang Belanda, ras Eropa lainnya, atau siapalah yang dianggap Mami derajatnya jauh lebih tinggi, bersedia menikahi seorang anak Nyai yang pernah sempat melacurkan diri demi sesuap nasi, setelah Bapak Belandanya mati. Romo mengangkat derajat wanita itu, tapi dia tidak pernah berterima kasih.Bahkan Mami mencoba meninggalkannya demi pria Cina kaya. Ya
Prana menepuk halus pundak Samiran, dia khawatir pria itu akan tambah sakit jika bicara. Tapi Samiran tidak mau berhenti."Muntarso ingin mengusai harta rumah itu dengan menikahi Gayatri, sebab itu dia membunuh Pak Moksa dengan meracunnya. Bu Gayatri tidak tahu. Wanita itu juga tidak tahu, jika kecelakaan mobil yang dialami Kalungga dan Turangga juga karena sabotase Muntarso. Tapi mobil yang pernah dibawa Muntarso untuk meneror kedua orang itu sebelumnya, juga kelak malah kemudian terbalik dan terbakar...""Dia pernah membakar orang, bukan?"Samiran memandang sedih ke arah Prana,"Saya juga. Mungkinkah akan terjadi hal yang sama?"Prana menggeleng, lalu kembali menepuk halus pundak pria itu."Bapak orang yang sudah berusaha menjadi baik...""Saya tidak tahu apakah Tuhan akan memaafkan saya. Sebab saya terlalu bodoh dan patuh kepada sesama manusia. Sebelum mati, Bu Gayatri berpesan agar saya menjaga dan jiwanya dari gangguan jiwa lain yang juga terjebak di rumah itu. Sebab itu setiap 20
Samiran masih tampak lemah, tapi dia tahu, kehadiran kedua pria di depannya memang telah ditunggunya. Prana, yang membawa Syahreza temannya, diyakini Samiran dapat segera menuntaskan segala masalah."Kami ingin bertanya tentang Austin, Pak. Sebentar saja," kata Prana.Perlahan, Samiran mulai memejamkan matanya. Dia bersyukur, kini nafasnya tidak lagi sesak sehingga bisa bicara."Ada yang sedikit rancu tentang Austin anak Lovina. Dia sebenarnya sudah ada sebelum saya dibawa Muntarso ke sana.""Austin sudah lahir?""Sudah besar malah. Saat saya masuk ke sana, Austin jelas lebih tua dari saya.""Kalau Lovina?""Usia Lovina saat hamil, juga jauh berbeda dengan Kalungga dan Turangga, 13 tahun. Kalau dua anak itu, sekitar usia 3 dan 1 tahun waktu Lovina mati. Dia itu diasuh Bu Gayatri dari bayi, sebagai anak pancingan biar cepat hamil. Saya tahu cerita itu juga dari Muntarso. Kasus kematian Lovina terjadi, itu jauh dari kasus Tumini mati. Sebelum itu, Lovina adalah korban Moksa pertama seb