Home / Romansa / Bilik Lain di Hati Suamiku / 13. Ardi Ngajak Rujuk

Share

13. Ardi Ngajak Rujuk

Author: Wahyuni SST
last update Last Updated: 2022-05-01 08:11:46

"Aku telah salah melangkah, Seruni," ucap Ardi kembali seraya menghempaskan diri ke sandaran kursi.

Seruni yang merasa bagai terpental jatuh dari atas gedung ikut menyandarkan diri pada kursi. Sudah sekian angan tercipta, ribuan harapan terukir. Kini lelaki yang katanya siap melayarkan bahtera bersamanya ternyata memilih memutar haluan.

"Mas bilang cinta padaku?" ucapnya lirih seraya memandang keluar mobil. Terasa ada yang menghangat pada kedua kelopak mata.

Ardi memilih bergeming atas pertanyaan itu.

Sementara di luar, rintik hujan mulai turun perlahan. Seolah menggambarkan hati Seruni yang tengah berderai karena sikap dingin Ardi.

"Lantas sekian banyak inbox yang isinya kalimat rindu dan ungkapan cinta itu, maksudnya apa, Mas? Hanya bercanda?"

Wajahnya kini menatap sang lelaki.

"Seruni, aku minta maaf padamu. Aku telah salah menempatkan rindu. Selama ini aku terus menghindar dari Ze tapi apa yang kudapat. Aku kalah. Aku telah jatuh cinta padanya. Bahkan semenjak-"

Ardi menghentikan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   14. Keputusan Ze

    Ze membelalak mendengar ajakan Ardi. Dia tersenyum kecut tapi detik berikutnya membuang wajah. Jujur ia benci mendengar tawaran itu keluar dari bibir mantan suaminya.Bagaimana tidak, bukankah tadi pagi dia baru saja tahu jika Ardi mengajak Seruni bertemu? Tapi sekarang, kenapa ngajak rujuk? Pasti ada sesuatu yang ditutupi Ardi sehingga dia meminta rujuk.Berbagai pikiran menghampiri begitu saja di benak sang wanita.Ze membuang napas berat.Dia pernah bodoh karena mengira Ardi telah mencintainya setelah dua tahun bersama. Sekarang dia tidak mau dibodohi untuk kedua kali oleh lelaki itu dengan ajakan untuk rujuk. "Mas minta maaf sudah menceraikan kamu waktu itu, Mas akui Mas salah. Beri kesempatan untuk memperbaikinya."Ze menatap lelaki yang kini terlihat begitu serius."Kenapa Mas tiba-tiba pengen rujuk? Apa karena ditolak Seruni?"Masih dengan saling memandang, Ardi menjawab."Bukan.""Lalu kenapa?"Ardi membuang napas berat."Manusia tempatnya salah. Dan sekarang Mas sudah sadar

    Last Updated : 2022-05-04
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   15. Perlawanan

    "Kamu kenapa Ze?" tanya Yeni melihat sahabatnya tersebut diam sembari menatap satu titik."Oh, nggak ada, Yen. Yaudah yuk langsung masuk."Oke, kita nunggu teman-temanku yang lain di lobi aja ya.""Oke."Mereka kembali melanjutkan perjalanan, sampai di lobi keduanya duduk menanti sahabat yang lain. Tiba-tiba Ze melihat Ardi keluar dari ruangan yang sepertinya adalah ruangan administrasi.Wanita itu mengucek mata.Benarkah yang kulihat ini? Mas Ardi?"Yen, aku mau ke kamar mandi bentar ya," pamitnya hendak mengejar Ardi."Oh iya oke. Aku tunggu di sini.""Sip."Ze mengejar langkah Ardi yang terus berjalan menuju sebuah kamar. Lelaki itu menutup pintu, membuat Ze tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana. Ia akhirnya memilih menyembunyikan diri di balik tembok.Tak berapa lama, pintu ruangan itu kembali terbuka. Ternyata Ardi yang keluar dan pergi menjauh. Apakah Mas Ardi benar-benar pergi? Atau hanya pergi sebentar?Ze membuntuti dari belakang hingga sampai di koridor menuju lobi. Ter

    Last Updated : 2022-05-06
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   16. Selamat Tinggal, Mas

    Usai acara makan malam bersama, Ze pamit ke kamar. Sementara Ardi masih asyik bersama ibunda tercinta di ruang televisi. Ze masuk ke kamar Ardi, sesuai janji malam ini mereka tidur sekamar. Dia naik ke atas ranjang dengan perasaan tak enak. Tujuh hari yang lalu, ia masih tidur leluasa di ranjang ini. Ternyata dua tahun berlalu begitu cepat dan bahkan malam ini ia sudah bergelar janda meski masih dalam masa iddah.Ze mengambil bantal tidur, ini miliknya dan Ardi tidur di bantal guling. Ya, begitu lebih baik. Wanita itu membaringkan kepalanya. Jujur tidak ada keinginan untuk terpejam, tapi dua netranya benar-benar curang. Hanya berselang lima menit, ia sudah tak sadarkan diri lagi.Sementara itu di ruang televisi,"Ze mana?" tanya sang ibu setelah cukup lama dia dan Ardi duduk bercengkerama seraya menonton televisi. Ardi menoleh ke belakang. Tampak sepi."Sepertinya udah tidur, Ma.""Ya Allah, kasihan. Udah Mama juga mau tidur. Kamu pergi nengokin Ze, gih.""Iya, Ma."Ardi berjalan h

    Last Updated : 2022-05-09
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   17. Ketangkap Basah

    Beberapa kali ponsel Ardi berdering, tapi lelaki itu terlalu nyenyak hingga tak menyadarinya. Sementara di luar, bel rumah juga ikut berbunyi beberapa kali. Lelah terasa jemari tamu yang hendak menjenguk sang lelaki menekan bel. Hingga tamu tersebut memutuskan untuk mendorong pintu. Siapa tahu tidak dikunci.Ternyata memang benar, pintu rumah itu terbuka hanya dengan sebuah dorongan. Tamu wanita tersebut memberi salam."Assalamualaikum."Tidak ada jawaban. Dia kembali mencoba memanggil melalui ponsel, usahanya tetap sama seperti tadi. Ardi tak mengangkat panggilan itu. Dengan segenap keberanian dia putuskan untuk masuk tanpa permisi.Sejujurnya ada rasa sakit yang membersamai. Mengingat jangankan ke rumah tersebut menelpon saja Ardi melarang. Tapi keberaniannya saat itu tentu saja atas alasan rasa cemas, karena tadi baru saja mengetahui Ardi sedang tidak dalam keadaan baik.Ia masuk lebih jauh ke dalam rumah, sepi. Seperti tak berpenghuni."Permisi, ada orang di rumah?"Tak ada jaw

    Last Updated : 2022-05-10
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   18. Silahkan Urus Perceraian Kita, Mas

    Dari kecil Ze terbiasa menyimpan luka. Bukan tanpa sebab, karena dia merasa tidak pantas berkeluh. Paman dan istrinya telah berbaik hati mau menampung, rasanya sangat tidak bersyukur jika dirinya masih mengeluh pada mereka, tentang apa saja yang tak disukai tapi harus diterima sebagi wujud bakti.Karena itulah Ze menjadi pribadi yang introvert. Tapi setelah menikah, dia seperti menemukan tempat ternyaman untuk berbagi. Sayangnya Ardi sebagai suami tak pernah benar-benar ikhlas menerima setiap keluhan sang istri.Bukan tak terasa di hati Ze, tapi ia mencoba abai dan menganggap sikap dingin sang suami hanya karena bawaan sejak lahir. Namun, setelah dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, perasaannya begitu hancur.Diceraikan demi kembali pada wanita masa lalu itu rasanya begitu menyesakkan."Ze, beritahu Ibu mertuamu tentang musibah ini," perintah paman Ali pagi itu sebelum jenazah Bibi dikebumikan. Ze terhenyak dari lamunan."Baik Paman."Ze mengangguk dan segera menelpon mama mertua. Da

    Last Updated : 2022-05-11
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   19. Di hadapan Wali Nikah

    "Bruukkk!"Tanpa mendengar lagi jawaban dari Ardi, Ze menutup pintu kamar. Sang lelaki terduduk lesu di atas ranjang. Ternyata Ze tahu semua kartu buruknya. Tapi wanita itu tak pernah tahu jika benar dia sudah memutuskan untuk meninggalkan Seruni.Bagaimana caranya agar aku bisa membuktikan hal ini?Malam itu Ardi tidur bersama saudara Ze dari pihak ayah, sedang Ze sendiri tidur bersama ibu mertua. Keduanya ternyata sama-sama tak bisa terpejam dengan nyenyak. Ardi mengeluarkan ponsel dan mencoba mengirim pesan kepada sang mantan istri.[Aku minta maaf.][Akui semua kesalahan Mas dihadapan Paman juga Mama esok. Berani berbuat, berani bertanggung jawab.]Ardi membaca balasan pesan itu dengan keringat dingin keluar di pelipis. Dalam hal ini mungkin dia masih belum bernyali, mengingat paman Ze adalah tipe lelaki yang tegas.Bagaimana jika setelah jujur, justru lelaki itu yang menentang mereka kembali?[Di depan Mamaku saja?][Di depan pamanku juga. Mas menikahiku di hadapan mereka, jika

    Last Updated : 2022-05-15
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   20. Rindu Yang Kian Membara

    Ardi masih bergeming, inginnya tak begini. Ia berharap saat itu juga Ze bisa menerima permintaan rujuknya."Perlu Paman sampaikan lagi Ardi, bahkan Paman tidak bermaksud menahan keinginan kamu untuk rujuk. Karena sudah disebutkan dalam firman Allah, bahwasanya suami berhak untuk merujuk istri jikalau masih dalam masa iddah. Itu berarti tidak ada satu orangpun yang bisa menahan keinginan tersebut, sekalipun istrinya sendiri. Tapi yang ingin Paman jaga di sini adalah ketulusan dan keseriusan kamu terhadap niatmu itu. Paman sebagai wali dari pada Ze, mempunyai kewajiban untuk melindungi keponakan Paman ini dari hal-hal yang tidak baik. Sebagaimana pernah tersebut dalam sebuah riwayat, Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas bahwa pada masa Rasulullah saw ada seorang laki-laki yang menalak istrinya, kemudian sebelum masa idah istrinya itu habis, dia merujuknya kembali. Setelah itu dijatuhkannya talak lagi kemudian rujuk kembali. Hal ini dilaksanakan untuk menyakiti dan menganiaya istriny

    Last Updated : 2022-05-16
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   21. Benarkah Hamil?

    "Mas mau ngapain?"Ze menutup tubuh dengan melingkari kedua tangan di depan dada. Tiba-tiba lelaki di hadapannya terkekeh."Mas lapar, Ze. Kamu pasti mikirnya aneh-aneh."Ardi mengusap pelan pucuk kepala Ze lalu mengesampingkan tubuhnya untuk melewati Ze. Ia membuka pintu dan meluncur keluar kamar.Sedang masih di posisinya, sang wanita membuang napas panjang. Merasa malu dengan pikiran kotor yang sempat membersamai. Ia kemudian menyusul Ardi."Mas lapar?"Dia mengajak lelaki itu berbicara mengusir segala perasaan tak enaknya karena hal tadi."Iya, lapar banget. Kira-kira di sini ada makanan nggak?""Biar Ze tanya sama Mbah dulu."Ardi mengangguk dan duduk kembali di ruang tamu. Sedang Ze mendekati wanita yang masih di kamarnya."Shalat dulu yuk, sudah magrib," sapa Mbah pada Ze."Iya, Mbah.""Oya, suamimu lapar nggak? Habis shalat kita makan dulu di rumah Mbah nyambi nunggu hujan sedikit reda. Soalnya Mbah nggak berani berkendaraan kalau lagi hujan deres.""Iya, Mbah. Beliau tadi jug

    Last Updated : 2022-05-17

Latest chapter

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   55. Kesempurnaan Hidup

    Tidak ada ketaatan seorang istri kepada suami, melainkan telah Allah janjikan surga untuknya.***Tiga tahun berlalu begitu cepat. Tak terasa kini di hidupku sudah ada buah cintaku dan Mas Han yang hari ini genap berusia dua tahun. Tak banyak yang berubah, selain kualitas bahagia yang semakin jauh biduk rumah tangga mengarungi semakin bertambah pula kadar rasanya.Aku membelalak menatap test pack bergaris dua yang subuh tadi telah kupakai ini. Antara terkejut dan bahagia, entahlah. Mungkin ini terlalu cepat, tapi dengan penuh kesadaran kuiyakan saat Mas Han membujuk untuk bersedia kembali menambah jumlah keluarga ini.Oya berbicara tentang usaha, kini suamiku dan Abi sukses merintis usaha jual beli mobil klasik. Usaha ini membuat Mas Han tidak lagi mencoba melamar pekerjaan sesuai dengan kemampuannya di luaran sana. Mengingat hasil yang didapat melebihi target yang diperkirakan. Menurutku ini adalah sebuah anugerah untuk keluarga kecil kami ini yang sangat kusyukuri.Sambil menunggu M

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   53. Pertemuan Istimewa

    Kedua kaki Seruni tiba-tiba kehilangan kekuatan, ia seketika terjatuh ke lantai. Bersyukur, Han dengan segera menangkap dan berhasil mendudukkan ibundanya di atas sofa."Ambilkan segelas teh hangat," pinta Ze pada ART nya."Baik, Bu."Mereka semua mendekati Seruni yang sudah ditidurkan Han di atas sofa."Maaf ya Abi, Umi. Padahal tadi di rumah, Ibu terlihat cukup sehat. Tapi kenapa tiba-tiba jadi pingsan begini, ya?" tanya Han khawatir. Ze dan Ardi terkejut bukan main mendengar ucapan Han tersebut."Dia ibu kandung kamu, Han?" tanya Ze yang masih tak percaya dengan kenyataan tersebut.Sementara Han, tanpa ada perasaan apapun seketika mengangguk yakin. Membuat Ardi dan Ze saling bertatapan."Kapan kamu menemukannya? Dan bagaimana kamu sangat yakin jika dia ibumu?"Ze kembali melempar pertanyaan."Menurut pengakuan Ibu sendiri, Mi. Tapi Han sudah mengirim sampel rambut untuk diuji DNA lagi. Supaya lebih pasti.""Hasilnya udah keluar?"Han menggeleng."Tapi kenapa kamu seyakin itu?"Ze

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   53. Pertemuan Antar Besan

    Seruni menatap Han yang sudah tampak rapi dan ingin memimpin shalat subuh pagi itu, sungguh rasa syukur tak henti ia langitkan kepada Rabb semesta alam. Betapa hal ini tidak terbayangkan dalam pikirannya, tapi Allah telah menjadikan semua itu nyata.Sementara di hadapan, Han menyunggingkan selarik senyum ke arah ibu dan istrinya lalu mengambil posisi di depan. Dia memang bukan lelaki dengan tingkat keimanan yang tinggi, tapi setidaknya Han pernah beberapa kali memimpin shalat saat masih duduk di bangku kuliah dahulu.Usai shalat, mereka membaca doa bersama, dilanjutkan duduk berzikir. Selesai semuanya pukul enam. Han mengajak sang ibu ke taman belakang, sementara Syarifa memilih ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Duduk di taman, Han mengajak ibundanya berbicara."Bu, pagi ini aku akan berangkat kerja. Nanti di rumah, Ibu akan ditemani Syarifa. Boleh 'kan, Bu?" tanya Han seraya memegang jemari sang ibu.Seruni menatap snag anak, entah kenapa perasaannya tidak enak."Pergilah, lakukan a

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   52. Indahnya Malam Pertama

    Han berlari memeluk ibundanya. Ada rasa sedih dan haru yang melebur menjadi satu, jika mengingat semenjak lahir tak pernah tahu siapa wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.Tapi Allah Maha Baik, menampakkan semuanya meski waktu telah bergulir sedemikian lama.Kini, ia tak mau lagi kehilangan ibundanya. Setiap waktu, akan ia pergunakan untuk menggantikan semua detik yang telah berlalu. Ia benjanji untuk itu.*Setelah beberapa waktu terlalui, Seruni melerai pelukan lalu ia memerhatikan wajah sang anak dengan seksama. Wanita itu menggerakkan tangannya untuk mengusap wajah Han mulai dari rambut, alis, mata, hidung, pipi lalu membingkai wajah Han dengan kedua tangan yang tampak kotor tak terurus.Dua netra yang sedari tadi berkaca kini menumpahkan cairannya. Isak tangis menghiasi hari paling bersejarah tersebut."Sudah habis cara kuberdoa pada Allah. Tidak lain aku meminta Allah panjangkan umur agar bisa bertemu denganmu, Anakku."Hana kembali memeluk sang Ibu. Seperti halnya Serun

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   51. Mencari Kebenaran

    "Seruni?"Degup di dada Han menyentak kuat. Telah lama bahkan setelah kepindahan ke Qatar pun, ia terus mencari keberadlaan ibunya melalui seseorang yang ia percayai untuk hal itu. Tapi sampai detik ini, tak ada kabar apapun yang ia fapatkan.Dan, apa ini? Apa benar dialah wanita yang ia cari selama bertahun-tahun?"Apa Ibu pernah melahirkan seorang anak lelaki?"Han kembali melempar pertanyaan untuk mematahkan tanya dalam hatinya. Sementara itu, wajah Seruni seketika tertuju Han."Kenapa kamu bertanya sangat detail tentang hidup saya? Apakah penting untukmu?""Penting Bu. Sangat penting, tolong jawab dengan jujur. Apa Ibu pernah melahirkan seorang anak lelaki ke dunia ini?"Seruni yang merasa pertanyaan itu menganggu ketenangan batinnya, mencoba memaksakan diri untuk menjawab."Iya, pernah.""Apa Ibu melahirkan anak itu di penjara?"Dua netra Seruni melotot, lalu menunduk. Ia terdiam beberapa waktu."Bu."Sentuhan tangan Han di pundaknya membuat Seruni tercekat."Iya."Seruni tampak

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   50. Mencoba Setia

    Udah siap mandi ya, Bi?" tanya Ze pada suaminya yang baru keluar dari kamar mandi."Udah Sayang, kenapa?""Tolongin Umi bentar. Pasang kancing bagian belakang ini."Ze menunjuk punggungnya. Dia kini memakai gamis dengan model kancing di belakang."Iya, Sayang. Bentar, ya."Abi meletakkan handuk pada gantungan dan berjalan mendekati sang istri. Ia mengepaskan dua sisi baju Ze yang terbuka untuk memudahkan mengancingnya. Tapi pemandangan di depan mata, membuatnya berhenti bergerak."Kok nggak dikancing, Bi?" tanya Ze melihat suaminya tak melakukan apa yang dia pinta."Nggak, Abi cuma sedang mengagumi kemulusan kulit istri Abi ini."Ze tersenyum melihat suaminya suka sekali memuji padahal usia sudah tak lagi muda."Pandainya Abi merayu, ayo katakan Abi pengen apa?""Abi nggak sedang merayu, Sayang. Kenyataannya memang begitu."Sang suami sudah selesai memasang kancing. Dia kini memeluk sang istri dari belakang."Coba Umi lihat wajah di cermin."Pandangan mereka saling bertemu pada cermin

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   49. Suami Adopsi

    "Dia bukan anak kami, Bu. Han adalah anak yang kami adopsi."Inilah nasibku menikah dengan lelaki yang tidak jelas siapa ibu dan ayah kandungnya. Tapi beginilah takdir, tidak boleh menyerah apalagi membatalkan karena ijab Qabul sudah terlanjur diucapkan.Dari awal, aku memang sempat menolak menikah dengan suamiku sekarang karena pertama aku tahu di masa mudanya dia bukan pemuda baik-baik. Dia bahkan pernah kedapatan sedang bercumbu dengan pacarnya di dalam mobil. Kedua, karena aku punya kriteria calon suami yang sangat kuidamkan semenjak dahulu. Seminimal Gus Ahmad, dosen Bahasa Arab atau Ustadz Rafiq yang memegang mata kuliah hadist.Tapi kenyataannya, yang menjadi suamiku hanya seorang Han. Yang pernah bersekolah di Al Azhar, tapi kemudian berhenti dan pindah ke jurusan lain di fakultas lain pula.Tapi Umi bilang Han yang sekarang sudah lebih baik, ia bahkan lulusan fakultas terbaik yang ada di Malaysia. Mau menolak gimanapun juga nggak mungkin, perjodohan ini bahkan sudah terjadi s

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   48. Rahasia Takdir

    Bu Margareth mengemasi semua pakaian, esok adalah hari keberangkatan mereka sekeluarga ke negeri Arab. Wanita itu membuka lemari pakaian suaminya. Tak semua pakaian di bawa ke Qatar sewaktu keberangkatan pertama Albert, dan rencananya kali ini lelaki itu meminta sang istri untuk memasukkan semua pakaiannya tanpa menyisakan satu pun.Wanita paruh baya tersebut sudah selesai melakukan pekerjaannya, hanya bersisa berkas di dalam laci lemari. Sebenarnya Pak Albert tak meminta istrinya untuk membereskan laci tersebut, tapi entah kenapa Bu Margareth justru tak enak hati menyisakan satu tempat di dalam lemari.Hingga tangaannya ia gerakkan untuk membuka tempat itu.Tidak banyak berkas, hanya beberapa kartu ucapan dari Bu Margareth dulu setiap kali mereka merayakan anniversary dan ulang tahun. Selebihnya cuma kertas tak jelas dan sebuah amplop kecil yang membuat wanita itu sedikit penasaran.Ia mengulurkan tangan untuk membuka amplop tersebut. Dua netra Bu Margareth mendelik. Isinya adalah se

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   47. Perjodohan

    "Anak Ibu diculik?" tanya Bu Margareth penasaran.Seruni terdiam sejenak, rasanya enggan jujur. Sebab ini adalah masalah yang begitu privasi untuk ia bagi pada siapapun. Tapi melihat ketulusan Ibu Margareth, rasanya tak adil Seruni menipunya."Saya ini mantan narapidana, Bu."Bu Margareth terhenyak, sedikit ketakutan karena pikiran buruk seketika menerpa. Apa yang menyebabkan wanita di hadapannya ini masuk penjara? Benar-benar Bu Margareth ingin segera keluar dari rumah itu.Seruni yang mendapati wajah Ibu Margareth tiba-tiba berubah, segera menjelaskan perkara yang menimpanya dahulu. Tentang kenapa ia sampai mendekam di balik jeruji besi.Panjang lebar Seruni bercerita membuat Ibunda Han menarik napas berat."Sangat berat beban yang menimpa Ibu, tapi saya salut karena Ibu bisa bertahan sejauh ini."Seruni menyunggingkan selarik senyum dengan terpaksa. Nyatanya ia memang kelihatan tegar, tapi sebenarnya dirinya cukup rapuh. Siang malam yang ada di pikiran selama sepuluh tahun di penja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status