“Kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak suka dengan bajunya?” tanya Alby.
Mereka sudah di dalam mobil dan perjalanan pulang menuju ke rumah. Usai dari butik tadi, Mina hanya terdiam dan sama sekali tidak berkomentar. Ia bahkan tidak mencoba salah satu baju yang dibeli Alby untuknya.
Perlahan Mina menoleh ke arah Alby kemudian tampak menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar.
“Jadi ini yang kamu maksud pelengkap tadi pagi?” tebak Mina.
Alby tersenyum dan mengangguk. “Iya. Sebenarnya aku bisa saja langsung membeli dan membawanya ke rumah. Namun, aku takut kamu tidak suka dengan pilihanku. Eh, ternyata kamu juga tidak mencobanya tadi. Ya sudah.” Alby mengendikkan bahu dan berkata tanpa melihat ke arah Mina.
Mina terdiam dan melihat Alby dengan sudut matanya. Di depan mereka ada Juan yang tampak fokus mengemudikan mobil. Mungkin kalau tidak ada Juan, Mina akan berargumen lebih panjang lagi. Kali ini Mina sedikit
“Maaf, Tuan. Saya rasa Anda harus melihat ini!” ujar Juan.Alby terdiam tampak menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar. Kemudian tanpa berpamitan ke Mina, Alby sudah menutup pintu kamar dan berjalan cepat mengikuti Juan. Mina yang berada di dalam kamar terkejut dengan kepergian Alby.Ia gegas bangkit memakai jubah tidurnya dengan asal dan berlari keluar kamar mengejar Alby. Mina melihat Alby sudah berjalan sampai ke pintu depan bersama Juan. Kali ini dia masih mengenakan piyama dan hanya menutupi dengan mantel panjang saja.“Ada apa sebenarnya? Mengapa dia pergi tergesa seperti itu?” gumam Mina.Mina mengejar, tapi dia terlambat. Alby sudah masuk ke dalam mobil bersama dengan Juan. Mina berdiri terdiam di depan pintu utama sambil melihat mobil mereka menjauh.“Apa sedang terjadi sesuatu yang penting? Apa ini berhubungan dengan urusanku? Akh ... kenapa juga dia tidak mau mengatakannya padaku.”Mina
“Keluarga Allister? Kamu saudara Alby Allister?” tanya Melan kemudian.Damian mengangguk sambil tersenyum. Damian memang sudah tahu siapa Melan, itu sebabnya Damian mendekatinya. Mereka pernah bertemu di sebuah pesta ulang tahun teman Melan setahun yang lalu hanya saja saat itu Melan dalam kondisi mabuk sehingga melupakan Damian.Di pesta itu juga Damian mengenal Mina bahkan bertukar nomor telepon dengannya. Hanya saja karena melewati perjalanan waktu dan mengulang kehidupan, Mina melupakan pertemuannya dengan Damian.“Apa kamu mengenal Alby Allister? Dia saudaramu?” Melan kembali bertanya dengan mata yang membola.“Iya. Dia saudara sepupuku. Kamu mengenalnya?”Melan mendengus sambil berdecak pelan. “Dia suami kakakku, Mina Namari. Kalau kamu saudara sepupu Alby pasti kamu kenal Mina.”“Akh ... iya. Istri Alby yang cantik itu. Aku mengenalnya. Jadi dia kakakmu pantas kamu juga secantik di
“Kamu dari mana? Kenapa datang terlambat?” tanya Bruno.Melan baru saja datang dan masuk ke ruangan Tuan Yuka yang kini ditempati Bruno. Melan hanya terdiam sambil berjalan menunduk menghampiri Bruno. Gara-gara memenuhi permintaan Damian, Melan harus datang terlambat ke kantor. Bahkan ia datang hampir mendekati jam istirahat makan siang.“Maaf, Bruno. Aku ketiduran di rumah teman. Semalam ... aku mabuk berat.”Bruno berdecak dengan tatapan mata yang tajam melihat ke arah Melan. Pria berwajah manis itu kini melipat tangannya ke depan dada dan tak lepas memindai tubuh Melan.“Temanmu siapa? Pria atau wanita?” Tepat tebakan Melan kalau Bruno akan mencercah banyak pertanyaan. Bruno memang sangat pencemburu padahal saat Bruno bersama Mina dulu tidak seperti ini. Mengapa kini dia begitu posesif kepada Melan.“Eng ... Sheryl. Aku tidur di tempat Sheryl. Kamu boleh meneleponnya kalau tidak percaya.”Br
“PAPA!! MAMA!! Ada apa?” sapa Alby.Alby begitu terkejut saat turun dari mobil melihat Nyonya Lisa dan Tuan Alvin keluar dari dalam rumahnya. Di belakang kedua orang tuanya itu juga terlihat Tuan Mike dan juga Damian. Alby mengernyitkan alis, sibuk bertanya mengapa anggota keluarganya datang bertamu tanpa memberi kabar.Mina yang berjalan di sebelah Alby hanya diam dan ikut terkejut. Ini baru pertama kali keluarga besar Alby bertandang ke rumah mereka. Biasanya selalu Mina dan Alby yang ke sana.“Gak ada apa-apa, Alby. Mama hanya kangen kalian saja. Lalu kebetulan Kakek dan Damian ikut menyusul. Apa kamu keberatan kami datang?” Nyonya Lisa bersuara.Alby langsung tersenyum sambil menggelengkan kepala, kemudian menoleh ke arah Mina. Mina tahu isyarat Alby dan ikut tersenyum juga sambil menggelengkan kepala.“Enggak, kok, Ma, Pa. Aku senang, Mina juga. Iya kan, Sayang?” Mina tersenyum dan menganggukkan kepala lagi.
“Aghrr ... .” Alby menghela napas panjang sambil masuk ke dalam kamarnya. Ia sangat lelah hari ini ditambah lagi kedatangan keluarganya yang tanpa memberi kabar. Padahal Alby sudah berencana akan melanjutkan keintimannya dengan Mina seperti semalam.Alby bersiap akan mandi saat matanya melirik ke arah pintu penghubung kamarnya. Ia melihat dari bawah pintu, lampu ruang kerjanya tampak menyala. Seingat Alby, ia belum ke sana dan belum menyalakan lampu. Apa mungkin asisten rumah tangganya yang menyalakan lampu?Alby penasaran, berjalan menuju pintu penghubung bersiap memeriksa. Namun, belum sempat Alby membuka pintu penghubung. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Alby menoleh dan gegas menuju pintu kamar lalu langsung membukanya.Ada Mina yang sedang berdiri di balik pintu dan tampak sudah mengenakan jubah tidur. Alby hanya diam, menatapnya dengan alis mengernyit.“Katamu kalau mau masuk kamar harus mengetuk dulu,” uj
“MA!!! MA!! BUKA PINTUNYA!! BRUNO GAK ADA DI KAMARNYA!!” seru Melan.Nyonya Jesica tampak panik dan gegas membangunkan Bruno yang terlelap di sampingnya.“Bruno!! Itu suara Melan. Dia mencarimu, cepat bangun!!” pinta Nyonya Jesica.Bruno berdecak sambil mengucek mata kemudian sudah duduk di atas kasur. Masih terdengar suara ketukan di pintu kamar bertubi-tubi.“Lalu apa yang kulakukan? Tidak mungkin juga aku kembali ke kamar sekarang, Tante.” Bruno malah menjawab dengan enteng.Nyonya Jesica tampak gelisah kemudian meminta Bruno lekas mengenakan pakaiannya dan sembunyi di kamar mandi.“Aku akan keluar dan kamu sembunyi di kamar mandi saja!!” Nyonya Jesica gegas mengenakan bajunya sambil berjalan menuju pintu.Bruno hanya mengangguk, memunguti bajunya di lantai lalu berjalan menuju kamar mandi. Lagi-lagi dia harus sembunyi kali ini. Sebenarnya kalau mau jujur, Bruno tidak mau kehilangan d
“Oh ... itu. Mungkin saat hang out dengan teman-teman tadi, aku berdekatan dengan mereka. Memang ada teman wanita juga. Bisa jadi parfum mereka menempel di tubuhku,” urai Bruno.Melan hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala berulang. Kemudian tanpa berpikir panjang lagi, Melan langsung melanjutkan pagutannya. Bruno tersenyum kesenangan. Dia merasa bangga sebagai seorang pria, dalam semalam bisa melayani dua wanita sekaligus. Memang di kehidupan sebelumnya, Bruno malah melayani tiga wanita sekaligus termasuk Mina, istrinya saat itu.Pukul enam pagi, Alby terjaga dan melihat Mina sedang terlelap dalam pelukannya. Alby mengerjapkan mata sambil menggelengkan kepala berulang.“Bego banget sih aku. Kenapa juga pakai ketiduran semalam,” rutuk Alby.Pelan Alby mengurai pelukannya dan dengan sangat hati-hati turun dari kasur. Ada panggilan alam yang memaksanya kali ini. Tidak disangka saat Alby sudah turun dari kasur, Mina terjaga. Ia m
“Apa maksud, Kakek?” tanya Damian.Damian penasaran kenapa Tuan Mike malah menuduhnya cemburu. Apa mungkin gara-gara ekspresi wajahnya saat melihat Alby bermesraan dengan Mina tadi. Damian menghela napas panjang dan menggelengkan kepala dengan cepat. Dia tidak mau kakeknya tahu apa yang sedang ia rencanakan kali ini.“Tidak ada maksud apa-apa, Damian. Kakek hanya berharap kamu juga menemukan gadis yang baik dan menikah dengannya seperti Alby. Kakek yakin banyak wanita baik di luar sana yang cocok untukmu.”Damian mendengus sambil menggelengkan kepala.“Aku tidak mau nikah, Kek. Kasihan istriku nantinya. Aku tidak bisa memberi apa yang diinginkan seorang wanita. Aku mandul, Kek.”Tuan Mike menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala. Kemudian melirik sekilas cucunya dengan penuh kasih.“Semua penyakit ada obatnya, Damian. Kakek yakin kalau kamu melakukan pola hidup sehat dan menghindari kegemar
“Hukuman penjara seumur hidup dan denda sebesar ... dijatuhkan kepada Tuan Bruno Fernades alias Alex Wijaya atas kasus pembunuhan terhadap Tuan Yuka Namari, Nyonya Mina Namari dan juga kasus penipuan yang melibatkan ... .” Suara hakim ketua baru saja bergema memenuhi seisi ruangan persidangan itu. Alby hanya tersenyum sambil melipat tangan mendengar semua hukuman yang diberikan untuk Bruno. Alby memang sempat bertemu dengan Mina dari kehidupan berbeda dan gara-gara info dari Mina juga dia berhasil menjebloskan Bruno ke penjara. “Tuan, kita langsung kembali ke kantor?” tanya Juan. Juan langsung menghampiri Alby yang baru saja keluar dari ruangan sidang. Alby tersenyum sambil menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan Juan. Ia lalu berjalan cepat ke arah parkiran saat tiba-tiba ada seorang wanita yang menabraknya. Wanita itu berjalan sambil membawa tumpukan berkas sehingga tidak melihat Alby yang berdiri di depannya. Seketika berkas yang wanita itu bawah jatuh berhamburan ke tanah.
“Hosh ... hosh ... sialan kenapa mereka terus mengejarku?” ucap Bruno dengan napas tersenggal.Usai melakukan penusukan di rumah sakit, Bruno memang berhasil melarikan diri. Dia bahkan sudah kembali ke tempat kosnya. Sayangnya saat pergi keluar hendak membeli makan, polisi dan orang suruhan Juan mengenali Bruno. Mereka terus mengejar Bruno hingga pria itu kelelahan.“Apa yang harus aku lakukan kini? Aku lelah kalau harus terus berlari.”Mata Bruno jelalatan melihat ke sana ke mari. Kini dia berdiri di sudut gang sempit sambil bersandar ke tembok. Bruno sudah tidak punya kendaraan bahkan uang tidak tersisa di kantongnya. Gara-gara membayar jasa pembunuh bayaran kemarin, Bruno terpaksa mengeluarkan banyak uang yang pada akhirnya gagal.Pria itu kini putus asa dan ulahnya tadi di rumah sakit adalah puncak kemarahannya. Ia marah melihat Mina dan Alby terus bahagia sementara hidupnya semakin berantakan seperti ini. Bruno tersenyum menye
“Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Alby.Pria tampan itu tampak panik dan langsung menyerbu ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. Telihat dokter itu berulang kali menarik napas panjang sambil sesekali melihat ke arah Alby.“Luka tusuknya sangat dalam, Tuan. Kami sudah melakukan yang terbaik untuknya.”Alby hanya diam saat dokter itu menjelaskan apa yang terjadi pada Mina. Kalau saja Alby lebih perhatian terhadap keadaan sekitar pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Alby tadi terlalu fokus menerima panggilan sehingga tidak menyadari ada sosok yang tiba-tiba mendekat dan menyerangnya. Kejadiannya sangat cepat bahkan bodyguard Alby yang berada di sekitar sana terkejut.“Untungnya luka tusuk itu tidak mengenai kandungan istri Anda, Tuan. Jadi bisa dipastikan kalau kandungan tidak apa-apa.”Alby seketika menghela napas lega. Setidaknya masih ada nyawa yang bernapas di sana.
“TIDAK!!! TIDAAAK!! MINA!!” seru Alby.Juan langsung berhambur keluar dan ikut membantu Alby. Mina tampak setengah tersadar menatap Alby. Wanita cantik itu memegang perutnya yang tertusuk dan sudah mengeluarkan banyak darah. Juan langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit memanggil bantuan. Sementara Alby sudah bersimpuh di tanah menyanggah Mina.“Alby ... .” Mina bersuara dengan sangat lirih.Alby sudah berurai air mata sambil terus menggelengkan kepala.“Tidak. Kamu jangan bicara. Juan sedang memanggil bantuan.”Mina hanya diam, menelan ludah sambil menatap Alby dengan sendu. Kemudian tangan Mina menyentuh wajah tampan Alby dan membelainya. Alby hanya diam menatapnya.“Ada ... ada tiga kematian, Alby.” Mina kembali bersuara lagi dan terdengar sangat lirih. Alby yang mendengarnya kembail berurai air mata dan terus menggelengkan kepala.“Enggak!! Kamu gak boleh mati, Mina. KAMU GA
“Kamu mengenalnya, Juan?” tanya Alby.Pria tampan itu kini melihat ke arah Juan dengan seksama. Juan menarik napas panjang kemudian menganggukkan kepala dengan mantap. Kemudian melihat ke arah Alby dan Mina.“Apa Anda masih ingat dengan kasus penggelapan di salah satu anak cabang perusahaan kita, Tuan? Kalau tidak salah saat itu, Anda baru saja lulus kuliah. Anda baru saja masuk perusahaan sehingga belum terlalu paham.”Alby diam sejenak seakan sedang mengingat apa yang dikatakan Juan barusan. Kemudian tidak lama, Alby mengangguk.“Akh, iya. Aku ingat. Kalau tidak salah itu dilakukan oleh orang kepercayaan Papa, seorang wanita, bukan? Apa itu ada hubungannya dengan Bruno?”Juan mengangguk lagi.“Iya, Tuan. Itu ada hubungannya dengan Bruno alias Alex Wijaya itu. Saat itu saya juga yang diminta Tuan Alvin menyelidiki kasusnya. Memang banyak kejanggalan dan saya yakin itu bukan dikerjakan hanya oleh ora
[“Apa benar ini Nyonya Mina Namari?”] tanya suara di seberang sana.Mina yang baru saja masuk kamar terkejut saat mendapat panggilan dari nomor tidak dikenal. Ia menarik napas panjang kemudian menjawab dengan lugas.“Iya, benar sekali. Ini dari mana?”[“Sebentar, Nyonya. Ada yang ingin bicara.”] Suara di seberang sana malah sudah mengalihkan panggilannya. Mina hanya terdiam dan menunggu suara siapa yang akan bicara padanya. Entah mengapa panggilan ini mengingatkan Mina pada saat Bruno meneleponnya dulu.[“Kak, aku Melan.”] Sudah terdengar suara di sana dan Mina tampak terkejut saat tahu yang berbicara adalah Melan.“Melan? Ada apa?”Hal yang sangat aneh saat Melan tiba-tiba meneleponnya. Padahal ia sudah putus hubungan, terakhir kali Mina bertemu Melan saat ulang tahunnya. Sebelum Damian terbunuh, karena setelah itu Melan menjadi buronan. Kini setelah Melan tertangkap polisi malah a
“Iya, itu namanya. Kamu mengenalnya?” tanya Melan.Kini dia yang terkejut dan menatap wanita di depannya ini dengan bingung. Sementara wanita paruh baya itu hanya diam sambil tersenyum masam ke arah Melan. Perlahan wanita itu meringsek mendekat hingga duduk bersebelahan dengan Melan sambil bersandar di dinding.“Nama aslinya adalah Alex Wijaya. Nama itu juga yang aku kenal sepuluh tahun silam. Dia masih muda, tampan dan sangat energik. Dia itu bawahanku di kantor, tapi dia sangat menawan dan aku dengan bodohnya tergoda oleh bujuk rayunya.”Melan terkejut dan mengernyitkan alis sambil menoleh ke arah wanita di sampingnya. Wanita itu hanya menatap datar ke arah Melan.“Namaku Betty dan aku di sini karena terlibat dalam kasus penipuan serta manipulasi data. Sesungguhnya bukan aku seratus persen yang melakukannya. Aku hanya korban yang dijebak dan dijadikan kambing hitam oleh Alex atau Bruno.”Melan tampak bingung da
“Ada apa, Sayang? Apa masih ada yang kamu pikirkan?” tanya Alby.Usai berjalan pagi di taman belakang tadi, mereka kembali ke kamar dan kali ini Mina tampak sedang melamun di depan jendela. Mina menarik napas panjang dan membalikkan badan. Ia melihat Alby baru selesai mandi dan tampak lebih segar dari pada tadi. Aroma sabun nan segar dengan parfum maskulin menguar mengusik hidung Mina.Mina menarik napas panjang kemudian berjalan menghampiri Alby.“Entahlah, Alby. Hanya saja di kehidupanku sebelumnya ada tiga kematian yang harus aku lalui. Kematian Papa, Damian dan terakhir aku. Apa di kehidupan ini juga akan sama? Aku juga akan meninggal pada akhirnya?”Alby langsung terkejut saat Mina berkata seperti itu.“Sayang ... kok kamu ngomong gitu, sih. Kamu senang melihat aku bersedih karena kehilanganmu?”Mina tersenyum dan gegas menggeleng. Siapa juga yang ingin berpisah dengan orang yang dicintai. Hanya saja
“Kamu sudah bangun, Sayang?” sapa Alby pagi itu. Mina baru saja terjaga dan sedikit terkejut saat mendapati Alby sudah terbangun. Alby tidur miring sambil menyanggah kepala melihat dengan sebuah senyuman manis ke arah Mina. Mina langsung tersenyum dan mengecup pipi Alby sekilas. “Jam berapa ini, Alby? Aku tidur nyenyak sekali semalam.” Alby melihat jam di dinding kamarnya kemudian kembali melirik Mina yang terbaring di sebelahnya. “Masih jam lima. Kamu kepagian bangunnya. Apa kamu ingin melakukan aktivitas denganku?” Mina langsung mendelik sambil menggelengkan kepala. Alby hanya tersenyum melihatnya. “Apa tidak ada bahasan lain, Alby? Ini masih pagi.” “Malah masih pagi itu bagus, Sayang. Ayo, buruan bangun!! Kita jalan-jalan!!” Mina seketika terkejut mendengar ucapan Alby. Ternyata dia yang sudah salah sangka. Ia pikir Alby akan