"Sumpah, gue malu banget pakai kostum beginian," keluh Nada sambil menatap dirinya di depan cermin.
Deva yang duduk sambil memainkan handphonenya hanya bisa menghela napas panjang.
"Apalagi gue, mana ada anak SMA perutnya mulai drumband begini?"
Salma memutar kedua bola matanya ketika mendengar ocehan Deva yang duduk di sebelahnya.
"Itu mah Lo sama Fabian aja yang nggak pakai KB. Baru juga Lo lahiran si Enzo sama Enzy 6 bulan, udah dapat aja garis 2."
"Gue maunya nunda dulu tapi si Fabian mah maunya kejar target. Dia Inget umur gue udah 32 an, makin lama punya anak, makin tinggi resikonya nantinya."
"Kalo Lo gitu, gimana Mbak Shara yang udah 34 tahun baru nikah? kalo cepet punya anak paling umur 35 baru lahiran anak pertama." Oceh Nada sambil membetulkan make-up tipis yang malam ini menghiasi wajahnya.
"Doain aja biar cepat kasih ponakan buat kita. Lagian ada si Robert yang bisa bantu lahiran nantinya," kata Juna yan
Dua hari sejak berakhirnya rangkaian acara pernikahannya, Shara dan Adam sudah kembali ke rumah orangtua Shara. Mau tidak mau Shara serta Adam harus tinggal di rumah ini hingga tiga hari ke depan sampai acara ngunduh mantu diadakan di ranch milik Adam.Buang jauh-jauh tentang honeymoon apalagi kegiatan intim panas pasangan yang baru saja menikah. Pada kenyataannya, Adam justru lebih banyak menghabiskan waktunya di depan laptop dan mengurusi pekerjaannya. Tidak mau berlarut-larut memikirkan kesibukan Adam hingga sering lupa untuk memberikan pelukan kepadanya, Shara juga memilih untuk hanyut di dalam pekerjaannya."Bi, Babi...," Panggil Adam ketika ia melihat Shara fokus kepada Laptopnya."Hmm?""Keluar yuk, kita makan."Shara hanya menghela napas panjang dan kini ia mendongak untuk menatap Adam yang berdiri di belakangnya."Mau makan apa?""Terserah, aku lapar.""Aku masakin aja, Nyet."Adam hanya mengan
Setelah menu sarapan pembuka pagi ini di atas Ranjang, Adam dan Shara turun ke bawah."Nyet, sepi banget sih? Orang-orang belum pada datang?""Udah mungkin, tapi nggak bisa masuk ke sini."Shara mengernyitkan keningnya ketika mendengar perkataan Adam ini."Kok gitu?""Aku kunci pintunya. Aku nggak mau diganggu aja pagi-pagi sama mereka. Lagian belum puas jamah kamu pagi ini."Asem....Kenapa Shara merasa malu sendiri ketika mendengar perkataan Adam ini."Cie... babi salting, mukanya merah." Adam mencoba menggoda Shara pagi ini yang langsung membuat Shara mengangkat tangannya.Plak....Shara menepuk pipi Adam yang membuat Asma langsung mengelus-elus pipinya."Sakit, Bi.""Biar sehati, kamu juga merah pipinya," kata Shara lalu ia menjulurkan lidahnya dan ia meninggalkan Asma untuk turun ke bawah.Saat Shara ada di bawah, ia langsung membuka kulkas dan mengeluarkan keju, cokelat
Hari demi hari telah berganti hingga tanpa terasa Shara dan Adam sudah menikah selama dua Minggu lamanya. Bahkan selama itu pula Shara belum menikmati indahnya malam pertamanya dengan Adam. Hanya sekedar blow job dan beberapa foreplay tanpa adanya penetrasi setiap harinya. Baru pagi ini dirinya benar-benar bersih dari tamu bulanannya.Rutinitasnya bersama Adam pun tidak jauh berbeda dengan dulu ketika mereka belum menikah, hanya saja sejak tiga hari yang lalu Shara harus bangun pagi dan mulai menyiapkan keperluan Adam setiap pagi sebelum berangkat ke kantor termasuk bekal makanannya.Entah ia harus bersyukur atau mengeluh atas semua ini. Sejak mereka hanya tinggal berdua, Adam memintanya untuk menyiapkan makanan sebagai bekal makan siang. Bukan sembarang menu, Adam memintanya untuk menyiapkan menu sehat. Ia juga diminta Adam untuk mengkonsumsi makanan yang dipercaya dapat meningkatkan kesuburan bagi mereka berdua."Lama-lama jadi kambing sama s
Shara hanya bisa diam saat Adam menuntunnya untuk menuju ke sofa santai ruang tengah rumah mereka. Bahkan saat Adam memintanya duduk pun Shara hanya bisa mengikutinya. Ia benar-benar seperti kerbau yang dicolok hidungnya, apa yang Adam perintahkan akan ia lakukan tanpa protes apalagi menolak sedikitpun.Cupp....Shara bisa merasakan sapuan bibir Adam di atas bibirnya yang begitu lembut dan tanpa lidah bermain di mana-mana. Bahkan Shara bisa melihat Adam yang menutup kedua matanya. Pemandangan wajah Adam yang ada di hadapannya ini benar-benar membuat Shara semakin bersyukurlah memiliki Adam di hidupnya. Bahkan ia kini ia sering berdoa agar kelak anak mereka memiliki fisik yang lebih banyak diwariskan oleh gen Adam. Hidung Adam yang mancung, dua lesung pipi dan bulu matanya yang lentik begitu sempurna bagi Shara. Belum lagi di tambah alis Adam yang tebal dan rambut hitamnya yang lurus.Shara menggeram ketika ia merasakan tangan Adam sudah naik untuk merem
Adam bangun dari tidurnya sore ini dengan badan terasa kaku-kaku. Saat ia melirik ke sebelah kiri, tampak di sana Shara yang masih tertidur dengan pulasnya setelah percintaan maraton mereka sejak pagi hingga siang hari tadi.Aktivitas tak terencana mereka telah sukses membuat Shara maupun Adam melupakan pekerjaan mereka di kantor. Persetan dengan deadline pekerjaan yang menumpuk, yang pasti kini Adam tau bahwa ia tidak akan bisa berhenti menyentuh Shara setiap hari. Dirinya yang masih sangat amatir terasa hijau tatkala Shara sudah terbawa gairah. Bahkan Adam hanya bisa pasrah saat Shara sudah mengambil kendali atas dirinya. Setiap gerakan, bahkan goyangan Shara ketika mendominasi dirinya benar-benar membuatnya ketagihan dan kelimpungan di buatnya. Shara benar-benar pecinta sejati, bahkan mereka melakukannya di setiap sudut rumah ini mulai ruang keluarga, dapur, bahkan di kamar.Tidak ingin membangunkan Shara, Adam bangkit berdiri dari ranjang dan menuju ke kam
Untuk pertama kalinya di hidup Shara setelah ia menikah dengan Adam, ini adalah hal yang membuatnya merasa ketakutan tanpa sebab yang jelas. Bagaimana tidak, kini dirinya dan Adam sedang menunggu antrian untuk masuk ke ruang praktek Dokter Robert. Sebagai wanita, perasaan takut seperti ini mungkin akan dirasakan apalagi jika mereka mengunjungi klinik infertilitas seperti ini. Takut bahwa dirinya bermasalah sangat besar muncul di dalam diri Shara saat ini."Nyet?""Hmm.""Aku takut, Nyet.""Tenang aja, si Robert udah disuntik anti rabies. Jadi kalo gigit nggak akan berbahaya."Bugg...Shara menepuk paha Adam yang sukses membuat Adam mengaduh. Satu jam mereka berdua menunggu di ruang tunggu ini hingga akhirnya nama Shara dipanggil oleh seorang perawat untuk masuk ke ruang praktek dokter. "Ibu Akshara Blanca Tanarya, silahkan masuk ke ruangan dokter Robert."Adam dan Shara lalu bangkit berdiri dan s
Melihat Robert yang hanya diam saja, Adam memilih bangkit dari kursi yang ia duduki dan melangkahkan kakinya mendekati sisi ranjang di mana Shara sedang melakukan USG transvaginal. Robert yang melihat Adam sudah ada di dekat Shara hanya bisa menelan salivanya. Ia memperhatikan wajah Adam dan Shara satu per satu. Kini Robert hanya berharap Adam dan Shara akan cukup kuat saat mendengar informasi dari dirinya ini. "Dok, gimana kondisi istri saya?""Bapak dan ibu bisa melihat ke layar monitor. Ini bagian yang saya tunjuk adalah mioma uteri yang ukurannya cukup besar hampir 20 centimeter."Satu detik....Dua detik....Tiga detik....Baik Shara maupun Adam hanya bisa diam dan terpaku pada layar monitor besar yang terpajang di dinding ruangan ini. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Adam maupun Shara. Yang ada justru setetes air mata yang keluar membasahi pipi Shara. Cepat-cepat Shara menghapusnya menggunakan jari jemari len
Sejak tadi Adam memilih memperhatikan Shara yang duduk diam di dekat jendela sambil melihat rintik hujan di luar jendela rumah mereka. Adam masih memilih diam karena ia pun juga sedang mencoba menerima kenyataan yang kini menampar mereka dengan telak. Tak banyak kata yang keluar dari bibir Shara selain kata maaf dan maaf yang terus Shara ucapkan kepada Adam. Sejak Shara mengatakan permintaan maafnya di dalam mobil sepulang mereka dari rumah sakit, Adam memilih untuk tidak menjawab sama sekali awalnya namun Shara yang terus meminta maaf kepadanya membuat Adam cukup muak dan akhirnya Adam membuka mulutnya dan mengatakan jika Shara tak perlu meminta maaf karena ini bukan salahnya. Semua yang terjadi ini adalah salah satu cobaan yang harus mereka hadapi bersama. Adam sudah mencoba mengatakan ini semua kepada Shara namun Shara masih tetap menyalahkan dirinya. Kini Adam memilih untuk melangkahkan kakinya menuju ke arah Shara dan ia baru berhenti berjalan saat