Share

Cemburu Pada Madu

Author: Nabila Gemoy
last update Last Updated: 2023-02-15 15:12:50

Aku sedih melihat nasibku sendiri. Bagaimana tidak setiap hari aku melihat suamiku bersama maduku.

"Mbak Kinan kenapa?" tanya Ana. Mungkin sejak tadi aku melamun sehingga Ana meras heran atas sikapku ini.

"Tidak apa-apa," jawabku. "Aku ingin segera berangkat kerja," kataku.

"Mbak, biar aku yang antar jemput Kiara sekolah saja. Mbak Kinan bisa fokus kerja," kata Ana.

Hah? Dia mau antar jemput Kiara sekolah? Aku takut dia akan mengambil Kiara lama kelamaan.

"Bagaimana, Ma? Tidak apa-apa, kan?" tanya Mas Arfan.

Aku hanya mengangguk saja, karena aku tidak mau memperkeruh suasana hatiku. Mas Arfan berangkat kerja lebih dulu. Seperti biasa sebelum berangkat kerja Mas Arfan mencium keningku dan pipi Kiara. Namun, aku merasa cemburu saat hal itu juga dia lakukan pada Ana.

Aku ingin protes tapi ku urungkan karena aku yakin Mas Arfan ingin memperlakukan kami sama.

"Kiara, papa udah berangkat. Sekarang mama juga berangkat. Kiara sekolah sama mama Ana, ya," kataku mencium pipi Kiara.

"Iya, Ma. Mama hati-hati di jalan," ucap Kiara.

Aku pergi kerja, namun pikiranku masih di rumah memikirkan Ana dan Kiara. Rasa takut kehilangan suami dan anakku semakin dalam.

Sampai di kantor aku pun tidak fokus. Masalah di rumah memang sangat mengganggu pikiranku.

Siang itu aku melihat story milik Ana. Aku terkejut saat Ana memosting foto makan siang bersama di kantor Mas Arfan. Air mata seketika luruh, mereka terlihat sangat mesra.

"Aku gak boleh kaya gini," ucapku. "Aku harus protes sama Mas Arfan. Kalau kayak gini Mas Arfan pasti akan lebih mencintai Ana." Aku terus menangis hingga temanku datang dan menegurku.

"Kinan, kamu menangis?" tanya Erina. Dia langsung memelukku karena dia tahu saat ini aku sedang rapuh. "Sabar, ya. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya," kata Erina.

Sore itu aku pulang, sikapku pada Anan dan Mas Arfan berubah Drastis. Aku makin uring-uringan pada mereka. Apalagi ku lihat Mas Arfan lebih sering mengobrol dengan Anan dibanding denganku.

"Ma, udah waktunya makan malam. Ayo kita makan!" ajak Kiara.

"Kiara makan duluan sama Mama Ana dan Papa ya. Mama belum pengen makan," jawabku.

Kiara keluar dari kamarku, dia menuju meja makan. Aku mengintip dan ku dengar mereka makan bersama dengan bahagia tanpa memikirkan perasaanku.

"Jika malam ini kamu tidak tidur denganku, berarti janjimu untuk adil itu hanya bohong belaka, Mas," kataku.

Mereka selesai makan aku baru keluar kamar. Ku lihat Ana menemani Kiara belajar. Aku makan seorang diri namun Mas Arfan tiba-tiba duduk di sampingku.

"Mama sakit?" tanya Mas Arfan. "Kalau sakit biar papa antar periksa," kata Mas Arfan.

"Bukan badanku yang sakit tapi hatiku," jawabku lalu meninggalkan meja makan. Padahal masih separo nasi di piringku dan Mas Arfan mengganggu makan ku.

Aku masuk ke kamar tanpa menguncinya. Aku masih berharap Mas Arfan menyusulku ke kamar dan membujukku. Nyatanya hingga pukul 21.00 Mas Arfan tidak datang ke kamar.

"Mas, kamu tidur di mana?" tanyaku.

Aku keluar dari kamar, di ruang keluarga tidak ada Mas Arfan. Aku membuka kamar Kiara dia sudah terlelap.

"Sayang, maafkan mama," ucapku mencium kening Kiara.

Aku keluar dari kamar Kiara dan menuju ruang kerja Mas Arfan tapi hasilnya nihil.

Akh memutuskan mengambil minum di dapur. Dan aku melihat Mas Arfan sedang berdua saja dengan Ana.Ku urungkan niatku ke dapur dan aku sembunyi di balik tembok.

"Mas, malam ini kamu tidur sama Mbak Kinan," kata Ana.

"Iya, apa kamu mau Mas tidur dengan kamu lagi," kata Mas Arfan.

"Jangan, kasihan Mbak Kinan. Dia saat ini butuh Mas Arfan. Aku lihat sejak pagi moodnya lagi gak enak," ucap Anan memberikan kopi pada Mas Arfan.

"Terima kasih, sayang," ucap Mas Arfan.

Cup

Mas Arfan mencium bibir Ana, dan Ana membalas ciuman Mas Arfan. Bibir mereka saling melumat dan aku hanya melihat kemesraan itu dengan air mata berlinang.

Tak kuat menahannya, ku putuskan kembali ke kamar. Aku sakit melihat mereka berciuman di depan mataku. Aku tak bisa ikhlas berbagi suami.

Entah pukul berapa aku sampai tertidur. Dan ketika ku lihat ponsel sudah jam 00.15 tapi di sampingku tak ada Mas Arfan.

"Jahat kamu, Mas!" ucapku.

Sakit sekali rasanya melihat Mas Arfan tak lagi adil. Tiga malam berturut-turut mereka tidur bersama. Sementara aku hanya menahan sakit dan cemburu.

Aku kembali tidur, dan aku bangun saat merasa ada tangan yang memelukku. Ternyata Mas Arfan tidur di sampingku.

"Sudah bangun?" tanya Mas Arfan. "Mandi sana lalu salat subuh berjamaah," kata Mas Arfan.

Rambut Mas Arfan sudah basah artinya Mas Arfan sudah mandi besar. Aku segera mandi dan salat subuh berjamaah. Setelah itu aku membantu Bibik memasak di dapur.

"Tadi malam ke kamar aku jam berapa, Mas?" tanyaku.

"Jam 11 an," jawab Mas Arfan.

Deg

Hatiku sakit mendengar ucapan Mas Arfan. Ku lihat Ana melirik ke arah Mas Arfan. Pasti Ana juga tahu jika Mas Arfan berbohong.

"Oh jam 11 ya," kataku santai. Ku ambilkan makanan untuk Mas Arfa. dan Kiara. Untuk Anan biar dia ambil sendiri.

"Iya, semalam nonton bola," kata Mas Afran.

Lagi-lagi dia berbohong, padahal jam 00.15 dia tidak ada di kamarku. Dan aku juga tidak mendengar suara televisi menyala.

Ku lihat Ana berbisik pada Mas Arfan namun aku tak bisa mendengar apa yang mereka katakan.

"Mas Arfan yakin jam sebelas masuk ke kamarku?" tanyaku.

"Iya, Kinan. Kok kamu kaya gak percaya gitu," jawab Mas Arfan.

"Jam 00.15 aku bangun loh, Mas. Tapi gak ada kamu," kataku.

Mas Arfan terdiam dan Ana melihat ke arah Mas Arfan.

"Kalau betah di kamar Ana bilang aja, Mas. Aku gak keberatan tapi aku gak suka dibohongi," kataku. "Kiara, ayo kita berangkat!" ajak ku.

Aku tidak mau Ana mengantar Kiara lagi. Cukup Mas Arfan yang dia ambil.

"Kinan, aku minta maaf," ucap Mas Arfan tertunduk.

"Mbak, maafkan saya juga. Saya yang salah karena tidak membangunkan Mas Arfan," sahur Kinan.

Saat aku berjalan di dekat Mas Arfan sengaja aku berbisik," Kalau ciuman ingat tempat untung bukan Kiara yang lihat." Aku meninggalkan mereka yang masih duduk di meja makan.

Biarkan aja Mas Arfan merasa bersalah. Emang dia salah dan melanggar janjimu untuk adil sebagai suami. Jadi aku bisa protes kapan saja.

"Mama, jangan bertengkar sama papa ya," kata Kiara. "Kiara gak mau mama sama papa pisah. Meskipun Mama Ana baik tapi dia bukan mama kandung Kiara" sambung Kiara.

"Sayang, gak akan ada yang bisa misahin kita. Andaikan mama dan papa pisah, mama akan pertahankan kamu," batinku.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kau sebagai istri sah udah g waras dan menye2. istri muda jelas lebih menggairahlan daripada istri tua. jd terima nasib aja klu sekarang jadi jablay
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
keliatan cuma nafsu, perempuan sok sholeha ternyata tetap hatinya berkarat .. dan kinan sok² an mau berbagi suami .. tolol kinan
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
ini poligami nafsu...kek istri pertama,gk usa nangis,,makan tu sakit ati.sok sok an ngasih ijin..unjung2 nya nangis,cemburu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Kecewa Pada Arfan

    Hari itu aku benar-benar kecewa pada Mas Arfan. Dia berani membohongiku, jika dia sudah tidak mencintaiku lebih baik pisah saja. Aku punya hati yang bisa merasakan sakit dan kecewa.Berkali-kali Mas Arfan menelfon namun ponsel sengaja aku silent. Aku ingin fokus bekerja karena jika nanti aku bercerai aku masih bisa menafkahi Kiara.Satu jam kemudian Ana malah datang ke kantorku. Entah apa maksudnya datang ke kantor."Mbak Kinan, maafkan saya lancang kemari," kata Ana."Maaf Ana, jika ini masalah Mas Arfan lebih baik kamu bicarakan di rumah saja. Kedatangan kamu ke sini hanya mempermalukanku saja. Apa kamu senang karyawan lain menggunjingkan kita?" tanyaku."Maaf, Mbak. Saya hanya mengantar makan siang ini sesuai perintah Mas Arfan," jawab Ana menaruh kotak makan di mejaku.Setelah itu Ana pergi, aku benar-benar kesal dengan sikap Ana dan Mas Arfan. Mereka tidak pernah mengerti aku. Mereka hanya terlalu egois.Sore itu aku pulang tak ku lihat Ana dan Mas Arfan juga Kiara."Bik, di mana

    Last Updated : 2023-02-18
  • Bidadari di Dalam Rumahku   Acuh Tak Acuh

    Kekecewaan yang aku rasakan membuatku mengacuhkan Mas Arfan. Aku benci hal seperti ini. Bukannya aku tak boleh dia tidur dengan Ana tapi mengapa di saat dia jadwal denganku malah meminta kepuasan pada Ana."Kinan, bisa kita bicara," kata Mas Arfan malam itu."Bicara saja, aku akan mendengarnya," ucapku sinis."Maafkan aku. Aku tak bermaksud membuat kamu kecewa," kata Mas Arfan."Apa kamu terlalu bernafsu semalam? Sampai tak kuat menahannya?" tanyaku tanpa rasa malu.Di kamar ini tidak ada Kiara jadi aku bebas membicarakan hal pribadi dengan Mas Arfan termasuk urusan ranjang."Aku khilaf," kilahnya."Khilaf? Akh tak yakin jika kamu khilaf, Mas. Apa tujuanmu pilogami hanya biar bisa dapat jatah ranjang tiap malam? Jika aku halangan kamu meminta Ana, tapi apa jika Ana halangan kamu juga akan memintaku? Egois kamu," ucapku sarkas. "Mentang-mentang punya istri dua jadi seenaknya saja," kataku. "Apa itu yag dinamakan adil?" tanyaku."Aku sudah meminta maaf kenapa kamu masih menyalahkan aku

    Last Updated : 2023-02-24
  • Bidadari di Dalam Rumahku   Luka Dari Suami

    Aku pergi mengendarai mobilku ke luar rumah. Ku dengar Mas Arfan memanggil tapi tak ku hiraukan.Ku banting setir secepat mungkin, aku tak bisa menahan sakit hati ini. Mas Arfan sudah berubah, dia memperlakukan aku dengan tak adil.Aku tak tahu harus kemana jadi aku memilih ke rumah Erina."Kinan, kamu kenapa?" tanya Erina ketika melihatku datang dengan berderai air mata."Mas Arfan...dia sudah menamparku. Hanya karena aku protes atas perubahannya. Dia menyalahkan aku, dia membandingkan aku dengan Ana," jawabku.Erina memelukku, hanya dia tempat aku mencurahkan isi hatiku. Mau ke rumah papa juga yak mungkin. Mereka pasti akan menyalahkan aku."Kalau kamu ada masalah jangan sekali-kali pergi dari rumah. Kasihan Kiara, Arfan juga pasti akan semakin marah," nasehat Erina."Aku hanya ingin menenangkan pikiranku," kataku.Setelah hampir dua jam aku di rumah Erina. Ku putuskan pulang, aku masuk dengan perlahan.

    Last Updated : 2023-05-12
  • Bidadari di Dalam Rumahku   Suami Tukang Fitnah

    Aku memang sakit hati pada Mas Arfan tapi aku masih ingat dengan kewajibanku sebagai seorang istri."Bisa, Mas," jawabku.Mas Arfan mendekatkan bibirnya di bibirku. Kami saling berciuman."Mama...Papa...," Panggil Kiara.Ku dengar Kiara menangis di depan pintu kamarku. Sebagai seorang ibu aku beranjak namun Mas Arfan mencegahku."Biar diurus Ana," kata Mas Arfan. "kita lanjutkan saja!" ajak Mas Arfan.Hah!!! Dilanjutkan? Mana aku bisa fokus kalau dengar Kiara menangis."Mama...bukain pintunya! Kiara jatuh," tangis Kiara.Mendengar Kiara jatuh aku tak menghiraukan Mas Arfan. Toh aku tak mendengar ada Ana bangun.Ku buka pintu, Kiara langsung memelukku."Kenapa sayang?" tanyaku melepaskan pelukan Kiara.Ku lihat jidat Kiara benjol jadi aku segera untuk mengobatinya. Ku tinggalkan Mas Arfan di dalam kamar.Kiara memintaku untuk menemani dia tidur. Dan aku pun tertidur di kamar Ki

    Last Updated : 2023-05-13
  • Bidadari di Dalam Rumahku   Pertengkaran Ana dan Arfan

    Ternyata Ana masih mendiami Mas Arfan. Aku tahu saat Mas Arfan mengajak Ana jalan namun di tolak mentah-mentah."Kalau ngajak jalan-jalan Mbak Kinan harus ikut," kata Ana.Nyatanya Mas Arfan malah tak jadi mengajak Ana jalan hanya karena tak mau mengajakku juga.Benar-benar pria egois, padahal dulu Mas Arfan tak seperti itu padaku. Kemana saja dia pergi aku dan Kiara selalu diajaknya."Mas Arfan tak mau aku ikut, kalau kalian mau jalan-jalan aja. Aku sama Kiara di rumah saja," ucapku."Gak, Mbak. Aku gak mau pergi tanpa Mbak Kinan," tolak Ana.Mas Arfan memilih masuk ke kamar Ana. Sejak kami bertengkar Mas Arfan selalu tidur di kamar Ana.***Hidup memang tak ada yang tahu. Dulu aku dan Mas Arfan sangat bahagia. Tapi kini kehidupan kami berubah sejak Mas Arfan memutuskan menikah lagi."Ana, jangan marah sama aku," bujuk Mas Arfan.Aku mendengar karena mereka berada di ruang keluarga. Suara Mas Arfan juga sangat keras."Mas Arfan harusnya minta maaf sama Mbak Kinan. Mas sudah memperlak

    Last Updated : 2023-05-14
  • Bidadari di Dalam Rumahku   Arfan Meminta Maaf

    Aku tak habis pikir dengan sikap Mas Arfan. Di sini akulah korbannya, tapi kenapa aku yang dituduh mengadu? Jika aku niat mengadu sudah aku buka tadi di depan mama mertua.nyatanya aku lebih memilih menyembunyikannya."Sabar ya, Mbak. Semoga Mas Arfan nanti sadar akan kesalahannya," kata Ana menepuk pundakku. Ana masuk ke kamarnya, aku ke kamar Kiara dan menangis di samping Kiara yang tertidur pulas."Kenapa kamu berubah, Mas? Kamu bukan lagi suamiku yang dulu," kataku.Aku menangis sampai akhirnya ketiduran di kamar Kiara.Pagi itu Mama mertua aku kira pulang, ternyata dia masih ingin menginap. Aku dan Ana tidak keberatan tapi Mas Arfan tampak keberatan."Aku akan menginap lagi. Apa ada yang keberatan mama di sini?" tanya Mama mertua."Tidak, Ma. Kinan senang mama di sini," jawabku."Iya, Ma. Kami minta maaf karena belum sempat berkunjung ke rumah mama," sahut Ana."Bagaimana dengan kamu Arfan?" tanya Mama mertua."Kalau aku sih terserah mama aja mau nginep sampai kapan. Hanya saja k

    Last Updated : 2023-05-15
  • Bidadari di Dalam Rumahku   Cemburu Part 1

    Aku tak berani mengiyakan saran dari Bibik. Aku takut jika nanti malah akan memperkeruh suasana."Kalau gak yakin, jangan dilakukan!" kata bibik."Iya, Bik. Aku gak mau melakukan itu," ucapku.Setelah selesai makan malam aku ke kamar. Ku hubungi Mas Arfan dan Ana namun tak ada jawaban.Sedih tentu saja, apalagi dia membawa Kiara tanpa aku. Meskipun Ana menyayangi Kiara tapi aku tak rela mereka pergi tanpa aku."Jahat kamu, Mas," ucapku menangis.Malam ini terasa begitu lama. Bahkan aku tak sanggup untuk memejamkan mataku.Pagi telah tiba, aku segera bangun. Aku salat subuh seorang diri.Hingga aku sarapan, mereka belum pulang. Aku memutuskan segera berangkat kerja."Kenapa lagi? Sepertinya kamu ada masalah?" tanya Erina."Biasa, Mas Arfan ngajak Kiara dan Ana menginap tanpa mengajakku," jawabku."Fix suamimu udah gak bisa ditolerir," kata Erina. "Kamu harus protes," kata Erina."Tentu," kataku.Seharian aku tak konsentrasi bekerja. Aku memikirkan mereka, tentu aku marah sekaligus cemb

    Last Updated : 2023-05-16
  • Bidadari di Dalam Rumahku   Naik Jabatan

    Kemesraan demi kemesraan mereka tunjukkan di depanku. Sekuat apapun hati ini bertahan pasti akan runtuh juga. Belum nanti jika Ana hamil, Mas Arfan pasti akan memprioritaskan Ana. Lalu bagaimana aku dan Kiara? Haruskah aku diam? Tidak aku manusia punya hati yang tak akan sanggup diam terus."Mama, Kiara sayang mama. Kalaupun papa udah gak sayang mama masih ada Kiara, Ma," kata Kiara."Anak pinter nih, anaknya mama pasti akan sayang mama dong," kataku."Kiara, udah malam. Kamu tidur sama mama Ana ya," kata Ana."Gak mau, Kiara mau sama mama Kinan aja," tolak Kiara."Ana, kalau dia gak mau gak apa-apa. Mendingan kita tidur saja. Lagian dia masih ada Kinan yang urus. Kalau Kinan kan gak bisa ngurus aku," kata Mas Arfan membuatku kesal."Iya, kamu urus aja Mas Arfan. Kan kamu istri kesayangan," sahutku.Mas Arfan menggandeng Ana, tapi Ana terlihat enggan untuk mengikuti Mas Arfan. Dia terus menatapku seakan merasa bersalah. Tapi aku malah memilih tak peduli."Kiara, kita tidur bersama," k

    Last Updated : 2023-05-17

Latest chapter

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Indah Pada Waktunya

    Ternyata Allah menjawab doa anak-anak selang dua bulan kemudian aku hamil lagi. Mereka bergembira saat tahu aku tengah mengandung adiknya."Hore... hore punya adik," seru Kiara diikuti dengan Marvel sambil lompat-lompat.Kehamilan aku dan Dina beriringan, tentu aku tak akan bisa menemani dia lahiran. Namun, keluarga Brian sudah siap menemani Sofia lahiran.Papa senang melihat aku bahagia bersama Mas Ilham. Rasa sakit hati yang dulu diciptakan Mas Arfan seketika hilang sudah. Digantikan dengan kebahagiaan yang diberikan Mas Ilham.Tak hanya diriku, Ana juga merasakan hal yang sama. Dia mencurahkan semuanya padaku. Bahkan dia sempat menangis saat kami bercerita dan ingat saat-saat masih bersama Mas Arfan."Semua hanya masa lalu," kataku. "Sekarang kebahagiaan kita sudah di depan mata, meskipun bukan dengan Mas Arfan," kataku."Iya, Mbak. Hanya saja aku masih merasa bersalah pernah masuk dalam rumah tangga Mbak Kinan," katanya."Semua sudah berlalu, dulu memang aku sempat membencimu. Nam

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Bahagia Itu Sederhana

    Ku lihat banyak orang berkerumun, bahkan orang yang berada di dalam gedung pernikahan Sofia ada yang ikut melihat.Ku dengar dari beberapa orang bahwa yang kecelakaan adalah orang yang tadi diusir di pesta pernikahan Sofia."Aduh dia pasti kena karma," kata seseorang.Aku kembali ke gedung, ku lihat Mas Ilham sedang bersama Brian."Ada apa, Mbak?" tanya Sofia."Wanita itu kecelakaan sepertinya," jawabku. "Ku lihat tadi mereka bertengkar," ucapku."Ya ampun!" ucap Sofia.Acara pernikahan Sofia telah selesai. Kini Sofia akan tinggal di rumah ibu. Rumahku kembali sepi, karena hanya kami sekeluarga yang tinggal di sana.Rumah kembali seperti semula, hanya ada aku, Mas Ilham dan anak-anak."Mas, sepi ya?" tanyaku."Ya memang begitu, kan mereka udah punya keluarga sendiri-sendiri," jawab Mas Ilham. "Bagaimana kalau kita liburan?" tanya Mas Ilham."Liburan kemana, Mas?" tanyaku."Ke tempat yang sederhana saja," jawab Mas Ilham. "Nanti aku akan siapkan semua," ucapnya.Kamu akhirnya pasrah de

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Di Lamar Di depan Mantan

    Kamu semua terkejut saat pria itu menyatakan niatnya untuk menikahi Sofia di atas panggung.Sofia mengangguk pelan," Ya aku menerima kamu," ucap Sofia.Ku lihat kedua mempelai merasa malu melihat Sofia mendapatkan jodohnya di depan mata mereka. Padahal baru satu menit yang lalu dia diejek."Nah, lihat kan kalau aku bisa dapat yang lebih baik," kata Sofia.Sofia lalu mengajak aku dan pria itu keluar dari acara tersebut. Aku terheran-heran, aku kira pasti Sofia tengah membuat drama."Akting kalian bagus," ucapku setelah sampai di tempat parkir."Akting, siapa yang akting Mbak?" tanya pria itu. "oh ya aku Brian, teman SMA nya Sofia," jawab Brian memperkenalkan diri."Jadi kamu beneran melamar Sofia?" tanyaku."Iya benar," jawab Brian."Sofia, Mbak gak mau kejadian kemarin ke ulang lagi. Lebih baik kamu pikirkan matang-matang, setidaknya sebelum menikah kalian memantapkan hati kalian dulu," kataku.

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Suami Yang Diminta Kembali

    Sofia dan suaminya langsung pamit pulang. Kami tak bisa mencegahnya. Kamu hanya mendoakan kehadiran teman Sofia tidak membuat rumah tangga Sofia yang baru seumur jagung menjadi hancur."Aku jadi Sofia gak mau gantiin," kata Dina. "Sekarang dia kembali, bagaimana kalau sampai dia tidak terima dan merebut suami Sofia lagi?" tanya Dina."Kita berdoa saja semoga tidak seperti itu," jawab Mas Ilham.Aku merasa kasihan pada Sofia, dia harus menjalani asmara yang begitu rumit.Seharian Dina main di rumah, dia sedang libur. Dia bermain dengan anak-anak. Sorenya dia pulang di jemput Seno."Loh katanya Sofia ada di sini kok udah sepi," kata Seno."Udah pulang waktu aku datang," kata Dina."Mereka baik-baik saja, kan?" tanya Seno."Kamu tidak tahu, Sen," ucapku.Dina hendak pulang tapi dia melihat Sofia datang naik taksi."Loh katanya mau tinggal sama mertua kamu," kataku."Suamiku diminta sama t

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Pengantin Pengganti

    Siang itu ku lihat Sofia pulang dengan wajah kusut. Dia terlihat memikirkan sesuatu."Ada apa, Dek? Temanmu sudah pulang?" tanyaku.Dia menggeleng, sepertinya masalahnya semakin rumit."Kak, aku mau nikah," kata Sofia."Hah," aku terkejut mendengar apa yang barusan dia katakan."Menikah dengan siapa?" tanyaku."Aku disuruh menggantikan pengantin perempuan besok, Mbak," jawabnya."Bukankah itu keinginan kamu, menikah dengan orang yang kamu cintai?" tanyaku heran melihat sikap dia yang justru lemas."Justru itu, aku merasa hanya sebagai tempat pelarian saja karena pengantin wanitanya kabur,' jawab Sofia. "Kak Ilham pasti kaget kalau aku akan menikah besok," kata Sofia."Itu sih tentu, nanti aku bantu bicara sama Mas Ilham," ucapku.Aku segera menelfon Mas Ilham, agar dia pulang lebih awal. Biar bagaimanapun, kami harus menemui keluarga calon mempelai putra."Mas, pulang sekarang! Ada hal

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Rumah Seno Dan Dina

    Dua hari setelah pernikahan Dina dan Seno, mereka akan pindah ke rumah baru Seno. Kami mengantar Dina ke sana dengan membawa barang-barang Dina."Aku pasti akan sering kangen kak Kinan," kata Dina."Kalau kangen ya datang kemari lah," ucapku."Insyaallah ya, Kak," ucap Dina.Sampai di rumah Seno, di sana sudah ada keluarga Seno. Pembantu Seno membantu membawakan barang milik Dina ke kamar.Aku ikut melihat kamar Dina, kamarnya sangat luas hampir sama dengan kamarku di rumah. Rumahnya juga bagus dan sangat modern."Wah bakal betah nih kalau rumahnya sebagus ini," pujiku.Dina hanya tersenyum, setelah itu kami ke ruang tamu menyusul yang lain. "Dina, sekarang kamu udah sah istrinya Seno. Jadi mama harap kamu harus saling jaga sama Seno," kata Mama Seno."Iya, Ma," kata Dina.Anak-anak bermain, mereka suka karena rumah Seno ada kolam renangnya. Mereka bermain air di sana."Seno,kamu udah

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Pernikahan Hampir Ditunda

    Pagi itu Dina tampak pergi dengan terburu-buru. Aku melihat ada wajah kecemasan pada dirinya."Kamu kenapa?" tanyaku."Tadi keluarga Mas Seno menelfon, katanya Mas Seno kecelakaan, Mbak," jawab Dina."Ya sudah kalau gitu aku ikut," ucapku.Aku dan Dina ke rumah sakit di mana Seno di rawat. Pernikahan mereka tinggal satu Minggu lagi tetapi Seno malah kecelakaan.Sampai di rumah sakit, kami bertemu dengan keluarga Seno."Dina, Seno belum sadar," kata Mama Seno.Dina langsung lemas, ku ajak dia duduk. Aku tahu Dina pasti terpukul."Din, sepertinya pernikahan kalian harus ditunda kalau Seno tidak sadar juga," kata Papa Seno.Dina Kembali lemas, harapannya segera menikah pupus. Dia harus menunggu Seno sembuh dulu.**Dina menunggui Seno di rumah sakit, selang satu jam kemudian Seno sadar. Lukanya tidak terlalu parah hanya saja dia perlu waktu untuk dirawat beberapa saat."Sayang, a

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Dimanja Suami

    Pagi itu Mas Ilham membangunkan diriku, setelah pertempuran semalam aku sampai bangun kesiangan."Sayang, bangun!" Perintahnya.Di tak lupa mengecup keningku dengan penuh kasih sayang. Aku yang baru setengah sadar dari tidurku hanya tersenyum melihat perlakuan Mas Ilham."Hari ini aku antar kamu ke salon ya," ucap Mas Ilham."Ngapain ke salon?" tanyaku heran. Mas Ilham tak pernah mengantarku ke salon sama sekali. Tapi pagi ini dia ingin mengantarku ke salon."Cepat mandi!" Suruhnya.Aku segera mandi, setelah itu sarapan berdua saja dengan Mas Ilham. Ternyata yang lain sudah sibuk dengan urusan masing-masing."Mbak, nitip Marvel ya. Aku mau ajak mamanya ke salon," kata Mas Ilham saat melihat baby sitter Marvel."Baik, Pak," ucapnya lalu berlalu meninggalkan kami.Selesai makan kami berangkat ke salon, Mas Ilham memilihkan perawatan terlengkap untuk diriku."Mas, ini perlu waktu beberap

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Vira Marah-marah

    "Apa Pak Willi tersangka utamanya?" tanya Sofia saat mendengar jawabanku.Aku mengangguk, mereka sangat marah karena apa yang dilakukan Pak Willi sudah diluar batas."Dia harus dihukum," ucap Sofia."Mas Ilham tidak akan membiarkan dia hidup tenang," kataku.Pagi itu kami tengah sarapan, Mas Ilham belum pulang dari kantor polisi. Aku meminta Bi Sri pesan makanan untuk acara tahlilan nanti malam."Kinan...Kinan...keluar kamu!" Suara Vira terdengar.Setelah aku membuka pintu, Vira menyerang ku. Dia langsung saja menjambak rambutku."Aku sudah peringatkan kamu, kan. Kalau Mas Willi punya rencana kamu sih gak mau dengar. Sekarang aku mau kamu bujuk Ilham untuk mencabut laporannya," ucap Vira."Maaf gak bisa, yang salah harus tetap mendapat hukuman," balasku.Dina dan Sofia langsung menyusulku, melihat yang datang Vira, emosi mereka meluap."Masih gak punya malu kamu, udah jelas suami kamu salah mas

DMCA.com Protection Status