Shara menatap pantulan wajahnya di cermin yang ada di hadapannya. Kini ia sudah selesai dirias dengan riasan khas pengantin Jawa. Sebentar lagi ia akan turun ke Ballroom hotel untuk melangsungkan acara ijab qobulnya bersama Adam. Perasaannya pagi ini sungguh tak menentu dan ini adalah salah satu saat-saat paling menegangkan di hidupnya selama hampir 34 tahun.
"Ayo, Mbak Shara kita turun ke bawah." Perias pengantin itu mengajak Shara turun ke bawah.
Shara hanya tersenyum dan kini ia segera mengikuti perias itu. Saat ia berhenti di depan lift, Shara bertemu Risa dan Aini di depan lift. Shara sengaja mengangkat pandangannya, pantang baginya terlihat takut atau panik di depan wanita berbisa seperti Risa. Shara menyadari Risa menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dan ia berusaha keras untuk tidak membuka mulutnya. Ia tidak mau merusak suasana hatinya hanya karena perempuan sakit jiwa yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa Adam memang tidak memil
Jantung Shara seakan sedang melakukan drumband ketika ia dan Adam akhirnya berada di dalam sebuah suite room hotel. Gila, tak pernah ia sangka jika setelah kata sah terucap, dirinya justru memiliki rasa sedikit malu kepada sahabatnya yang kini telah naik kasta menjadi suaminya ini."Bi, kamu mau makan apa?""Terserah kamu aja, Nyet. Aku mau mandi dulu.""Ikut ya, Bi?"Satu detik....Dua detik...Tiga detik....Shara hanya bisa diam dan berhenti berjalan, kini saat ia membalikkan tubuhnya, ia bisa melihat Adam yang sepertinya serius dengan ucapannya tadi."Nggak. Jangan sekarang."Adam mengernyitkan keningnya dan kini ia berjalan mendekati Shara. Saat ia sudah ada di dekat Shara, Adam memegang kedua lengan Shara."Bi, kita udah halal."Shara hanya tersenyum lalu ia menghela napasnya sebelum dirinya akan membuat Adam kecewa di hari pertama mereka menjadi suami istr
Setelah semalam dirinya dan Adam mengikuti acara after party dengan teman-teman moge Adam yang lebih mirip seperti acara reuni para muda mudi angkatan 70-80 an, siang ini Shara harus duduk kembali di depan meja rias untuk acara resepsinya nanti malam. Jika kemarin acara yang diusung memang menggunakan aneka jajanan yang bertebaran di mall, berbeda dengan kali ini yang mengusung konsep Jawa tradisionalnya dan beberapa menu yang sudah sulit ditemui di luaran. "Kok kayanya masih ngantuk banget Mbak Shara. Semalam berapa ronde?" Tanya make up artist yang sedang memasangkan hiasan di kepala Shara. "Kira-kira berapa Tante?" "Ya lima atau enam mungkin masih sanggup." Kini Shara tertawa cekikikan ketika mendapati komentar dari make up artist tersebut. Kejadian semalam benar-benar membuatnya malu sendiri. Semalam saat dirinya dan Adam kembali ke kamar mereka yang ada di hotel ini, ternyata tetap saja dirinya tidak san
Shara dan Adam turun ke halaman hotel setelah mereka siap dengan dandanan untuk acara resepsi nanti malam. Dikarenakan hari masih sore dan cukup cerah, mereka akan melakukan konvoi terlebih dahulu menggunakan motor Vespa Adam untuk mengelilingi jalan-jalan di dekat hotel tempat mereka akan melakukan resepsi.Dalam hati Shara ia benar-benar ingin mementung kepala Adam karena memiliki ide gila seperti ini. Bagaimana ia tidak geram, Adam memboncengnya dengan diiringi teman-teman club' moge-nya. Andai saja mereka menggunakan motor Harley Davidson milik Adam mungkin pemandangan ini sangat biasa dan tidak kontras, namun Vespa tua berjejer dengan motor Harley Davidson tentunya sangat-sangat jomplang. Motor Vespa tua berwarna biru itu pun dicanteli kaleng-kaleng di belakangnya yang membuatnya sangat berisik sekali ketika motor itu melaju di jalanan. Belum lagi tulisan plat nomer itu yang diganti dengan plat palsu sementara khusus untuk acara touring sejauh 1 kilometer ini. A
"Sumpah, gue malu banget pakai kostum beginian," keluh Nada sambil menatap dirinya di depan cermin.Deva yang duduk sambil memainkan handphonenya hanya bisa menghela napas panjang."Apalagi gue, mana ada anak SMA perutnya mulai drumband begini?"Salma memutar kedua bola matanya ketika mendengar ocehan Deva yang duduk di sebelahnya."Itu mah Lo sama Fabian aja yang nggak pakai KB. Baru juga Lo lahiran si Enzo sama Enzy 6 bulan, udah dapat aja garis 2.""Gue maunya nunda dulu tapi si Fabian mah maunya kejar target. Dia Inget umur gue udah 32 an, makin lama punya anak, makin tinggi resikonya nantinya.""Kalo Lo gitu, gimana Mbak Shara yang udah 34 tahun baru nikah? kalo cepet punya anak paling umur 35 baru lahiran anak pertama." Oceh Nada sambil membetulkan make-up tipis yang malam ini menghiasi wajahnya."Doain aja biar cepat kasih ponakan buat kita. Lagian ada si Robert yang bisa bantu lahiran nantinya," kata Juna yan
Dua hari sejak berakhirnya rangkaian acara pernikahannya, Shara dan Adam sudah kembali ke rumah orangtua Shara. Mau tidak mau Shara serta Adam harus tinggal di rumah ini hingga tiga hari ke depan sampai acara ngunduh mantu diadakan di ranch milik Adam.Buang jauh-jauh tentang honeymoon apalagi kegiatan intim panas pasangan yang baru saja menikah. Pada kenyataannya, Adam justru lebih banyak menghabiskan waktunya di depan laptop dan mengurusi pekerjaannya. Tidak mau berlarut-larut memikirkan kesibukan Adam hingga sering lupa untuk memberikan pelukan kepadanya, Shara juga memilih untuk hanyut di dalam pekerjaannya."Bi, Babi...," Panggil Adam ketika ia melihat Shara fokus kepada Laptopnya."Hmm?""Keluar yuk, kita makan."Shara hanya menghela napas panjang dan kini ia mendongak untuk menatap Adam yang berdiri di belakangnya."Mau makan apa?""Terserah, aku lapar.""Aku masakin aja, Nyet."Adam hanya mengan
Setelah menu sarapan pembuka pagi ini di atas Ranjang, Adam dan Shara turun ke bawah."Nyet, sepi banget sih? Orang-orang belum pada datang?""Udah mungkin, tapi nggak bisa masuk ke sini."Shara mengernyitkan keningnya ketika mendengar perkataan Adam ini."Kok gitu?""Aku kunci pintunya. Aku nggak mau diganggu aja pagi-pagi sama mereka. Lagian belum puas jamah kamu pagi ini."Asem....Kenapa Shara merasa malu sendiri ketika mendengar perkataan Adam ini."Cie... babi salting, mukanya merah." Adam mencoba menggoda Shara pagi ini yang langsung membuat Shara mengangkat tangannya.Plak....Shara menepuk pipi Adam yang membuat Asma langsung mengelus-elus pipinya."Sakit, Bi.""Biar sehati, kamu juga merah pipinya," kata Shara lalu ia menjulurkan lidahnya dan ia meninggalkan Asma untuk turun ke bawah.Saat Shara ada di bawah, ia langsung membuka kulkas dan mengeluarkan keju, cokelat
Hari demi hari telah berganti hingga tanpa terasa Shara dan Adam sudah menikah selama dua Minggu lamanya. Bahkan selama itu pula Shara belum menikmati indahnya malam pertamanya dengan Adam. Hanya sekedar blow job dan beberapa foreplay tanpa adanya penetrasi setiap harinya. Baru pagi ini dirinya benar-benar bersih dari tamu bulanannya.Rutinitasnya bersama Adam pun tidak jauh berbeda dengan dulu ketika mereka belum menikah, hanya saja sejak tiga hari yang lalu Shara harus bangun pagi dan mulai menyiapkan keperluan Adam setiap pagi sebelum berangkat ke kantor termasuk bekal makanannya.Entah ia harus bersyukur atau mengeluh atas semua ini. Sejak mereka hanya tinggal berdua, Adam memintanya untuk menyiapkan makanan sebagai bekal makan siang. Bukan sembarang menu, Adam memintanya untuk menyiapkan menu sehat. Ia juga diminta Adam untuk mengkonsumsi makanan yang dipercaya dapat meningkatkan kesuburan bagi mereka berdua."Lama-lama jadi kambing sama s
Shara hanya bisa diam saat Adam menuntunnya untuk menuju ke sofa santai ruang tengah rumah mereka. Bahkan saat Adam memintanya duduk pun Shara hanya bisa mengikutinya. Ia benar-benar seperti kerbau yang dicolok hidungnya, apa yang Adam perintahkan akan ia lakukan tanpa protes apalagi menolak sedikitpun.Cupp....Shara bisa merasakan sapuan bibir Adam di atas bibirnya yang begitu lembut dan tanpa lidah bermain di mana-mana. Bahkan Shara bisa melihat Adam yang menutup kedua matanya. Pemandangan wajah Adam yang ada di hadapannya ini benar-benar membuat Shara semakin bersyukurlah memiliki Adam di hidupnya. Bahkan ia kini ia sering berdoa agar kelak anak mereka memiliki fisik yang lebih banyak diwariskan oleh gen Adam. Hidung Adam yang mancung, dua lesung pipi dan bulu matanya yang lentik begitu sempurna bagi Shara. Belum lagi di tambah alis Adam yang tebal dan rambut hitamnya yang lurus.Shara menggeram ketika ia merasakan tangan Adam sudah naik untuk merem
Setelah mengatar Galen dan Edel ke sekolah mereka, pagi ini Juna dan Nada segera menuju ke rumah Adam yang berada di daerah Kalasan. Jangan tanya bagaimana padatnya lampu merah pagi ini karena tentu saja di jam-jam orang berangkat kerja seperti ini jalan Laksda Adisucipto cukup membuat banyak orang tiba-tiba cosplay menjadi Valentino Rossi."Kalo bukan karena kamu yang ngajakin aku, Nad, mending aku ke kantor dan kerja aja. Kerjaanku numpuk ini.""Kemarin kita sudah menuruti keinginan Adam buat enggak ditengok, karena itu kita ngikutin kemauan Tiara buat bikin acara penyambutan di rumahnya si Monyet.""Memang siapa yang punya kunci rumahnya?""Aku," kata Nada sambil memamerkan kunci rumah Adam di depan wajah suaminya yang kini sedang berada di balik kemudi mobil.Juna menggelengkan kepalanya melihat kunci rumah Adam yang memiliki gantungan boneka Pucca itu. Melihat reaksi Juna, Nada menarik kunci itu dan memasukkan kembali ke dalam tasnya. Obrolan khas suami istri terjadi di dalam mob
Adam baru bisa bernapas dengan lega kala Mamanya pamit untuk ke kantor, namun sepertinya rasa lega yang ia rasakan terlalu cepat berakhir karena handphonenya sudah penuh dengan hujatan dari saudara-saudaranya.Nada : Nyet... sebenarnya lo anggap kita di group ini apa? Bisa-bisanya lo enggak kasih kabar kalo Mbak Shara opname di rumah sakit.Luna : Shara opname?Nada : Iya, Mbak. Gue dikasih tahu Mama soalnya Mama ijin berangkat siang hari ini karena mau jenguk Mbak Shara dulu.Ruben : Bagus.... si Monyet minta didepak dari dari group ini secara terang-terangan.Juna : Gimana bisa kita depak dia, Ben... dia kan admin group-nya :DCaramel : Oh... begitu ya mainnya sekarang, mas Adam? Kalo ada apa-apa enggak pernah kasih tahu keluarga. Awas aja kalo bininya sampai mikir keluarga lakinya cuek-cuek dan enggak ada yang perhatian.Adam yang membaca pesan di group whatsapp itu hanya bisa menghela napas panjang. Niat hati ingin merahasiakan semua ini agar Shara bisa beristirahat dengan nyaman
Shara memilih memfokuskan pandangannya pada layar handphone miliknya sejak Sony dan Ayu masuk ke ruangan ini. Apalagi dokter Merry baru saja melakukan kunjungan dan menerangkan kondisinya secara detail saat ini kepada Adam berbonus kepada Sony serta Ayu. Tentu saja Sony dan Ayu menanyakan kondisi Shara saat ini secara detail kepada dokter Merry melebihi pertanyaan-pertanyaan yang Adam berikan. "Selalu saja begitu kamu itu, Shar. Apa sih susahnya menahan diri? Toh kalian ini sudah lama 'kan mengharapkan kehadiran momongan.""Mama kaya enggak pernah ditinggal lama sama Papa terus ketemu lagi. Bisa coba dibayangkan gimana 'kan rasanya."Jika tidak ingat ini di rumah sakit, Ayu pasti sudah mengomeli Shara tiada henti. Sayangnya Sony sudah meminta istrinya itu untuk diam dan tidak meneruskan perdebatan ini. Suara ketukan di pintu ruangan Shara dirawat ini membuat Adam segera berdiri dan berjalan untuk membukanya. Tidak mungkin perawat karena jika perawat pasti setelah mengetuk pintu akan
"Sebagai tindakan preventifnya, saya sarankan ibu Shara untuk bedrest selama beberapa hari di rumah sakit."Mendengar ucapan dokter Merry ini, Adam tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Bagaimana bisa Shara merahasiakan semuanya ini dari dirinya sejak pagi sampai siang. Untung saja saat ini dirinya menemani Shara ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya jika tidak entah apa yang akan terjadi. Bisa-bisa Shara tetap akan menyembunyikan keadaannya dengan mengatakan akan menginap di rumah orangtuanya selama beberapa hari. "Baik, Dok."Ucapan Shara yang terdengar pasrah ini membuat Adam menoleh. Andai tidak ada dokter Merry di hadapannya, Adam mungkin akan memarahi Shara secara habis-habis. Sudah menjadi kesepakatan mereka untuk selalu terbuka dalam hal apapun namun Shara memilih menyembunyikannya. Kini saat dokter Merry meminta Adam dan Shara mengurus semua bekas yang diperlukan untuk melakukan rawat inap, segera saja mereka berdua keluar dari ruang praktek dokter Merry. Samb
Terik sinar matahari yang menyapa kedua mata Adam membuatnya segera menggunakan kacamata hitamnya. Ia baru saja sampai di Yogyakarta Internasional Airports dan langsung menuju ke parkiran karena Nada sudah menjemputnya di sana. Sengaja Adam tidak memberitahukan kepada Shara tentang detail jadwal penerbangannya dari Berlin ke Jakarta. Ia bahkan sempat menginap selama semalam di Jakarta terlebih dahulu sebelum pulang ke Jogja.Begitu Adam sudah masuk ke sisi penumpang depan, Nada langsung tancap gas untuk keluar dari parkiran bandara."Gimana, Nyet kabar lo?""Seperti yang lo lihat.""Baguslah, sepertinya lo sehat.""Haruslah, Nad. Makanya gue nginep di Jakarta dulu semalam biar jetlag gue hilang. Biar waktu balik ke sini, gue bisa langsung lovey dovey-an sama Babi."Mendengar perkataan Adam ini, Nada menjadi teringat kejadian ketika ia berada di PGS kemarin. Meskipun ia sudah berjanji kepada Shara untuk tidak membocorkan masalah ini kepada Adam, namun entah kenapa ia merasa resah. Peng
Malam ini Adam duduk di kursi dapur yang ada di rumah Angi. Sengaja malam ini dirinya datang ke sini setelah mendapatkan kabar jika keluarga Joe sudah kembali ke Berlin setelah liburan keluarga yang mereka lalui."Tumben lo diam, Nyet?" Tanya Angi sambil membawakan minuman untuk Adam yang sudah datang sejak tadi ke rumahnya untuk bertemu Joe. Baru setelah urusan Adam dan Joe selesai di ruang kerja, Adam menuju ke dapur dan menunggu Angi selesai menidurkan Bathara di sana."Lo maunya gue tanyain apa?""Biasanya lo paling enggak bisa lihat orang pulang liburan tapi enggak bawa oleh-oleh.""Itu dulu. Sekarang sejak Shara hamil, gue akan pelan-pelan merubah sifat sampah gue. Ya meskipun enggak bisa seratus persen karena itu bawaan orok, tapi seenggaknya gue kurangin."Angi yang kini duduk di samping Adam hanya bisa menatap sepupunya itu dengan tatapan sedih. Ia belum siap kehilangan sosok gila Adam yang sudah menemaninya sejak kecil dengan segala tingkah nyentriknya. Mungkin saja tanpa ke
Seminggu setelah kepulangannya ke Indonesia, Shara akhirnya diselimuti rasa bosan. Aktivitasnya hanya berenang, yoga dan nonton TV seharian. Rasanya ia benar-benar membutuhkan pekerjaan untuk membuat otaknya tidak tumpul. Meksipun Adam tidak melarangnya utnuk bekerja, namun Adam tidak mengizinkannya untuk bekerja di kantor lagi yang mengharuskan ia naik turun tangga apalagi menyetir cukup jauh. Sejak tiga hari yang lalu bahkan Shara harus pindah kamar ke kamar tamu yang ada di lantai satu daripada setiap ia bertelepon ria dengan Adam, Adam terus menerus membahas hal ini.Selama seminggu ini juga Askara selalu menemaninya setiap malam di rumah. Kedua orangtuanya juga sudah dua kali datang menjenguknya, begitupula dengan mertuanya.Suara bel pintu rumah yang berbunyi membuat Shara segera berdiri dan berjalan ke arah depan. Sebelum membukanya, Shara mengintip dari jendela. Shara terkejut melihat Galen dan Edel ada di teras rumahnya bersama kedua orangtuanya.Apa Nada sama Juna enggak ker
Sejak Shara memberitahukan tentang kabar kehamilannya kemarin melalui sambungan telepon dan rencananya untuk pulang ke Indonesia bersama mertuanya, Ayu dan Sonny semakin tidak sabar menanti kepulangan anak perempuannya itu. Mereka tidak menyangka jika Tuhan sebaik ini kepada keluarga mereka. Shara akhirnya hamil secara alami. Ini benar-bensr mukjizat bagi keluarga mereka. Apalagi mengingat masalah rahim yang dialami Shara kemarin hingga ia harus berobat ke Jerman. "Pa, kita jemput Shara ke Bandara, yuk?" "Papa maunya gitu, tapi enggak bisa, Ma. Soalnya jadwalnya bentrok sama waktu operasi.""Hmm.... Ya sudah, Pa. Tapi kalo Mama ajak Shara tinggal di sini aja selama Adam belum balik ke Indonesia, Papa setuju enggak?""Setuju aja, Ma tapi apa Gendhis sama Suryawan enggak akan iri kalo Shara ikut kita?""Ya harusnya enggak, Pa. Bagaimanapun juga lebih enak ikut orangtua sendiri daripada ikut mertua. Di sisi lain kita ini 'kan dokter, jadi kalo Shara ada keluhan tentang kesehatannya, ki
Sepi. Itulah hal pertama yang Adam temui ketika ia masuk ke rumah yang ia tinggali bersama Shara selama ini. Tidak ia sangka jika kehadiran Shara lebih dari setahun belakangan ini membuat hidupnya lebih berwarna. Tanpa Shara di rumah ini, suasananya menjadi seperti kuburan. Mengingat ia baru saja datang dari bandara, Adam segera menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Selesai melakukan semua itu, ia memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur. Sebelum ia lupa, Adam segera mengambil handphonenya yang ada di atas meja dekat ranjang lalu mengirimkan pesan kepada istrinya. Adam : Bi, aku sudah sampai di rumah. Sekarang aku mau tidur dulu. Nanti kalo sudah bangun, aku telepon ya? Selesai mengetikkan semua itu, Adam menyenggol tombol send di handphone miliknya. Memgingat lelah setelah perjalanan, Adam langsung memejamkan matanya dan berharap esok hari dirinya sudah memiliki cukup kekuatan untuk menyelesaikan pekerjaannya. ***Shara yang baru saja membaca pesan dari