Shara dan Adam turun ke halaman hotel setelah mereka siap dengan dandanan untuk acara resepsi nanti malam. Dikarenakan hari masih sore dan cukup cerah, mereka akan melakukan konvoi terlebih dahulu menggunakan motor Vespa Adam untuk mengelilingi jalan-jalan di dekat hotel tempat mereka akan melakukan resepsi.
Dalam hati Shara ia benar-benar ingin mementung kepala Adam karena memiliki ide gila seperti ini. Bagaimana ia tidak geram, Adam memboncengnya dengan diiringi teman-teman club' moge-nya. Andai saja mereka menggunakan motor Harley Davidson milik Adam mungkin pemandangan ini sangat biasa dan tidak kontras, namun Vespa tua berjejer dengan motor Harley Davidson tentunya sangat-sangat jomplang. Motor Vespa tua berwarna biru itu pun dicanteli kaleng-kaleng di belakangnya yang membuatnya sangat berisik sekali ketika motor itu melaju di jalanan. Belum lagi tulisan plat nomer itu yang diganti dengan plat palsu sementara khusus untuk acara touring sejauh 1 kilometer ini. A
"Sumpah, gue malu banget pakai kostum beginian," keluh Nada sambil menatap dirinya di depan cermin.Deva yang duduk sambil memainkan handphonenya hanya bisa menghela napas panjang."Apalagi gue, mana ada anak SMA perutnya mulai drumband begini?"Salma memutar kedua bola matanya ketika mendengar ocehan Deva yang duduk di sebelahnya."Itu mah Lo sama Fabian aja yang nggak pakai KB. Baru juga Lo lahiran si Enzo sama Enzy 6 bulan, udah dapat aja garis 2.""Gue maunya nunda dulu tapi si Fabian mah maunya kejar target. Dia Inget umur gue udah 32 an, makin lama punya anak, makin tinggi resikonya nantinya.""Kalo Lo gitu, gimana Mbak Shara yang udah 34 tahun baru nikah? kalo cepet punya anak paling umur 35 baru lahiran anak pertama." Oceh Nada sambil membetulkan make-up tipis yang malam ini menghiasi wajahnya."Doain aja biar cepat kasih ponakan buat kita. Lagian ada si Robert yang bisa bantu lahiran nantinya," kata Juna yan
Dua hari sejak berakhirnya rangkaian acara pernikahannya, Shara dan Adam sudah kembali ke rumah orangtua Shara. Mau tidak mau Shara serta Adam harus tinggal di rumah ini hingga tiga hari ke depan sampai acara ngunduh mantu diadakan di ranch milik Adam.Buang jauh-jauh tentang honeymoon apalagi kegiatan intim panas pasangan yang baru saja menikah. Pada kenyataannya, Adam justru lebih banyak menghabiskan waktunya di depan laptop dan mengurusi pekerjaannya. Tidak mau berlarut-larut memikirkan kesibukan Adam hingga sering lupa untuk memberikan pelukan kepadanya, Shara juga memilih untuk hanyut di dalam pekerjaannya."Bi, Babi...," Panggil Adam ketika ia melihat Shara fokus kepada Laptopnya."Hmm?""Keluar yuk, kita makan."Shara hanya menghela napas panjang dan kini ia mendongak untuk menatap Adam yang berdiri di belakangnya."Mau makan apa?""Terserah, aku lapar.""Aku masakin aja, Nyet."Adam hanya mengan
Setelah menu sarapan pembuka pagi ini di atas Ranjang, Adam dan Shara turun ke bawah."Nyet, sepi banget sih? Orang-orang belum pada datang?""Udah mungkin, tapi nggak bisa masuk ke sini."Shara mengernyitkan keningnya ketika mendengar perkataan Adam ini."Kok gitu?""Aku kunci pintunya. Aku nggak mau diganggu aja pagi-pagi sama mereka. Lagian belum puas jamah kamu pagi ini."Asem....Kenapa Shara merasa malu sendiri ketika mendengar perkataan Adam ini."Cie... babi salting, mukanya merah." Adam mencoba menggoda Shara pagi ini yang langsung membuat Shara mengangkat tangannya.Plak....Shara menepuk pipi Adam yang membuat Asma langsung mengelus-elus pipinya."Sakit, Bi.""Biar sehati, kamu juga merah pipinya," kata Shara lalu ia menjulurkan lidahnya dan ia meninggalkan Asma untuk turun ke bawah.Saat Shara ada di bawah, ia langsung membuka kulkas dan mengeluarkan keju, cokelat
Hari demi hari telah berganti hingga tanpa terasa Shara dan Adam sudah menikah selama dua Minggu lamanya. Bahkan selama itu pula Shara belum menikmati indahnya malam pertamanya dengan Adam. Hanya sekedar blow job dan beberapa foreplay tanpa adanya penetrasi setiap harinya. Baru pagi ini dirinya benar-benar bersih dari tamu bulanannya.Rutinitasnya bersama Adam pun tidak jauh berbeda dengan dulu ketika mereka belum menikah, hanya saja sejak tiga hari yang lalu Shara harus bangun pagi dan mulai menyiapkan keperluan Adam setiap pagi sebelum berangkat ke kantor termasuk bekal makanannya.Entah ia harus bersyukur atau mengeluh atas semua ini. Sejak mereka hanya tinggal berdua, Adam memintanya untuk menyiapkan makanan sebagai bekal makan siang. Bukan sembarang menu, Adam memintanya untuk menyiapkan menu sehat. Ia juga diminta Adam untuk mengkonsumsi makanan yang dipercaya dapat meningkatkan kesuburan bagi mereka berdua."Lama-lama jadi kambing sama s
Shara hanya bisa diam saat Adam menuntunnya untuk menuju ke sofa santai ruang tengah rumah mereka. Bahkan saat Adam memintanya duduk pun Shara hanya bisa mengikutinya. Ia benar-benar seperti kerbau yang dicolok hidungnya, apa yang Adam perintahkan akan ia lakukan tanpa protes apalagi menolak sedikitpun.Cupp....Shara bisa merasakan sapuan bibir Adam di atas bibirnya yang begitu lembut dan tanpa lidah bermain di mana-mana. Bahkan Shara bisa melihat Adam yang menutup kedua matanya. Pemandangan wajah Adam yang ada di hadapannya ini benar-benar membuat Shara semakin bersyukurlah memiliki Adam di hidupnya. Bahkan ia kini ia sering berdoa agar kelak anak mereka memiliki fisik yang lebih banyak diwariskan oleh gen Adam. Hidung Adam yang mancung, dua lesung pipi dan bulu matanya yang lentik begitu sempurna bagi Shara. Belum lagi di tambah alis Adam yang tebal dan rambut hitamnya yang lurus.Shara menggeram ketika ia merasakan tangan Adam sudah naik untuk merem
Adam bangun dari tidurnya sore ini dengan badan terasa kaku-kaku. Saat ia melirik ke sebelah kiri, tampak di sana Shara yang masih tertidur dengan pulasnya setelah percintaan maraton mereka sejak pagi hingga siang hari tadi.Aktivitas tak terencana mereka telah sukses membuat Shara maupun Adam melupakan pekerjaan mereka di kantor. Persetan dengan deadline pekerjaan yang menumpuk, yang pasti kini Adam tau bahwa ia tidak akan bisa berhenti menyentuh Shara setiap hari. Dirinya yang masih sangat amatir terasa hijau tatkala Shara sudah terbawa gairah. Bahkan Adam hanya bisa pasrah saat Shara sudah mengambil kendali atas dirinya. Setiap gerakan, bahkan goyangan Shara ketika mendominasi dirinya benar-benar membuatnya ketagihan dan kelimpungan di buatnya. Shara benar-benar pecinta sejati, bahkan mereka melakukannya di setiap sudut rumah ini mulai ruang keluarga, dapur, bahkan di kamar.Tidak ingin membangunkan Shara, Adam bangkit berdiri dari ranjang dan menuju ke kam
Untuk pertama kalinya di hidup Shara setelah ia menikah dengan Adam, ini adalah hal yang membuatnya merasa ketakutan tanpa sebab yang jelas. Bagaimana tidak, kini dirinya dan Adam sedang menunggu antrian untuk masuk ke ruang praktek Dokter Robert. Sebagai wanita, perasaan takut seperti ini mungkin akan dirasakan apalagi jika mereka mengunjungi klinik infertilitas seperti ini. Takut bahwa dirinya bermasalah sangat besar muncul di dalam diri Shara saat ini."Nyet?""Hmm.""Aku takut, Nyet.""Tenang aja, si Robert udah disuntik anti rabies. Jadi kalo gigit nggak akan berbahaya."Bugg...Shara menepuk paha Adam yang sukses membuat Adam mengaduh. Satu jam mereka berdua menunggu di ruang tunggu ini hingga akhirnya nama Shara dipanggil oleh seorang perawat untuk masuk ke ruang praktek dokter. "Ibu Akshara Blanca Tanarya, silahkan masuk ke ruangan dokter Robert."Adam dan Shara lalu bangkit berdiri dan s
Melihat Robert yang hanya diam saja, Adam memilih bangkit dari kursi yang ia duduki dan melangkahkan kakinya mendekati sisi ranjang di mana Shara sedang melakukan USG transvaginal. Robert yang melihat Adam sudah ada di dekat Shara hanya bisa menelan salivanya. Ia memperhatikan wajah Adam dan Shara satu per satu. Kini Robert hanya berharap Adam dan Shara akan cukup kuat saat mendengar informasi dari dirinya ini. "Dok, gimana kondisi istri saya?""Bapak dan ibu bisa melihat ke layar monitor. Ini bagian yang saya tunjuk adalah mioma uteri yang ukurannya cukup besar hampir 20 centimeter."Satu detik....Dua detik....Tiga detik....Baik Shara maupun Adam hanya bisa diam dan terpaku pada layar monitor besar yang terpajang di dinding ruangan ini. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Adam maupun Shara. Yang ada justru setetes air mata yang keluar membasahi pipi Shara. Cepat-cepat Shara menghapusnya menggunakan jari jemari len
Setelah mengatar Galen dan Edel ke sekolah mereka, pagi ini Juna dan Nada segera menuju ke rumah Adam yang berada di daerah Kalasan. Jangan tanya bagaimana padatnya lampu merah pagi ini karena tentu saja di jam-jam orang berangkat kerja seperti ini jalan Laksda Adisucipto cukup membuat banyak orang tiba-tiba cosplay menjadi Valentino Rossi."Kalo bukan karena kamu yang ngajakin aku, Nad, mending aku ke kantor dan kerja aja. Kerjaanku numpuk ini.""Kemarin kita sudah menuruti keinginan Adam buat enggak ditengok, karena itu kita ngikutin kemauan Tiara buat bikin acara penyambutan di rumahnya si Monyet.""Memang siapa yang punya kunci rumahnya?""Aku," kata Nada sambil memamerkan kunci rumah Adam di depan wajah suaminya yang kini sedang berada di balik kemudi mobil.Juna menggelengkan kepalanya melihat kunci rumah Adam yang memiliki gantungan boneka Pucca itu. Melihat reaksi Juna, Nada menarik kunci itu dan memasukkan kembali ke dalam tasnya. Obrolan khas suami istri terjadi di dalam mob
Adam baru bisa bernapas dengan lega kala Mamanya pamit untuk ke kantor, namun sepertinya rasa lega yang ia rasakan terlalu cepat berakhir karena handphonenya sudah penuh dengan hujatan dari saudara-saudaranya.Nada : Nyet... sebenarnya lo anggap kita di group ini apa? Bisa-bisanya lo enggak kasih kabar kalo Mbak Shara opname di rumah sakit.Luna : Shara opname?Nada : Iya, Mbak. Gue dikasih tahu Mama soalnya Mama ijin berangkat siang hari ini karena mau jenguk Mbak Shara dulu.Ruben : Bagus.... si Monyet minta didepak dari dari group ini secara terang-terangan.Juna : Gimana bisa kita depak dia, Ben... dia kan admin group-nya :DCaramel : Oh... begitu ya mainnya sekarang, mas Adam? Kalo ada apa-apa enggak pernah kasih tahu keluarga. Awas aja kalo bininya sampai mikir keluarga lakinya cuek-cuek dan enggak ada yang perhatian.Adam yang membaca pesan di group whatsapp itu hanya bisa menghela napas panjang. Niat hati ingin merahasiakan semua ini agar Shara bisa beristirahat dengan nyaman
Shara memilih memfokuskan pandangannya pada layar handphone miliknya sejak Sony dan Ayu masuk ke ruangan ini. Apalagi dokter Merry baru saja melakukan kunjungan dan menerangkan kondisinya secara detail saat ini kepada Adam berbonus kepada Sony serta Ayu. Tentu saja Sony dan Ayu menanyakan kondisi Shara saat ini secara detail kepada dokter Merry melebihi pertanyaan-pertanyaan yang Adam berikan. "Selalu saja begitu kamu itu, Shar. Apa sih susahnya menahan diri? Toh kalian ini sudah lama 'kan mengharapkan kehadiran momongan.""Mama kaya enggak pernah ditinggal lama sama Papa terus ketemu lagi. Bisa coba dibayangkan gimana 'kan rasanya."Jika tidak ingat ini di rumah sakit, Ayu pasti sudah mengomeli Shara tiada henti. Sayangnya Sony sudah meminta istrinya itu untuk diam dan tidak meneruskan perdebatan ini. Suara ketukan di pintu ruangan Shara dirawat ini membuat Adam segera berdiri dan berjalan untuk membukanya. Tidak mungkin perawat karena jika perawat pasti setelah mengetuk pintu akan
"Sebagai tindakan preventifnya, saya sarankan ibu Shara untuk bedrest selama beberapa hari di rumah sakit."Mendengar ucapan dokter Merry ini, Adam tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Bagaimana bisa Shara merahasiakan semuanya ini dari dirinya sejak pagi sampai siang. Untung saja saat ini dirinya menemani Shara ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya jika tidak entah apa yang akan terjadi. Bisa-bisa Shara tetap akan menyembunyikan keadaannya dengan mengatakan akan menginap di rumah orangtuanya selama beberapa hari. "Baik, Dok."Ucapan Shara yang terdengar pasrah ini membuat Adam menoleh. Andai tidak ada dokter Merry di hadapannya, Adam mungkin akan memarahi Shara secara habis-habis. Sudah menjadi kesepakatan mereka untuk selalu terbuka dalam hal apapun namun Shara memilih menyembunyikannya. Kini saat dokter Merry meminta Adam dan Shara mengurus semua bekas yang diperlukan untuk melakukan rawat inap, segera saja mereka berdua keluar dari ruang praktek dokter Merry. Samb
Terik sinar matahari yang menyapa kedua mata Adam membuatnya segera menggunakan kacamata hitamnya. Ia baru saja sampai di Yogyakarta Internasional Airports dan langsung menuju ke parkiran karena Nada sudah menjemputnya di sana. Sengaja Adam tidak memberitahukan kepada Shara tentang detail jadwal penerbangannya dari Berlin ke Jakarta. Ia bahkan sempat menginap selama semalam di Jakarta terlebih dahulu sebelum pulang ke Jogja.Begitu Adam sudah masuk ke sisi penumpang depan, Nada langsung tancap gas untuk keluar dari parkiran bandara."Gimana, Nyet kabar lo?""Seperti yang lo lihat.""Baguslah, sepertinya lo sehat.""Haruslah, Nad. Makanya gue nginep di Jakarta dulu semalam biar jetlag gue hilang. Biar waktu balik ke sini, gue bisa langsung lovey dovey-an sama Babi."Mendengar perkataan Adam ini, Nada menjadi teringat kejadian ketika ia berada di PGS kemarin. Meskipun ia sudah berjanji kepada Shara untuk tidak membocorkan masalah ini kepada Adam, namun entah kenapa ia merasa resah. Peng
Malam ini Adam duduk di kursi dapur yang ada di rumah Angi. Sengaja malam ini dirinya datang ke sini setelah mendapatkan kabar jika keluarga Joe sudah kembali ke Berlin setelah liburan keluarga yang mereka lalui."Tumben lo diam, Nyet?" Tanya Angi sambil membawakan minuman untuk Adam yang sudah datang sejak tadi ke rumahnya untuk bertemu Joe. Baru setelah urusan Adam dan Joe selesai di ruang kerja, Adam menuju ke dapur dan menunggu Angi selesai menidurkan Bathara di sana."Lo maunya gue tanyain apa?""Biasanya lo paling enggak bisa lihat orang pulang liburan tapi enggak bawa oleh-oleh.""Itu dulu. Sekarang sejak Shara hamil, gue akan pelan-pelan merubah sifat sampah gue. Ya meskipun enggak bisa seratus persen karena itu bawaan orok, tapi seenggaknya gue kurangin."Angi yang kini duduk di samping Adam hanya bisa menatap sepupunya itu dengan tatapan sedih. Ia belum siap kehilangan sosok gila Adam yang sudah menemaninya sejak kecil dengan segala tingkah nyentriknya. Mungkin saja tanpa ke
Seminggu setelah kepulangannya ke Indonesia, Shara akhirnya diselimuti rasa bosan. Aktivitasnya hanya berenang, yoga dan nonton TV seharian. Rasanya ia benar-benar membutuhkan pekerjaan untuk membuat otaknya tidak tumpul. Meksipun Adam tidak melarangnya utnuk bekerja, namun Adam tidak mengizinkannya untuk bekerja di kantor lagi yang mengharuskan ia naik turun tangga apalagi menyetir cukup jauh. Sejak tiga hari yang lalu bahkan Shara harus pindah kamar ke kamar tamu yang ada di lantai satu daripada setiap ia bertelepon ria dengan Adam, Adam terus menerus membahas hal ini.Selama seminggu ini juga Askara selalu menemaninya setiap malam di rumah. Kedua orangtuanya juga sudah dua kali datang menjenguknya, begitupula dengan mertuanya.Suara bel pintu rumah yang berbunyi membuat Shara segera berdiri dan berjalan ke arah depan. Sebelum membukanya, Shara mengintip dari jendela. Shara terkejut melihat Galen dan Edel ada di teras rumahnya bersama kedua orangtuanya.Apa Nada sama Juna enggak ker
Sejak Shara memberitahukan tentang kabar kehamilannya kemarin melalui sambungan telepon dan rencananya untuk pulang ke Indonesia bersama mertuanya, Ayu dan Sonny semakin tidak sabar menanti kepulangan anak perempuannya itu. Mereka tidak menyangka jika Tuhan sebaik ini kepada keluarga mereka. Shara akhirnya hamil secara alami. Ini benar-bensr mukjizat bagi keluarga mereka. Apalagi mengingat masalah rahim yang dialami Shara kemarin hingga ia harus berobat ke Jerman. "Pa, kita jemput Shara ke Bandara, yuk?" "Papa maunya gitu, tapi enggak bisa, Ma. Soalnya jadwalnya bentrok sama waktu operasi.""Hmm.... Ya sudah, Pa. Tapi kalo Mama ajak Shara tinggal di sini aja selama Adam belum balik ke Indonesia, Papa setuju enggak?""Setuju aja, Ma tapi apa Gendhis sama Suryawan enggak akan iri kalo Shara ikut kita?""Ya harusnya enggak, Pa. Bagaimanapun juga lebih enak ikut orangtua sendiri daripada ikut mertua. Di sisi lain kita ini 'kan dokter, jadi kalo Shara ada keluhan tentang kesehatannya, ki
Sepi. Itulah hal pertama yang Adam temui ketika ia masuk ke rumah yang ia tinggali bersama Shara selama ini. Tidak ia sangka jika kehadiran Shara lebih dari setahun belakangan ini membuat hidupnya lebih berwarna. Tanpa Shara di rumah ini, suasananya menjadi seperti kuburan. Mengingat ia baru saja datang dari bandara, Adam segera menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Selesai melakukan semua itu, ia memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur. Sebelum ia lupa, Adam segera mengambil handphonenya yang ada di atas meja dekat ranjang lalu mengirimkan pesan kepada istrinya. Adam : Bi, aku sudah sampai di rumah. Sekarang aku mau tidur dulu. Nanti kalo sudah bangun, aku telepon ya? Selesai mengetikkan semua itu, Adam menyenggol tombol send di handphone miliknya. Memgingat lelah setelah perjalanan, Adam langsung memejamkan matanya dan berharap esok hari dirinya sudah memiliki cukup kekuatan untuk menyelesaikan pekerjaannya. ***Shara yang baru saja membaca pesan dari