“Wan Wan, bagaimana kalau aku mencoba bekerja di Ma Yuan Food?”Pertanyaan yang dilontarkan Yin sontak membuat kelopak mata Lu Wan Wan yang sebelumnya masih tergantung, mendadak terbuka lebar. “A—apa kau serius?” Itu adalah pertanyaan pertama yang terlintas dalam pikiran Lu Wan Wan saat ini. “Aku serius.” Yin mengangguk penuh.Namun, jawaban itu tak kunjung membuat Lu Wan Wan meneruskan pembicaraan mereka di malam yang sangat larut ini. Dia yang masih mengenakan setelan pakaian tidurnya itu mulai menurunkan selimut tebal yang sejak tadi menutupi tubuh mereka. Melalui sorot mata Yin yang menatapnya tanpa jeda, dia mencoba mencari tahu maksud dari permintaan tersebut.“Yin,” desah Lu Wan Wan. “Sebenarnya apa yang ada dalam pikiranmu?”“Pikiranku? Tidak ada.”“Lantas kenapa kau tiba-tiba memutuskan untuk bekerja di Ma Yuan Food?”“Ya, karena aku ingin lebih banyak mendapatkan uang.” Yin berbohong.Lu Wan Wan mengangguk lemah. Dia memang setuju, jika itu alasan suaminya. “Tapi bagaimana
Ma Yuan Food tidak akan menerima karyawan yang kehilangan indera perasanya! Dua belas jam telah berlalu, akan tetapi perkataan Lu Wan Wan semalam masih terngiang-ngiang dalam indera pendengaran dan pikiran Yin. Rasa terkejutnya yang membeku itu tak mampu disembunyikannya dari istri sang pemilik tubuh tersebut. “Dari mana kau mengetahuinya? Apa kau sudah tahu sejak lama?” Dua pertanyaan ini diajukan Yin semalam dalam kamar.Wanita muda itu mendesah pelan sembari menengadahkan wajahnya. Tak sengaja memperlihatkan leher jenjangnya yang bersih dari segala macam perhiasan, namun dihiasi dengan beberapa garis nadi yang telihat abu-abu di mata Yin. “Belum lama,” jawabnya singkat.Tak lama kemudian, sepasang mata bulat itu kembali menatap Yin dengan saksama. “Aku hanya mencoba menyimpulkan dari setiap kejadian yang ada. Kalau kesimpulanku salah, kau bisa menyangkalnya.”Yin langsung menggeleng kuat. “Kau tidak salah.”Lu Wan Wan menautkan kedua alisnya. “Jadi—““Kau memang pengamat yang
Ternyata informasi yang diberikan oleh Arthur Chen itu benar!Pada menit itu juga panggilan yang dilakukan Yin tersambung. Namun, hanya berupa nada tanpa ada suara seseorang yang menjawab.Dengan keteguhan hati yang dimilikinya, mantan jenderal besar Dinasti Qing itu bersikeras untuk mendapatkan sosok pengirim video tersebut. Diam di tempat sambil menunggu, bukanlah pilihan yang diambil.Sambil tetap meletakkan ponselnya pada telinga, pria muda berusia 27 tahun itu bergegas menyusuri lantai 20 Gedung Perpustakaan Shanghai. Di mana lantai ini sangat berbeda dari lantai yang lain.Tidak ada lorong serta barisan lemari kayu, melainkan beberapa ruang tertutup yang seringkali digunakan untuk acara diskusi yang berhubungan dengan buku, satra, atau karya tulis yang lain. Kebetulan hanya satu ruangan yang saat itu sedang terisi oleh sebuah acara bedah buku yang diselenggarakan oleh sebuha komunitas, selebihnya ruangan yang lain tampak kosong.Yin ragu untuk masuk ke dalam ruangan yang diisi ol
Anak kecil berjenis kelamin perempuan dengan rambutnya yang terkuncir dua itu mendadak terkejut, ketika mendapati ada seorang pria dewasa yang tiba-tiba datang, lalu menangkap tubuh mungilnya.Anak perempuan itu lantas bertanya pada Yin. “Paman, apa yang kau lakukan?”“Berikan tasmu padaku!” pinta Yin.Namun, anak perempuan itu tidak segera memberikan apa yang diminta Yin. Langkah kakinya yang kecil mencoba mundur, menjauhi lelaki dewasa yang tidak dikenalnya. Sayang, apa yang dia lakukan itu, justru membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing menjadi tidak sabar dan langsung mengambil tas ransel miliknya dengan sedikit kasar.Keterkejutan anak perempuan itu semakin menjadi ketika mendapati tas ranselnya telah berpindah tempat.Manik matanya yang bak boneka itu tiba-tiba bergerak. Lalu berkaca-kaca seiring dengan tubuh mungilnya yang menggigil ketakutan. Tak lama kemudian gadis kecil itu pun menangis dengan keras sambil mengatai-ngatai Yin.“Paman pencuri! Kembalikan tasku! Huhuhu … ke
Sepasang manik mata Bo Zhai yang bulat seperti boneka itu menatap wajah ibunya, lalu beralih pada paman asing yang berdiri di depan meja. Dia sedikit terkejut tatkala mendapati paman asing itu masih berada dalam ruangan yang sama dengannya.“Ibu …,” ucapnya lirih.“Bo Zhai, jangan takut. Paman ini bukan pencuri,” jelas Nyonya Bai. “Dia adalah teman ibu yang juga bekerja di perpustakaan ini.”“Benarkah dia orang baik?” Bo Zhai menatap Yin dengan kedua alisnya yang saling bertautan.“Itu benar, Sayang. Paman ini bernama Yin. Sapa dia sekarang!”Dengan tingkah lakunya yang malu-malu, Bo Zhai mengulurkan tangan kanannya dari atas kursi. “Paman Yin,” sapanya.“Halo, Adik kecil.” Yin membalas uluran tangan Bo Zhai sambil menarik kedua sudut bibirnya ke samping.Kemudian Yin meminta izin kepada Nyonya Bai untuk menanyakan sesuatu kepada Bo Zhai. Untung saja, manajer personalia itu mengizinkannya.Sambil membungkukkan tubuhnya yang jangkung hingga sejajar dengan mata Bo Zhai, Yin bertanya pad
Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh penelepon misterius itu, wajah Yin seketika membeku. Jemari tangannya langsung mencengkeram kuat ponsel putih yang baru saja dia temukan. Rupanya si penelepon misterius itu bukan hanya ingin melimpahkan semua kesalahan kepada Yin, melainkan sosok tersebut juga mengetahui identitas asli si pemilik tubuh baru.“Selain Arthur, siapa lagi yang mengetahui kalau pemilik tubuh ini adalah seorang tuan muda kedua dari Keluarga Ma?” tanya Yin dalam hati.BIP! BIP! BIP!Sekonyong-konyong sebuah bunyi dengan iramanya yang datar mengejutkan Yin. Sepasang manik mata Yin yang kecil itu langsung tertuju pada sebuah layar ponsel yang sebelumnya menghitam, tetapi tahu-tahu telah menyala dan memperlihatkan beberapa angka yang terus bergerak mundur di dalam sebuah lingkaran berwarna hitam.“Brengsek!” umpat Yin, ketika mendapati layar tersebut menunjukkan angka 6:00.“Dia sengaja membuatku kehilangan satu menit pertamaku. Aku harus melakukan sesuatu, jika tidak g
“Oh, tidak!” sesal Arthur sembari meletakkan kedua tangannya di kepala.Lelaki tua itu sungguh menyesal, karena telah menyuruh Yin untuk memilih jalur jalan raya nomor enam. Padahal melalui layar monitor CCTV lalu lintas kota yang telah disabotase olehnya, dia melihat dari arah barat kedatangan sebuah kereta listrik dengan kecepatan super hendak melintas di atas jembatan yang melewati jalur nomor enam tersebut.Bunyi sirine sudah mulai terdengar, kemudian disusul dengan sebuah palang besi panjang yang sudah mulai bergerak turun dengan perlahan, lalu Yin?Di mana tuan muda keduanya itu saat ini?Perasaan cemas serta sedikit trauma yang tidak mudah untuk dikendalikan itu langsung membuat kesepuluh jari keriput Arthur gemetar.Dia yang hendak mencari keberadaan Yin, lantas mengetikkan sesuatu pada papan keyboard dan memicingkan sepasang matanya untuk mengamati lima belas layar monitor yang serempak menyala di hadapannya serta tiga buah laptop yang dibiarkan terus terbuka. “Yin Fei, di
Apa yang terjadi dengan Yin, membuat jantung Lu Wan Wan berdebar kencang. Dia yang saat itu sedang berkutat dalam pekerjaannya di Ma Yuan Food, serta merta meletakkan telapak tangannya di depan dada.Di musim semi yang baru saja terjadi pada awal bulan Maret dan di dalam ruangan yang diperlengkapi dengan mesin pendingin itu, bagaimana bisa peluhnya mendadak muncul membasahi kening dan punggungnya?“Ada apa ini? Kenapa perasaanku menjadi tidak karuan?” batin Lu Wan Wan, yang memang tidak tahu menahu soal adanya keterikatan takdir antara dirinya dengan mantan jenderal besar Dinasti Qing itu.Dua teguk. Tiga teguk air mineral telah Lu Wan Wan habiskan untuk membuat hatinya tenang. Namun, perasaan tidak enak yang tidak bisa dia jelaskan itu tak kunjung pergi dalam dirinya.Dia yang bermaksud hendak meninggalkan ruang kerjanya demi mencari udara segar di luar, malah dikejutkan dengan sebuah teriakan rekan kerjanya.“Ahhh! Ada bom meledak di atas Jembatan Sungai Yang Tze! Mengerikan! Benar-