Pukul 05.00 pagi tidurku yang sedang lelap-lelapnya tiba-tiba dikejutkan oleh suara telepon rumah yang berdering di dekat tempat tidurku.Kupikir siapa yang akan menelpon di pagi-pagi seperti ini kecuali keadaannya memang sangat darurat."Halo.""Ibu, Nyonya mendadak kumat darah tinggi dan langsung dilarikan ke UGD.""Hah? Kenapa?""Entahlah, sejak kematian bapak dan yang sering menyendiri dan menangis. Saya rasa beliau stress," jawab asisten rumah tangga ibu mertua."Ya Tuhan, aku turut prihatin, kalau begitu, aku dan Mas ALvin akan segera berangkat ke rumah sakit.""Segera ya Bu.""Iya."Kuraba kenyang suamiku yang ternyata masih panas saja seperti malam tadi, ada di lemari dalam diriku haruskah aku membangunkan dia untuk ikut denganku atau tidak."Mas, ibumu sakit, kita harus ke rumah sakit.""Tidak bisa Sayang, aku semalam muntah muntah dan lelah, kau saja yang pergi.""Baiklah kalau begitu."Dengan gerak dan langkah yang paling cepat aku segera turun ke dapur untuk memasakkan bub
"Kudengar kau mengancam ibu di rumah sakit," ucap suamiku, ketika ia baru saja kembali dari menjenguk ibunya sementara aku sedang duduk di depan TV menikmati tayangan."Mengancam seperti apa ada beberapa konteks dan batasan sehingga kalimat dan ucapan disebut mengancam, memangnya ibumu bilang apa?""Entahlah, yang jelas dia bilang kau mengancamnya.""Aku tidak yakin bahwa ibumu yang tangguh akan takut dengan diriku, Bukankah aku hanya menantu lemah di matanya?""Tolong berdamailah dengan ibu bagaimanapun Dia adalah wanita yang melahirkanku ke dunia ini dan aku harus menghormatinya aku tidak pernah bisa mengedepankan salah satu di antara kalian, karena sama-sama pentingnya, dia Ibuku, sementara kamu adalah ibu dari anak-anakku, aku tidak bisa jika diminta untuk memilih.""Aku selalu bersikap baik dan berusaha damai dengan ibu namun ada beberapa kali kadang kala sifat ibu membuatku kecewa, contohnya, saat dia mendukung hubunganmu dengan Monalisa!" Aku sengaja mengejek nama kekasihnya se
Tahukah apa yang sedang terjadi pada suamiku saat ini? Iya, dia sangat frustasi berada di rumah, atau walau dia di luar, dia masih dalam pengawasanku. Kutinggalkan airpods serta pelacak GPS mini dibalik jok mobilnya sehingga jika ia pergi ke tempat yang Janggal, tempat yang tidak ada relevansinya dengan pekerjaaan, aku akan langsung menelpon dan mengingatkan dia.Pun ibunya, yang masih terbaring di rumah sakit, wanita angkuh itu sulit bergerak dan sepertinya mengalami stroke ringan. Tapi seringan ringannya stroke, tetap aja, dia tidak bisa bergerak tanpa bantuan dariku. Setiap kali aku mengunjungi, memandikan, memakaikan pakaian, di setiap kali itu juga aku selalu mengingatkan betapa congkaknya ibu mertua saat ia masih sehat. Ia selalu mengintimidasi aku, bahkan, sebelum Mas ALvin punya pacar dan menjalin hubungan dengan wanita, ibu mertua sering sekali mengintimidasi diri ini karena keadaanku yang tidak sekaya dan sehebat kehidupan keluarganya. "Ibu ingatkah ibu akan tingkah laku Ib
Ada pemandangan yang benar-benar membuatku sangat terkejut malam ini, tidak lain dan tidak bukan tiba-tiba aku menemukan Mas ALvin sedang bersimpuh di atas sajadah di mushola kecil rumah kami.Oh Tuhan.Entah angin apa yang berhembus dan mimpi apa dia semalam hingga tiba-tiba suamiku mengenakan baju koko berwarna putih lalu memakai sarung hitam dan pergi salat dengan khusyuk.Melihatnya seperti itu aku jadi merinding dan hanya bisa menelan ludah berharap bahwa dia sudah menemukan kesadaran dan terbuka pintu hatinya untuk tidak lagi mengulang kesalahan. Tapi di sisi lain ada beberapa orang yang tetap melaksanakan ketaatan sambil melakukan kemaksiatan, entahlah, aku harus menyingkirkan pikiran itu."Semoga ketika suamiku sudah mendapatkan hidayah agar dia bisa Istiqomah selama-lamanya," begitu gumamku.*Saat ia melipat sejadah, bertepatan dengan membalikkan badan, dan bersitatap denganku yang sedang makan kuaci di meja makan. Melihatku tersenyum pria itu nampak menghela napas.Sepertin
Dua hari suamiku merajuk, akibat perkataan perkataan yang terucap di meja makan tempo hari. Dua hari pula dia tidak mengajak berbicara dan tidak makan di rumah kami. Entah pesan di restoran atau mungkin pulang ke rumah orang tuanya Aku tidak tahu tapi yang pasti Mas ALvin hanya pulang ke rumah untuk ganti baju lalu tidur."Apa kau akan terus merajuk begini?""Aku sudah putus denga Mona," jawabnya dingin, tanpa menatapku."Oh, ya? Sayang sekali, padahal, aku baru membelikan ini untuknya," ujarku sambil memperlihatkan sebentuk cincin bermata berlian kepadanya."Apa maksudmu?"pria itu mengernyit heran padaku dengan aksen yang sangat serius."Kupikir dua hari ini kau benar-benar murka dan memutuskan membekukan hubungan kita. Jadi, daripada kita berdua cerai dan keluarga kita jika ikut tercerai berai padahal sudah saling menyayangi, lebih baik aku mengalah.""Apa maksudmu Indira, jangan kau ejek aku lagi!""Menikah saja dengan gundikmu!""Kau pikir setelah aku menikahinya kami akan bahagia
"Baiklah aku akan mengikuti semua keinginanmu, akan ku turuti apapun yang jadi aturanmu asal kau bisa merawat ibu dengan baik." Mungkin sudah bosan dan tidak punya pilihan lain dia akhirnya naik ke kamar dan menemuiku yang sudah berbaring dengan cahaya temaram di lampu tidur."Dengar ya, aku ini bukan kekasih bayaran. Aku adalah istrimu dan anggota keluarga kalian jadi perlakukan aku dengan keistimewaan itu!""Baiklah!""Bisa telepon Mona sekarang dan akhiri semuanya?""Tentu.""Kau tidak keberatan?""Tidak.""Tidak akan merasa kehilangan?""Ada kamu.""Baiklah, ambil ponsel dan telpon dia," jawabku santai.Dengan langkah gontai pria itu meraih ponsel dari atas meja rias. Dia hubungi sebuah nomor lalu mengatakan halo."Speaker!" Perintahku untuk mengeraskan suara panggilan."Halo, tumben Mas?""Aku ingin mengatakan sesuatu?""Sebaiknya kita bertemu, Mas, sudah lama kita tidak bicara, aku menunggu kabar darimu.""Mona, sebaiknya kita berpisah, aku sudah tak bisa melanjutkan hubungan
Rupanya jalang itu tak menyerah, sungguh mengangetkan sekali mendapati dia berada di rumah ibu mertua bertepatan dengan kehadiranku. Kami saling bertemu dengan mobil masing masing dan berlomba ke pelataran teras dengan jalan cepat. "Apa yang kau lakukan di sini?""Menemui calon mertua," jawabnya dengan tawa santai."Oh ya, gak salah? Setahuku ibu mertua hanya punya anak laki-laki suamiku," jawabku."Satu lelaki, dua perempuan, apa yang salah.""Oh, jadi, kau ingin terlibat poligami? Sayangnya hubungan kalian baru saja berakhir.""Minggirlah, aku sudah membuat janji bertemu dengan Ibu Martha," jawabnya sambil meminggirkan bahuku dari hadapannya."Aku tidak akan membiarkanmu karena ini waktu istirahat dan aku harus mengurusnya.""Minggirlah, aku juga mengurusnya, bahkan lebih baik dan lebih tulus darimu," jawabnya.Terjadi aksi saling tahan dan saling dorong di depan pintu. Dia menarik bajuku sementara aku menahan dada dan bahunya yang memaksakan diri untuk masuk ke kediaman ibu mert
"Mengapa kau sebut aku gila di depan semua orang?""Karena kenyataannya memang begitu!""Heh." Wanita itu berdecut dan tertawa sinis. Dia ketawai dirinya sendiri dan juga diriku dengan kencang."Ada apa?""Lihatlah sekarang, Bukankah Ini adalah pemandangan yang aneh tiba-tiba seorang Istri bisa membawa kekasih suaminya ke klinik untuk memeriksa kehamilan. Sungguh ini momen yang pantas untuk dibagikan.""Bagikan saja olehmu, aku tidak tertarik," jawabku."Kita harus berfoto...""Hentikan kegilaanmu dan pergilah masuk ke dalam ruang cek kita harus mengetahui hasilnya.""Hasil tesnya tidak akan keluar malam ini juga," bisiknya dengan tawa yang penuh misteri dan kejahatan. Wajah wanita itu diliputi aura gelap dan penuh kedengkian di dalam dirinya."Kapanpun hasil tesnya keluar aku akan menjaga dan mengawalnya. Jadi aku akan menunggu di sini."Hahah Wanita itu kembali tertawa dan menepuk tangannya."Jadi ini adalah usaha terbaikmu untuk melindungi kekasih suamimu?""Aku lebih pada ingin
Sebulan kemudian setelah pertemuan mengharu biru itu. Mas Alvin tiba tiba menghubungiku. Secara mengejutkan aku yang sedang sibuk di toko melayani pembeli tiba-tiba mendapatkan panggilan dari nomor ponselnya.Agak heran juga mengingat sudah lama dia tidak menghubungiku. Terakhir kali kami bertemu, di saat aku dan dia mengunjungi Mona dan Elena di lapak jagung. Setelah pertemuan yang penuh dengan perasaan sedih itu, Mas Alvin kemudian mengantarkan mantan istri dan anaknya pulang ke rumah, melihat kondisi kos-kosan yang dihuni oleh Mona rasanya miris memang, Mas Alvin nampak sedih, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya memberi uang kepada ibu dari putrinya itu, kemudian kami kembali ke ibukota."Halo, selamat pagi.""Pagi, gimana kabarnya?""Baik," jawabku."Gimana anak anak dan keluargamu?""Kami baik," jawabku lagi."Apa kau sibuk hari ini?""Ya, seperti biasa.""Sebenarnya aku ingin mengajakmu untuk mengunjungi elena."Untuk apa dia selalu mengajakku, Apakah canggung rasanya j
"Kupikir kau senang aku bercerai dengan Mona," ucapnya yang sukses menahan langkahku saat hampir saja menarik gagang pintu."Musibah dan ketidaknyamanan yang terjadi di antara kalian memang cukup menghibur untuk dilihat, tapi melibatkan bocah kecil dan membuat dia berada dalam situasi yang malang bukanlah hal yang bagus. Tolonglah sebagai ayahnya bertanggung jawablah, kasihan anak itu. Dia sudah sakit dan menderita dengan berbagai kekurangan yang dia miliki, mempertahankan rumah tanggamu dan tidak boleh menyerah sedikitpun atas anakmu.""Sudah ya, mendengarmu mengatakan ini saja sudah membuatku sangat tersinggung dan sakit hati, sudah cukup menceramahiku.""Kalau tidak demi Elena tentulah Aku tidak mau susah payah datang ke sini," jawabku sambil menjauh."Tunggu, baik ... baik, aku akan ikut denganmu," ucapnya sambil membereskan beberapa tumpukan kertas yang tadinya berserakan di atas meja kerjanya."Ada apa?" tanyaku heran. Sepertinya dia mulai terpengaruh dengan tingkahku yang ing
Sewaktu mobil meluncur Pergi aku kembali memikirkan bagaimana keadaan balita yang tadi masih dalam pelukan ibunya itu. Bagaimanapun dia tidak bersalah sehingga harus menanggung keadaan sepahit itu. Aku heran kenapa Mas ALvin tidak berusaha menahan anaknya tetap berada di sisinya dibandingkan mempercayakan bocah itu kepada Mona.Dia tahu sendiri bahwa keadaan mental dan emosional Mona tidak stabil juga dia tidak punya penghasilan tetap, Jadi bagaimana mungkin Mona bisa menjamin kehidupan Elena dengan benar."Kenapa diam sayang," tanya Mas Eko sambil mengendarai mobil dia menggenggam tanganku yang saat itu sedang menerawang memikirkan bocah tadi."Aku hanya memikirkan nasib bocah tadi dia ter batuk-batuk dalam keadaan kedinginan Mas Mana warung itu hanya ditutupi dengan terpal jadi sebagian air hujan tempias ke arah tempat tidurnya dan itu pasti membuatnya lembab," gumamku."Kau bahkan memperhatikan detail sekecil itu?""Iya.""Aku tidak bisa memaksamu untuk tidak memperhatikan orang la
Ada pemandangan yang mengejutkan ketika aku dan Mas Eko juga anak-anak kami tengah berlibur keluar daerah.Kami tiba di sebuah kota wisata yang cukup sejuk dengan perbukitan dan kebun teh yang membentang. Kuminta suami untuk menghentikan mobilnya di lapas seorang penjual jagung bakar. Terbit seleraku ingin mencicipi setelah dua jam perjalanan di tengah hujan dan cuaca dingin.Kubuka jendela mobil dan meminta pada si penjual agar memberiku jagung bakar dua puluh ribu."Baik, Bu, sebentar ya," jawab wanita itu sambil mendudukkan anak yang tadinya dia pangku seraya mengipasi jagung bakar."Turun aja Bund, pilih yang besar besar," ujar Mas Eko."Iya deh, aku turun," balasku yang segera merapatkan jaket dan turun dari mobil. "Ini jagungnya masih segar ya Bu, baru dipetik ya?" tanyaku pada wanita yang terus sibuk mengipasi dan membolak balikkan jagung di atas bara api."Iya Bu."Secara kebetulan aku dan dia saling berpandangan, aku terkejut, dia juga, entah kenapa begitu. Aku sekarang fam
"Tidak usah, Mas, aku rasa istrinya Mas ALvin akan mengatasi semuanya dan aku percaya bahwa itu tidak akan terjadi untuk berulang-ulang kali.""Aku sadar betul bahwa mantan suamimu tidak rela begitu saja kau berbahagia denganku tapi aku tidak menyangka bahwa manuvernya akan seserius ini, kupikir setelah menyadari bahwa kau ada yang punya, maka dia akan berhenti tapi ternyata dia semakin gigih saja.""Bukan aku saja yang mengalami setiap pengalaman seperti itu Mas, banyak orang yang menjalani perceraian tapi pasangannya belum benar-benar move on jadi mereka terganggu.""Aku pun tahu ... tapi aku tidak ingin kau termasuk dalam golongan itu. Aku ingin kita hidup tentram dan bahagia tanpa ada gangguan dari siapapun, dan ya, mantan suamimu yang mau gemar mencari gara-gara itu, dia benar-benar menguji kesabaranku.""Aku sudah tahu sejauh apa kesabaranmu Mas. Karena itu juga aku memilihmu sebagai suami," jawabku sambil mencoba menetramkan perasaannya."Katakan pada Alvin, jika dia masih tid
Melihat bahwa anak tiriku dan tentu saja anggota keluargaku yang lain merasa tidak nyaman dengan kedatangan Mas ALvin aku pun berjanji kepada mereka akan mengatasi situasi itu.Selesai makan dan beristirahat aku kemudian mandi dan mengganti pakaian sambil mengeringkan rambutku di balkon Aku kemudian mengirimkan pesan kepada ayahnya Rina dan gema.(Kenapa kau mencariku ke rumah suamiku Apa ada yang kau perlukan dariku? Kupikir hubungan kita sudah berakhir, jadi aku tidak akan pernah mendapatkan gangguan darimu, tapi nyatanya aku tidak pernah lepas dengan masalah itu!)Tak berselang lama pesan itu segera terbalas dan bunyinya.(Sejujurnya aku hanya rindu ingin melihatmu dan menyapamu.)(Kau sudah gila?)(Aku ingin melihat anak anak juga, mengapa setelah pernikahanmu rasanya sulit sekali untuk menemui anak-anak.)(Setelah mendapatkan sekolah baru dan tempat bimbingan belajar terbaik tentu saja intensitas kesibukan anak-anak meningkat belum lagi jadwal mengaji dan olahraga mereka jadi, h
"Astaga Mbak sombong sekali ya baru mendapatkan pebisnis seperti dia saja, kamu sudah luar biasa angkuhnya," ucapnya sambil melipat tangan di dada, ia mendesis dan mendelik penuh kebencian dan rasa iri."Tentu saja saya sangat bangga, suami saya adalah pria yang baik, romantis, pebisnis yang mandiri dan bukanlah budak korporasi seperti suamimu."Merasa disindir suaminya, wanita itu naik pitam dan kesal sekali."Tapi, sebudak-budaknya dia pernah jadi suamimu dan kamu pun pernah makan dari uangnya," ucap Mona dengan sinis.Melihat siatuasi kurang kondusif suamiku akhirnya ikut bicara juga."Begini, bisa kita bicara nanti saja, tolong minggirlah dari panggung karena beberapa tamu yang lain juga ingin bersalaman dan mengucapkan selamat," ucap Mas Eko dengan senyum kesal."Tsah .... anda tak sopan juga ya, padahal kami kemari menghadiri undangan Anda dengan baik.""Saya tidak ingat pernah mengundang Anda tapi, terima kasih atas kedatangannya," jawab Mas Eko."Hmm, pantas saja kalian ber
Setelah kepergian Mas ALvin aku lantas menyusuri pintu lalu naik ke lantai 2 lewat tangga samping. Saat ku buka ternyata anak-anak masih belum tidur Mereka berdiri di dekat jendela dan ternyata menyaksikan apa yang terjadi di antara aku dan ayahnya."Jadi papa dan Bunda bertengkar lagi?""Uhm, ti-tidak juga.""Apa, Papa ingin kembali pada Bunda?""Iya.""Kenapa Bunda tidak terima kalau masih ada kemungkinan?""Nggak mungkin dong Rina Papa udah menikah dengan perempuan lain sementara Bunda sudah terikat sama Om Eko.""Kalau gitu mestinya Papa tahu....""Mestinya sih sadar," balasku."Daritadi pagi sikap papa aneh.""Ya, benar. Tapi kalian tidak perlu memikirkannya karena setelah ini tidak akan ada gangguan lagi dalam kehidupan kita.""Maaf, menurut Bunda Papa adalah gangguan?""Bukan begitu ... Bunda hanya menghindari masalah agar istrinya tidak salah paham dan mencari gara-gara Bunda capek bertengkar dengan seseorang jadi, begitulah....""Baiklah, Bunda. Kalau begitu bunda nikah aja s
Anak-anak makan siang di sebuah restoran makanan khas Sunda. Telah memesan lauk dan lalapan khas yang selalu mengundang selera, kami pun berbincang membicarakan keseharian dan kegiatan sekolah anak anak. Rina dan Gema antusias bercerita ketika Mas Eko menanyai sementara aku menyimak sambil bermain ponsel.(Mas, ada apa kamu ke sekolahan anak anak? Kenapa denganmu hari ini, kemana mobilmu?)"Aku sengaja meninggalkannya di rumah karena ingin berjalan dan menikmati waktu, aku rindu anakku, Aku ingin menjumpai mereka tapi kalah cepat denganmu. Kulit mereka antusias sekali naik ke atas mobil itu dan kau juga terlihat sangat bahagia dan serasi dengan calon suamimu jadi aku merasa tidak berhak untuk mengganggu keadaan kalian.)(Tapi sepertinya kau nampak Frustrasi dan kecewa?)(Kecewa, enggaklah, ngapain aku kecewa, aku yang milih ninggalin kamu, jadi ngapain aku kecewa?) Agak berat sebelah sebenarnya karena baru siang tadi Dia terlihat sangat sedih saat menumpahkan ayam goreng di hadapank