"Kupikir kau senang aku bercerai dengan Mona," ucapnya yang sukses menahan langkahku saat hampir saja menarik gagang pintu."Musibah dan ketidaknyamanan yang terjadi di antara kalian memang cukup menghibur untuk dilihat, tapi melibatkan bocah kecil dan membuat dia berada dalam situasi yang malang bukanlah hal yang bagus. Tolonglah sebagai ayahnya bertanggung jawablah, kasihan anak itu. Dia sudah sakit dan menderita dengan berbagai kekurangan yang dia miliki, mempertahankan rumah tanggamu dan tidak boleh menyerah sedikitpun atas anakmu.""Sudah ya, mendengarmu mengatakan ini saja sudah membuatku sangat tersinggung dan sakit hati, sudah cukup menceramahiku.""Kalau tidak demi Elena tentulah Aku tidak mau susah payah datang ke sini," jawabku sambil menjauh."Tunggu, baik ... baik, aku akan ikut denganmu," ucapnya sambil membereskan beberapa tumpukan kertas yang tadinya berserakan di atas meja kerjanya."Ada apa?" tanyaku heran. Sepertinya dia mulai terpengaruh dengan tingkahku yang ing
Sebulan kemudian setelah pertemuan mengharu biru itu. Mas Alvin tiba tiba menghubungiku. Secara mengejutkan aku yang sedang sibuk di toko melayani pembeli tiba-tiba mendapatkan panggilan dari nomor ponselnya.Agak heran juga mengingat sudah lama dia tidak menghubungiku. Terakhir kali kami bertemu, di saat aku dan dia mengunjungi Mona dan Elena di lapak jagung. Setelah pertemuan yang penuh dengan perasaan sedih itu, Mas Alvin kemudian mengantarkan mantan istri dan anaknya pulang ke rumah, melihat kondisi kos-kosan yang dihuni oleh Mona rasanya miris memang, Mas Alvin nampak sedih, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya memberi uang kepada ibu dari putrinya itu, kemudian kami kembali ke ibukota."Halo, selamat pagi.""Pagi, gimana kabarnya?""Baik," jawabku."Gimana anak anak dan keluargamu?""Kami baik," jawabku lagi."Apa kau sibuk hari ini?""Ya, seperti biasa.""Sebenarnya aku ingin mengajakmu untuk mengunjungi elena."Untuk apa dia selalu mengajakku, Apakah canggung rasanya j
Saya akan berterima kasih sekali Jika kalian berkenan untuk like komen dan subscribe.❤️❤️❤️❤️Aku tidak punya kosa kata lain yang lebih tepat untuk menggambarkan wanita yang kini sedang berjalan di trotoar bersama suamiku, selain kata jalang! Mereka berjalan mesra bak dua muda mudi di mabuk cinta, tidak peduli dengan status bahwa yang digandengnya adalah suami orang, tingkahnya seakan dunia milik mereka berdua. Wanita cantik berambut sebahu dengan kaki jenjang dan kulit kuning langsat itu, pakaiannya mewah dan bersamanya ia jinjing paper bag dari brand brand ternama. Siapa lagi yang akan memuaskan hasrat belanjanya kalau bukan pria royal yang kini berprofesi sebagai manager keuangan di perusahaan besar, suamiku, Mas Alvin."Miris sekali, makan nasi dan garam denganku, setelah sukses makan steak dengan wanita lain," gumamku sambil meremas kemudi mobil.Bukan kemudi saja yang jadi sasaran kekesalanku, tapi hati ini juga ikut diremas dan tertusuk rasanya.Tadinya aku tak percaya bahwa
Suamiku, dia pria dengan sifat pendiam tapi dia romantis, namun cara mengungkapnya dengan tindakan, bukan dengan kata kata merayu gombal. Setidaknya itu yang kurasakan, dan itu yang dia lakukan padaku. Tak tahu bagaimana dia menaklukkan wanita gelapnya atau mungkinkah si jalang itu yang telah menjebak suamiku dalam cinta semu dan kenikmatan sesaat, yang pasti aku tidak akan membuat itu berlangsung lama. Tidak mudah memisahka seseorang yang sedang dimabuk asmara. Semakin ditentang, mereka akan semakin menunjukkan kekuatan dan keteguhan hatinya. Ada baiknya ditarik ulur saja, dibiarkan namun hati suamiku harus terus terusik dengan keputusan dan tindakanku. Pelan tapi pasti, aku akan membuatnya membayar semua yang dia lakukan.Kini aku terduduk di ruang tamu, termenung sambil menopang dagu dan menggigit bibirku, bingung dengan apa yang harus aku lakukan. Kutunggu suamiku pulang, namun tidak kunjung kembali juga. Ingin frontal, tapi itu bukan gaya dan sifatku. Aku harus mencari cara d
Aku bertemu dengannya dalam sebuah pesta yang diselenggarakan teman sosialitaku. Saat itu aku menggunakan gaun berbelahan dada rendah warna campagne dengan perhiasan berlian dan rambut yang disanggul sederhana. Anggun tapi simpel, begitulah aku. Tanpa sengaja aku berpapasan dengan jalang itu, dia sedang minum bersama temanku, Nyonya Friska."Hai, Indira, kemarilah, aku mau kenalkan kamu ke anggota baru perkumpulan kita."Wanita rendahan itu, dia mencoba menaikkan levelnya dengan membaur dengan orang orang kelas atas. Mungkin, dia lakukan itu untuk memperluas koneksi dan membuat Mas Alvin percaya diri untuk menjadikannya istri, juga meyakinkan kedua orang tua suamiku bahwa dia adalah figur jalan menantu yang ideal dan teladan.Perkumpulan kami adalah, klub wanita kaya yang suka membuat kegiatan sosial, lalu arisan emas dan berlian, latihan tembak dan golf. Tapi semua itu hanya sebagai pembuktian gengsi dan ajang pamer seberapa jauh maka kekayaan orang-orang itu. Aku sebenarnya tidak
Aku kembali ke rumah setelah menjemput anakku, kurebahkan diri di sofa sambil memejamkan mata dan mencoba menarik napas dalam. Jika semua yang tejadi dalam rumah tangga ini kuanggap sebagai beban yang menghimpit, tentu saja aku akan depresi dan sakit. Kucoba menenangkan diri dan hatiku, kucoba untuk banyak berdoa dan mohon petunjuk akan langkah terbaik yang akan kupilih. Entah kenapa meski sudah mencoba bertahan tetap saja air mata ini menetes begitu saja. Aku tidak mengerti semenjak Mas Alvin ketahuan punya kekasih lain dalam hidupnya, aku seakan mulai kehilangan kepercayaan diri dan rasa hormatku kepada dirinya.Aku benci tapi di sisi lain hatiku juga masih mencintainya. Kadang terlintas keinginan untuk mengakhiri rumah tangga ini tapi itu tentu saja bukan yang terbaik, bagaimana nasib Rina dan gema jika orang tua mereka berpisah. Sungguh, perceraian bukanlah hal yang pernah kubayangkan. Aku sangat menghindari dan tak pernah berangan-angan tentang itu. Pun perselingkuhan, aku han
Lututku lemas, tanganku bergemetar dengan keringat dingin yang membasahi telapaknya. Mataku tak ingin menyaksikan kejadian yang ada, tapi, tubuhku seakan terpancang mati di lantai, sulit digerakkan. Bahkan tenggorokanku tercekat sewaktu ingin memanggil nama suamimu.Kupikir dia sedang bekerja, di hari ulang tahunku, ia memberiku hadiah kejutan yang luar biasa. Dia sedang bercinta di atas meja kerja.Wanita itu duduk di meja sementara suamiku mendekapnya dengan posisi berdiri, mereka saling memeluk dan meluapkan kerinduan asmara. Mereka bermain penuh gairah, bersemangat, bahkan lebih dahsyat dari percintaan yang dia lakukan denganku, kekasih halalnya. Desahan dan hasrat seakan bercampur, menghentak dan menghilangkan akal sehat, mereka tidak sadar bahwa aku sedang menyaksikan perbuatan bejat itu...Air mataku tumpah, aku bersender di dinding dengan isakan tangis yang seharusnya tidak perlu menetes di pipiku. Terlalu mahal air mata hingga harus membayar semua perbuatan Mas Alvin padaku
"Apa?""Iya ... aku tidak akan mengulang perkataan dua kali. Aku sudah kirim rekaman video perselingkuhan itu ke ayah mertua."Resikonya jelas, ayah mertua akan kumat sakit jantung, masuk rumah sakit dan kritis, selain itu belajar akan murka, dan boleh jadi membatalkan warisannya untuk Mas Alvin.Ya, mertuaku cukup kaya dan punya banyak aset, dia telah berencana membagikan setengah harta untuk kedua anaknya, yakni Mas Alvin dan adiknya Disha. Tapi, jika suamiku membuat skandal, aku tak yakin semua harapannya tak akan berjalan mulus."Tunggu Indira ..!" Baru saja hendak melangkahkan kaki meninggalkan pria yang kemejanya sudah berantakan akibat bercinta itu, ponsel suamiku berdering. Ketika meraih gawainya ayah anak anakku terlihat gemetar dan syok. Dia melihatku dan pacarnya itu bergantian, tentu dengan ekspresi pucat sekali."Apakah itu dari ayah mertua.""I-iya.""Bagus," ujarku sambil membalikkan badan."Tunggu, kau harus katakan pada ayah bahwa ini salah paham, kita bisa celaka!
Sebulan kemudian setelah pertemuan mengharu biru itu. Mas Alvin tiba tiba menghubungiku. Secara mengejutkan aku yang sedang sibuk di toko melayani pembeli tiba-tiba mendapatkan panggilan dari nomor ponselnya.Agak heran juga mengingat sudah lama dia tidak menghubungiku. Terakhir kali kami bertemu, di saat aku dan dia mengunjungi Mona dan Elena di lapak jagung. Setelah pertemuan yang penuh dengan perasaan sedih itu, Mas Alvin kemudian mengantarkan mantan istri dan anaknya pulang ke rumah, melihat kondisi kos-kosan yang dihuni oleh Mona rasanya miris memang, Mas Alvin nampak sedih, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya memberi uang kepada ibu dari putrinya itu, kemudian kami kembali ke ibukota."Halo, selamat pagi.""Pagi, gimana kabarnya?""Baik," jawabku."Gimana anak anak dan keluargamu?""Kami baik," jawabku lagi."Apa kau sibuk hari ini?""Ya, seperti biasa.""Sebenarnya aku ingin mengajakmu untuk mengunjungi elena."Untuk apa dia selalu mengajakku, Apakah canggung rasanya j
"Kupikir kau senang aku bercerai dengan Mona," ucapnya yang sukses menahan langkahku saat hampir saja menarik gagang pintu."Musibah dan ketidaknyamanan yang terjadi di antara kalian memang cukup menghibur untuk dilihat, tapi melibatkan bocah kecil dan membuat dia berada dalam situasi yang malang bukanlah hal yang bagus. Tolonglah sebagai ayahnya bertanggung jawablah, kasihan anak itu. Dia sudah sakit dan menderita dengan berbagai kekurangan yang dia miliki, mempertahankan rumah tanggamu dan tidak boleh menyerah sedikitpun atas anakmu.""Sudah ya, mendengarmu mengatakan ini saja sudah membuatku sangat tersinggung dan sakit hati, sudah cukup menceramahiku.""Kalau tidak demi Elena tentulah Aku tidak mau susah payah datang ke sini," jawabku sambil menjauh."Tunggu, baik ... baik, aku akan ikut denganmu," ucapnya sambil membereskan beberapa tumpukan kertas yang tadinya berserakan di atas meja kerjanya."Ada apa?" tanyaku heran. Sepertinya dia mulai terpengaruh dengan tingkahku yang ing
Sewaktu mobil meluncur Pergi aku kembali memikirkan bagaimana keadaan balita yang tadi masih dalam pelukan ibunya itu. Bagaimanapun dia tidak bersalah sehingga harus menanggung keadaan sepahit itu. Aku heran kenapa Mas ALvin tidak berusaha menahan anaknya tetap berada di sisinya dibandingkan mempercayakan bocah itu kepada Mona.Dia tahu sendiri bahwa keadaan mental dan emosional Mona tidak stabil juga dia tidak punya penghasilan tetap, Jadi bagaimana mungkin Mona bisa menjamin kehidupan Elena dengan benar."Kenapa diam sayang," tanya Mas Eko sambil mengendarai mobil dia menggenggam tanganku yang saat itu sedang menerawang memikirkan bocah tadi."Aku hanya memikirkan nasib bocah tadi dia ter batuk-batuk dalam keadaan kedinginan Mas Mana warung itu hanya ditutupi dengan terpal jadi sebagian air hujan tempias ke arah tempat tidurnya dan itu pasti membuatnya lembab," gumamku."Kau bahkan memperhatikan detail sekecil itu?""Iya.""Aku tidak bisa memaksamu untuk tidak memperhatikan orang la
Ada pemandangan yang mengejutkan ketika aku dan Mas Eko juga anak-anak kami tengah berlibur keluar daerah.Kami tiba di sebuah kota wisata yang cukup sejuk dengan perbukitan dan kebun teh yang membentang. Kuminta suami untuk menghentikan mobilnya di lapas seorang penjual jagung bakar. Terbit seleraku ingin mencicipi setelah dua jam perjalanan di tengah hujan dan cuaca dingin.Kubuka jendela mobil dan meminta pada si penjual agar memberiku jagung bakar dua puluh ribu."Baik, Bu, sebentar ya," jawab wanita itu sambil mendudukkan anak yang tadinya dia pangku seraya mengipasi jagung bakar."Turun aja Bund, pilih yang besar besar," ujar Mas Eko."Iya deh, aku turun," balasku yang segera merapatkan jaket dan turun dari mobil. "Ini jagungnya masih segar ya Bu, baru dipetik ya?" tanyaku pada wanita yang terus sibuk mengipasi dan membolak balikkan jagung di atas bara api."Iya Bu."Secara kebetulan aku dan dia saling berpandangan, aku terkejut, dia juga, entah kenapa begitu. Aku sekarang fam
"Tidak usah, Mas, aku rasa istrinya Mas ALvin akan mengatasi semuanya dan aku percaya bahwa itu tidak akan terjadi untuk berulang-ulang kali.""Aku sadar betul bahwa mantan suamimu tidak rela begitu saja kau berbahagia denganku tapi aku tidak menyangka bahwa manuvernya akan seserius ini, kupikir setelah menyadari bahwa kau ada yang punya, maka dia akan berhenti tapi ternyata dia semakin gigih saja.""Bukan aku saja yang mengalami setiap pengalaman seperti itu Mas, banyak orang yang menjalani perceraian tapi pasangannya belum benar-benar move on jadi mereka terganggu.""Aku pun tahu ... tapi aku tidak ingin kau termasuk dalam golongan itu. Aku ingin kita hidup tentram dan bahagia tanpa ada gangguan dari siapapun, dan ya, mantan suamimu yang mau gemar mencari gara-gara itu, dia benar-benar menguji kesabaranku.""Aku sudah tahu sejauh apa kesabaranmu Mas. Karena itu juga aku memilihmu sebagai suami," jawabku sambil mencoba menetramkan perasaannya."Katakan pada Alvin, jika dia masih tid
Melihat bahwa anak tiriku dan tentu saja anggota keluargaku yang lain merasa tidak nyaman dengan kedatangan Mas ALvin aku pun berjanji kepada mereka akan mengatasi situasi itu.Selesai makan dan beristirahat aku kemudian mandi dan mengganti pakaian sambil mengeringkan rambutku di balkon Aku kemudian mengirimkan pesan kepada ayahnya Rina dan gema.(Kenapa kau mencariku ke rumah suamiku Apa ada yang kau perlukan dariku? Kupikir hubungan kita sudah berakhir, jadi aku tidak akan pernah mendapatkan gangguan darimu, tapi nyatanya aku tidak pernah lepas dengan masalah itu!)Tak berselang lama pesan itu segera terbalas dan bunyinya.(Sejujurnya aku hanya rindu ingin melihatmu dan menyapamu.)(Kau sudah gila?)(Aku ingin melihat anak anak juga, mengapa setelah pernikahanmu rasanya sulit sekali untuk menemui anak-anak.)(Setelah mendapatkan sekolah baru dan tempat bimbingan belajar terbaik tentu saja intensitas kesibukan anak-anak meningkat belum lagi jadwal mengaji dan olahraga mereka jadi, h
"Astaga Mbak sombong sekali ya baru mendapatkan pebisnis seperti dia saja, kamu sudah luar biasa angkuhnya," ucapnya sambil melipat tangan di dada, ia mendesis dan mendelik penuh kebencian dan rasa iri."Tentu saja saya sangat bangga, suami saya adalah pria yang baik, romantis, pebisnis yang mandiri dan bukanlah budak korporasi seperti suamimu."Merasa disindir suaminya, wanita itu naik pitam dan kesal sekali."Tapi, sebudak-budaknya dia pernah jadi suamimu dan kamu pun pernah makan dari uangnya," ucap Mona dengan sinis.Melihat siatuasi kurang kondusif suamiku akhirnya ikut bicara juga."Begini, bisa kita bicara nanti saja, tolong minggirlah dari panggung karena beberapa tamu yang lain juga ingin bersalaman dan mengucapkan selamat," ucap Mas Eko dengan senyum kesal."Tsah .... anda tak sopan juga ya, padahal kami kemari menghadiri undangan Anda dengan baik.""Saya tidak ingat pernah mengundang Anda tapi, terima kasih atas kedatangannya," jawab Mas Eko."Hmm, pantas saja kalian ber
Setelah kepergian Mas ALvin aku lantas menyusuri pintu lalu naik ke lantai 2 lewat tangga samping. Saat ku buka ternyata anak-anak masih belum tidur Mereka berdiri di dekat jendela dan ternyata menyaksikan apa yang terjadi di antara aku dan ayahnya."Jadi papa dan Bunda bertengkar lagi?""Uhm, ti-tidak juga.""Apa, Papa ingin kembali pada Bunda?""Iya.""Kenapa Bunda tidak terima kalau masih ada kemungkinan?""Nggak mungkin dong Rina Papa udah menikah dengan perempuan lain sementara Bunda sudah terikat sama Om Eko.""Kalau gitu mestinya Papa tahu....""Mestinya sih sadar," balasku."Daritadi pagi sikap papa aneh.""Ya, benar. Tapi kalian tidak perlu memikirkannya karena setelah ini tidak akan ada gangguan lagi dalam kehidupan kita.""Maaf, menurut Bunda Papa adalah gangguan?""Bukan begitu ... Bunda hanya menghindari masalah agar istrinya tidak salah paham dan mencari gara-gara Bunda capek bertengkar dengan seseorang jadi, begitulah....""Baiklah, Bunda. Kalau begitu bunda nikah aja s
Anak-anak makan siang di sebuah restoran makanan khas Sunda. Telah memesan lauk dan lalapan khas yang selalu mengundang selera, kami pun berbincang membicarakan keseharian dan kegiatan sekolah anak anak. Rina dan Gema antusias bercerita ketika Mas Eko menanyai sementara aku menyimak sambil bermain ponsel.(Mas, ada apa kamu ke sekolahan anak anak? Kenapa denganmu hari ini, kemana mobilmu?)"Aku sengaja meninggalkannya di rumah karena ingin berjalan dan menikmati waktu, aku rindu anakku, Aku ingin menjumpai mereka tapi kalah cepat denganmu. Kulit mereka antusias sekali naik ke atas mobil itu dan kau juga terlihat sangat bahagia dan serasi dengan calon suamimu jadi aku merasa tidak berhak untuk mengganggu keadaan kalian.)(Tapi sepertinya kau nampak Frustrasi dan kecewa?)(Kecewa, enggaklah, ngapain aku kecewa, aku yang milih ninggalin kamu, jadi ngapain aku kecewa?) Agak berat sebelah sebenarnya karena baru siang tadi Dia terlihat sangat sedih saat menumpahkan ayam goreng di hadapank