Adam memperhatikan orangtuanya yang sedang menikmati waktu bersantai di halaman samping rumah. Ia memperhatikan sang Papa yang sedang memancing ikan di kolam ikan dan sang Mama yang sedang sibuk membuka majalah fashion. Setelah seminggu lebih ia menyembunyikan fakta bahwa dirinya sudah tidak lagi available dan bebas melakukan blind date. Kini tibalah saatnya ia akan menjatuhkan bom atomnya.
Adam menelan salivanya terlebih dahulu sebelum memberi salam kepada kedua orangtuanya. "Assalamualaikum, Ma, Pa." Sapaan Adam membuat kedua orangtuanya menoleh lalu menjawab salam yang ia berikan.
"Waalaikum salam. Sudah pulang, Dam?" Tanya sang Mama.
"Sudah." Jawab Adam sambil mulai duduk di samping sang Mama.
"Kamu dari mana?"
"Antar Shara pulang." Jawab Adam singkat.
Di tempatnya duduk dan memancing Suryawan Raharja bersusah payah menahan tawanya ketika mendengar perkataan anaknya. Sungguh Adam jago ngibul sekali kepada Maman
Adam duduk di hadapan orangtuanya setelah mereka selesai makan malam bertiga. Sejak kejadian kemarin, Adam memilih memberikan silent treatment kepada sang Mama. Kini saat mereka sedang santai bertiga, Suryawan memberikan kode kepada istrinya untuk mencoba meminta maaf kepada putranya tentang kejadian kemarin."Dam?" Panggil Gendhis pelan yang hanya direspon Adam dengan menaikkan kedua alisnya."Mama mau bicara sebentar."Adam masih diam dan hanya menganggukkan kepalanya. Entah kenapa mendapatkan respon seperti ini dari Adam membuat Gendhis sedikit tidak yakin dengan apa yang akan ia lakukan."Mama mau minta maaf sama kamu.""Minta maaf buat apa, Ma?""Mama seharusnya nggak ngomong begitu ke kamu. Kalo memang kamu sudah yakin untuk melangkah bersama Shara ke jenjang yang lebih serius berdua, nggak ada salahnya kalian cepat-cepat saja. Usia kalian juga sudah matang untuk berumah tangga."Bukannya langsung bahagia dan menyambut
Shara menatap rumah orangtuanya dari dalam mobil Adam dengan pandangan pasrah. Kini mau tidak mau ia harus pulang ke rumah orangtuanya. Adam yang melihat ekspresi Shara hanya bisa tersenyum penuh pengertian."Buruan turun, Bi."Shara menghela napas panjang lalu menoleh untuk menatap Adam yang ternyata sudah menatapnya lebih dulu."Kenyataannya sejauh apapun kita pergi, ujungnya pasti cuma pulang kembali ke rumah orangtua juga, Nyet."Mendengar perkataan Shara, Adam mengangkat tangan kirinya dan mengacak acak rambut Shara pelan. Kini rambut Shara yang sudah mulai panjang kembali setelah ia pangkas habis saat putus dengan Dion dulu itu menjadi berantakan. Segera Shara menyingkirkan tangan kiri Adam dari atas kepalanya dan ia merapikan rambutnya kembali."Sabar, nanti kita pulang ke rumahku kalo sudah nikah.""Ck, Nyet terus rumahku yang di Jakarta gimana? Kita tinggal di sana aja. Biar ngga dengar kebisingan gosip-gosip orang di c
Kini saat Adam duduk di sofa panjang di depan ruang keluarga bersama Mamanya, Shara memilih pamit untuk menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua. Sepanjang jalan menaiki tangga hingga sampai di kamarnya, ia berusaha menahan tangisannya. Kenapa sang Mama tidak pernah berubah sejak dulu? Selalu saja ia membandingkan Shara dengan Risa. Walau Shara tidak sepintar Risa hingga memenangi ajang kecantikan tetapi tidak bisakah sang Mama melihat potensinya sebagai seorang anak? Memang kini ia sadari, tidak ada yang bisa di banggakan dari dirinya. Pekerjaan tidak punya, tabungan masih segitu-segitu saja. Di usianya yang sudah hampir 34 tahun ini bahkan ia belum memiliki tabungan sebesar satu milyar rupiah.Jengkel dengan semua yang ia rasakan ini, Shara memilih melarikan dirinya ke kamar mandi dan berdiri di bawah shower. Ia memutar shower itu hingga air dingin menghujani kepalanya dan turun hingga ke ujung kakinya. Tidak, ia tidak bisa baper hanya karena perilaku sang Mama. Ia sudah d
Nada : hot news!Deva : kalo BBM di SPBU swasta lebih murah daripada punya pemerintah gue udah tau. Sayangnya nggak ada SPBUnya di Jogja.Nada : ih, males bahas kabar negri Konoha. Ini lebih penting dari itu semua. Absen dulu deh semuanya. Si Salma mana?Deva : Jum ... Juminten, where are you?Salma : Lo berdua berisik banget sih. Ganggu orang lagi enak-enak aja.Nada : astagfirullah.... Lambemu, Sal!Salma : aduh, Nad. Lo juga udah tau gimana rasanya kalo seminggu laki Lo nggak dapat jatah? Pasti kaya macan lapar kan 😅 nah, begitulah Tom sekarang.Deva : gue mau mengabaikan kata-kata si Juminten karena gue punya suami yang lagi sibuk-sibuknya sampai lupa belai bininya. Udah, Nad buruan Lo bilang ada apaan?Nada : siapin budget jahit kebaya mulai sek
Adam menunggu Shara keluar dari kantor pusat apotek milik orangtuanya. Dalam hati Adam ia terus berdoa agar Shara menyetujui apa yang akan ia usulkan ini. Tidak lama Adam menunggu Shara hingg akhirnya Shara keluar dari gedung tersebut dan segera masuk ke mobil."Assalamualaikum, Nyet.""Waalaikum salam, Babi."Shara tertawa saat mendengar jawaban Adam ini. Memang sejak Adam pulang dari rumah orangtuanya kemarin, Adam meminta Shara untuk mengubah cara menyapa mereka. Yang Adam inginkan adalah Shara bisa menyapanya seperti cara Samira menyapa Wisnuaji. Terlihat sederhana namun penuh makna."Bi, kita mampir makan dulu ya?""Boleh, Nyet. Kita makan di bakmi jawa aja, ya?""Yang di mana?""Langganan kita aja.""Okay."Segera Adam melajukan mobilnya menuju ke salah satu bakmi Jawa langganan mereka yang ada di bawah salah satu fly over di Jogja. Selama perjalanan asma dan Shara menghabiskan waktunya dengan men
Shara memilih tiduran di ranjang kamarnya dan menatap atap kamarnya yang bergambar awan di langit biru. Ia pandang gambar itu sambil memikirkan permintaan Adam. Walau ia tidak keberatan, bagaimana dengan keluarganya? Belum tentu juga mereka akan menyetujuinya. Di tengah-tengah ia memikirkan ini semua, pintu kamar di ketuk dari luar.Tok....Tok ....Tok ...."Come in." Jawab Shara dan saat pintu itu terbuka sosok Ayu ada di sana."Shar?""Masuk, Ma." Kata Shara sambil mencoba untuk bangkit dan duduk di atas ranjangnya.Ayu segera berjalan mendekati anak keduanya ini dan duduk di tepian ranjang. Sejak Shara pulang dari hari pertamanya bekerja di kantor pusat Apotek mereka, Ayu melihat wajah sang anak yang terlihat gundah gulana. Kini ayu lebih memilih duduk di sebelah Shara dan menepuk paha Shara pelan sambil bertanya, "what happened with you?""Si Monyet, Ma.""Ada apa sama Ad
Adam hanya bisa menghela napasnya saat akhirnya acara "nembung" Shara kepada orangtuanya ini sudah hampir selesai dilakukan. Beberapa point persetujuan tentang acara lamaran hingga pernikahan pun juga sudah memiliki kesepakatan."Jadi acara lamarannya bulan depan. Pernikahannya dua bulan dari sekarang dan selama masa itu mereka juga harus mempersiapkan yang namanya prewedding, seserahan, angsul-angsul?" Kata Suryawan Raharja kepada Sony Tanarya."Iya. Kalian prewedding-nya tidak bisa jika hanya pergi bersama fotografer saja. Kalian harus pergi bareng keluarga. Takut terjadi hal-hal yang tidak di inginkan sebelum waktunya.""Tenang saja, nanti ada adiknya Adam sama suaminya yang akan ikut. Kalo perlu nanti teman-teman mereka diajak, biar rame sekalian liburan.Mampus....Adam hanya bisa mengumpat di dalam hatinya mendengar penuturan sang Papa. Jangan, jangan sampai Nada and the Genk ikut dalam acara pre
Nada menatap Adam yang sedang tidur dengan kedua anaknya di atas ranjang kamar tamu yang ada di rumahnya. Ia menggelengkan kepalanya ketika melihat Adam begitu tampak protektif kepada kedua keponakannya. Ia tidur di antara Galen dan Edel dengan tangan yang memeluk kedua keponakannya. Juna yang melihat istrinya hanya menyadarkan tubuh di depan pintu kamar tamu segera menghampirinya lalu berdiri di belakang Nada."Kamu ngapain, Nad nggak buruan bangunin si kembar?""Lagi lihat pemandangan manis banget." Jawab Nada pelan, namun tatapannya tetap terfokus ke arah ranjang.Akhirnya Juna ikut memperhatikan pemandangan yang dan di depannya. Ia masih heran apanya yang manis? Ia bahkan heran bagaimana Galen serta Edel tidak merasa terganggu saat tidur bersama Pakdhenya yang ketika mendengkur suaranya sungguh seperti lokomotif kereta api itu."Tapi mereka harus sekolah, ayo bangunin keburu siang.""Iya-iya." Setelah mengatakan itu, Nada segera menarik tubuhny