Ternyata informasi yang diberikan oleh Arthur Chen itu benar!Pada menit itu juga panggilan yang dilakukan Yin tersambung. Namun, hanya berupa nada tanpa ada suara seseorang yang menjawab.Dengan keteguhan hati yang dimilikinya, mantan jenderal besar Dinasti Qing itu bersikeras untuk mendapatkan sosok pengirim video tersebut. Diam di tempat sambil menunggu, bukanlah pilihan yang diambil.Sambil tetap meletakkan ponselnya pada telinga, pria muda berusia 27 tahun itu bergegas menyusuri lantai 20 Gedung Perpustakaan Shanghai. Di mana lantai ini sangat berbeda dari lantai yang lain.Tidak ada lorong serta barisan lemari kayu, melainkan beberapa ruang tertutup yang seringkali digunakan untuk acara diskusi yang berhubungan dengan buku, satra, atau karya tulis yang lain. Kebetulan hanya satu ruangan yang saat itu sedang terisi oleh sebuah acara bedah buku yang diselenggarakan oleh sebuha komunitas, selebihnya ruangan yang lain tampak kosong.Yin ragu untuk masuk ke dalam ruangan yang diisi ol
Anak kecil berjenis kelamin perempuan dengan rambutnya yang terkuncir dua itu mendadak terkejut, ketika mendapati ada seorang pria dewasa yang tiba-tiba datang, lalu menangkap tubuh mungilnya.Anak perempuan itu lantas bertanya pada Yin. “Paman, apa yang kau lakukan?”“Berikan tasmu padaku!” pinta Yin.Namun, anak perempuan itu tidak segera memberikan apa yang diminta Yin. Langkah kakinya yang kecil mencoba mundur, menjauhi lelaki dewasa yang tidak dikenalnya. Sayang, apa yang dia lakukan itu, justru membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing menjadi tidak sabar dan langsung mengambil tas ransel miliknya dengan sedikit kasar.Keterkejutan anak perempuan itu semakin menjadi ketika mendapati tas ranselnya telah berpindah tempat.Manik matanya yang bak boneka itu tiba-tiba bergerak. Lalu berkaca-kaca seiring dengan tubuh mungilnya yang menggigil ketakutan. Tak lama kemudian gadis kecil itu pun menangis dengan keras sambil mengatai-ngatai Yin.“Paman pencuri! Kembalikan tasku! Huhuhu … ke
Sepasang manik mata Bo Zhai yang bulat seperti boneka itu menatap wajah ibunya, lalu beralih pada paman asing yang berdiri di depan meja. Dia sedikit terkejut tatkala mendapati paman asing itu masih berada dalam ruangan yang sama dengannya.“Ibu …,” ucapnya lirih.“Bo Zhai, jangan takut. Paman ini bukan pencuri,” jelas Nyonya Bai. “Dia adalah teman ibu yang juga bekerja di perpustakaan ini.”“Benarkah dia orang baik?” Bo Zhai menatap Yin dengan kedua alisnya yang saling bertautan.“Itu benar, Sayang. Paman ini bernama Yin. Sapa dia sekarang!”Dengan tingkah lakunya yang malu-malu, Bo Zhai mengulurkan tangan kanannya dari atas kursi. “Paman Yin,” sapanya.“Halo, Adik kecil.” Yin membalas uluran tangan Bo Zhai sambil menarik kedua sudut bibirnya ke samping.Kemudian Yin meminta izin kepada Nyonya Bai untuk menanyakan sesuatu kepada Bo Zhai. Untung saja, manajer personalia itu mengizinkannya.Sambil membungkukkan tubuhnya yang jangkung hingga sejajar dengan mata Bo Zhai, Yin bertanya pad
Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh penelepon misterius itu, wajah Yin seketika membeku. Jemari tangannya langsung mencengkeram kuat ponsel putih yang baru saja dia temukan. Rupanya si penelepon misterius itu bukan hanya ingin melimpahkan semua kesalahan kepada Yin, melainkan sosok tersebut juga mengetahui identitas asli si pemilik tubuh baru.“Selain Arthur, siapa lagi yang mengetahui kalau pemilik tubuh ini adalah seorang tuan muda kedua dari Keluarga Ma?” tanya Yin dalam hati.BIP! BIP! BIP!Sekonyong-konyong sebuah bunyi dengan iramanya yang datar mengejutkan Yin. Sepasang manik mata Yin yang kecil itu langsung tertuju pada sebuah layar ponsel yang sebelumnya menghitam, tetapi tahu-tahu telah menyala dan memperlihatkan beberapa angka yang terus bergerak mundur di dalam sebuah lingkaran berwarna hitam.“Brengsek!” umpat Yin, ketika mendapati layar tersebut menunjukkan angka 6:00.“Dia sengaja membuatku kehilangan satu menit pertamaku. Aku harus melakukan sesuatu, jika tidak g
“Oh, tidak!” sesal Arthur sembari meletakkan kedua tangannya di kepala.Lelaki tua itu sungguh menyesal, karena telah menyuruh Yin untuk memilih jalur jalan raya nomor enam. Padahal melalui layar monitor CCTV lalu lintas kota yang telah disabotase olehnya, dia melihat dari arah barat kedatangan sebuah kereta listrik dengan kecepatan super hendak melintas di atas jembatan yang melewati jalur nomor enam tersebut.Bunyi sirine sudah mulai terdengar, kemudian disusul dengan sebuah palang besi panjang yang sudah mulai bergerak turun dengan perlahan, lalu Yin?Di mana tuan muda keduanya itu saat ini?Perasaan cemas serta sedikit trauma yang tidak mudah untuk dikendalikan itu langsung membuat kesepuluh jari keriput Arthur gemetar.Dia yang hendak mencari keberadaan Yin, lantas mengetikkan sesuatu pada papan keyboard dan memicingkan sepasang matanya untuk mengamati lima belas layar monitor yang serempak menyala di hadapannya serta tiga buah laptop yang dibiarkan terus terbuka. “Yin Fei, di
Apa yang terjadi dengan Yin, membuat jantung Lu Wan Wan berdebar kencang. Dia yang saat itu sedang berkutat dalam pekerjaannya di Ma Yuan Food, serta merta meletakkan telapak tangannya di depan dada.Di musim semi yang baru saja terjadi pada awal bulan Maret dan di dalam ruangan yang diperlengkapi dengan mesin pendingin itu, bagaimana bisa peluhnya mendadak muncul membasahi kening dan punggungnya?“Ada apa ini? Kenapa perasaanku menjadi tidak karuan?” batin Lu Wan Wan, yang memang tidak tahu menahu soal adanya keterikatan takdir antara dirinya dengan mantan jenderal besar Dinasti Qing itu.Dua teguk. Tiga teguk air mineral telah Lu Wan Wan habiskan untuk membuat hatinya tenang. Namun, perasaan tidak enak yang tidak bisa dia jelaskan itu tak kunjung pergi dalam dirinya.Dia yang bermaksud hendak meninggalkan ruang kerjanya demi mencari udara segar di luar, malah dikejutkan dengan sebuah teriakan rekan kerjanya.“Ahhh! Ada bom meledak di atas Jembatan Sungai Yang Tze! Mengerikan! Benar-
“Kenapa aku bisa kembali lagi ke wujud ini?” gumam Yin alias Shun Yuan.Dia pantas terkejut, karena mendapati tubuhnya saat ini kembali terbungkus dengan pakaian pengantin bergaya kolosal khas Dinasti Qing, padahal jelas-jelas dirinya waktu itu masih mengenakan pakaian kerja bergaya moderen. Dia juga masih mengingat, bahwa pakaian pengantin berwarna merah itu adalah baju terakhir yang dirinya kenakan, sebelum terbunuh di tangan Yue Jing dan Yue Fa—ayah Yue Jing, yang adalah seorang perdana menteri Dinasti Qing. Dan sekarang keterkejutan Shun Yuan semakin bertambah tatkala menyadari dirinya ada di mana saat ini!Sebuah ruang gelap tanpa ujung batas. Dengan pencahayaan minim yang berasal dari beberapa kolam api yang terus menyala tanpa henti. Ya, keberadaan lidah-lidah api serta dinding batu yang tidak beraturan. Semua itu mengingatkan Shun Yuan pada sebuah sosok ….DEWA KEMATIAN!Begitu ingatan Shun Yuan tertuju kepadanya, detik itu pula penguasa tempat ini pun muncul b
Yin yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit sontak diam membeku setelah mendengar penjelasan Lu Wan Wan. Kedengarannya penjelasan tersebut sangat masuk akal. Baik di kehidupannya yang lama maupun dalam kehidupannya yang baru, masalah keingintahuan itu sama seperti sebuah kebutuhan yang harus segera dipenuhi.Hari ini dia tidak bermaksud untuk menjadi seorang pahlawan atau mencari ketenaran. Yang dia butuhkan adalah sebuah nama! Nama si pengirim video misterius sekaligus yang hampir mencelakainya.“Yin, aku akan membantumu.”Suara beraksen Inggris itu sontak membuat Yin, Lu Wan Wan, dan juga Arthur menoleh. Mereka melihat seorang dokter dengan potongan rambutnya yang berwarna blonde telah berdiri dekat kelambu hijau yang memisahkan bangsal Yin dengan bangsal yang lain.“Dokter Bert?”Sepasang mata Yin membeliak begitu melihat dokter yang telah merawat tubuh barunya ini datang menghampiri. Dia kemudian memperkenalkan Dokter Bert kepada Lu Wan Wan dan juga Arthur Chen. “Baga
Suara dobrakan pintu yang disertai teriakan itu langsung direspon oleh sepuluh orang pria yang berada di dalam ruangan. Mereka yang sedang berdiri mengitari meja bilyard itu sekonyong-konyong menegakkan kepala lalu membusungkan dada.BRAKKK!Dua tongkat bilyard terlempar mendarat di atas meja dengan sempurna, membuyarkan beberapa barisan bola biru yang semula terdiam. Beberapa kaki itu pun mengayun santai, seakan tanpa beban begitu mendapati kehadiran seorang pemuda berpostur yang tak lebih dari 170 sentimeter.Feng Siyu mengenal seorang pria yang berada di barisan paling depan. Pria itu mengenakan setelan jas kemeja warna hitam. Dengan tiga barisan kancing teratas yang dibiarkan tetap terbuka, memperlihatkan otot-otot dadanya yang bergelombang.Pria itu mendapat julukan Black Dragon di lingkungan sekitar. Tidak, mungkin sepak terjangnya yang mengerikan dan tidak mengenal belas kasihan itu sudah terdengar seantero Shanghai. Tidak ada seorang pun yang tahu, siapa nama asli pria tersebu
Pada saat itu juga mundurlah Lu Wan Wan dari hadapan Yin alias Shun Yuan. Kegamangan segera menghampirinya seiring dengan mulutnya yang tertutup oleh telapak tangannya sendiri.Ingin rasanya dia tidak mempercayai perkataan pria yang telah mengambil kendali atas tubuh suaminya, tapi apa yang pria ini katakan tidak sepenuhnya salah. Karena dia sendiri juga telah membaca buku harian tersebut.“Siapa? Siapa yang telah mencelakainya?” tanya Lu Wan Wan dengan suaranya yang bergetar.Shun Yuan bisa saja langsung menyebutkan satu nama yang dicurigainya saat ini, tetapi dirinya belum yakin karena kurangnya bukti-bukti yang dimiliki. “Aku masih belum yakin, siapa saja yang telah terlibat. Tapi aku mulai mencurigai beberapa orang.”Tatapan mata Lu Wan Wan memicing. “Apa katamu? Beberapa? Itu artinya ….”“Lebih dari satu orang yang menginginkan kematiannya,” sambung Shun Yuan. “Entah mereka memiliki tujuan yang berbeda atau saling bekerja sama.”Kepala Lu Wan Wan menggeleng. “Aku sungguh tidak per
Tiga jam. Itulah waktu yang diperlukan Yin untuk diam termenung di atas Jembatan Sungai Yangtze. Menatap derasnya arus sungai yang tampak kelam dan pekat di waktu malam. Sepercik pertanyaan mendadak terbersit dalam sanubari sang mantan jenderal besar Dinasti Qing tersebut.Mungkinkah selama ratusan tahun, tubuhku tersimpan di dalam sana?Tiga ratus lima puluh empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Pantas, keadaan sungai ini juga sudah sangat jauh berbeda dari zaman Dinasti Qing.Dan di dalam sungai inilah, kisah antara dirinya dan si pemilik tubuh terjadi.Mendadak sebuah suara ketukan tumit sepatu yang mengayun di atas trotoar membuat daun telinga Yin bergerak-gerak. Seperti biasa indera pendengaran yang tajam pemberian dari Dewa Kematian, mampu membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu mampu mendengar suara semut yang berjalan hingga mampu memilah-milah jenis suara meskipun di belakang punggungnya terdengar hiruk pikuk kendaraan roda empat berlalu lalang. Kehad
“Denise, halo …. Halo …!” seru Feng Siyu.Selama beberapa saat pria muda berusia 27 tahun itu tampak tertegun menatap layar ponselnya yang masih menyala. Baru beberapa menit yang lalu, dia menerima panggilan dari adik tirinya yang bernama Denise Allard.Saudara perempuan namun berbeda ayah itu kerap menghubunginya di jam-jam malam. Selepas makan malam lebih tepatnya, karena pada saat itulah segala aktivitasnya di dunia kerja telah terhenti.Namun, apa yang baru saja terjadi?Feng Siyu justru tidak mendengar suara Denise. Bulu kuduknya mendadak dikejutkan dengan suara teriakan minta tolong, suara seorang atau beberapa orang pria dan suara gedebuk-gedubuk yang tak jelas.Jangan-jangan ….Pikiran Feng Siyu lantas tertuju pada panggilan ponsel yang diterimanya sore tadi di Gedung Madox Colour. Kedua tangannya langsung mengepal, mengingat ancaman si penelepon. Padahal mereka telah bersepakat, bahwa si penelepon akan memberinya sedikit waktu dan tidak akan mengganggu adiknya yang saat ini t
Begitu Mey Mey mendengar suara bariton itu berkata, jantungnya seakan hendak melompat keluar dari tubuhnya. Suara yang disertai dengan seringai dan langkah tegap itu benar-benar mengintimidasi dirinya.Menyihir gadis blasteran itu untuk berhenti, lalu bergerak mundur hingga akhirnya punggungnya yang terbungkus dengan selembar pakaian tidur tipis itu menempel di depan dinding ruang tamu.BUGH!Rasa dingin langsung menjalari telapak tangan Mey Mey begitu Lu Dong berhasil mengunci tubuhnya dengan kedua lengannya yang kekar. Manik mata birunya itu tampak bergerak-gerak.“Ma—mau apa kau … kemari?”Mendengar suara intonasi yang terbata-bata itu lantas membuat Lu Dong terkekeh. Puncak hidung kekasih kecilnya itu masih sama seperti dulu. Seperti sebuah papan luncur yang turun ke bawah, lalu menukik tajam ke atas. Dia tidak menyangkal, bahwa dia sangat menyukai hidung Mey Mey, selain dari apa yang tersembunyi di balik pakaian tidur gadis itu.Sembari memberi sedikit kecupan pada puncak hidung
Malam ini mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong langsung meluncur membelah lalu lintas Kota Shanghai. Kendaraan roda empat itu bergerak menuju ke arah utara. Di mana terdapat tiga pulau aluvial dataran rendah yang berpenghuni di muara Sungai Yangtze. Salah satu dari ketiga pulau itu adalah Chongming.Lu Dong meninggalkan mobil listriknya di pelabuhan dan memilih menggunakan feri, agar lebih cepat tiba di tempat tujuan. Dia tidak ingin memberi kesempatan Mey Mey untuk kabur lagi dari hadapannya. Malam ini juga, dia harus menuntaskan masalahnya dengan tikus kecil itu.“Berapa lama kapal ini menuju Chongming?” tanyanya kepada nahkoda.“Jika cuaca bagus, dua puluh menit lagi kita akan tiba di sana. Apa Tuan akan berhenti di Desa Terapung Chu Zhang?”“Tidak. Turunkan aku di Chongming!”“Naiklah!” Nahkoda itu berseru kepada Lu Dong.Layar dibentangkan. Suara mesin menderu-deru di bawah alas kaki, diikuti dengan gumaman para penumpang yang sudah mulai berdesakan memasuki kapal. Jumlah mereka
Kegelapan baru saja muncul menyapa Shanghai. Meskipun Li Na tidak menyukai kedatangan Lu Dong, tetapi berkat Lu Shen Shenlah, pria paruh baya itu akhirnya memiliki tempat tinggal untuk meletakkan kepalanya malam ini.Lu Dong sudah tidak perlu repot-repot lagi memikirkan menu makan malamnya hari ini dan hari-hari selanjutnya. Dia juga tidak perlu risau akan angin malam yang kerap menusuk-nusuk persendiannya yang sudah tidak muda lagi.Tak masalah jika Li Na tidak mengizinkannya untuk tidur dalam kamar. Dia tahu, kalau kemarahan istrinya itu hanya sementara. Esok hari, wanita itu pasti akan kembali merajuk dan malam berikutnya, dia akan kembali menikmati empuknya busa kasur yang ada di apartemen ini, pikirnya. “Ayah, kami hanya punya ini.” Lu Shen Shen berkata sembari memberikan potongan selimut tipis kepada Lu Dong.“Tak masalah.” Lu Dong menarik kedua sudut bibirnya lebar ketika menerima pemberian putri keduanya itu. “Kau memang putri Ayah yang paling berbakti. Ngomong-ngomong … di
Yin tersenyum dingin, karena dia memiliki jawaban atas pertanyaan Arthur. Namun, dia tidak langsung memberitahu pria tua tersebut. Dia justru menanyakan topik utama mengenai kedatangannya kali ini."Lalu bagaimana dengan Denise Allard dan kakak laki-lakinya?"“Aku telah menemukan tempat tinggal Denise. Gadis itu sekarang tinggal di rumah Keluarga Feng.” Arthur menunjuk ke sebuah titik koordinat yang berkedip pada layar laptopnya.Yin menatap titik koordinat yang letaknya agak jauh dari tempat Kediaman Keluarga Lu. “Kau mendatanginya?”“Tentu saja! Aku membantumu sekaligus mengerjakan tugas yang diberikan Lu Dong. Untuk menemuinya, aku menyamar menjadi seorang nenek tua. Salah seorang tetangganya yang sedang kehabisan gula."Yin tergelak. Membayangkan bagaimana wajah maskulin yang keriput itu berubah menjadi seorang nenek tua dengan rambut putihnya yang tergelung ke belakang lengkap dengan selembar daster bermotif bunga yang menutupi tubuh atletis Arthur. "Melihat nenek-nenek jadian y
DEG!Kali ini bukan hanya wajahnya saja yang membeku, melainkan juga detak jantungnya serasa hampir berhenti mendadak tatkala mendengar suara bisikan tersebut. Perlu waktu beberapa detik untuk membuat Ma Yin Fei palsu menyadari bahwa ada seseorang yang mengetahui dosa masa lalunya.“Siapa kau?” teriak Ma Yin Fei palsu sembari mengarahkan pandangannya ke sekitar koridor.Pria yang memiliki tinggi tidak lebih dari 170 sentimeter itu memutar tumitnya beberapa kali, lalu bergerak ke sana kemari. Namun, apa yang dilakukannya itu tak kunjung mendapat jawaban. Koridor panjang itu terlihat kosong, dingin dan lengang. Dari kejauhan dia hanya mampu menangkap pintu ruang kerja Ma Zimo yang masih tertutup.Berarti mantan pustakawan itu masih berada di dalam, lalu siapa yang bicara tadi? Pikiran Ma Yin Fei palsu mulai berkecamuk. Embusan angin yang membelai tengkuk lehernya serta kebisuan yang tejadi di sekitar koridor, membuat sekujur tubuh Ma Yin Fei palsu meremang. Tatapan matanya mendadak beru