Share

Luka Dari Suami

Penulis: Nabila Gemoy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku pergi mengendarai mobilku ke luar rumah. Ku dengar Mas Arfan memanggil tapi tak ku hiraukan.

Ku banting setir secepat mungkin, aku tak bisa menahan sakit hati ini. Mas Arfan sudah berubah, dia memperlakukan aku dengan tak adil.

Aku tak tahu harus kemana jadi aku memilih ke rumah Erina.

"Kinan, kamu kenapa?" tanya Erina ketika melihatku datang dengan berderai air mata.

"Mas Arfan...dia sudah menamparku. Hanya karena aku protes atas perubahannya. Dia menyalahkan aku, dia membandingkan aku dengan Ana," jawabku.

Erina memelukku, hanya dia tempat aku mencurahkan isi hatiku. Mau ke rumah papa juga yak mungkin. Mereka pasti akan menyalahkan aku.

"Kalau kamu ada masalah jangan sekali-kali pergi dari rumah. Kasihan Kiara, Arfan juga pasti akan semakin marah," nasehat Erina.

"Aku hanya ingin menenangkan pikiranku," kataku.

Setelah hampir dua jam aku di rumah Erina. Ku putuskan pulang, aku masuk dengan perlahan.

"Dari mana saja kamu? Seenaknya saja pulang pergi tanpa peduli dengan Kiara," tegur Mas Arfan.

Aku kira dengan aku pulang, Mas Arfan akan meminta maaf karena telah menamparku. Namun, aku salah. Dia malah menegurku.

Aku memilih diam dan masuk ke kamar Kiara. Aku memeluk Kiara yang terlelap. Mas Arfan tak akan berani memarahiku di dekat Kiara.

***

Paginya Ana sudah memasak bersama Bibik. Aku memilih diam saja jika Ana tak menyapaku.

"Semalam Kiara nanyain Mbak Kinan, dia kangen didongengin Mbak Kinan," kata Ana.

"Iya, nanti malam aku akan dongengin dia," ucapku.

"Mbak Kinan kemana? Setelah ribut dengan Mas Arfan kenapa pergi?" tanya Ana.

"Aku pergi karena Mas Arfan udah nyakitin hati dan fisikku. Kamu tahu apa yang dia lakukan?" tanyaku pada Ana. "Dia menamparku, dia bilang aku sibuk kerja dan kerja dan aku tidak penurut seperti kamu," sambungku. "Semalam aku pulang, dia sama sekali tak meminta maaf malah menegurku karena baru pulang," kataku.

"Maafkan aku, Mbak. Sepertinya kehadiranku membuat Mbak Kinan dan Mas Arfan semakin jauh," kata Ana.

"Nah, itu kamu sadar. Aku kira Mas Arfan bakal adil nyatanya apa? Dia membandingkan aku dengan kamu," kataku.

Sengaja ku buat Ana tak enak hati. Aku ingin dia menyerah dan meminta Mas Arfan menceraikannya.

"Akh akan bujuk Mas Arfan, Mbak," kata Kinan.

"Gak perlu, biar dia sadar dengan sendirinya. Dia bukan lagu anak kecil, Ana," kataku.

Kiara datang, dia memelukku.

"Mama semalam tidur denganku?" tanya Kiara.

"Iya, Sayang. Maaf ya semalam mama pergi gak pamit Kiara. Nanti malam mama akan baca dongeng buat Kiara," jawabku berusaha tersenyum di depan putriku.

Kami lalu makan bersama, Mas Arfan sama sekali tak menyapaku. Ini hari minggu, aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan.

Sebelum ada Ana, setiap kali aku ngambek tiap hari libur dia membujukku dengan jalan-jalan. Kita lihat saja nanti yang dia lakukan.

Selesai sarapan aku bermain dengan Kiara. Ku lihat Ana dan Mas Arfan masuk kamar. Sepertinya Ana sedang menasehati Mas Arfan.

***

Tak ada pergerakan apapun dari Mas Arfan. Dia malah pergi setelah berdebat dengan Ana.

"Kemana Mas Arfan, Na?" tanyaku saat Ana keluar kamar.

"Entah, Mbak. Dia gak ngasih tahu aku. Sepertinya dia marah karena aku tegur," jawab Ana.

Selang satu jam kemudian, Mas Arfan pulang. Dia membawa sesuatu di dalam plastik.

"Papa bawa apa?" tanya Kiara.

"Ini martabak manis buat Kiara sama mama Ana," jawab Mas Arfan.

"Loh kok cuma buat kita berdua, Mas. Buat Mbak Kinan mana?" tanya Ana.

"Dia gak suka martabak manis. Jadi ya buat kalian saja," jawab Mas Arfan santai.

"Ya udah, kalian makan aja. Aku mau kr belakang lihat tanaman bungaku," kataku.

Dalam hati aku sakit hati sekali dengan Mas Arfan. Jika tahu aku tak suka martabak manis setidaknya dia belikan aku makanan lain biar bisa ikut makan sama-sama. Tapi apa dia malah memilih tidak membelikan aku apapun.

Di halaman belakang, akh menangis di depan bunga-bunga milikku. Aku senang menang bunga. Jadi halaman rumahku banyak sekali tanaman bunga.

"Sampai kapan aku begini?" tanyaku.

Ku dengar suara tawa Kiara, Mas Arfan dan Ana. Mereka tampak bahagia tanpa mengerti perasaanku.

Aku melihat mereka dari balik jendela. Air mata ini tak tertahan lagi. Rasanya aku ingin protes, tapi yang ada aku akan disalahkan Mas Arfan lagi.

Sepertinya Ana sadar kalau aku mengintip. Dia terlihat tak enak hati. Aku segera kembali ke halaman belakang.

"Mbak, maafkan Mas Arfan ya," kata Ana yang ternyata menyusulku ke belakang rumah.

"Iya, gak apa-apa," ucapku.

Dalam hati padahal sakit banget karena diperlakukan berbeda. Tapi aku harus bersikap santai. Aku harus melawan rasa sakit ini.

"Aku tahu Mbak Kinan sayang sama Mas Arfan. Dan melihat aku ada diantara kalian pasti sangat menyakitkan. Andaikan bisa diputar kembali, aku akan tolak lamaran Mas Arfan." Ana terlihat sendu.

"Apa kamu menyesal?" tanyaku.

"Aku menyesal karena Mas Arfan mengingkari janjinya untuk adil. Aku merasa gagal menjadi madu yang baik buat Mbak Kinan," jawab Ana.

"Sudahlah, Mas Arfan saja tak mau mengakui kesalahannya. Padahal kuncinya ada pada dirinya. Kalau diabisa adil tak akan seperti ini," ucapku.

"Sayang, sini!" panggil Mas Arfan.

"Ada apa, Mas?" tanyaku.

"Bukan kamu tapi Ana," jawab Mas Arfan.

Sepertinya tak ada panggilan lain lagi. Harusnya tidak sama panggilannya biar aku tak terlalu percaya diri.

"Aku ke sana dulu, Mbak," kata Ana mendekati Mas Arfan.

"Emh...." Hanya itu yang bisa ku ucapkan.

Kiara mendektiku, dia menemani aku melihat bunga-bunga bermekaran.

***

"Mas, aku sedang halangan kamu tidur sama Mbak Kinan ya." Ku dengar suara Ana.

"Tapi dia lagi marah sama aku," bantah Mas Arfan.

"Kan aku udah bilang minta maaf sama Mbak Kinan. Lagian Mas yang salah karena menampar dia," bantah Ana tak mau kalah.

Aku hanya mendengarkan di balik pintu kamar Ana.

"Iya nanti," kata Mas Arfan.

"Sekarang bukan nanti," kata Ana.

Ternyata Ana punya keberanian juga pada Mas Arfan. Kita lihat saja nanti apa Mas Arfan akan meminta maaf atau tidak.

Karena sudah malam dan Kiara sudah tidur. Aku kembali ke kamarku. Ada Mas Arfan di sana.

Aku berbaring di sisi yang lain. Mas Arfan memunggungiku karena aku menghadapnya tadi.

Ternyata Mas Arfan masih gengsi untuk meminta maaf padaku.

"Kinan," panggilnya.

"Iya, Mas," kataku.

"Bisa kamu temani aku malam ini?" tanya Mas Arfan.

Ku kira dia meminta maaf ternyata meminta jatah. Dasar pria egois yang penting hanya nafsu belaka.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
binatang banget nih si kinan dan si arfan. sama2 g punya otak
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
gregettt ama ketololan si kinan ... thor kenapa kamu bikin tolol gitu tokoh utamanya ?? apa ada manusia yg setolol ini ??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Suami Tukang Fitnah

    Aku memang sakit hati pada Mas Arfan tapi aku masih ingat dengan kewajibanku sebagai seorang istri."Bisa, Mas," jawabku.Mas Arfan mendekatkan bibirnya di bibirku. Kami saling berciuman."Mama...Papa...," Panggil Kiara.Ku dengar Kiara menangis di depan pintu kamarku. Sebagai seorang ibu aku beranjak namun Mas Arfan mencegahku."Biar diurus Ana," kata Mas Arfan. "kita lanjutkan saja!" ajak Mas Arfan.Hah!!! Dilanjutkan? Mana aku bisa fokus kalau dengar Kiara menangis."Mama...bukain pintunya! Kiara jatuh," tangis Kiara.Mendengar Kiara jatuh aku tak menghiraukan Mas Arfan. Toh aku tak mendengar ada Ana bangun.Ku buka pintu, Kiara langsung memelukku."Kenapa sayang?" tanyaku melepaskan pelukan Kiara.Ku lihat jidat Kiara benjol jadi aku segera untuk mengobatinya. Ku tinggalkan Mas Arfan di dalam kamar.Kiara memintaku untuk menemani dia tidur. Dan aku pun tertidur di kamar Ki

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Pertengkaran Ana dan Arfan

    Ternyata Ana masih mendiami Mas Arfan. Aku tahu saat Mas Arfan mengajak Ana jalan namun di tolak mentah-mentah."Kalau ngajak jalan-jalan Mbak Kinan harus ikut," kata Ana.Nyatanya Mas Arfan malah tak jadi mengajak Ana jalan hanya karena tak mau mengajakku juga.Benar-benar pria egois, padahal dulu Mas Arfan tak seperti itu padaku. Kemana saja dia pergi aku dan Kiara selalu diajaknya."Mas Arfan tak mau aku ikut, kalau kalian mau jalan-jalan aja. Aku sama Kiara di rumah saja," ucapku."Gak, Mbak. Aku gak mau pergi tanpa Mbak Kinan," tolak Ana.Mas Arfan memilih masuk ke kamar Ana. Sejak kami bertengkar Mas Arfan selalu tidur di kamar Ana.***Hidup memang tak ada yang tahu. Dulu aku dan Mas Arfan sangat bahagia. Tapi kini kehidupan kami berubah sejak Mas Arfan memutuskan menikah lagi."Ana, jangan marah sama aku," bujuk Mas Arfan.Aku mendengar karena mereka berada di ruang keluarga. Suara Mas Arfan juga sangat keras."Mas Arfan harusnya minta maaf sama Mbak Kinan. Mas sudah memperlak

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Arfan Meminta Maaf

    Aku tak habis pikir dengan sikap Mas Arfan. Di sini akulah korbannya, tapi kenapa aku yang dituduh mengadu? Jika aku niat mengadu sudah aku buka tadi di depan mama mertua.nyatanya aku lebih memilih menyembunyikannya."Sabar ya, Mbak. Semoga Mas Arfan nanti sadar akan kesalahannya," kata Ana menepuk pundakku. Ana masuk ke kamarnya, aku ke kamar Kiara dan menangis di samping Kiara yang tertidur pulas."Kenapa kamu berubah, Mas? Kamu bukan lagi suamiku yang dulu," kataku.Aku menangis sampai akhirnya ketiduran di kamar Kiara.Pagi itu Mama mertua aku kira pulang, ternyata dia masih ingin menginap. Aku dan Ana tidak keberatan tapi Mas Arfan tampak keberatan."Aku akan menginap lagi. Apa ada yang keberatan mama di sini?" tanya Mama mertua."Tidak, Ma. Kinan senang mama di sini," jawabku."Iya, Ma. Kami minta maaf karena belum sempat berkunjung ke rumah mama," sahut Ana."Bagaimana dengan kamu Arfan?" tanya Mama mertua."Kalau aku sih terserah mama aja mau nginep sampai kapan. Hanya saja k

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Cemburu Part 1

    Aku tak berani mengiyakan saran dari Bibik. Aku takut jika nanti malah akan memperkeruh suasana."Kalau gak yakin, jangan dilakukan!" kata bibik."Iya, Bik. Aku gak mau melakukan itu," ucapku.Setelah selesai makan malam aku ke kamar. Ku hubungi Mas Arfan dan Ana namun tak ada jawaban.Sedih tentu saja, apalagi dia membawa Kiara tanpa aku. Meskipun Ana menyayangi Kiara tapi aku tak rela mereka pergi tanpa aku."Jahat kamu, Mas," ucapku menangis.Malam ini terasa begitu lama. Bahkan aku tak sanggup untuk memejamkan mataku.Pagi telah tiba, aku segera bangun. Aku salat subuh seorang diri.Hingga aku sarapan, mereka belum pulang. Aku memutuskan segera berangkat kerja."Kenapa lagi? Sepertinya kamu ada masalah?" tanya Erina."Biasa, Mas Arfan ngajak Kiara dan Ana menginap tanpa mengajakku," jawabku."Fix suamimu udah gak bisa ditolerir," kata Erina. "Kamu harus protes," kata Erina."Tentu," kataku.Seharian aku tak konsentrasi bekerja. Aku memikirkan mereka, tentu aku marah sekaligus cemb

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Naik Jabatan

    Kemesraan demi kemesraan mereka tunjukkan di depanku. Sekuat apapun hati ini bertahan pasti akan runtuh juga. Belum nanti jika Ana hamil, Mas Arfan pasti akan memprioritaskan Ana. Lalu bagaimana aku dan Kiara? Haruskah aku diam? Tidak aku manusia punya hati yang tak akan sanggup diam terus."Mama, Kiara sayang mama. Kalaupun papa udah gak sayang mama masih ada Kiara, Ma," kata Kiara."Anak pinter nih, anaknya mama pasti akan sayang mama dong," kataku."Kiara, udah malam. Kamu tidur sama mama Ana ya," kata Ana."Gak mau, Kiara mau sama mama Kinan aja," tolak Kiara."Ana, kalau dia gak mau gak apa-apa. Mendingan kita tidur saja. Lagian dia masih ada Kinan yang urus. Kalau Kinan kan gak bisa ngurus aku," kata Mas Arfan membuatku kesal."Iya, kamu urus aja Mas Arfan. Kan kamu istri kesayangan," sahutku.Mas Arfan menggandeng Ana, tapi Ana terlihat enggan untuk mengikuti Mas Arfan. Dia terus menatapku seakan merasa bersalah. Tapi aku malah memilih tak peduli."Kiara, kita tidur bersama," k

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Sindiran Untuk Ana

    Sampai rumah aku ajak Kiara mandi setelah itu gantian aku. Aku merasa kesal dengan kelakuan Mas Arfan yang semakin hari makin keterlaluan. Ana juga gak bisa mengontrol Mas Arfan."Ana, kamu gak bantu bibik masak?" tanyaku."Kata Mas Arfan aku gak boleh ngapa-ngapain, Mbak," Jawab Ana."Wah enak ya jadi kamu di manja sama suami. Kamu kan istri Kesayangan Mas Arfan pantes nurut sama suami," sindirku."Gak gitu, Mbak," ucap Ana."Lalu apa, beda dong sama aku yang hanya istri gak dianggap. Kalaupun aku mau kerja keras kaya apapun gak akan dipeduliin," kataku."Mbak Kinan kok gitu," protes Ana."Kenapa? Gak suka? Emang kenyataannya kan," bantahku."Mas Arfan juga sayang Mbak Kinan kok," sanggah Ana."Mana ada orang sayang tapi dibedakan. Ana...Ana jadi wanita polos amat sih kamu," ucapku. "Pantas sih kalau Mas Arfan suka sama kamu biar mudah dikibulin," kataku lagi."Kinan, kamu bicara apa sih," tegur Mas Arfan yang baru muncul. "Mendingan kamu sana yang bantuin bibik masak," kata Mas Arfa

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Hari Bahagia

    Paginya ku buka kembali ponselku. Banyak pesan masuk dari Ana dan Mas Arfan namun aku tak hiraukan itu. Aku memungkinkan Kiara, setelah mandi kami sarapan bersama do restauran hotel.Rencana hari ini aku akan mengajak Kiara ke tempat bermain. Aku ingin Kiara bahagia."Ma, aku senang bisa jalan-jalan sama mama," ucap Kiara."Mama lebih senang lagi," ucapku.Kami chek out dari hotel, setelah itu menuju tempat wahana bermain.Hari ini aku tak mau di ganggu siapapun termasuk Mas Arfan.Kiara senang, dia mulai bermain. Ku dampingi dia, tak ku hiraukan ponselku yang bergetar di dalam tas."Mama, ayo main sini!" ajak Kiara.Aku menemani Kiara main setengah hari, setelah itu kami jamaah di masjid terdekat."Om Putra," panggil Kiara saat kami ke luar dari masjid.Aku kesal bertemu dengan pria itu, namun Kiara justru bahagia sekali."Halo Kiara, sedang apa di sini?" tanya Putra."Ini ha

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Tuduhan Selingkuh

    Ana dan Mas Arfan memojokkan aku, padahal aku sama sekali tidak selingkuh. Aku hanya bisa menangis saat Ana menasehatiku."Mbak Kinan tahu kan selingkuh itu dosanya besar. Kasihan Mas Arfan, Mbak," ucapkan Ana.Bahkan Ana mengeluarkan hadist-hadist tentang perzinaan untuk menasehati aku."Ana, percayalah padaku! Aku tidak pernah selingkuh. Kemarin aku bertemu Putra di resto. Kiara yang kenal Putra, Kiara juga yang menawarkan Putra untuk makan siang bersama," tuturku."Kenapa kamu tidak menolak, Mbak. Kan jadinya kaya gini salah faham," kata Ana."Bagaimana aku menolak, aku lihat Kiara bahagia sekali dekat dengan Putra. Bahkan lebih bahagia dari pada saat dengan Mas Arfan. Bagiku kebahagian Kiara nomor satu karena dia telah diabaikan Papanya sendiri," ucapku."Kinan, jangan ngarang cerita kamu! Udah ketahuan selingkuh masih saja mengelak," bantah Mas Arfan. "Mulai sekarang haram bagiku menyentuhmu, aku juga gak akan memberi kamu nafkah karena kamu telah berhianat," sambung Mas Arfan."

Bab terbaru

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Indah Pada Waktunya

    Ternyata Allah menjawab doa anak-anak selang dua bulan kemudian aku hamil lagi. Mereka bergembira saat tahu aku tengah mengandung adiknya."Hore... hore punya adik," seru Kiara diikuti dengan Marvel sambil lompat-lompat.Kehamilan aku dan Dina beriringan, tentu aku tak akan bisa menemani dia lahiran. Namun, keluarga Brian sudah siap menemani Sofia lahiran.Papa senang melihat aku bahagia bersama Mas Ilham. Rasa sakit hati yang dulu diciptakan Mas Arfan seketika hilang sudah. Digantikan dengan kebahagiaan yang diberikan Mas Ilham.Tak hanya diriku, Ana juga merasakan hal yang sama. Dia mencurahkan semuanya padaku. Bahkan dia sempat menangis saat kami bercerita dan ingat saat-saat masih bersama Mas Arfan."Semua hanya masa lalu," kataku. "Sekarang kebahagiaan kita sudah di depan mata, meskipun bukan dengan Mas Arfan," kataku."Iya, Mbak. Hanya saja aku masih merasa bersalah pernah masuk dalam rumah tangga Mbak Kinan," katanya."Semua sudah berlalu, dulu memang aku sempat membencimu. Nam

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Bahagia Itu Sederhana

    Ku lihat banyak orang berkerumun, bahkan orang yang berada di dalam gedung pernikahan Sofia ada yang ikut melihat.Ku dengar dari beberapa orang bahwa yang kecelakaan adalah orang yang tadi diusir di pesta pernikahan Sofia."Aduh dia pasti kena karma," kata seseorang.Aku kembali ke gedung, ku lihat Mas Ilham sedang bersama Brian."Ada apa, Mbak?" tanya Sofia."Wanita itu kecelakaan sepertinya," jawabku. "Ku lihat tadi mereka bertengkar," ucapku."Ya ampun!" ucap Sofia.Acara pernikahan Sofia telah selesai. Kini Sofia akan tinggal di rumah ibu. Rumahku kembali sepi, karena hanya kami sekeluarga yang tinggal di sana.Rumah kembali seperti semula, hanya ada aku, Mas Ilham dan anak-anak."Mas, sepi ya?" tanyaku."Ya memang begitu, kan mereka udah punya keluarga sendiri-sendiri," jawab Mas Ilham. "Bagaimana kalau kita liburan?" tanya Mas Ilham."Liburan kemana, Mas?" tanyaku."Ke tempat yang sederhana saja," jawab Mas Ilham. "Nanti aku akan siapkan semua," ucapnya.Kamu akhirnya pasrah de

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Di Lamar Di depan Mantan

    Kamu semua terkejut saat pria itu menyatakan niatnya untuk menikahi Sofia di atas panggung.Sofia mengangguk pelan," Ya aku menerima kamu," ucap Sofia.Ku lihat kedua mempelai merasa malu melihat Sofia mendapatkan jodohnya di depan mata mereka. Padahal baru satu menit yang lalu dia diejek."Nah, lihat kan kalau aku bisa dapat yang lebih baik," kata Sofia.Sofia lalu mengajak aku dan pria itu keluar dari acara tersebut. Aku terheran-heran, aku kira pasti Sofia tengah membuat drama."Akting kalian bagus," ucapku setelah sampai di tempat parkir."Akting, siapa yang akting Mbak?" tanya pria itu. "oh ya aku Brian, teman SMA nya Sofia," jawab Brian memperkenalkan diri."Jadi kamu beneran melamar Sofia?" tanyaku."Iya benar," jawab Brian."Sofia, Mbak gak mau kejadian kemarin ke ulang lagi. Lebih baik kamu pikirkan matang-matang, setidaknya sebelum menikah kalian memantapkan hati kalian dulu," kataku.

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Suami Yang Diminta Kembali

    Sofia dan suaminya langsung pamit pulang. Kami tak bisa mencegahnya. Kamu hanya mendoakan kehadiran teman Sofia tidak membuat rumah tangga Sofia yang baru seumur jagung menjadi hancur."Aku jadi Sofia gak mau gantiin," kata Dina. "Sekarang dia kembali, bagaimana kalau sampai dia tidak terima dan merebut suami Sofia lagi?" tanya Dina."Kita berdoa saja semoga tidak seperti itu," jawab Mas Ilham.Aku merasa kasihan pada Sofia, dia harus menjalani asmara yang begitu rumit.Seharian Dina main di rumah, dia sedang libur. Dia bermain dengan anak-anak. Sorenya dia pulang di jemput Seno."Loh katanya Sofia ada di sini kok udah sepi," kata Seno."Udah pulang waktu aku datang," kata Dina."Mereka baik-baik saja, kan?" tanya Seno."Kamu tidak tahu, Sen," ucapku.Dina hendak pulang tapi dia melihat Sofia datang naik taksi."Loh katanya mau tinggal sama mertua kamu," kataku."Suamiku diminta sama t

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Pengantin Pengganti

    Siang itu ku lihat Sofia pulang dengan wajah kusut. Dia terlihat memikirkan sesuatu."Ada apa, Dek? Temanmu sudah pulang?" tanyaku.Dia menggeleng, sepertinya masalahnya semakin rumit."Kak, aku mau nikah," kata Sofia."Hah," aku terkejut mendengar apa yang barusan dia katakan."Menikah dengan siapa?" tanyaku."Aku disuruh menggantikan pengantin perempuan besok, Mbak," jawabnya."Bukankah itu keinginan kamu, menikah dengan orang yang kamu cintai?" tanyaku heran melihat sikap dia yang justru lemas."Justru itu, aku merasa hanya sebagai tempat pelarian saja karena pengantin wanitanya kabur,' jawab Sofia. "Kak Ilham pasti kaget kalau aku akan menikah besok," kata Sofia."Itu sih tentu, nanti aku bantu bicara sama Mas Ilham," ucapku.Aku segera menelfon Mas Ilham, agar dia pulang lebih awal. Biar bagaimanapun, kami harus menemui keluarga calon mempelai putra."Mas, pulang sekarang! Ada hal

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Rumah Seno Dan Dina

    Dua hari setelah pernikahan Dina dan Seno, mereka akan pindah ke rumah baru Seno. Kami mengantar Dina ke sana dengan membawa barang-barang Dina."Aku pasti akan sering kangen kak Kinan," kata Dina."Kalau kangen ya datang kemari lah," ucapku."Insyaallah ya, Kak," ucap Dina.Sampai di rumah Seno, di sana sudah ada keluarga Seno. Pembantu Seno membantu membawakan barang milik Dina ke kamar.Aku ikut melihat kamar Dina, kamarnya sangat luas hampir sama dengan kamarku di rumah. Rumahnya juga bagus dan sangat modern."Wah bakal betah nih kalau rumahnya sebagus ini," pujiku.Dina hanya tersenyum, setelah itu kami ke ruang tamu menyusul yang lain. "Dina, sekarang kamu udah sah istrinya Seno. Jadi mama harap kamu harus saling jaga sama Seno," kata Mama Seno."Iya, Ma," kata Dina.Anak-anak bermain, mereka suka karena rumah Seno ada kolam renangnya. Mereka bermain air di sana."Seno,kamu udah

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Pernikahan Hampir Ditunda

    Pagi itu Dina tampak pergi dengan terburu-buru. Aku melihat ada wajah kecemasan pada dirinya."Kamu kenapa?" tanyaku."Tadi keluarga Mas Seno menelfon, katanya Mas Seno kecelakaan, Mbak," jawab Dina."Ya sudah kalau gitu aku ikut," ucapku.Aku dan Dina ke rumah sakit di mana Seno di rawat. Pernikahan mereka tinggal satu Minggu lagi tetapi Seno malah kecelakaan.Sampai di rumah sakit, kami bertemu dengan keluarga Seno."Dina, Seno belum sadar," kata Mama Seno.Dina langsung lemas, ku ajak dia duduk. Aku tahu Dina pasti terpukul."Din, sepertinya pernikahan kalian harus ditunda kalau Seno tidak sadar juga," kata Papa Seno.Dina Kembali lemas, harapannya segera menikah pupus. Dia harus menunggu Seno sembuh dulu.**Dina menunggui Seno di rumah sakit, selang satu jam kemudian Seno sadar. Lukanya tidak terlalu parah hanya saja dia perlu waktu untuk dirawat beberapa saat."Sayang, a

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Dimanja Suami

    Pagi itu Mas Ilham membangunkan diriku, setelah pertempuran semalam aku sampai bangun kesiangan."Sayang, bangun!" Perintahnya.Di tak lupa mengecup keningku dengan penuh kasih sayang. Aku yang baru setengah sadar dari tidurku hanya tersenyum melihat perlakuan Mas Ilham."Hari ini aku antar kamu ke salon ya," ucap Mas Ilham."Ngapain ke salon?" tanyaku heran. Mas Ilham tak pernah mengantarku ke salon sama sekali. Tapi pagi ini dia ingin mengantarku ke salon."Cepat mandi!" Suruhnya.Aku segera mandi, setelah itu sarapan berdua saja dengan Mas Ilham. Ternyata yang lain sudah sibuk dengan urusan masing-masing."Mbak, nitip Marvel ya. Aku mau ajak mamanya ke salon," kata Mas Ilham saat melihat baby sitter Marvel."Baik, Pak," ucapnya lalu berlalu meninggalkan kami.Selesai makan kami berangkat ke salon, Mas Ilham memilihkan perawatan terlengkap untuk diriku."Mas, ini perlu waktu beberap

  • Bidadari di Dalam Rumahku   Vira Marah-marah

    "Apa Pak Willi tersangka utamanya?" tanya Sofia saat mendengar jawabanku.Aku mengangguk, mereka sangat marah karena apa yang dilakukan Pak Willi sudah diluar batas."Dia harus dihukum," ucap Sofia."Mas Ilham tidak akan membiarkan dia hidup tenang," kataku.Pagi itu kami tengah sarapan, Mas Ilham belum pulang dari kantor polisi. Aku meminta Bi Sri pesan makanan untuk acara tahlilan nanti malam."Kinan...Kinan...keluar kamu!" Suara Vira terdengar.Setelah aku membuka pintu, Vira menyerang ku. Dia langsung saja menjambak rambutku."Aku sudah peringatkan kamu, kan. Kalau Mas Willi punya rencana kamu sih gak mau dengar. Sekarang aku mau kamu bujuk Ilham untuk mencabut laporannya," ucap Vira."Maaf gak bisa, yang salah harus tetap mendapat hukuman," balasku.Dina dan Sofia langsung menyusulku, melihat yang datang Vira, emosi mereka meluap."Masih gak punya malu kamu, udah jelas suami kamu salah mas

DMCA.com Protection Status