"Kenapa kamu malah meminta talak? Apakah kamu takut kebohonganmu akan terbongkar sekarang?" jawab Damar tak kalah berapi-api.
Pria itumerasa tak terima karena Nadine justru meminta talak.Jika pada akhirnya pernikahan mereka harus berakhir, bukan Nadine yang akan meminta talak, Tapi harus dirinya!"Apalagi yang kamu harapkan Damar? Bukankah aku ini hanya wanita yang selalu menjadi beban untukmu? Bahkan kamu tidak memperdulikan anak yang sudah susah payah aku lahirkan ini!" Nadine sejenak menghentikan kata-katanya."Tapi, tidak apa-apa. Jika memang aku harus bertanggungjawab sendiri, aku terima! Demi nyawaku sendiri, aku akan merawat Gibran tanpa uang sepeserpun darimu!"Kesabaran Nadine benar-benar di ambang batas, dia memilih jalan surga yang lain dengan melepaskan jalan surga satu-satunya yang dimilikinya selama ini."Lepaskanlah Aku suka rela Mas! Aku pun tidak akan meminta apapun darimu selain hak asuh anakku saja!"Dalam hati, Nadine meminta maaf pada sang putra karena tak bisa memberikan keluarga utuh. Namun, dia sudah tak sunggup lagi.Diletakkannya Gibran di atas tempat tidur sebelum dirinya tadi melanjutkan perdebatannya dengan sang suami.Di sisi lain, Damar justru menatapnya tajam. "Heleeeh ... sok-sokan minta talak! Memang, kamu bisa apa sih tanpa aku? Selama ini, kamu saja hidup karena uang dan belas kasih dariku," sinis Damar meremehkan istri penyabarnya itu, "palingan juga kamu jadi peminta-minta di jalanan bila berpisah dariku!"Baiklah,,, Tuan Damar agung Prasetyo, tunggu apa lagi? Kamu ingin bukti dari apa yang kamu ucapkan tadi bukan? Maka jatuhkanlah talakmu, maka kamu akan melihat sisi lain dari perempuan yang kamu remehkan ini!" Kata Nadine semakin menantang.Damar yang merasa tertantang oleh ucapan perempuan yang menurut pandangannya pantas disepelekan itu menjatuhkan talaknya kepada istri yang selama ini membersamainya yang sama sekali tak pernah diberikan nafkah yang layak darinya.Oleh karena emosi yang menguasai talak itu pun dijatuhkan sebagai talak 3 sekaligus, dan berakhir dengan ucapan hamdalah yang diucapkan oleh Nadine, dan hal itu cukup membuat Damar kaget menyesali apa yang baru saja diucapkannya kepada sang istri."Tidak dek, aku minta maaf, aku tidak serius mengucapkan talak itu!"Kata Damar gelagapan."Terlambat Mas, ucapan talak itu tidak bisa direvisi, kamu sudah terlanjur mengucapkan talak itu kepadaku, dan aku menerimanya, mulai saat ini gugurlah semua tanggunganmu kepadaku, selain itu haram untukku kau sentuh!"Ucap Nadine dengan tatapan sinis tanpa sedikitpun tergurat penyesalan di sana.Nasib baik memang sedang membersamai Nadine, saat ucapan talak itu terucap di sana ada dua tetangga yang selama ini selalu menemani Nadine turut menyaksikannya. Bahkan salah satu dari mereka telah merekam ucapan talak tersebut."Mbak Sari? Mbak Ine? Alhamdulillah kalian berada di sini dan turut menyaksikan talak yang sudah di jatuhkan oleh suamiku ini! Ralat, mantan suami!"Ucapan syukur diucapkan oleh Nadine atas kehadiran dua orang yang selalu mendukungnya itu."Kalian jangan ikut campur ya? Ini adalah urusan rumah tangga kami! pergi Kalian Kalau tidak mau aku laporkan ke polisi!"Ancam Damar."Atas dasar apa emangnya? Kami nggak takut tuh!"kata wanita yang bernama Sari."Segera kamu angkat kaki dari rumah ini, karena kalian bukan suami istri lagi! atau kamu mau aku laporkan kepada Pak RT di sini dan mengerahkan warga untuk mengusirmu jauh dari sini? bukti talak yang sudah kamu jatuhkan kepada istrimu itu sudah cukup untuk kuberikan kepada Pak RT!"Sari mengancam dengan bukti rekaman yang dimilikinya."Langsung upload saja ke sosmed Mbak Sari, agar bukti itu tidak hilang!"Mbak Ine memberikan usul."Tidak, Aku mohon jangan!"Kata Damar."Tapi sayang, sejak tadi yang aku lakukan adalah live streaming bukan sebuah rekaman!"Jawaban dari Sari membuat Damar memucat dan bisa membayangkan apa yang akan terjadi.Ada satu peraturan kantor yang menyatakan bahwa semua pegawainya tidak boleh berpoligami ataupun menjatuhkan talak secara sembarangan kepada istrinya, kecuali alasan yang masuk akal yaitu perselingkuhan."Dari sejak kapan kamu live streaming?"Tanya Damar tergagap."Sejak kamu mengatakan dan menanyakan sisa uang nafkah 600.000 yang selama ini kamu berikan kepada Nadine!"Wajah Damar semakin memucat saat mendengar jawaban dari Sari."Siallllll!"Umpat Damar."Dan kamu tahu? Live streaming tadi sudah disaksikan lebih dari satu juta penonton! tentu kamu sudah tahu dong akibatnya seperti apa? kamu akan jadi artis dadakan Mar! bersiaplah! akan banyak orang meminta tanda tanganmu nanti!"kata Sari serupa ejekan."Pergilah Mas, jangan perpanjang lagi masalah ini, toh antara kamu dan aku sudah tidak ada ikatan apa-apa lagi! pergilah! dan jika tugas terakhirmu untuk mengurus perceraian kita pun kamu abaikan, maka aku akan mengurusnya sendiri!"Kata Nadine dengan sangat tegas."Tidak! kamu tak punya hak untuk mengusirku dari sini, aku yang membayar kontrakan reot ini, jika ada yang harus pergi maka itu adalah dirimu!"Damar berkata demikian dengan maksud ingin membuat istrinya itu berfikir ulang dengan apa yang dipintanya, Bahkan dia mengingkari kata talak yang sudah diucapkan untuk Nadine tadi."Nggak masalah, kalau kamu tidak mau pergi dari sini, maka Aku Yang akan pergi!"jawab Nadin datar kemudian masuk ke kamarnya untuk membereskan semua pakaian miliknya dan juga milik Gibran putranya.Mulanya Damar merasa pongah dengan pemikirannya itu, tapi sikap yang ditunjukkan oleh Nadine justru membuat Damar terperangah kaget, ia tak percaya dengan pendengarannya sendiri karena menyaksikan kesombongan yang ditunjukkan oleh istri yang sudah ditalaknya tadi."Kalau kamu pergi dari sini, memangnya kamu mau menggelandang di mana? Tak kau lihat anakmu itu yang masih bayi? Tak kasihan kamu sama dia? apa susahnya sih kamu menganggapku salah ngomong saja tadi, anggap talak itu Tak pernah terucap olehku, maka dengan itu kita masih suami istri!"Nadine berhenti melangkah saat Damar mengatakan itu.Dia balik badan kemudian memegang kening laki-laki tersebut,"pantas aja! lah wong panas begini!"Ucap Nadine."Kamu itu waras? Kok aku meragukan kewarasanmu! pernah belajar agama nggak sih? talak itu tidak bisa ditarik, itu makanya diatur bahwa talak Tidak boleh diucapkan sembarangan meski dalam candaan sekalipun!"Kata Nadine."Tapi aku tidak berniat demikian!"Damar masih saja membantah."Di dalam sini, Siapa yang tahu?"Yang jelas yang terlahir dari bibirmu tadi adalah sebuah kata talak yang sangat jelas, yaitu talak 3? Kamu tahu kan artinya? Haram untuk kita bersama lagi karena talak yang kamu jatuhkan adalah talak 3, kecuali jika nanti aku sudah menikah dengan laki-laki lain kemudian bercerai! baru saat itu kamu halal menikahiku kembali, itupun jika aku mau!" Ucap Nadine."Mulai saat ini aku katakan, Aku tidak akan masuk di lubang yang sama, kesengsaraan yang sama dan dikebodohan yang sama! sampai sini paham?"Dengan sangat panjang lebar lagi-lagi Nadine menjelaskan tentang hukum talak yang sudah diucapkan oleh sang mantan suami tersebut."Berhenti di situ dan nggak usah mengikuti aku sampai ke dalam, aku akan beberes untuk meninggalkan gubuk reot yang kamu jadikan untuk tempat tinggal ku selama ini!"kata Nadine.Damar pun tak bisa berbuat banyak karena Sari dan Ine menghadang tepat di depan pintu kamar, tentu saja Damar tidak akan bisa menerobos masuk apalagi dengan kebar-baran yang dimiliki oleh Sari."Bagaimana ini? Bagaimana jika pihak kantor tahu kalau selama ini aku tidak pernah bersikap adil kepada istriku utama tentang nafkah!"batin Damar dalam hatinya.Gaji pokok yang diterima Damar sebenarnya hanyalah 5 juta, sedangkan tunjangan untuk sang istri adalah 3 juta, selebihnya adalah uang lembur, fihak kantor selalu mewanti-wanti jika uang jatah 3 juta itu tak boleh berkurang untuk sang istri, tapi setelah sekian lama menikah dengan Nadine justru uang itu tak pernah sampai ditangannya.Padahal setiap bulan uang gaji plus tunjangan plus lemburan Damar selalu mendapatkan angka mendekati 10 juta, sungguh miris memang nasibnya si Nadine karena uang yang diterimanya tak sampai 10% dari hasil yang didapatkan oleh Damar."Bagaimana jika uang tunjangan yang ditujukan untuk Nadine harus aku kembalikan? Dengan apa aku harus mengembalikannya?"Batin Damar gusar.Ditengah kegalauannya tiba-tiba saja handphone miliknya berbunyi, dan itu ternyata dari atasannya, Damar sedikit bergetar dan takut untuk mengangkat panggilan tersebut.Ia takut jika urusannya adalah tentang apa yang dilakukannya kepada Nadine."Nadine...! Kamu membuatku dalam masalah!" Geram Damar dalam hatinya.Drrt!Ponselnya terus berbunyi membuat Damar pun mengangkat panggilan telepon tersebut."......""I-iya Bu! Saya segera ke kantor!" jawab Damar terbata."Bawa anak dan istrimu sekalian!" kata seseorang di seberang telepon lagi.Suaranya terdengar tidak ramah sama sekali.Tanpa membantah, Damar pun mengiyakan apa yang diperintahkan oleh atasannya tersebut.Sepertinya, atasannya sudah tahu live streaming yang dibuat tetangganya itu?"Aku harus baik-baikin Nadine, supaya dia tidak berkata yang tidak-tidak tentang yang ku lakukan selama ini!" Pikiran waras Damar kembali bekerja setelah sekian lama.Saat tahu Nadine keluar dengan membawa tas pakaian yang tak terlalu besar, didekatinya wanita itu."Dek!" panggil pria itu."Ada apa? Kalau mau menghalangi langkahku, maaf! Aku lebih takut dengan dosa berdekatan dengan lawan jenis yang bukan muhrimku!" sarkas Nadine.Damar sontak menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Pihak kantor menyuruh kita untuk menghadap. Aku mohon kali ini kamu ikut, ya?
Setelah cukup puas berbincang, akhirnya rumah kontrakan itu ditempati bertiga.Tak lupa, Nadine meminta izin kepada sang pemilik kontrakan untuk menyewa sebuah kamar lagi untuk ditempati oleh Sari dan Ine."Untuk kontrakannya kita bayar bertiga saja, dan untuk makan setiap hari nanti kita juga akumulasikan berapa pengeluarannya kemudian di bagi bertiga, setiap struk pembelanjaan harus kita simpan menghindari percekcokan diantara kita!" kata Sari yang disetujui oleh Nadine Dan juga Ine."Mulai hari ini kita harus saling bergandeng tangan saling melindungi dan saling berbagi, kita adalah saudara tanpa KK dan Semoga persaudaraan kita ini sampai ke surganya, amin!" Nadine menimpali perkataan dari Sari."Untuk sementara biarkan kami yang menanggung hidupmu dulu Nadine, meskipun kamu di sini statusnya adalah seorang ibu sendiri, tapi usiamu jauh di bawah kami. Jadi anggap saja semua ini merupakan tugas kami sebagai kakakmu!" kata ine yang menyadari kalau Nadine tidak memiliki pekerjaan."Ti
"Nggak, nggak bisa!" tolak Ibunya Damar seketika. Padahal dia belum mendengar alasan dari Damar untuk meminjam sertifikat tersebut."Asal kamu tahu sertifikat sudah Ibu gadaikan ke bank 3 hari yang lalu dan itu untuk membayar hutang ibu dan juga Sarah!"Mendengar jawaban sang Ibu, seketika Damar menjadi lemas. Yang Damar tak habis pikir adalah tentang kakaknya yang ikut meminjam uang hasil Pegadaian sertifikat tersebut."Mbak Sarah? Berapa banyak sih Bu hutang Mbak Sarah sebenarnya? Kemarin uang tabunganku juga ludes dikuras sama Mbak Sarah katanya juga untuk bayar hutang! terus Ibu bilang Ibu juga menggadaikan sertifikat untuk bayar hutangnya Mbak Sarah dan ibu!"tanya Damar tak habis pikir."Apaaa? Sarah juga pinjam uang tabunganmu? Berapa? Kok Sarah tidak ada bilang sama Ibu?"Tanya Bu Pratiwi kepada anak lelakinya."Semua tabungan damar Bu ada 75 juta!"jawab Damar yang membuat Ibu Pratiwi syok kaget."Seharusnya kalau dia sudah meminjam uang kepadamu, dia tak perlu meminta ibu untu
"Kenapa jadi Damar yang harus membayar? uang ini bahkan hanya setengahnya saja dari yang Ibu sebutkan tadi?" Kata Damar kembali memprotes dengan apa yang dikatakan oleh ibunya."Mau bagaimana lagi? Takkan Ibu yang membayar semuanya? Ibu bahkan hanya mendapat uang darimu saja!" kata Bu Pratiwi."Bu aku ini terancam akan dipecat dari pekerjaanku kalau aku tidak bisa mengembalikan uang jatah dari perusahaan untuk Nadine! tidak main-main lho Bu jumlahnya 3 juta dikali 3 tahun." Damar mencoba menjelaskan yang menjadi kegundahannya.Bu Pratiwi tak mau tahu dengan apa yang menjadi kesusahan anaknya tersebut, dia tetap pada pendiriannya yang mengatakan bahwa Damar harus membayar semua uang pinjaman yang ada."Jangan begini dong mbak, tolong kasihani aku sedikit saja! selama ini kan aku selalu membantu mbak sarah dan juga Ibu, tak kan kali ini kalian tidak bisa membantuku?" Fikiran Damar semakin gusar.Damar teringat dengan rumah yang ditempati oleh kakaknya, rumah tersebut adalah rumah berser
Damar semakin menunduk dengan apa yang diucapkan oleh atasannya tersebut, ia merasa telah dikuliti habis-habisan oleh sang atasan atas kesalahan yang seharusnya tak ada sangkut pautnya dengan perusahaan, itu menurut Damar.Karena merasa sudah terpojok Damar pun memberanikan diri untuk membela dirinya sendiri."Tapi maaf Bu bukankah seharusnya apa yang saya lakukan di luar jam kantor tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan? Apalagi kinerja saya pun Tidak diragukan lagi di perusahaan ini! tolong toleransinya Bu!" kata Damar meskipun dengan takut-takut, tapi dia memaksa memberanikan dirinya untuk menatap langsung kepada atasannya tersebut."Anda lupa dengan peraturan perusahaan milik saya? anda tahu sejarah perusahaan ini berdiri? Kalau Anda lupa mari saya peringatkan!" kata Bu Indra yang merasa geram dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Damar."Hal pertama yang perlu kamu ketahui, perusahaan yang saya dirikan ini bukanlah merupakan perusahaan company, semua murni dari us
Tatapan nanar Sarah tertuju kepada Damar, Sarah jengkel kepada adiknya itu karena berani-beraninya membongkar rahasianya di depan sang suami."Tidak usah melihat ke arah Damar, kewajibanmu hanya menjawab apa yang aku tanyakan kepadamu!" hardik Budi."Emmm itu, anuu..!"bingung Sarah mau menjawab apa, bahkan kata-katanya hanya terhenti kepada itu dan anu saja.Mulutnya bergerak ke sana kemari tapi tak jual mengeluarkan kata-kata yang bisa didengar."Jawab Sarah...!"kata Budi lebih tegas dari tadi."Kamu itu apaan sih Budi? Kalau menanyai istrinya itu yang baik-baik, jangan dengan nada yang tinggi seperti itu!" protes Pratiwi tak terima anaknya diintimidasi seperti itu."Budi mohon Bu, kali ini saja jangan ikut campur urusan rumah tangga kami! cukup selama ini Ibu terlalu memanjakan anak Ibu ini!" kata Budi yang tak mengalihkan pandangannya ke arah Sarah menuntut jawaban.Sarah pun menunduk sedangkan Bu Pratiwi tak bisa berkata apa-apa lagi, selama ini menantunya tersebut selalu diam mes
Keesokan harinya saat sudah sampai di kantor, dengan polanya Damar menuju ke ruangan atasannya."Selamat pagi Bu!"sapa Damar saat dia memasuki ruangan bosnya tersebut setelah sebelumnya mengetuk pintu."Selamat pagi, silakan duduk pak Damar, ada perlu apa-apa pagi-pagi ke sini?"tanya Bu Indra.Damar pun mengeluarkan uang yang sudah disiapkannya dari tadi, uang sejumlah 75 juta tanpa kurang tanpa lebih ia letakkan di depan Bu Indra atasannya."Ini uang club 75 juta yang Ibu minta! Saya tidak jadi diturunkan jabatan kan Bu? tanggungan saya sudah lunas!" tanya Damar dengan sedikit takut-takut."Saya tidak akan ingkar dengan apa yang sudah saya janjikan, mengingat kinerja anda yang cukup baik di perusahaan ini saya berniat untuk membiarkan anda tetap di jabatan anda yang sekarang, tapi satu minggu terakhir kinerja anda benar-benar buruk, semua laporan yang anda buat benar-benar kacau!"kata Bu Indra panjang lebar, dan sukses membuat Damar panas dingin."Jadi mohon maaf, anda akan dipindah
"Nanti setelah bosnya Damar itu pergi, kita minta saja uang yang diserahkan kepada Nadin tadi, amplopnya tebal banget ya Bu, pasti itu isinya adalah 100 juta seperti yang diungkapkan oleh Damar!" kata Sarah."Rezeki nomplok Kalau seumpama kita bisa mengambil alih uang tersebut, enak bener perempuan miskin itu menerima uang sebanyak itu, nggak pantes banget!" kata Bu Pratiwi menimpali perkataan putrinya.Sarah rupanya mengingkari surat perjanjian yang sudah ditandatanganinya kemarin, dia kembali mendatangi ibunya dan melakukan hal-hal yang sangat dilarang oleh suaminya tersebut.Sarah benar-benar menyepelekan tentang perjanjian yang sudah ditandatanganinya yang terkait dengan talak yang disebut di dalamnya.Kesalahan fatal Sarah akan memicu retaknya rumah tangganya bersama Budi, hanya Ivanka lah yang menjadi pertimbangan seorang Budi untuk memberi satu kesempatan kepada Sarah, Budi sudah berjanji dalam hatinya sendiri jika Sarah sampai tidak bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikann
Ibu Liliana dan Pak Yudistira saling tatap, namun kemudian secara bersamaan menatap ke arah Putri mereka. Dalam hati ibu Liliana Sebenarnya masih belum rela untuk melepas putrinya tersebut, namun Ia pun tidak bisa memaksakan kehendaknya itu jika memang Sang Putri sudah mau move on dan melanjutkan hidupnya. "Sebagai orang tua, saya akan merestui jika Itu memang menjadi keinginan putri kami, untuk itu keputusan saya serahkan kepada Nadine sendiri...!"kata Pak Yudistira. "Kamu sudah tahu kan status Nadine seperti apa? dia bukan seorang gadis, dia pun memiliki Putra yang bernama Gibran...!" Sejenak pak Yudistira menghentikan kalimatnya kemudian menatap Anan dan mencari tahu reaksi dari laki-laki calon menantunya itu.Saat tak di dapati wajah keterkejutan ataupun keberatan di sana, Pak Yudistira pun melanjutkan kembali kata-katanya."Jika kamu berniat menggambil Nadine menjadi istrimu, maka kamu harus bisa menerima Gibran sebagai putramu...!" Lanjut pak Yudistira."Saya sudah faham akan
"Gercep juga lu bro, sat set sat set eh taunya mau jadi adik gua loh...!"kata Arkan langsung memeluk sahabatnya itu. "Gua takut ditikung oleh mantan suaminya, soalnya ada Gibran di antara mereka...! rugi bandar dong, wanita spek bidadari seperti adikmu itu bisa kembali kepada mantan suaminya yang seperti katak berpeci...!"jawab Anan berbisik di telinga sahabatnya itu. "Masuk masuk masuk...! kita masuk ke dalam saja, kebetulan Mbak sumi sudah menyiapkan makanan untuk kita...!" kata ibu Liliana menggandeng Sang Putri. "Makan Mah? tapi ini kan belum waktunya makan malam? ini aja baru jam 05.00 sore...! astaghfirullahaladzim Nadine belum salat ashar mah, Nadine salat dulu ya...!"Nadin teringat bahwa dirinya belum salat ashar dia pun langsung pergi meninggalkan mereka semuanya menuju kamarnya. Sementara Gibran yang seharian memang tidak bertemu dengan Nadine merasa diacuhkan kemudian menangis sekencang-kencangnya. Nadine mengetahui hal itu tapi dia tetap melanjutkan langkahnya karena w
Bagi Nadine apa yang diucapkan oleh Anan merupakan kejutan yang luar biasa, ia tak percaya jika Anan akan menyatakan cintanya secepat itu."Aku serius dengan ucapanku Nadine. Maukah kau menjadi pendamping hidupku? Menemani perjalananku sampai ujung usia?" Tanya Anan sekali lagi.Saat mendapati wanita yang ada di hadapannya semakin diam mematung, Anan kembali bersuara."Aku memang bukan seorang pujangga yang pandai dalam merangkai kata-kata, Namun aku ingin kamu mengetahui satu hal, bahwa aku tak main-main dengan ucapanku. Aku akan melamarmu kepada orang tuamu....!" Kata Anan lagi."Kak...!" hanya kata-kata itu yang mampu di ucapkannya."Ya" Jawab Anan."Cukup mengangguk jika kamu setuju, dan menggeleng andai kamu tak bersedia, aku tahu kamu sulit untuk menentukan pilihan sehingga membuatmu sulit untuk berbicara...!" Mendengar yang di ucapkan Anan, Nadine pun menarik nafasnya dalam-dalam. Ia ingin menjawab yang di pertanyakan oleh Anan dengan gamblang agar tak terjadi kesalahpahaman s
"Yang jadi masalahnya itu Mas Damar sudah menjatuhkan talak yang tak terampuni, yaitu talak 3...!" protes Shanti."Tinggal bilang saja kalau Damar tak serius dalam mengucapkan kata talak itu, kan bisa di ma'fu...!" kata Pratiwi dengan entengnya."Di ma'fu itu kalau kesalahan lain Bu, tapi kalau tentang talak itu tidak bisa Bu...! talak itu akan tetap berlaku meskipun dalam keadaan marah sekalipun...!" Kata Santi menjelaskan."Kamu Itu anak kecil tahu apa? Diam saja sudah...! milih suami saja nggak bisa, ini malah bicara soal Agama, Mama tentu lebih tahu dari kamu...!" Kata Ibu Pratiwi yang menolak perkataan putri bungsunya."Ibu bilang aku masih kecil? jangan lupakan kalau aku sudah pernah melahirkan seorang bayi...!" Kata Santi yang merasa sedih karena lukanya kembali terkoyak."Iya sudah melahirkan anak, tapi langsung sedeng...!" jawab Ibu Pratiwi tanpa perasaan.Hati Santi serasa ditusuk sembilu saat mendengar lanjutan jawaban dari sang ibu, ibunya itu seolah mati rasa dengan peras
"Saraaahhhh...! keterlaluan kamu...! kamu benar-benar menipuku habis-habisan...!"geram Budi menatap ke arah Sarah yang tengah asik menikmati makanannya. Sementara Sarah tak menyadari jika masalah besar Tengah menunggunya, iya tak sadar jika sang suami Tengah dikuasai kemarahan yang sangat besar terhadapnya atas apa yang dilakukannya terhadap Nadine selama ini.Dengan mata menyorot tajam, Budi berjalan ke arah istrinya. Sarah masih belum menyadari jika suaminya kini berjalan menuju ke arahnya, ia masih saja santai menikmati makanan kegemarannya.Budi langsung memegang lengan Sarah, Sarah yang tiba-tiba ditarik lengannya pun menjadi terkejut, ia menatap ke arah orang yang menarik lengannya tersebut. "Mas Budi? apa-apaan sih Mas? kenapa tarik tangan aku seperti ini? lepasin nggak...!"protes Sarah sementara mulutnya masih penuh dengan makanan. "Ikut, atau aku benar-benar akan melepaskanmu dalam artian yang sebenarnya...!"kata Budi berhenti lalu menatap manik mata istrinya."Maksud kamu
"Kalau begitu, Damar bisa kecipratan kekayaan milik Nadine itu...!" batin Ibu Pratiwi. "Ibu ihhh..!" Teriak Sarah tertahan oleh ucapan Mamanya.Ibu Pratiwi tak menghiraukan perkataan putrinya tersebut, fokusnya gini kepada Nadine kemudian menyenggol lengan putranya."Maju mar, perkenalkan dirimu sebagai ayahnya Gibran...! mumpung Gibran sedang digendong sama Nadine...!"kata ibu Pratiwi tak tahu diri. Obrolan keduanya teralihkan dengan perkataan dari Pak Yudistira selanjutnya yang memperkenalkan Gibran sebagai cucunya."Dan ini adalah cucu kami bernama Gibran Pramudya Yudistira...!" Keluarga Yudistira sengaja mengganti nama Gibran dan menyematkan nama Yudistira di belakang nama anak tersebut.Seolah terhipnotis oleh kata-kata sang Ibu, Damar manut begitu saja dan langsung maju hendak menghampiri Nadine. Namun langkahnya terhenti hanya sebatas tangga podium saja, karena di sana dia dihadang oleh para pengawal dan asisten yang dipekerjakan oleh keluarga Yudistira. Saat Damar ingin me
Keesokan harinya, Pak Yudistira dan Ibu Liliana pun mengajak Nadine ke perusahaan. Beliau sengaja membuat acara di hari Minggu saat hari libur kerja.Pesta yang cukup meriah yang di hadiri para Investor dan seluruh staf kantor di semua divisi.Acara tersebut juga mengundang para pengusaha yang dimana ada kerjasama dengan perusahaan milik mereka, tak terkecuali perusahaan tempat Damar bekerja.Nadine yang pada dasarnya memang cantik di buat semakin cantik dengan perias yang sengaja di sewa untuk membuat penampilan Nadine semakin memukau.Di acara tersebut Tak lupa Nadine mengajak dua sahabatnya yaitu Ine dan juga Sari, awalnya keduanya menolak karena merasa tidak layak dan merasa minder. Namun Atas bujukan dari Nadine dan juga Ibu Liliana membuat keduanya akhirnya pasrah dan ikut serta ke acara tersebut.Di acara itu membebaskan membawa semua anggota keluarganya, dan di sana Damar membawa Ibu kakak serta adiknya turut serta.Acara yang memang sengaja di adakan sangat meriah itu menjadi
"Aku bekerja di perusahaan milik seorang wanita yang Aku sakiti...?"lirih Santi dalam hatinya."Apa yang harus aku lakukan? lebih baik aku menebalkan mukaku saja, aku akan pura-pura tak tahu bahwa ibu Erika adalah istri pertama Mas Darmawan dulu...!"pikir Santi dalam hatinya. "Apakah kamu masih mau melanjutkan kerja di sana kan? kamu dulu menghancurkan rumah tangga Ibu Erika, sekarang kamu malah mengemis mau minta makan darinya...!"kata Damar mencoba untuk membuat Santi mau keluar dari pekerjaan sebagai cleaning service tersebut. "Aku tidak mengemis Mas, Aku bekerja dan aku menukar uang yang diberikan oleh perusahaannya dengan keringatku...!"Santi membantah yang di katakan oleh Damar karena tak suka dibilang pengemis."Lanjutkan pendidikanmu dek, Mas mohon...! rajut lagi cita-citamu yang pernah kandas... lanjutkan kejar paket kemudian kuliah...!"kata Damar. "Kemudian menjadi adikmu yang manja lagi? begitu maksud dari perkataanmu Mas? Aku ingin mandiri, Aku tidak ingin bergantung ke
Sementara kini, Damar sudah berada di depan perusahaan tersebut, dia tidak langsung turun dari mobilnya, dia masih menimbang-nimbang apa yang akan dikatakannya nanti.Nasib baik sedang membersamai Damar, Kini dia melihat Santi keluar dari perusahaan tersebut dengan menenteng sebuah tas di pundaknya, camat dapat membuka jika Santi izin setengah hari saja bekerja, semua itu terlihat dari Santi yang tak lagi menggunakan seragam cleaning service seperti biasanya. Damar mengurungkan niatnya untuk menghampiri santri, dia lebih tertarik untuk mengikutinya untuk tahu di mana adiknya itu tinggal selama ini. Santi memasuki sebelah kos-kosan yang letaknya tak jauh dari perusahaan tersebut, Damar pun segera turun dan bermaksud untuk menghampiri sang adik. Namun langkahnya dihentikan oleh security yang menjaga kos-kosan tersebut."Maaf Pak, laki-laki memang tidak diizinkan untuk masuk ke sini, Apapun alasannya meskipun itu adalah bapaknya ataupun saudara laki-laki dari perempuan yang ngekos di