Menjelang sore hari, akhirnya Adam dan club' motornya sudah tiba di pantai Klayar. Adam mengajak Shara untuk melihat indahnya salah satu Pantai yang terkenal di Pacitan ini.
Pantai Klayar, Pacitan, Jawa Timur. Sumber : Pinterest
"Bagus banget sih, Nyet pantainya. Nggak usah jauh-jauh ke luar negeri."
"Kaya Lo punya duit aja, Bi kalo mau ke luar negri." Komentar Adam santai sambil ia mulai membuka handphonenya.
Plak....
Shara menepuk lengan Adam. Entah kenapa Adam selalu julid kepada dirinya. Rasanya kadang Adam yang manis itu hanya satu dua menit dan setelahnya seperti inilah Adam yang sebenarnya. Malas dengan Adam, Shara meninggalkan Adam sendirian di tepi pantai ini. Ia memilih untuk menuju ke tempat di mana para istri teman Adam berkumpul.
"Shar, sini gabung sama kita." Suara Siska sudah memanggil dirinya.
Duh...
Dalam hati Shara ia terus bertanya-tanya, apa yang akan ia obrolkan dengan paraAdam tersenyum puas di balik kemudi mobil Jeep Rubicon Gladiator milik adik iparnya. Akhirnya ia berhasil membawa Shara untuk meninggalkan teman-teman Mogenya di hotel. Walau ia harus berbohong kepada Shara dan teman-temannya, tapi hanya ini cara satu-satunya."Nyet. Ini mobil punya siapa?""Punya orang.""Iya gue tau mobil punya orang soalnya kalo primata kaya Lo nggak mungkin punya mobil beginian."Adam memilih diam dan fokus kepada jalan yang ada di depannya. Jalan yang sempit berkelok kelok ini membutuhkan konsentrasi penuh saat melintasinya. Apalagi jalan sudah mulai gelap. Bahkan kini Shara memilih diam di sampingnya."Lo ngapain diam, Bi?""Gue lagi ngebayangin kalo mobil ini macet di tengah jalan terus nggak ada orang yang lewat. Kita bakal gimana?""Ya nginep di dalam mobil berdua."Shara membuat ekspresi menangis di wajahnya. "Jangan, Nyet. Bermalam berdua sama Lo bukannya anugerah, tapi musibah.""Gue yang mus
Dua jam sebelum Adam melamar Shara, Nada bersama suami dan teman-temannya sudah memenuhi mobil Alphard yang dikemudikan oleh Juna."Jun, Lo kalo nyupir hati-hati dong, penyok dikit Fabian ngomel sama gue.""Sssuuttt.... Diem Lo sampah," protes Robert sambil membekap mulut Deva dari belakang karena sejak tadi Deva tidak tidak berhenti mengoceh.Deva langsung menyingkirkan tangan Robert dari depan mulutnya. Salma hanya bisa tertawa melihat Robert yang sudah tidak tahan dengan kebawelan mulut Deva."Sumpah, gue kalo jadi Fabian udah depresi duluan punya bini kaya Deva begini," Kata Salma di sela-sela tawanya."Kalo laki-laki Fabian, kalo perempuan Mbak Shara. Gue nggak bisa bayangin Mbak Shara punya suami model Mas Adam gitu. Gue kalo jadi perempuan, sesempurna apapun Mas Adam tapi mulutnya sama kaya Deva gitu mending skip deh," oceh Robert sambil mulai duduk lagi di kursi paling belakang mobil bersama dengan berbagai macam logistik
Shara membuka matanya pagi ini karena mendengar suara Adam yang mendengkur di sebelahnya. Ia menoleh dan mengernyitkan keningnya ketika melihat kejadian itu. Sumpah, setelah puluhan tahun mengenal Adam, ternyata kebiasaan ini tidak hilang juga dari Adam. Shara yang berada di dalam sleeping bag tentu saja kesulitan jika harus menoyor kepala Adam agar ia bangun atau minimal berubah posisi tidurnya. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah meneriaki Adam."Nyet! Jangan ngorok!" Teriak Shara namun sepertinya itu sia-sia belaka karena Adam tetap mengorok dan tertidur dengan pulas.Shara mencoba manarik napas dalam-dalam dan ia mulai membuka sleeping bag yang membalut tubuh langsingnya. Ia lalu duduk dan ia menatap Adam lekat-lekat. Apakah benar Adam melamarnya semalam? Lalu saat ia menundukkan kepalanya, terlihat sebuah cincin berlian melingkar di jari manis tangan kirinya dan itu sudah cukup sebagai bukti bahwa ini semua nyata.Kini Shara memegang
"Nyet, Lo bisa nggak sih?" Omel Shara ketika Adam berkali kali gagal melipat tenda dan memasukkannya ke dalam tas.Adam hanya menghela napas panjang. Shara benar-benar salah satu mahluk paling absurd sedunia yang pernah ia kenal seumur hidupnya. Satu jam yang lalu ia masih manis dan berhasil membuat Adam diabetes dengan kelakuannya, namun kini yang ada justru Shara berhasil membuat dirinya hipertensi dengan ocehannya. Bukankah mereka sudah sepakat mengubah panggilan dari Lo gue menjadi aku kamu? Sepertinya memang lidah Shara terlalu sulit mengerem kata-katanya apalagi jika rasa kesal dan emosi sudah menguasai dirinya seperti saat ini."Bantuin kenapa sih daripada ngoceh mulu."Shara menghela napas panjang dan ia menoleh untuk menatap Adam. "Lo nggak lihat ini gue lagi ngapain?""Tinggalin dulu lah itu acara packingnya.""Iya-iya." Shara memilih mengalah kepada Adam karena ia tau, laki-laki ini bukanlah laki-laki yang mau mengalah
Setelah kemarin Adam sampai di rumah orangtuanya kembali, ia belum mengatakan tentang semuanya kepada Papanya apalagi sang Mama. Bahkan sepulang dari kantor ia diminta Mamanya untuk segera menjemput Risa di rumahnya.Risa Anggraini, wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai lebih dari 180 centimeter, merupakan seorang model internasional yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Shara. Adam sudah ingin menolak semuanya, namun Shara melarang dirinya untuk mengatakan semuanya kepada sang Mama. Adam masih tidak paham dengan jalan pikiran Shara ini.Dengan sedikit rasa kesal yang ia rasakan kepada Shara terlebih Mamanya, ia segera menjemput Risa di rumah orangtuanya. Mungkin laki-laki lain akan lebih memilih Risa daripada Shara. Secara Risa lebih cantik dan memiliki kesempurnaan fisik. Bahkan sebelum ia menjadi seorang model internasional, ia pernah menjuarai sebuah ajang kecantikan di Negera ini. Latar belakang Risa yang hampir mirip dengan Shara tentunya membuat G
Adam memperhatikan orangtuanya yang sedang menikmati waktu bersantai di halaman samping rumah. Ia memperhatikan sang Papa yang sedang memancing ikan di kolam ikan dan sang Mama yang sedang sibuk membuka majalah fashion. Setelah seminggu lebih ia menyembunyikan fakta bahwa dirinya sudah tidak lagi available dan bebas melakukan blind date. Kini tibalah saatnya ia akan menjatuhkan bom atomnya.Adam menelan salivanya terlebih dahulu sebelum memberi salam kepada kedua orangtuanya. "Assalamualaikum, Ma, Pa." Sapaan Adam membuat kedua orangtuanya menoleh lalu menjawab salam yang ia berikan."Waalaikum salam. Sudah pulang, Dam?" Tanya sang Mama."Sudah." Jawab Adam sambil mulai duduk di samping sang Mama."Kamu dari mana?""Antar Shara pulang." Jawab Adam singkat.Di tempatnya duduk dan memancing Suryawan Raharja bersusah payah menahan tawanya ketika mendengar perkataan anaknya. Sungguh Adam jago ngibul sekali kepada Maman
Adam duduk di hadapan orangtuanya setelah mereka selesai makan malam bertiga. Sejak kejadian kemarin, Adam memilih memberikan silent treatment kepada sang Mama. Kini saat mereka sedang santai bertiga, Suryawan memberikan kode kepada istrinya untuk mencoba meminta maaf kepada putranya tentang kejadian kemarin."Dam?" Panggil Gendhis pelan yang hanya direspon Adam dengan menaikkan kedua alisnya."Mama mau bicara sebentar."Adam masih diam dan hanya menganggukkan kepalanya. Entah kenapa mendapatkan respon seperti ini dari Adam membuat Gendhis sedikit tidak yakin dengan apa yang akan ia lakukan."Mama mau minta maaf sama kamu.""Minta maaf buat apa, Ma?""Mama seharusnya nggak ngomong begitu ke kamu. Kalo memang kamu sudah yakin untuk melangkah bersama Shara ke jenjang yang lebih serius berdua, nggak ada salahnya kalian cepat-cepat saja. Usia kalian juga sudah matang untuk berumah tangga."Bukannya langsung bahagia dan menyambut
Shara menatap rumah orangtuanya dari dalam mobil Adam dengan pandangan pasrah. Kini mau tidak mau ia harus pulang ke rumah orangtuanya. Adam yang melihat ekspresi Shara hanya bisa tersenyum penuh pengertian."Buruan turun, Bi."Shara menghela napas panjang lalu menoleh untuk menatap Adam yang ternyata sudah menatapnya lebih dulu."Kenyataannya sejauh apapun kita pergi, ujungnya pasti cuma pulang kembali ke rumah orangtua juga, Nyet."Mendengar perkataan Shara, Adam mengangkat tangan kirinya dan mengacak acak rambut Shara pelan. Kini rambut Shara yang sudah mulai panjang kembali setelah ia pangkas habis saat putus dengan Dion dulu itu menjadi berantakan. Segera Shara menyingkirkan tangan kiri Adam dari atas kepalanya dan ia merapikan rambutnya kembali."Sabar, nanti kita pulang ke rumahku kalo sudah nikah.""Ck, Nyet terus rumahku yang di Jakarta gimana? Kita tinggal di sana aja. Biar ngga dengar kebisingan gosip-gosip orang di c