Setelah cukup puas berbincang, akhirnya rumah kontrakan itu ditempati bertiga.
Tak lupa, Nadine meminta izin kepada sang pemilik kontrakan untuk menyewa sebuah kamar lagi untuk ditempati oleh Sari dan Ine.
"Untuk kontrakannya kita bayar bertiga saja, dan untuk makan setiap hari nanti kita juga akumulasikan berapa pengeluarannya kemudian di bagi bertiga, setiap struk pembelanjaan harus kita simpan menghindari percekcokan diantara kita!" kata Sari yang disetujui oleh Nadine Dan juga Ine.
"Mulai hari ini kita harus saling bergandeng tangan saling melindungi dan saling berbagi, kita adalah saudara tanpa KK dan Semoga persaudaraan kita ini sampai ke surganya, amin!" Nadine menimpali perkataan dari Sari."Untuk sementara biarkan kami yang menanggung hidupmu dulu Nadine, meskipun kamu di sini statusnya adalah seorang ibu sendiri, tapi usiamu jauh di bawah kami. Jadi anggap saja semua ini merupakan tugas kami sebagai kakakmu!" kata ine yang menyadari kalau Nadine tidak memiliki pekerjaan."Tidak bisa begitulah Mbak, aku itu masih memiliki uang tabungan dari hasilku kerja selama ini, aku bisa menggunakan uang itu untuk modal berusaha, insya Allah aku akan memiliki hasil setiap bulannya!"Penjelasan dari Nadine membuat Ina dan juga Sari mengerutkan kening karena bingung.
"Apakah kamu mau bilang kalau kamu ingin buka usaha?" tanya Sari kepada Nadine."Aku memiliki sedikit pengalaman dalam membuat kue, kue basah dan kue kering, insya Allah aku akan memulai usahaku di bidang itu, Semoga menjadi jalan rezekinya kami. Karena sekarang, aku tidak bisa bergantung kepada siapapun!" jelas Nadine."Benarkah? Kalau begitu kita beli peralatan untuk membuat kue. Siapa tahu, nanti kan kamu jadi juragan kue dan memiliki toko kue raksasa dan bercabang-cabang di mana-mana!" doa Ine tulus kepada Nadine."Mbak bisa minta tolong untuk belikan aku handphone yang lebih canggih dan penyimpanannya lebih banyak dari ini?" kata Nadine kepada Sari."Nggak usah yang mahal-mahal dulu mbak yang penting penyimpanannya cukup untuk aku berpromosi di medsos, Aku pernah dengar merk ishfanix atau apa itu loh mbak!" kata Nadine mengingat-ngingat merk HP yang tidak begitu mahal tapi penyimpanannya cukup tinggi."Memang berapa budget yang kamu punya?" tanya Ine."Nggak banyak Mbak cuma 1.500.000 saja!" jawab Nadine."Handphone kamu yang lama kenapa?" tanya Sari penasaran."Ini HP jadul Mbak, penyimpanannya sangat minim dan hanya bisa dipakai untuk mendownload satu aplikasi saja, itu pun tidak bisa jika banyak menerima gambar, rencananya HP ini hanya akan aku gunakan untuk telepon seluler biasa, handphone yang baru nanti aku pakai untuk bahan promosi dan pemasangan w******p baru!''jawab Nadine."Matang banget sih pemikiran kamu? Kamu lulusan apa dulu sebenarnya?" tanya Ine penasaran."Aku itu tidak pernah sekolah Mbak, aku hanya pernah mengenyam pendidikan sampai SD itu pun tak sampai lulus dan hanya sampai kelas 5 saja!"jawab Nadin tiba-tiba sedih, membayangkan masa-masa di mana Dirinya sangat semangat belajar tapi terpatahkan dengan keinginan keluarga angkatnya yang tak berperikemanusiaan."Tapi dari dulu aku suka sekali membaca, buku apapun aku sering membacanya, dari sana ilmu yang kudapatkan di sekolah tentang baca tulis tidak pernah hilang dan terekam jelas di memori otakku!"jawab Nadine."Terus kamu bisa bermain ponsel Siapa yang mengajari?"tanya Sari."Salah satu majikan tempatku bekerja yang baik hati memberikan ku ponsel dulu ini, tujuannya hanya agar aku mudah untuk dihubungi!"jawab Nadine."Lewat ponsel ini aku belajar tentang segala hal yang selama ini memang tidak pernah aku ketahui tentang dunia maya!"penjelasan Nadine membuat keduanya manggut-manggut."Pepatah yang mengatakan kalau belajar itu tidak harus di sekolah ternyata benar adanya, dan kamu adalah contoh nyata dari pepatah tersebut!"kata Sari, lalu mereka saling berpelukan."Ada baiknya lebih baik kita jalan bertiga ke counter untuk kamu membeli handphone seperti yang kamu mau!"kata ine.Ine dan Sari sebelumnya tinggal di sebuah kost yang sama, Sari bekerja di sebuah pabrik makanan, sementara Ine bekerja di sebuah toko yang cukup ternama dengan pembagian dua shift.Gaji mereka berdua hampir mirip karena mengikuti UMR kota, Ine dan juga Sari berasal dari dua desa yang berbeda tetapi masih satu kabupaten.Sari dan Ine merupakan teman satu sekolah semasa mereka SMA, mereka sengaja mengadu nasib di kota dengan bekerja sebagai apapun karena ijazah yang mereka miliki adalah sebatas SMA saja.Jika Sari lebih memilih untuk melamar pekerjaannya di sebuah pabrik, beda dengan ine yang memilih bekerja di sebuah toko grosir.Keduanya memang tidak pernah terpisahkan sejak mereka merantau dari kampung halaman mereka, persahabatan mereka Kini bertambah Dengan hadirnya Nadine di antara mereka, persahabatan yang tidak pernah direncanakan, semua mengalir begitu saja sesuai dengan alurnya masing-masing."Oh ya Mbak Sari mbak Ine, kapan bajunya mau dibawa ke kontrakan? Nanti biar aku bantu beres-beresnya!"tawar Nadine."Kamu itu loh Nadine, masalah baju kami itu gampang nanti, kebetulan aku cuti 3 hari dan Ine pun sama, sebenarnya kemarin kita berencana untuk liburan ke puncak bareng teman-teman yang lain, tapi acara kami batal karena kami tanpa sengaja harus menjadi dewi penolong untuk mu!"cerita Sari dengan candaannya."Ke puncak? Di puncak itu bagus ya mbak ya?" tanya Nadine penasaran.Pasalnya selama ini jika Damar bepergian ke puncak bersama keluarganya, Nadine tak pernah diajak meskipun itu satu kali. mereka selalu berkata jika Nadine tak pantas untuk diajak karena malu-maluin."Belum tahu juga sih, soalnya aku juga belum pernah ke sana, ini mau baru mau rencana, eh sudah gagal duluan!"jawab Ine."Tapi kami tidak menyesal kok nggak jadi pergi, bonusnya buat kami adalah menemukan satu saudara dan juga keponakan yang sangat lucu seperti Gibran!"kata Sari lagi.Malam harinya, mereka pun pergi ke sebuah counter yang menjual berbagai merek HP dari harga termurah sampai harga yang sangat premium.Di sana, Nadine menjatuhkan pilihannya kepada ponsel bermerek yang seperti dia inginkan dengan harga 1.200.000 dengan penyimpanan 4/64.
Bagi Nadine, kapasitas seperti itu lebih dari cukup untuknya bisa digunakan untuk berselancar di dunia maya."Untuk ovennya kamu mau beli yang seperti apa Din?" tanya Ine."Kalau menurut pengalaman sih, enakan yang listrik Mbak, nanti pemanggangannya lebih bisa distabilkan karena ada timer dan pengaturan suhu!"jawab Nadine."Sini Gibran biar aku yang gendong, kita masuk ke dalam saja kita cari apa yang kamu butuhkan!"kata ine mengambil Gibran dari gendongan Nadine.Gibran terlihat senang saat digendong oleh Ine, bocah tersebut sangat terlihat riang dengan keramaian yang ada di mall tersebut, selama usianya Gibran memang tidak pernah diajak jalan-jalan oleh Nadine dan hanya berkutat di rumah saja.Sari dan Ine tidak tahu jika Nadine pun menggeluti hobinya sebagai penulis di sebuah platform online.Nadine sengaja tidak bercerita kepada dua sahabatnya tersebut, bukan karena dia ingin berbohong, tapi lebih karena Nadine belum merasa pede dengan profesi barunya tersebut.Nadine berbelanja sesuai kebutuhannya yaitu memberi blender mixer oven magic com dan kebutuhan dapur, tak lupa dirinya juga membeli kipas angin supaya mereka tidak kepanasan.Nadine sengaja membeli barang-barang tersebut dengan harga yang sedikit miring alias bukan dengan merek ternama, pikirnya Yang penting dia memiliki alatnya dulu. untuk barang elektronik seperti blender mixer oven dan magic com juga kipas Dia menghabiskan budget sekitar 2 juta setengah.Uang hasil kerjanya selama 2,5 tahun terakhir hanya tersisa beberapa saja di rekening miliknya, Meskipun begitu sama sekali Nadine tidak pernah merasa menyesal karena membelanjakannya untuk malam ini.Sementara Nadine mulai berbenah dan menata hidupnya, Damar justru sebaliknya!Pria itu mulai merasakan hidupnya berantakan.
Terutama karena live streaming yang dilakukan oleh Sari.
Damar tak henti mendapat eguran keras dari perusahaan!
Dia bahkan harus mengembalikan uang tunjangan untuk istrinya selama pernikahan mereka pada perusahaan.
Saat Damar menego untuk diberikan secara langsung kepada Nadine, pihak kantor menolak keras dan tidak meloloskan permintaan tersebut.
Katanya, pihak mereka yang akan langsung memberikan pada Nadine.
Dua minggu batas waktunya!
Jika Damar gagal, dia akan turun jabatan sebagai sanksi.
"Dari mana aku harus mencari uang sebanyak itu? Nominalnya cukup besar, mana uang simpananku kemarin dipinjam kak Sarah pula!" batinya gusar.
Harta satu-satunya yang dimiliki oleh Damar hanyalah motor yang dikenakannya. Itu pun jika dijual tidak sampai 20 juta karena motor tersebut sudah lama digunakannya.
Tiba-tiba saja damar teringat dengan sang ibu!
"Semoga kali ini Ibu bisa membantuku, lagian selama ini aku pun memberikan uang yang cukup banyak kepadanya.!"gumam damar dalam hatinya.
Dia akan meminjam sertifikat tanah untuk digadaikannya ke bank agar bisa menutup tuntutan kantor.
Gegas, Damar pergi ke rumah ibunya untuk membicarakan hal tersebut!
Tanpa mengucapkan salam, pria itu langsung menerobos masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan sang ibu.
"BU!!!!"
"Ada apa sih mar? Nyari Ibu kok kayak nyari maling saja, teriak-teriak nggak jelas!" tegur Ibunya tak suka.
"Sini deh Bu aku mau ngomong sesuatu!" kata damar dengan tak sabaran menarik dengan ibunya untuk duduk ke kursi.
Ibu Pratiwi bingung.
Namun, tak lama dia tersenyum. Dia pikir Damar akan memberinya uang lagi!
"Kamu mau bilang bahwa kamu dapat bonus hari ini? Syukur alhamdulillah, Nak. Pokoknya, jangan sekali-kali kamu berikan kepada Nadine, ya? Ibu yang lebih berhak menerima bonus itu!" ucapnya, "kamu tidak lupakan kalau ibu yang melahirkanmu? Sementara Nadi,ne hanya orang lain yang kebetulan kamu nikahi dan bisa menjadi mantan!"
Damar menghela napas. "Bukan itu Bu! Dengarkan dulu aku kalau ngomong, jangan ambil kesimpulan seperti itu!"
Ucapan pria itu lantas membuat Bu Pratiwi menjadi mendung. "Terus, kamu mau ngapain?"
"Damar mau pinjam sertifikat rumah Ibu!" kata damar yang berhasil membuat sang ibu melebarkan matanya.
"APA?!!!"
"Nggak, nggak bisa!" tolak Ibunya Damar seketika. Padahal dia belum mendengar alasan dari Damar untuk meminjam sertifikat tersebut."Asal kamu tahu sertifikat sudah Ibu gadaikan ke bank 3 hari yang lalu dan itu untuk membayar hutang ibu dan juga Sarah!"Mendengar jawaban sang Ibu, seketika Damar menjadi lemas. Yang Damar tak habis pikir adalah tentang kakaknya yang ikut meminjam uang hasil Pegadaian sertifikat tersebut."Mbak Sarah? Berapa banyak sih Bu hutang Mbak Sarah sebenarnya? Kemarin uang tabunganku juga ludes dikuras sama Mbak Sarah katanya juga untuk bayar hutang! terus Ibu bilang Ibu juga menggadaikan sertifikat untuk bayar hutangnya Mbak Sarah dan ibu!"tanya Damar tak habis pikir."Apaaa? Sarah juga pinjam uang tabunganmu? Berapa? Kok Sarah tidak ada bilang sama Ibu?"Tanya Bu Pratiwi kepada anak lelakinya."Semua tabungan damar Bu ada 75 juta!"jawab Damar yang membuat Ibu Pratiwi syok kaget."Seharusnya kalau dia sudah meminjam uang kepadamu, dia tak perlu meminta ibu untu
"Kenapa jadi Damar yang harus membayar? uang ini bahkan hanya setengahnya saja dari yang Ibu sebutkan tadi?" Kata Damar kembali memprotes dengan apa yang dikatakan oleh ibunya."Mau bagaimana lagi? Takkan Ibu yang membayar semuanya? Ibu bahkan hanya mendapat uang darimu saja!" kata Bu Pratiwi."Bu aku ini terancam akan dipecat dari pekerjaanku kalau aku tidak bisa mengembalikan uang jatah dari perusahaan untuk Nadine! tidak main-main lho Bu jumlahnya 3 juta dikali 3 tahun." Damar mencoba menjelaskan yang menjadi kegundahannya.Bu Pratiwi tak mau tahu dengan apa yang menjadi kesusahan anaknya tersebut, dia tetap pada pendiriannya yang mengatakan bahwa Damar harus membayar semua uang pinjaman yang ada."Jangan begini dong mbak, tolong kasihani aku sedikit saja! selama ini kan aku selalu membantu mbak sarah dan juga Ibu, tak kan kali ini kalian tidak bisa membantuku?" Fikiran Damar semakin gusar.Damar teringat dengan rumah yang ditempati oleh kakaknya, rumah tersebut adalah rumah berser
Damar semakin menunduk dengan apa yang diucapkan oleh atasannya tersebut, ia merasa telah dikuliti habis-habisan oleh sang atasan atas kesalahan yang seharusnya tak ada sangkut pautnya dengan perusahaan, itu menurut Damar.Karena merasa sudah terpojok Damar pun memberanikan diri untuk membela dirinya sendiri."Tapi maaf Bu bukankah seharusnya apa yang saya lakukan di luar jam kantor tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan? Apalagi kinerja saya pun Tidak diragukan lagi di perusahaan ini! tolong toleransinya Bu!" kata Damar meskipun dengan takut-takut, tapi dia memaksa memberanikan dirinya untuk menatap langsung kepada atasannya tersebut."Anda lupa dengan peraturan perusahaan milik saya? anda tahu sejarah perusahaan ini berdiri? Kalau Anda lupa mari saya peringatkan!" kata Bu Indra yang merasa geram dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Damar."Hal pertama yang perlu kamu ketahui, perusahaan yang saya dirikan ini bukanlah merupakan perusahaan company, semua murni dari us
Tatapan nanar Sarah tertuju kepada Damar, Sarah jengkel kepada adiknya itu karena berani-beraninya membongkar rahasianya di depan sang suami."Tidak usah melihat ke arah Damar, kewajibanmu hanya menjawab apa yang aku tanyakan kepadamu!" hardik Budi."Emmm itu, anuu..!"bingung Sarah mau menjawab apa, bahkan kata-katanya hanya terhenti kepada itu dan anu saja.Mulutnya bergerak ke sana kemari tapi tak jual mengeluarkan kata-kata yang bisa didengar."Jawab Sarah...!"kata Budi lebih tegas dari tadi."Kamu itu apaan sih Budi? Kalau menanyai istrinya itu yang baik-baik, jangan dengan nada yang tinggi seperti itu!" protes Pratiwi tak terima anaknya diintimidasi seperti itu."Budi mohon Bu, kali ini saja jangan ikut campur urusan rumah tangga kami! cukup selama ini Ibu terlalu memanjakan anak Ibu ini!" kata Budi yang tak mengalihkan pandangannya ke arah Sarah menuntut jawaban.Sarah pun menunduk sedangkan Bu Pratiwi tak bisa berkata apa-apa lagi, selama ini menantunya tersebut selalu diam mes
Keesokan harinya saat sudah sampai di kantor, dengan polanya Damar menuju ke ruangan atasannya."Selamat pagi Bu!"sapa Damar saat dia memasuki ruangan bosnya tersebut setelah sebelumnya mengetuk pintu."Selamat pagi, silakan duduk pak Damar, ada perlu apa-apa pagi-pagi ke sini?"tanya Bu Indra.Damar pun mengeluarkan uang yang sudah disiapkannya dari tadi, uang sejumlah 75 juta tanpa kurang tanpa lebih ia letakkan di depan Bu Indra atasannya."Ini uang club 75 juta yang Ibu minta! Saya tidak jadi diturunkan jabatan kan Bu? tanggungan saya sudah lunas!" tanya Damar dengan sedikit takut-takut."Saya tidak akan ingkar dengan apa yang sudah saya janjikan, mengingat kinerja anda yang cukup baik di perusahaan ini saya berniat untuk membiarkan anda tetap di jabatan anda yang sekarang, tapi satu minggu terakhir kinerja anda benar-benar buruk, semua laporan yang anda buat benar-benar kacau!"kata Bu Indra panjang lebar, dan sukses membuat Damar panas dingin."Jadi mohon maaf, anda akan dipindah
"Nanti setelah bosnya Damar itu pergi, kita minta saja uang yang diserahkan kepada Nadin tadi, amplopnya tebal banget ya Bu, pasti itu isinya adalah 100 juta seperti yang diungkapkan oleh Damar!" kata Sarah."Rezeki nomplok Kalau seumpama kita bisa mengambil alih uang tersebut, enak bener perempuan miskin itu menerima uang sebanyak itu, nggak pantes banget!" kata Bu Pratiwi menimpali perkataan putrinya.Sarah rupanya mengingkari surat perjanjian yang sudah ditandatanganinya kemarin, dia kembali mendatangi ibunya dan melakukan hal-hal yang sangat dilarang oleh suaminya tersebut.Sarah benar-benar menyepelekan tentang perjanjian yang sudah ditandatanganinya yang terkait dengan talak yang disebut di dalamnya.Kesalahan fatal Sarah akan memicu retaknya rumah tangganya bersama Budi, hanya Ivanka lah yang menjadi pertimbangan seorang Budi untuk memberi satu kesempatan kepada Sarah, Budi sudah berjanji dalam hatinya sendiri jika Sarah sampai tidak bisa memanfaatkan kesempatan yang diberikann
Sarah yang tidak mau ketahuan bahwa dirinya diam-diam menemui Bu Pratiwi, langsung berpamitan pulang kepada ibunya.Tapi langkahnya urung dilanjutkan saat mengetahui ada Damar di rumah sang ibu."Saya pulangnya nanti dulu deh Bu mau ngomong dulu sama Damar, aku harus memberikan kabar bahwa Nadine sudah menerima uang dari perusahaan miliknya, uang itu kan hasil kerja kerasnya Damar! seharusnya yang berhak menerimanya adalah Damar bukannya Nadine!"kata Sarah.Langkah cara mendahului Ibu Pratiwi untuk langsung menuju ke arah Damar."Sudah pulang lu Mar? Tau nggak Aku punya kabar penting banget buat kamu!"mendengar kakaknya yang tiba-tiba bicara membuat Damar menyipitkan matanya."Penting apa Kak? tentang apa? Kalau kakak nyamperin aku hanya untuk menanyakan uang, Maaf Kak, Damar sudah tidak punya uang lagi!" kata Damar yang salah paham."Haiiisssshhh kamu itu, suudzon aja adanya! dengerin dulu kenapa kalau mbak mu ini mau ngomong?"setelah berkata itu Sarah pun menoyor kepala sang adik kar
"Kenapa sih kamu malah kalah sama perempuan seperti itu? mau-maunya kamu diancam seperti itu!"protes Sarah kepada adik lelakinya."Mbak Sarah nggak dengar tadi dia bilang on cam? Mbak sarah tahu artinya itu apa? Kita bakalan viral untuk kedua kalinya jika masih nekat!"jawab Damar."Kita?? Kamu aja kali! aku mah ogah!"kata Sarah membantah ucapan Damar."Tinggal kamu ambil saja hp-nya lalu kamu banting, beres kan? Kalau sudah begitu kan next dia tidak bisa mengancam kamu lagi!''kata Sarah memberi ide gila."Betul juga ya mbak? Kenapa aku nggak kepikiran sampai ke sana?"jawab Damar membenarkan ucapan kakaknya."Besok lagi aja lah Mbak, toh kita sudah tahu di mana Nadine tinggal, sewaktu-waktu kita bisa ke sana, dan yang pasti jangan saat ada Ine ataupun Sari!"kata Damar."Kenapa memangnya? Kamu takut? Kamu lho laki-laki, kok bisa-bisanya takut sama perempuan, pakai rok saja sana biar lebih lembut!"ledek Sari kepada adiknya."Bukannya takut, tapi lagi capek ini, mana jabatan Aku di kantor
Ibu Liliana dan Pak Yudistira saling tatap, namun kemudian secara bersamaan menatap ke arah Putri mereka. Dalam hati ibu Liliana Sebenarnya masih belum rela untuk melepas putrinya tersebut, namun Ia pun tidak bisa memaksakan kehendaknya itu jika memang Sang Putri sudah mau move on dan melanjutkan hidupnya. "Sebagai orang tua, saya akan merestui jika Itu memang menjadi keinginan putri kami, untuk itu keputusan saya serahkan kepada Nadine sendiri...!"kata Pak Yudistira. "Kamu sudah tahu kan status Nadine seperti apa? dia bukan seorang gadis, dia pun memiliki Putra yang bernama Gibran...!" Sejenak pak Yudistira menghentikan kalimatnya kemudian menatap Anan dan mencari tahu reaksi dari laki-laki calon menantunya itu.Saat tak di dapati wajah keterkejutan ataupun keberatan di sana, Pak Yudistira pun melanjutkan kembali kata-katanya."Jika kamu berniat menggambil Nadine menjadi istrimu, maka kamu harus bisa menerima Gibran sebagai putramu...!" Lanjut pak Yudistira."Saya sudah faham akan
"Gercep juga lu bro, sat set sat set eh taunya mau jadi adik gua loh...!"kata Arkan langsung memeluk sahabatnya itu. "Gua takut ditikung oleh mantan suaminya, soalnya ada Gibran di antara mereka...! rugi bandar dong, wanita spek bidadari seperti adikmu itu bisa kembali kepada mantan suaminya yang seperti katak berpeci...!"jawab Anan berbisik di telinga sahabatnya itu. "Masuk masuk masuk...! kita masuk ke dalam saja, kebetulan Mbak sumi sudah menyiapkan makanan untuk kita...!" kata ibu Liliana menggandeng Sang Putri. "Makan Mah? tapi ini kan belum waktunya makan malam? ini aja baru jam 05.00 sore...! astaghfirullahaladzim Nadine belum salat ashar mah, Nadine salat dulu ya...!"Nadin teringat bahwa dirinya belum salat ashar dia pun langsung pergi meninggalkan mereka semuanya menuju kamarnya. Sementara Gibran yang seharian memang tidak bertemu dengan Nadine merasa diacuhkan kemudian menangis sekencang-kencangnya. Nadine mengetahui hal itu tapi dia tetap melanjutkan langkahnya karena w
Bagi Nadine apa yang diucapkan oleh Anan merupakan kejutan yang luar biasa, ia tak percaya jika Anan akan menyatakan cintanya secepat itu."Aku serius dengan ucapanku Nadine. Maukah kau menjadi pendamping hidupku? Menemani perjalananku sampai ujung usia?" Tanya Anan sekali lagi.Saat mendapati wanita yang ada di hadapannya semakin diam mematung, Anan kembali bersuara."Aku memang bukan seorang pujangga yang pandai dalam merangkai kata-kata, Namun aku ingin kamu mengetahui satu hal, bahwa aku tak main-main dengan ucapanku. Aku akan melamarmu kepada orang tuamu....!" Kata Anan lagi."Kak...!" hanya kata-kata itu yang mampu di ucapkannya."Ya" Jawab Anan."Cukup mengangguk jika kamu setuju, dan menggeleng andai kamu tak bersedia, aku tahu kamu sulit untuk menentukan pilihan sehingga membuatmu sulit untuk berbicara...!" Mendengar yang di ucapkan Anan, Nadine pun menarik nafasnya dalam-dalam. Ia ingin menjawab yang di pertanyakan oleh Anan dengan gamblang agar tak terjadi kesalahpahaman s
"Yang jadi masalahnya itu Mas Damar sudah menjatuhkan talak yang tak terampuni, yaitu talak 3...!" protes Shanti."Tinggal bilang saja kalau Damar tak serius dalam mengucapkan kata talak itu, kan bisa di ma'fu...!" kata Pratiwi dengan entengnya."Di ma'fu itu kalau kesalahan lain Bu, tapi kalau tentang talak itu tidak bisa Bu...! talak itu akan tetap berlaku meskipun dalam keadaan marah sekalipun...!" Kata Santi menjelaskan."Kamu Itu anak kecil tahu apa? Diam saja sudah...! milih suami saja nggak bisa, ini malah bicara soal Agama, Mama tentu lebih tahu dari kamu...!" Kata Ibu Pratiwi yang menolak perkataan putri bungsunya."Ibu bilang aku masih kecil? jangan lupakan kalau aku sudah pernah melahirkan seorang bayi...!" Kata Santi yang merasa sedih karena lukanya kembali terkoyak."Iya sudah melahirkan anak, tapi langsung sedeng...!" jawab Ibu Pratiwi tanpa perasaan.Hati Santi serasa ditusuk sembilu saat mendengar lanjutan jawaban dari sang ibu, ibunya itu seolah mati rasa dengan peras
"Saraaahhhh...! keterlaluan kamu...! kamu benar-benar menipuku habis-habisan...!"geram Budi menatap ke arah Sarah yang tengah asik menikmati makanannya. Sementara Sarah tak menyadari jika masalah besar Tengah menunggunya, iya tak sadar jika sang suami Tengah dikuasai kemarahan yang sangat besar terhadapnya atas apa yang dilakukannya terhadap Nadine selama ini.Dengan mata menyorot tajam, Budi berjalan ke arah istrinya. Sarah masih belum menyadari jika suaminya kini berjalan menuju ke arahnya, ia masih saja santai menikmati makanan kegemarannya.Budi langsung memegang lengan Sarah, Sarah yang tiba-tiba ditarik lengannya pun menjadi terkejut, ia menatap ke arah orang yang menarik lengannya tersebut. "Mas Budi? apa-apaan sih Mas? kenapa tarik tangan aku seperti ini? lepasin nggak...!"protes Sarah sementara mulutnya masih penuh dengan makanan. "Ikut, atau aku benar-benar akan melepaskanmu dalam artian yang sebenarnya...!"kata Budi berhenti lalu menatap manik mata istrinya."Maksud kamu
"Kalau begitu, Damar bisa kecipratan kekayaan milik Nadine itu...!" batin Ibu Pratiwi. "Ibu ihhh..!" Teriak Sarah tertahan oleh ucapan Mamanya.Ibu Pratiwi tak menghiraukan perkataan putrinya tersebut, fokusnya gini kepada Nadine kemudian menyenggol lengan putranya."Maju mar, perkenalkan dirimu sebagai ayahnya Gibran...! mumpung Gibran sedang digendong sama Nadine...!"kata ibu Pratiwi tak tahu diri. Obrolan keduanya teralihkan dengan perkataan dari Pak Yudistira selanjutnya yang memperkenalkan Gibran sebagai cucunya."Dan ini adalah cucu kami bernama Gibran Pramudya Yudistira...!" Keluarga Yudistira sengaja mengganti nama Gibran dan menyematkan nama Yudistira di belakang nama anak tersebut.Seolah terhipnotis oleh kata-kata sang Ibu, Damar manut begitu saja dan langsung maju hendak menghampiri Nadine. Namun langkahnya terhenti hanya sebatas tangga podium saja, karena di sana dia dihadang oleh para pengawal dan asisten yang dipekerjakan oleh keluarga Yudistira. Saat Damar ingin me
Keesokan harinya, Pak Yudistira dan Ibu Liliana pun mengajak Nadine ke perusahaan. Beliau sengaja membuat acara di hari Minggu saat hari libur kerja.Pesta yang cukup meriah yang di hadiri para Investor dan seluruh staf kantor di semua divisi.Acara tersebut juga mengundang para pengusaha yang dimana ada kerjasama dengan perusahaan milik mereka, tak terkecuali perusahaan tempat Damar bekerja.Nadine yang pada dasarnya memang cantik di buat semakin cantik dengan perias yang sengaja di sewa untuk membuat penampilan Nadine semakin memukau.Di acara tersebut Tak lupa Nadine mengajak dua sahabatnya yaitu Ine dan juga Sari, awalnya keduanya menolak karena merasa tidak layak dan merasa minder. Namun Atas bujukan dari Nadine dan juga Ibu Liliana membuat keduanya akhirnya pasrah dan ikut serta ke acara tersebut.Di acara itu membebaskan membawa semua anggota keluarganya, dan di sana Damar membawa Ibu kakak serta adiknya turut serta.Acara yang memang sengaja di adakan sangat meriah itu menjadi
"Aku bekerja di perusahaan milik seorang wanita yang Aku sakiti...?"lirih Santi dalam hatinya."Apa yang harus aku lakukan? lebih baik aku menebalkan mukaku saja, aku akan pura-pura tak tahu bahwa ibu Erika adalah istri pertama Mas Darmawan dulu...!"pikir Santi dalam hatinya. "Apakah kamu masih mau melanjutkan kerja di sana kan? kamu dulu menghancurkan rumah tangga Ibu Erika, sekarang kamu malah mengemis mau minta makan darinya...!"kata Damar mencoba untuk membuat Santi mau keluar dari pekerjaan sebagai cleaning service tersebut. "Aku tidak mengemis Mas, Aku bekerja dan aku menukar uang yang diberikan oleh perusahaannya dengan keringatku...!"Santi membantah yang di katakan oleh Damar karena tak suka dibilang pengemis."Lanjutkan pendidikanmu dek, Mas mohon...! rajut lagi cita-citamu yang pernah kandas... lanjutkan kejar paket kemudian kuliah...!"kata Damar. "Kemudian menjadi adikmu yang manja lagi? begitu maksud dari perkataanmu Mas? Aku ingin mandiri, Aku tidak ingin bergantung ke
Sementara kini, Damar sudah berada di depan perusahaan tersebut, dia tidak langsung turun dari mobilnya, dia masih menimbang-nimbang apa yang akan dikatakannya nanti.Nasib baik sedang membersamai Damar, Kini dia melihat Santi keluar dari perusahaan tersebut dengan menenteng sebuah tas di pundaknya, camat dapat membuka jika Santi izin setengah hari saja bekerja, semua itu terlihat dari Santi yang tak lagi menggunakan seragam cleaning service seperti biasanya. Damar mengurungkan niatnya untuk menghampiri santri, dia lebih tertarik untuk mengikutinya untuk tahu di mana adiknya itu tinggal selama ini. Santi memasuki sebelah kos-kosan yang letaknya tak jauh dari perusahaan tersebut, Damar pun segera turun dan bermaksud untuk menghampiri sang adik. Namun langkahnya dihentikan oleh security yang menjaga kos-kosan tersebut."Maaf Pak, laki-laki memang tidak diizinkan untuk masuk ke sini, Apapun alasannya meskipun itu adalah bapaknya ataupun saudara laki-laki dari perempuan yang ngekos di