Home / Horor / Bisikan Tengah Malam / 126: Kembali ke Rumah Iblis

Share

126: Kembali ke Rumah Iblis

last update Last Updated: 2024-12-13 14:01:30

Prana menghembuskan nafas. Dia mulai bingung menghadapi situasi saat ini. Kasus ini mulai terkuak, tapi Astari malah memintanya untuk mundur. Dia melirik istrinya yang tampak gelisah. Prana tahu, Astari masih cemburu pada Dena, karena video yang disodorkan Darren itu. Meski dia tahu, memaksa suaminya tidak terlibat lagi, juga adalah suatu kesalahan besar.

"Aku tak ingin kau kembali ke sana," rajuk Astari, saat Prana menggamit tangannya untuk sedikit menjauh dari banyak orang.

"Ya, tak masalah. Nanti yang urus itu Mas Syahreza, Pak Ustadz dan Yusuf. Aku sudah di luar koridor. Aku di rumah, bersamamu dan anak-anak. Paling mereka kasih laporan. Tak ada kesempatan aku untuk bertemu Dena, jangan khawatir!"

"Kau marah, Mas?"

Prana menggeleng,"Aku cuma lelah, Astari."

"Lelah apa?"

"Dengan sikap cemburumu yang tiba-tiba itu!"

"Aku cemburu itu salah?"

"Dena itu aku kenal jauh sebelum kita menikah. Bahkan sejak masih sama-sama kuliah kita. Kau tahu dia mantannya Hendra, sahabatku yang brengsek
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bisikan Tengah Malam   127: Buku Misteri

    Dia ingat, satu dari buku-buku itu adalah hasil tulisan Papinya. Buku yang diselesaikan tergesa, sebelum mereka pindah. Semacam diary mengenang Minna. Julianna tidak pernah membaca buku itu, tidak pernah ingin mengenang kesedihan. Dua buku lain, Julianna tidak mengenalnya. Tetapi di sampulnya ada tulisan: Gayatri, sementara satu buku lagi di sampulnya bertuliskan: Moksa."Siapa kamu?!" Tiba-tiba wanita yang tertidur di atas meja itu terbangun. Dia memandangi Julianna yang kini duduk di hadapannya dengan terkejut, kemudian langsung memeluk anaknya dengan erat."Tenang, saya Julianna Van Der Mosch. Dulu saya tinggal di sini. Saya cuma datang untuk berziarah ke kuburan adik saya, Minna. Anda Ibunya Ciyo?""Ya, saya Dena!"Julianna tersenyum, dia lalu memperhatikan ruangan perpustakaan yang masih tampak rapi namun terlihat penuh debu itu. Dua lukisan dewa masih terlihat tergantung di dinding dengan nuansa mistis."Lukisan itu sudah ada sebelum kami pindah ke rumah ini," Julianna nampak be

    Last Updated : 2024-12-14
  • Bisikan Tengah Malam   128: Oknum Polisi

    Dena makin gelisah, secara tak sadar dia memegangi perutnya yang kian membuncit. Teringat betapa ganasnya pergumulan mereka di ranjang dulu, saat dia belum tahu bahwa Darren adalah Austin. Dan kini, dia malah sedang mengandung anak dari si jahanam itu."Entah mengapa, saya yakin bahwa anak di sebelah itu adalah Austin yang tidak pernah bisa menua. Pada saat dia menggoda Minna dulu, saya yakin dia juga bukan seorang anak-anak. Ada yang aneh dengan mahluk satu itu. Bagaimana mungkin fisiknya sulit berubah...."Denna belum sempat menjawab, ketika tiba-tiba terdengar keributan di lantai bawah. Sambil menggendong Axio, dia bergegas melihat dari atas tangga, Julianna juga mengikutinya."Yusuf?!" Dena berteriak ke arah sosok lelaki yang datang bersama dua orang lagi."Bu Dena!" Yusuf melambaikan tangan, "Aurora tiba-tiba demam. Sekarang lagi dibawa Pak Prana dan Bu Astari ke rumah sakit..."***"Telah terjadi pendarahan otak atau hematoma pada pasien Ibu Inoy," kata Dokter yang ditemui Karel

    Last Updated : 2024-12-14
  • Bisikan Tengah Malam   129: Strategi Dildo dan Doza

    Alya Dildo dan Doza Fahmi tak bergerak menonton siaran ulang konferensi pers Sesco beberapa waktu lalu. Seperti sebuah hobi, mereka berdua terus menerus menonton itu di waktu senggang."Aku bisa bayangkan, bagaimana raut wajahnya jika dipermalukan di Paris nanti..." kata Alya Dildo, sambil mengibaskan rambutnya."Kenapa sih tidak digempur saja sekarang? Toh, video pengakuan Hendra kita sudah pegang. Foto-foto gaun Sesco dan videonya di lemari rumh tua itu sudah kau buat. Kenapa harus menunggu pas Paris Fashion Show April nanti? Berapa bulan lagi itu... duh, lamanyaaa..." Doza Fahmi menghempaskan tubuhnya di sofa."Otakmu itu tak sebesar tempurung kepalamu, Doza. Kalau dihajar sekarang, hebohnya kemana? Paling kita dikira cuma cari sensasi. Ribut di Jakarta belum geger dunia. Nanti, kita hancurkan Sesco keparat itu di pusat mode dunia. Bayangin, bisa heboh semua! Tamat karir Sesco, dituduh desainer maling kan keren tuh? Paling dia mati bunuh diri..."Doza mengangguk-angguk,"Ya, hidup m

    Last Updated : 2024-12-15
  • Bisikan Tengah Malam   130: Makam

    Julianna memegangi senter besar itu, dengan tubuh bergetar. Meski di belakangnya kini ada Ustadz Hanif dan Syahreza ... dia tetap merasa ketakutan menuruni tangga menuju ruang makam yang jauh di bawah tanah. Alangkah pemberaninya Dena, ketika pagi tadi malah berani turun sendiri. Ustadz Hanif menengadahkan kedua tangannya, dan langsung mengucapkan doa dan salam:ASSALAMU 'ALAIKUM AHLAD-DIYAAR MINAL MU'MINIINA WAL MUSLIMIIN. YARHAMULLOOHUL MUSTAQDIMIINA MINNAA WAL MUSTA'KHIRIIN. WA INNA INSYAA ALLOOHU BIKUM LA-LAAHIQUUN. WA AS ALULLOOHA LANAA WALAKUMUL 'AAFIYAH"Kenapa Ustadz itu menyebut nama Minna berulang kali?" Bisik Julianna pada Syahreza, tapi pria itu malah menggeleng. "Bukan, itu bahasa Arab."Julianna kembali memperhatikan Ustadz Hanif yang tampak menerjemahkan salam dan doa yang sebelumnya dilantunkan."Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari golongan orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului

    Last Updated : 2024-12-15
  • Bisikan Tengah Malam   131: Setan Peniru

    Syah tertegun, dia merasakan ada kejanggalan dari pernyataan Julianna."Austin?""Itu juga kita tahu setelah kehamilan Minna. Saat Minna mulai banyak depresi dan melantur bicara. Termasuk cerita, jika patung di bawah sana itu, yang ada huruf S di bagian kening salah satu patung, adalah pahatan Austin dulu.""Pahatan Austin?""Dulu katanya, dia juga sering main ke tempat ini, secara bebas. Lalu iseng memanjat dengan paku dan tali, lalu memahat kening patung.""Kok bisa?""Dia kan anaknya Pak Moksa dari Lovina yang dititip pada Bu Marce. Meski Bu Gayatri tidak menginginkan Austin, tapi dia tak pernah melarang anak itu sering mengunjungi rumah Bapak Biologisnya. Lagian mereka tinggal bertetangga.""Ini cerita dari Minna?""Ya, Minna juga cerita bahwa Austin dulu pernah jatuh saat memanjat patung itu.""Jatuh? Patung itu puluhan meter, Austin bisa remuk jika jatuh." "Tapi versi Austin pada Minna, tidak. Dia cuma berlumuran darah digendong Pak Moksa yang melihatnya, lalu dibawa ke rumah B

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bisikan Tengah Malam   132: Desis Ular

    Sanusi mengetuk rumah itu, tetapi yang keluar tergesa justru begitu banyak orang dengan muka pucat membingungkan. Prana, Julianna, Ustadz Hanif, Syahreza dan Yusuf tampak seperti habis berlari jauh. "Sa... saya mencari Bu Dena. Di suruh Mbah Sukemi..." kata Sanusi gugup."Mbah Sukemi tukang bunga?" Tanya Prana, sambil masih terengah-engah."Iya, katanya Mbah mau kemari. Disuruh Pak Samiran main Hoom Pim Pah...""Apa?!!" Semua kompak berteriak."Sudah sehat betul Pak Samiran rupanya, sampai ngajak main bersama. Hoom Pim Pah lagi, apa karena pengaruh kelamaan koma itu ya Pak? Jadi ingatnya tentang masa kecil, sampe para Mbah dikumpulin..." kata Yusuf. "Hush, bukan!" Sahut Prana.Sanusi mengangguk lagi,"Di suruh malam jumat besok mainnya, sebelum maghrib...""Serem amat, ngumpul malam jum'at. Kenapa nggak ngumpul malam minggu aja, Pak? Nanti biar saya bakar sate sambil gitaran di sini. Seru kayaknya kalau lihat para Mbah kumpul sambil joget, ya? Bisa Tik Tokan kita...." Yusuf mulai lin

    Last Updated : 2024-12-16
  • Bisikan Tengah Malam   133: Bunuh Diri

    Samiran masih tampak lemah, tapi dia tahu, kehadiran kedua pria di depannya memang telah ditunggunya. Prana, yang membawa Syahreza temannya, diyakini Samiran dapat segera menuntaskan segala masalah."Kami ingin bertanya tentang Austin, Pak. Sebentar saja," kata Prana.Perlahan, Samiran mulai memejamkan matanya. Dia bersyukur, kini nafasnya tidak lagi sesak sehingga bisa bicara."Ada yang sedikit rancu tentang Austin anak Lovina. Dia sebenarnya sudah ada sebelum saya dibawa Muntarso ke sana.""Austin sudah lahir?""Sudah besar malah. Saat saya masuk ke sana, Austin jelas lebih tua dari saya.""Kalau Lovina?""Usia Lovina saat hamil, juga jauh berbeda dengan Kalungga dan Turangga, 13 tahun. Kalau dua anak itu, sekitar usia 3 dan 1 tahun waktu Lovina mati. Dia itu diasuh Bu Gayatri dari bayi, sebagai anak pancingan biar cepat hamil. Saya tahu cerita itu juga dari Muntarso. Kasus kematian Lovina terjadi, itu jauh dari kasus Tumini mati. Sebelum itu, Lovina adalah korban Moksa pertama seb

    Last Updated : 2024-12-19
  • Bisikan Tengah Malam   134: Cerita Samiran

    Prana menepuk halus pundak Samiran, dia khawatir pria itu akan tambah sakit jika bicara. Tapi Samiran tidak mau berhenti."Muntarso ingin mengusai harta rumah itu dengan menikahi Gayatri, sebab itu dia membunuh Pak Moksa dengan meracunnya. Bu Gayatri tidak tahu. Wanita itu juga tidak tahu, jika kecelakaan mobil yang dialami Kalungga dan Turangga juga karena sabotase Muntarso. Tapi mobil yang pernah dibawa Muntarso untuk meneror kedua orang itu sebelumnya, juga kelak malah kemudian terbalik dan terbakar...""Dia pernah membakar orang, bukan?"Samiran memandang sedih ke arah Prana,"Saya juga. Mungkinkah akan terjadi hal yang sama?"Prana menggeleng, lalu kembali menepuk halus pundak pria itu."Bapak orang yang sudah berusaha menjadi baik...""Saya tidak tahu apakah Tuhan akan memaafkan saya. Sebab saya terlalu bodoh dan patuh kepada sesama manusia. Sebelum mati, Bu Gayatri berpesan agar saya menjaga dan jiwanya dari gangguan jiwa lain yang juga terjebak di rumah itu. Sebab itu setiap 20

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Bisikan Tengah Malam   141: Tangisan Maria

    Karel sesaat memandangi Kiki dan kedua staf Humas itu dengan tajam. Dia butuh waktu untuk menjelaskan. "Secara kebetulan," lanjutnya. "Satu hari sebelum menghilangnya Mbak Centini, ada petugas polisi di Kapolsek yang dipimpin Pak Sangiran, masih mengingat wajah wanita dalam video ini, yang mereka katakan sebagai 'keluarga Kapolsek yang terganggu jiwa dan ngamuk di Polsek'. Lalu dibawa Si Kapolsek pergi dengan mobil dinasnya dalam kondisi tangan terborgol dan mulut dilakban...""Oh, Tuhan!" Kiki dan kedua stafnya kompak berteriak sambil menutup mulut mereka. Karel menghela nafas dan langsung bangkit dari duduknya. "Saya akan melaporkan kasus ini ke Polda, dan saya berharap pihak Rajawali Air dapat turut membantu saya untuk itu. Kapolsek Sangiran saya perkirakan juga sudah berusaha membunuh Ibu Inoy, klien saya, karena beliau memiliki video-video ini sebagai barang bukti..."***Julianna tertegun di hadapan wanita tua itu. Sejak pagi dia datang ke rumah besar tersebut, malah Maria di

  • Bisikan Tengah Malam   140: Korbannya seorang Dokter

    "Pinter, sih iya." Prana terkenang ucapan Triman. "Ayu sih ndak ya... udah perawan tua juga... tapi kok ya bisa nyangkut ke pasiennya yang kurang waras?"Prana mengangguk bingung,"Agak ganjil juga."Triman tertawa serak,"Itu mungkin karena nafsu toh? Wong Mas Ostin memang ganteng tenan iku! Saya juga kalo dadi wong wedhok, yo mesti ikut naksir. Anaknya memang masih kelihatan bocah, tapi tinggi tubuhnya. Sifatnya juga ramah, memang bikin jatuh hati kaum wanita. Cuma memang saya sering dapati, dia itu suka memamerkan kelaminnya ke pasien wanita ..."Prana mengendarai mobilnya menuju Kawasan Hitam. Dia telah berjanji kepada Syahreza dan Zulfan, untuk tiba di sana sebelum jam makan siang. Sementara Ustadz Hanif tidak bisa datang segera karena harus menjaga Samiran di rumah sakit, dia berjanjian datang saat Ashar setelah berganti tugas jaga dengan Pak Salam, salah satu pengurus masjid.Sebentar lagi, ritual permainan Hoom Pim Pah akan digelar Sukemi. Julianna memastikan datang, meski belu

  • Bisikan Tengah Malam   139: Psikopat Ganteng

    Prana menghela nafas, dan lebih menghela nafas lagi saat bertemu Dokter Ginaryo Sp.KJ. Dokter itu dengan ramah mempersilahkannya untuk berbincang di ruang kerjanya. Mereka bercakap cukup panjang, hingga terbongkar banyak hal."Saya menangani pasien Austin itu, justru setelah sekitar 5 tahunan dia telah menghuni rumah sakit ini. Dokter pertama yang menanganinya adalah Dokter Emilia, yang meninggal waktu itu, jadi saya yang lanjut menangani Austin. Anak muda itu memang sulit dilupakan. Terutama karena fisiknya yang berbeda dari yang lain. Dia sangat tampan, bule. Bahkan sering jadi rebutan pasien-pasien wanita di RSJ ini. Jangankan dia, ada saja petugas wanita yang juga sempat naksir...""Seperti apa kondisi Austin waktu dokter tangani?""Saya menangani Austin sekitar tahun 2005, ya... saya melihat kondisinya saat itu masih tidak begitu baik. Sering kabur dari rumah sakit, dan ditemukan petugas selalu senang berjalan-jalan sendirian tengah malam, tanpa alas kaki. Pokoknya kalau ditemuka

  • Bisikan Tengah Malam   138: Rumah Sakit Jiwa

    Aku menikahi Gayatri, tapi perjalanan "rumah tanggaku" yang sebenarnya, justru bersama Marce Si Tetangga Sebelah. Hal inilah yang membuat Austin memohon permintaan kepada Shumb Si Raja Iblis. Dia ingin agar kami bertiga bersatu menjadi keluarga utuh. "Bapak berhak hidup bahagia tanpa harus terus berpura-pura dalam pernikahan hampa. Austin ingin Bapak dan Mami bersatu selamanya, dalam pernikahan yang sah. Mami sangat menyayangi Austin, Pak. Dan pernahkah Mami juga mengecewakan hidup Bapak? Pernahkah Mami membunuh wanita-wanita yang membuat Bapak lupa untuk mengunjungi Mami di rumah? Jika Gayatri adalah Mami Marce, mungkin saat itu, Ibu Austin... Lovina... tidak akan tersiksa sampai mati...."Kalimat panjang anak itu, seakan menyadarkan aku betapa pentingnya ketulusan cinta. Ketulusan itu ternyata tidak hanya tentang harus selalu bersama, tetapi hanya butuh saling mengerti. Marce pernah mengatakan, dia tak sanggup marah saat aku selalu menyelingkuhinya."Karena aku tahu, aku bukan siap

  • Bisikan Tengah Malam   137: Marce dan Moksa

    Austin tumbuh dengan fisik sempurna. Ya, semakin mirip aku. Jauh berbeda dari Kalungga dan Turangga, yang wujudnya mirip Gayatri. Itulah sebabnya, aku sangat menyayangi Austin. Dia bebas bermain di rumahku kapan saja, tanpa Gayatri berani mengusirnya. Aku berikan apa saja yang dia mau, yang dia suka. Semua!Dia anak yang baik, juga berprestasi di sekolah. Marce ternyata sangat pandai mengurus anak rupawan itu, sebab semua orang menyukai kepribadiannya. Austin juga pandai melukis dan memahat sepertiku, sebab itu, dia kuizinkan untuk memasuki Ruangan Rahasia di Bawah Tanah.Ini adalah tempat yang tidak sengaja ditemukan Romo, saat sedang membuat ruangan lantai dasar, serta membuat makam. Ruangan aneh itu begitu besar, dengan dua patung raksasa. Romo sering melakukan semedi di tempat itu, jika sedang merasa gundah. "Ini sebenarnya pernah jadi tempat pemujaan iblis, mungkin sekian abad silam" kata Romo, saat membawaku ke sana, waktu kami baru saja menguburkan Kadita."Siapa itu, Romo?" T

  • Bisikan Tengah Malam   136: Rumah Tangga Moksa

    Semula, aku mengira, berumahtangga itu sama seperti aku pernah melukis tubuh telanjang Kadita yang memesona. Asal kita suka melakukannya, meski itu sulit, pastinya bisa dapat diwujudkan juga. Tetapi nyatanya, pernikahan tidak seperti itu. Menikahi wanita bukan hanya untuk cuma bisa tersalurkan urusan kebutuhan biologis, punya anak, tidak cerai dan dianggap normal oleh masyarakat. Bukan itu! Aku menikahi Gayatri, yang tak pernah aku cintai. Aku bahkan tidak menerima segala kekurangannya. Bahkan aku tidak mengizinkan dia membuka topengnya, saat kami bersetubuh. Aku tak ingin gairahku memudar melihat wajahnya yang tak membangkitkan selera itu. Aku selalu membayangkan, jika dibalik topeng itu ada wanita berparas ayu rupawan, dan bukan pastinya itu bukan Gayatri! Dan ternyata, wanita itu juga tidak subur. Meski setiap malam kugagahi, dia tak kunjung bunting. Tapi sulit menuduhnya mandul, sebab dia pernah kawin dan punya anak sebelumnya. Aku juga, tidak ingin dituduh tidak subur! Inilah

  • Bisikan Tengah Malam   135: Tulisan Moksa

    Semua orang tahu, jika Mintje Molina hanyalah anak Jans Pietter dari seorang gundiknya, yang bernama Nyai Midah. Sebab itu, meski aku mendapat gelar bangsawan dari Bapak, beliau tidak merasa ada alasan bagiku untuk tidak mau jadi Belanda."Manson Jans Pietter, kamu itu Belanda. Darah Eropa menetes di tubuhmu. Persetan soal priyayi, itu juga pribumi. Derajat mereka itu, di bawah kita..." kata Mami suatu kali, saat aku menolak untuk dipanggil Manson Jans Pietter."Jika Mami merasa tidak sederajat, mengapa menikahi Romo?"Saat itu, aku hanya melihat Mientje Molina hanya membuang muka. Di kemudian hari aku tahu, ternyata memang tak ada satupun orang Belanda, ras Eropa lainnya, atau siapalah yang dianggap Mami derajatnya jauh lebih tinggi, bersedia menikahi seorang anak Nyai yang pernah sempat melacurkan diri demi sesuap nasi, setelah Bapak Belandanya mati. Romo mengangkat derajat wanita itu, tapi dia tidak pernah berterima kasih.Bahkan Mami mencoba meninggalkannya demi pria Cina kaya. Ya

  • Bisikan Tengah Malam   134: Cerita Samiran

    Prana menepuk halus pundak Samiran, dia khawatir pria itu akan tambah sakit jika bicara. Tapi Samiran tidak mau berhenti."Muntarso ingin mengusai harta rumah itu dengan menikahi Gayatri, sebab itu dia membunuh Pak Moksa dengan meracunnya. Bu Gayatri tidak tahu. Wanita itu juga tidak tahu, jika kecelakaan mobil yang dialami Kalungga dan Turangga juga karena sabotase Muntarso. Tapi mobil yang pernah dibawa Muntarso untuk meneror kedua orang itu sebelumnya, juga kelak malah kemudian terbalik dan terbakar...""Dia pernah membakar orang, bukan?"Samiran memandang sedih ke arah Prana,"Saya juga. Mungkinkah akan terjadi hal yang sama?"Prana menggeleng, lalu kembali menepuk halus pundak pria itu."Bapak orang yang sudah berusaha menjadi baik...""Saya tidak tahu apakah Tuhan akan memaafkan saya. Sebab saya terlalu bodoh dan patuh kepada sesama manusia. Sebelum mati, Bu Gayatri berpesan agar saya menjaga dan jiwanya dari gangguan jiwa lain yang juga terjebak di rumah itu. Sebab itu setiap 20

  • Bisikan Tengah Malam   133: Bunuh Diri

    Samiran masih tampak lemah, tapi dia tahu, kehadiran kedua pria di depannya memang telah ditunggunya. Prana, yang membawa Syahreza temannya, diyakini Samiran dapat segera menuntaskan segala masalah."Kami ingin bertanya tentang Austin, Pak. Sebentar saja," kata Prana.Perlahan, Samiran mulai memejamkan matanya. Dia bersyukur, kini nafasnya tidak lagi sesak sehingga bisa bicara."Ada yang sedikit rancu tentang Austin anak Lovina. Dia sebenarnya sudah ada sebelum saya dibawa Muntarso ke sana.""Austin sudah lahir?""Sudah besar malah. Saat saya masuk ke sana, Austin jelas lebih tua dari saya.""Kalau Lovina?""Usia Lovina saat hamil, juga jauh berbeda dengan Kalungga dan Turangga, 13 tahun. Kalau dua anak itu, sekitar usia 3 dan 1 tahun waktu Lovina mati. Dia itu diasuh Bu Gayatri dari bayi, sebagai anak pancingan biar cepat hamil. Saya tahu cerita itu juga dari Muntarso. Kasus kematian Lovina terjadi, itu jauh dari kasus Tumini mati. Sebelum itu, Lovina adalah korban Moksa pertama seb

DMCA.com Protection Status