“Astaga! Group Gt dinyatakan bangkrut!” teriak Lu Fen Fen. Seketika wajah-wajah yang semula ingin membicarakan Lu Wan Wan atas keterlambatannya hadir dalam acara makan malam itu sontak berubah.Empat orang Keluarga Lu plus Ma Jia Wei langsung dibuat tercengang, dengan adanya pemberitaan yang melanda keluarga kaya nomor empat di Shanghai tersebut.“Fen Fen, apa yang kau bicarakan itu? Mana mungkin Group GT yang besar itu bisa bangkrut dalam sekejap?” tanya Li Na tak percaya.“Aku juga tidak percaya, Ibu. Tapi beritanya ada di sini!” Lu Fen Fen berseru sambil mengangkat ipadnya. “Bukan hanya satu, tetapi banyak media yang membicarakannya. Kalau kalian tidak percaya, baca saja sendiri!” “Berikan ipadmu pada Ayah!” Lu Dong berseru kepada Lu Fen Fen.“Ini, Ayah.”Pria paruh baya itu langsung mengambil sebuah benda putih berlayar persegi panjang dari tangan putri sulungnya. Sepasang matanya langsung menekuri beberapa kalimat yang tertulis jelas tentang kronologi apa yang terjadi dengan G
Ma Jia Wei hanya terdiam setelah mendengar usul Ma Zimo, yang meminta dirinya untuk mendekati Han Zhi Zhi—putri angkat Keluarga Han, yang baru saja menyelesaikan pendidikan Pascasarjananya di luar negeri.Dalam keheningan dan tatapan mata yang tertuju pada sebuah guci besar yang berdiri di salah satu sudut ruang kerja, Ma Jia Wei merutuki perkataan ayahnya dalam hati. “Selalu saja dia mengurusi segala hal dalam hidupku. Dari soal makanan hingga masalah pernikahan! Sebagai anak dan seorang lelaki, aku bahkan tidak memiliki suara untuk menyampaikan pendapatku sendiri!”Han Zhi Zhi bukanlah gadis baru dalam kehidupan Ma Jia Wei. Dia telah mengenal gadis itu, sebelum dirinya mengenal Lu Shen Shen dan adiknya.Pertemuan mereka terjadi sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu. Di mana saat itu Han Zhi Zhi masih bersekolah di salah satu Senior High School di Shanghai, sedangkan Ma Jia Wei masih berstatus sebagai mahasiswa.Mereka berkenalan dalam acara pertemuan lima keluarga kaya. Di mana
“Wan Wan, bagaimana kalau aku mencoba bekerja di Ma Yuan Food?”Pertanyaan yang dilontarkan Yin sontak membuat kelopak mata Lu Wan Wan yang sebelumnya masih tergantung, mendadak terbuka lebar. “A—apa kau serius?” Itu adalah pertanyaan pertama yang terlintas dalam pikiran Lu Wan Wan saat ini. “Aku serius.” Yin mengangguk penuh.Namun, jawaban itu tak kunjung membuat Lu Wan Wan meneruskan pembicaraan mereka di malam yang sangat larut ini. Dia yang masih mengenakan setelan pakaian tidurnya itu mulai menurunkan selimut tebal yang sejak tadi menutupi tubuh mereka. Melalui sorot mata Yin yang menatapnya tanpa jeda, dia mencoba mencari tahu maksud dari permintaan tersebut.“Yin,” desah Lu Wan Wan. “Sebenarnya apa yang ada dalam pikiranmu?”“Pikiranku? Tidak ada.”“Lantas kenapa kau tiba-tiba memutuskan untuk bekerja di Ma Yuan Food?”“Ya, karena aku ingin lebih banyak mendapatkan uang.” Yin berbohong.Lu Wan Wan mengangguk lemah. Dia memang setuju, jika itu alasan suaminya. “Tapi bagaimana
Ma Yuan Food tidak akan menerima karyawan yang kehilangan indera perasanya! Dua belas jam telah berlalu, akan tetapi perkataan Lu Wan Wan semalam masih terngiang-ngiang dalam indera pendengaran dan pikiran Yin. Rasa terkejutnya yang membeku itu tak mampu disembunyikannya dari istri sang pemilik tubuh tersebut. “Dari mana kau mengetahuinya? Apa kau sudah tahu sejak lama?” Dua pertanyaan ini diajukan Yin semalam dalam kamar.Wanita muda itu mendesah pelan sembari menengadahkan wajahnya. Tak sengaja memperlihatkan leher jenjangnya yang bersih dari segala macam perhiasan, namun dihiasi dengan beberapa garis nadi yang telihat abu-abu di mata Yin. “Belum lama,” jawabnya singkat.Tak lama kemudian, sepasang mata bulat itu kembali menatap Yin dengan saksama. “Aku hanya mencoba menyimpulkan dari setiap kejadian yang ada. Kalau kesimpulanku salah, kau bisa menyangkalnya.”Yin langsung menggeleng kuat. “Kau tidak salah.”Lu Wan Wan menautkan kedua alisnya. “Jadi—““Kau memang pengamat yang
Ternyata informasi yang diberikan oleh Arthur Chen itu benar!Pada menit itu juga panggilan yang dilakukan Yin tersambung. Namun, hanya berupa nada tanpa ada suara seseorang yang menjawab.Dengan keteguhan hati yang dimilikinya, mantan jenderal besar Dinasti Qing itu bersikeras untuk mendapatkan sosok pengirim video tersebut. Diam di tempat sambil menunggu, bukanlah pilihan yang diambil.Sambil tetap meletakkan ponselnya pada telinga, pria muda berusia 27 tahun itu bergegas menyusuri lantai 20 Gedung Perpustakaan Shanghai. Di mana lantai ini sangat berbeda dari lantai yang lain.Tidak ada lorong serta barisan lemari kayu, melainkan beberapa ruang tertutup yang seringkali digunakan untuk acara diskusi yang berhubungan dengan buku, satra, atau karya tulis yang lain. Kebetulan hanya satu ruangan yang saat itu sedang terisi oleh sebuah acara bedah buku yang diselenggarakan oleh sebuha komunitas, selebihnya ruangan yang lain tampak kosong.Yin ragu untuk masuk ke dalam ruangan yang diisi ol
Anak kecil berjenis kelamin perempuan dengan rambutnya yang terkuncir dua itu mendadak terkejut, ketika mendapati ada seorang pria dewasa yang tiba-tiba datang, lalu menangkap tubuh mungilnya.Anak perempuan itu lantas bertanya pada Yin. “Paman, apa yang kau lakukan?”“Berikan tasmu padaku!” pinta Yin.Namun, anak perempuan itu tidak segera memberikan apa yang diminta Yin. Langkah kakinya yang kecil mencoba mundur, menjauhi lelaki dewasa yang tidak dikenalnya. Sayang, apa yang dia lakukan itu, justru membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing menjadi tidak sabar dan langsung mengambil tas ransel miliknya dengan sedikit kasar.Keterkejutan anak perempuan itu semakin menjadi ketika mendapati tas ranselnya telah berpindah tempat.Manik matanya yang bak boneka itu tiba-tiba bergerak. Lalu berkaca-kaca seiring dengan tubuh mungilnya yang menggigil ketakutan. Tak lama kemudian gadis kecil itu pun menangis dengan keras sambil mengatai-ngatai Yin.“Paman pencuri! Kembalikan tasku! Huhuhu … ke
Sepasang manik mata Bo Zhai yang bulat seperti boneka itu menatap wajah ibunya, lalu beralih pada paman asing yang berdiri di depan meja. Dia sedikit terkejut tatkala mendapati paman asing itu masih berada dalam ruangan yang sama dengannya.“Ibu …,” ucapnya lirih.“Bo Zhai, jangan takut. Paman ini bukan pencuri,” jelas Nyonya Bai. “Dia adalah teman ibu yang juga bekerja di perpustakaan ini.”“Benarkah dia orang baik?” Bo Zhai menatap Yin dengan kedua alisnya yang saling bertautan.“Itu benar, Sayang. Paman ini bernama Yin. Sapa dia sekarang!”Dengan tingkah lakunya yang malu-malu, Bo Zhai mengulurkan tangan kanannya dari atas kursi. “Paman Yin,” sapanya.“Halo, Adik kecil.” Yin membalas uluran tangan Bo Zhai sambil menarik kedua sudut bibirnya ke samping.Kemudian Yin meminta izin kepada Nyonya Bai untuk menanyakan sesuatu kepada Bo Zhai. Untung saja, manajer personalia itu mengizinkannya.Sambil membungkukkan tubuhnya yang jangkung hingga sejajar dengan mata Bo Zhai, Yin bertanya pad
Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh penelepon misterius itu, wajah Yin seketika membeku. Jemari tangannya langsung mencengkeram kuat ponsel putih yang baru saja dia temukan. Rupanya si penelepon misterius itu bukan hanya ingin melimpahkan semua kesalahan kepada Yin, melainkan sosok tersebut juga mengetahui identitas asli si pemilik tubuh baru.“Selain Arthur, siapa lagi yang mengetahui kalau pemilik tubuh ini adalah seorang tuan muda kedua dari Keluarga Ma?” tanya Yin dalam hati.BIP! BIP! BIP!Sekonyong-konyong sebuah bunyi dengan iramanya yang datar mengejutkan Yin. Sepasang manik mata Yin yang kecil itu langsung tertuju pada sebuah layar ponsel yang sebelumnya menghitam, tetapi tahu-tahu telah menyala dan memperlihatkan beberapa angka yang terus bergerak mundur di dalam sebuah lingkaran berwarna hitam.“Brengsek!” umpat Yin, ketika mendapati layar tersebut menunjukkan angka 6:00.“Dia sengaja membuatku kehilangan satu menit pertamaku. Aku harus melakukan sesuatu, jika tidak g
“Kau tak perlu melakukan hal itu, Ma Zimo!”Kehadiran suara bariton yang mendadak terdengar di dalam ruangan, membuat Ma Zimo dan Asun terkejut. Mereka lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang ada di lantai dua.Embusan angin yang hendak menyambut datangnya fajar telah menerbangkan beberapa lembar kain gorden yang menutupi jendela yang terbuka. Tampak sesosok bayangan bersembunyi di balik kain putih yang menjuntai hingga ke lantai. Asun langsung membidikkan senjata apinya pada bayangan tersebut.DOR!DOR!DOR!Seharusnya satu tembakan, namun yang terdengar justru tiga letupan senjata api. Ujung senapan M2 mendadak mengepulkan asap tipis, sedangkan Asun yang sebelumnya berdiri tegak untuk melindungi Ma Zimo mendadak roboh dengan sebuah timah panas yang bersarang di dada kirinya.“Hah?” Mulut Ma Zimo menganga ketika melihat tubuh orang kepercayaannya terkapar tak bernyawa.Yin memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sambil meniup ujung senjata apinya y
M2 yang malam itu sedang bertugas menjaga pintu gerbang tempat kediaman Keluarga Ma tampak lari tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. Sebuah kotak kardus yang lebih besar daripada kotak sepatu berada dalam tangannya.Dia berlari mendapatkan Ma Zimo dan Asun yang saat itu sedang berdiri di balkon lantai dua.“Lapor, Tuan. Ada sebuah paket untuk Anda.” M2 berucap sambil menyerahkan kotak kardus tersebut.Ma Zimo tak langsung menerima. Pria paruh baya itu justru mengernyit menatap kotak coklat yang masih tersegel rapi. Memang benar, pada salah satu bagian kotak terselip namanya tanpa nama pengirim.Aneh, pikir Ma Zimo. Lantas dia menyuruh Asun untuk membuka kotak tersebut.“Kurang kerjaan saja! Siapa yang mengirim paket pada dini hari seperti ini?” Asun menggerutu, sementara kedua tangannya telah bersiap hendak menyobek segel kardus dengan menggunakan sebuah anak kunci.“Aku tidak tahu,” jawab M2 yang melihat segel kotak tersebut terlepas.Bau amis yang menusuk langsung menyeruak dan meny
“Beraninya kalian Keluarga Ma mempermainkan Black Dragon!” geram Black Dragon dengan tatapan matanya yang menyalang tajam. Kepalan tangannya hampir saja membuat ponsel yang ada dalam genggaman tangan menjadi remuk redam.“A—apa maksud, Anda?” Ma Jia Wei tampak kebingungan. “Keluarga Ma tidak pernah mempermainkan siapa pun.”Pria berwajah dingin itu lantas memberikan ponselnya kepada Ma Jia Wei melalui salah seorang anak buahnya. Keterkejutan langsung melanda putra Ma Zimo.Dengan tangan dan tulang rahangnya yang gemetar, Ma Jia Wei pun berkata, “Tidak … ini sangat tidak mungkin. Sepupuku itu … dia tidak pernah ditemukan. Anda jangan mempercayai bualan orang yang tak jelas!”“Apa maksudmu?” Suara Black Dragon terdengar jauh lebih berat dari sebelumnya.“Ma Yin Fei telah menghilang selama dua puluh tahun lebih. Tidak ada seorang pun yang tahu, bagaimana rupa dan bentuk tubuhnya. Mungkin saja dia … sudah mati, karena penyakit jantung bawaannya. Atau … atau jika dia masih hidup, dia tidak
Ma Jia Wei yang berdiri lima langkah dari tempat Black Dragon itu menjadi terkejut, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seseorang.Kebanyakan justru orang-orang itulah yang memberi hormat kepadanya lebih dulu, bukan sebaliknya. Sayangnya, dia baru menyadari, kalau Shanghai Night Paradise bukanlah daerah kekuasaan Group Ma. Maka dengan sedikit membungkukkan badan, Ma Jia Wei akhirnya berkata, “Karena aku tidak mengerti kebiasaan kalian, jadi maafkan aku. Salam, Black Dragon.”Black Dragon hanya menyunggingkan senyum. Gestur tubuh yang diperlihatkan Ma Jia Wei itu tidak luput dari pengamatannya. Sungguh pria muda yang berdiri di hadapannya sambil mengenakan tuksedo hitam itu tidak memiliki adab dan sopan santun sedikit pun.Kehormatan serta nilai yang pernah Black Dragon berikan pada Ma Zimo, mendadak dipangkasnya menjadi setengah. Dengan tetap menampilkan wajah dan sorot mata yang dingin, dia mengayunkan dagunya ke arah Ma Jia Wei.“Apa yang membawamu kemar
Asun tahu, kalau seorang diri tidak akan mampu untuk menemui apalagi melawan kelompok mafia bawah tanah seperti Black Dragon. Pria paruh baya itu harus mengandalkan kemampuan tuan besarnya yang masih merupakan pemimpin keluarga kaya nomor satu se-Shanghai.“Bagaimana, apa kalian berhasil?” tanya Ma Zimo dari balik ponsel.Dengan sangat hati-hati Asun mulai berbicara. “Tuan, kita sedang menghadapi masalah.”Ma Zimo yang mendengar hal itu, lantas bangkit berdiri. Kelopak matanya yang kecil membeliak. “Masalah apa?”“Tuan, anak buah Black Dragon berhasil membawa pergi penipu itu,” jawab Asun.“Black … Dragon?” “Anda tidak salah dengar, Tuan.”Tidak ada kata umpatan yang keluar dari bibir Ma Zimo, karena sebenarnya pria paruh baya itu juga enggan berurusan dengan Black Dragon.Sebisa mungkin, Ma Zimo hanya akan menggunakan kekuatan anak buahnya sendiri untuk menekan saingan bisnis serta memperluas kerajaannya. Bukan karena dia takut, tetapi pria berperut buncit itu tidak sudi berbagi k
Malam masih belum berakhir. Setelah aksi bungkam yang dilakukan Feng Siyu di kantor polisi pusat, maka Kapten Chang dan beberapa anggota kepolisian akhirnya memindahkan pemuda itu ke kantor kejaksaan untuk menjalani interogasi tingkat lanjut.Pihak kejaksaan memutuskan untuk mengambil alih semua kasus yang melibatkan Feng Siyu, karena saking banyaknya perkara pidana dan perdata yang dituduhkan padanya. Pria yang memiliki bekas jerawat di wajah itu bukan hanya terlibat dalam kasus penggelapan dana, pencurian identitas, namun juga ada sangkut pautnya dengan kematian Ma Shin Fei serta percobaan pembunuhan yang dia lakukan terhadap Yin. Namun, rencana Kapten Chang tidak semulus yang dikira.Iring-iringan kendaraan polisi yang baru saja menempuh setengah perjalanan itu terpaksa berhenti, karena kehadiran dua mobil van putih yang tiba-tiba menghadang dan menghalangi. Ciiiitttt …!Suara rem yang diinjak secara mendadak hingga sampai mengeluarkan percikan api di jalan raya beraspal, membu
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi Shun Yuan alias Yin. Setelah membuka rahasia terbesar dalam dirinya, dia justru mendapat kejutan. Arthur Chen langsung mengembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Lelaki tua itu seakan ingin secepatnya pergi meninggalkan dunia menyusul si pemilik tubuh.“Beristirahatlah dengan tenang,” ujar Shun Yuan setelah menyimpan abu jenazah Arthur di rumah duka. “Aku ikut berduka cita,” hibur Lu Wan Wan yang ikut mendampingi Shun Yuan.Selepas memberi penghormatan terakhir, keduanya pun kembali ke gedung apartemen tak bernama itu. Dengan disaksikan dan dibantu oleh Lu Wan Wan, Shun Yuan membuka semua file-file peninggalan Arthur Chen.Hal pertama yang mereka cari adalah rekaman video kejadian kecelakaan yang terjadi di atas Jembatan Sungai Yang Tze beberapa bulan yang lalu. Mereka ingin mengetahui kebenarannya. Siapa yang sebenarnya terlibat dan siapa yang seharusnya dihukum.Mulut keduanya langsung menganga, begitu menyaksikan kalau
Teriakan Arthur yang menyangkal perkataan Feng Siyu itu membuat Yin menelengkan kepala. Dia menatap lelaki tua itu dengan sorot mata yang lebih dingin dari biasanya.“Yin … ini … bukan seperti yang kau kira,” ucap Arthur terbata-bata.“Jawab pertanyaanku! Apa benar kau juga berada di sana?” Yin meninggikan nada suaranya.Langkah tegap Yin yang mendominasi serta kedua tulang rahangnya yang mengeras, telah membuat tubuh Arthur seakan mengerut. Tanpa sadar punggung lelaki tua itu langsung membentur tepi meja. Namun, benturan itu tidak sebanding dengan suaranya yang tercekat di tenggorokan.Melihat kegugupan serta kegelisahan yang terpancara dari wajah Arhur, makin membuat Yin naik pitam. Mantan jenderal besar Dinasti Qing itu langsung menghardik lawan bicaranya. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai, pada akhirnya pasti tercium juga. Dengan kepala yang tertunduk, akhirnya keluarlah pengakuan dari Arthur. “A—aku memang ada di sana.”Satu kalimat pengakuan itu lantas membuat Yin mengepalkan
Tuduhan yang dilontarkan Yin itu membuat manik mata Feng Siyu bergerak-gerak. Rupanya pria yang memiliki banyak bekas jerawat di wajah itu masih mengingat kejadian musim gugur tahun lalu. Di atas motor balap yang dikendarainya, dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana mobil listrik itu menabrak pagar jembatan lalu terjun bebas ke dalam sungai. Kebungkaman itu lantas membuat Yin menghampiri. Dengan sorot mata menyalang tajam serta kedua rahang yang mengeras, dia mencengkeram jaket hitam yang dikenakan Feng Siyu. Membuat pria itu bangkit sedikit menjauhi kursinya.“Jawab pertanyaanku! Apa kau yang melakukannya?!” Yin melotot dengan penekanan suara.Namun, itu tak membuat nyali Feng Siyu ciut. Pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Sambil mencebikkan bibirnya, dia pun berkata, “Kau saja tidak tahu, lalu untuk apa aku menjawab.”“Kau!?” Yin langsung menunjukkan kepalan tangannya.“Tak perlu marah. Aku akan memberitahumu, tapi dengan satu syarat.”“Kau tak perlu