Melihat gelagat ayahnya yang tiba-tiba terdiam, membuat hati Ma Jia Wei tergelitik untuk menanyakan sesuatu hal kepada ayahnya. “Ada apa ayah? Apa ada masalah?”Memang tidak ada yang disembunyikan oleh Ma Zimo terhadap putranya, karena informasi yang baru saja dia dapat dari salah satu anak buahnya itu bukanlah apa-apa. Meskipun putra bungsu dari mendiang saudara laki-lakinya itu masih hidup dan anak buahnya berhasil mendapatkan pemuda itu, tetap saja usia keponakannya itu tidak akan lama. Karena menurut informasi dari sang pengasuh, Ma Yin Fei telah menderita penyakit jantung bawaan sejak masih bayi. “Bukan. Bukan apa-apa,” pungkas Ma Zimo tersenyum tipis. “Bukan sesuatu yang penting juga. Jika kau ingin melakukan sesuatu di luar, pergilah! Ayah akan menemui seorang kerabat jauh kita.” “Kerabat jauh?” Ma Jia Wei yang baru saja bangkit berdiri lantas bertanya. “Kenapa tidak mengenalkannya padaku juga? Bukankah aku juga keturunan Ma?” “Hanya untuk memperkenalk
Suara teriakan “Ma Yin Fei” itu dianggap angin lalu oleh tiga orang berjas hitam tersebut. Setelah berhasil mengurung pemuda itu, maka mereka pun segera pergi melapor kepada Ma Zimo.“Apa dia melawan?” tanya Ma Zimo yang berdiri memunggungi anak buahnya.“Tidak, Tuan. Sepertinya dia tidak memiliki keahlian bela diri,” tutur salah satu dari mereka.“Sayang sekali.” Ma Zimo menarik kedua sudut bibirnya ke bawah. “Kupikir anak itu akan memberontak karena aku telah menghabisi kedua orang tuanya, tapi ternyata … yang dilahirkan oleh kakak laki-lakiku itu adalah seorang anak yang tak berguna. Sekarang bawa pergi ponsel itu dan periksa isinya!”“Dan satu lagi—“ sambung Ma Zimin.“Apa, Tuan?”“Jangan katakan apa-apa tentang hal ini kepada Ma Jia Wei dan lanjutkan pencarian Chen Ting! Bagaimana pun keadaan pria itu, kalian harus membawanya ke hadapanku!” titah Ma Zimo. ***Sementara itu di Gedung Apartemen Arthur Chen ….Berita pernikahan Lu Wan Wan dengan Judy Gao itu sontak membuat pandang
Tiga hari kemudian …Hari masih belum terlalu siang. Akan tetapi ratusan tamu undangan dari berbagai keluarga terkemuka di kota itu telah memenuhi salah satu ruangan yang ada di Grand Ballroom Cinta Sejati.Keluarga Gao adalah keluarga kaya nomor empat di seluruh Shanghai, sedangkan Keluarga Lu hanya memiliki satu peringkat di bawah Keluarga Gao.Pernikahan ini adalah impian Lu Dong. Dengan menikahkan Lu Wan Wan dengan Judy Gao, maka popularitas keluarganya akan meningkat. Ditambah lagi dengan putri keduanya yang kelak akan bersanding dengan pewaris Keluarga Ma—keluarga kaya nomor satu di kota itu.Dengan menjadi besan dari dua keluarga terpandang, maka posisi Lu Dong di tengah masyarakat akan semakin kuat! Dari segelintir kebahagian yang dinikmati oleh Keluarga Lu, masih ada juga kerikil-kerikil tajam yang menghiasi hari bahagia mereka. Pernikahan kedua keluarga kaya ini tentu membuat beberapa keluarga yang memiliki anak gadis merasa iri dengan keberutungan yang dimiliki Lu Wan Wan.
Melihat ekspresi janggal yang ditunjukkan oleh Lu Dong dan seluruh anggota Keluarga Lu, semakin membuat Gao Xiong—Kepala Keluarga Gao, seorang pria paruh baya berkebangsaan Cina-Rusia itu dibuat penasaran.Dengan aksen Rusianya yang masih kental, Gao Xiong kembali bertanya. “Lu Dong, ada di mana putri bungsumu itu sekarang, hah? Waktu pernikahan tinggal beberapa menit lagi, tapi kenapa aku tidak melihatnya berada di sini? Apa dia benar-benar serius ingin menikah dengan Judy?”“Ma—maaf. Maafkan aku, Tuan dan Nyonya Gao, Judy Gao.” Lu Dong segera mengubah ekspresi wajahnya menjadi setenang percikan air sungai. “Bagi Wan Wan pernikahan adalah sesuatu yang sangat serius. Putri bungsuku itu pasti akan datang, percayalah padaku.”“Apa yang dikatakan suamiku itu benar, Tuan dan Nyonya Gao,” sahut Li Na yang berada di samping Lu Dong. “Kalian tahu sendiri’kan, kalau hari Minggu pagi seluruh jalan di kota ini selalu dipenuhi dengan pengguna sepeda. Wan Wan pasti terkena macet di salah satu jala
Seketika itu juga bibir mungil Lu Wan Wan menganga begitu mendengar permintaan Yin. Dia pantas terkejut, karena selama tiga tahun ini, tak pernah sekali pun dia mendengar pria muda itu meminta sesuatu darinya.Dan yang dimintanya kali ini bukanlah materi atau sebuah benda yang berharga, melainkan pembatalan pernikahannya dengan Judy Gao!Meskipun bukan pria ini yang menjadi solusinya, akan tetapi Lu Wan Wan hanya perlu menganggukkan kepala sekali, itu sudah lebih dari cukup bagi Yin untuk melakukan sesuatu di dalam ruang besar itu.Tubuh ramping yang terbungkus dengan gaun pengantin kuning gading itu telah berdiri tegak di samping Yin. Lalu disusul dengan telapak sebelah yang terbungkus dengan sarung tangan telah berada dalam genggaman tangannya.Sungguh, apa yang diperbuat Yin itu semakin membuat semua orang yang ada di dalam Grand Ballroom Cinta Sejati terperangah!Dia bukan hanya berani memeluk dan menggandeng tangan pengantin wanita, melainkan dengan kurang ajarnya dia ingin membaw
“Hahahahhahaha!”Suara tawa yang renyah itu sontak memenuhi ruang Grand Ballroom Cinta Sejati. Mereka mencemooh dan mencibir permintaan Yin yang dianggap tidak masuk akal. Bagaimana pun juga, siapa yang tidak tahu, kalau setiap manusia harus melakukan kewajibannya terlebih dahulu baru dia akan mendapatkan haknya.Akan tetapi, menantu payah ini sungguh di luar dugaan.Dia malah ingin menuntut haknya terlebih dulu, sebelum melakukan kewajibannya sebagai seorang suami dan menantu!“Jangankan memberiku uang mahar untuk pernikahan Wan Wan, selama tiga tahun ini dia bahkan tidak pernah menafkahi putriku! Dan sekarang dia berani berdiri di sini, untuk meminta haknya sebagai seorang suami dan menantu? Cih! Sungguh tak punya malu!” umpat Lu Dong.“Sudahlah, Lu Dong,” ucap Han Ping—Kepala Keluarga Han. “Berikan saja padanya seratus atau dua ratus Yuan untuk biaya kompensasi perceraiannya dengan putrimu, maka dia akan melepaskan Judy dan pergi dari sini.”Sungguh ironi. Yin tertawa dengan lirih.
Hanya tiga puluh detik waktu yang diperlukan Yin untuk membuat mulut orang-orang itu menganga. Pada detik berikutnya, orang-orang itu langsung menyadari bahwa sang menantu telah pergi membawa istrinya meninggalkan Grand Ballroom Cinta Sejati.Kasak kusuk yang semula hanya sampai pada batas-batas tembok ruangan, kini suara itu menyebar dengan cepat ke segala penjuru Kota Shanghai. Bukan hanya masalah kaburnya Yin bersama Lu Wan Wan, melainkan menantu yang dianggap sampah masyarakat dan berpenyakitan itu telah berani melempar wajah mertuanya dengan uang senilai dua juta Yuan.Apa yang dikatakan menantu itu tadi?Uang itu dia gunakan untuk membayar biaya rumah sakit, harga sebuah kursi makan, dan juga ingin tidur sekamar dengan istrinya!Berarti selama ini?Habis sudah wajah Lu Dong menjadi bulan-bulanan semua penduduk Shanghai. Dia yang selama ini dianggap sebagai panutan, seorang pria yang sangat bermoral sekaligus ayah terhormat bagi tiga orang putrinya, dan sebagai pebisnis hebat yan
Pertanyaan itu membuat Yin termenung untuk beberapa saat. Dia yang biasanya mengambil keputusan dengan cepat, mendadak kali ini bibirnya seakan tak mampu memiliki kuasa untuk menjawab pertanyaan tersebut.Memilih berkata jujur dengan mengakui semuanya ….Atau … mengatakan sebuah kebohongan?Mana yang lebih disukai oleh wanita seperti Lu Wan Wan?Dia tidak tahu, karena dia tidak memiliki pengalaman sama sekali dalam memahami perasaan wanita. Sepuluh menit telah berlalu, setelah mereka meninggalkan Grand Ballroom Cinta Sejati dan kini mobil yang dikemudikan Yin terus melaju menaiki sebuah jembatan layang melingkar yang ada di pusat kota.“Yin?” tanya Lu Wan Wan, yang ingin mempertegas pertanyaannya yang belum dijawab oleh Yin. Sebuah embusan napas akhirnya lolos begitu saja dari lubang hidung Yin. “Sebenarnya uang dan mobil itu—“Baru saja sepatah kata itu terucap, mendadak dari arah belakang mereka mendengar deru sepeda motor balap yang menggeber dengan kencang. Bukan hanya satu ata
Suara dobrakan pintu yang disertai teriakan itu langsung direspon oleh sepuluh orang pria yang berada di dalam ruangan. Mereka yang sedang berdiri mengitari meja bilyard itu sekonyong-konyong menegakkan kepala lalu membusungkan dada.BRAKKK!Dua tongkat bilyard terlempar mendarat di atas meja dengan sempurna, membuyarkan beberapa barisan bola biru yang semula terdiam. Beberapa kaki itu pun mengayun santai, seakan tanpa beban begitu mendapati kehadiran seorang pemuda berpostur yang tak lebih dari 170 sentimeter.Feng Siyu mengenal seorang pria yang berada di barisan paling depan. Pria itu mengenakan setelan jas kemeja warna hitam. Dengan tiga barisan kancing teratas yang dibiarkan tetap terbuka, memperlihatkan otot-otot dadanya yang bergelombang.Pria itu mendapat julukan Black Dragon di lingkungan sekitar. Tidak, mungkin sepak terjangnya yang mengerikan dan tidak mengenal belas kasihan itu sudah terdengar seantero Shanghai. Tidak ada seorang pun yang tahu, siapa nama asli pria tersebu
Pada saat itu juga mundurlah Lu Wan Wan dari hadapan Yin alias Shun Yuan. Kegamangan segera menghampirinya seiring dengan mulutnya yang tertutup oleh telapak tangannya sendiri.Ingin rasanya dia tidak mempercayai perkataan pria yang telah mengambil kendali atas tubuh suaminya, tapi apa yang pria ini katakan tidak sepenuhnya salah. Karena dia sendiri juga telah membaca buku harian tersebut.“Siapa? Siapa yang telah mencelakainya?” tanya Lu Wan Wan dengan suaranya yang bergetar.Shun Yuan bisa saja langsung menyebutkan satu nama yang dicurigainya saat ini, tetapi dirinya belum yakin karena kurangnya bukti-bukti yang dimiliki. “Aku masih belum yakin, siapa saja yang telah terlibat. Tapi aku mulai mencurigai beberapa orang.”Tatapan mata Lu Wan Wan memicing. “Apa katamu? Beberapa? Itu artinya ….”“Lebih dari satu orang yang menginginkan kematiannya,” sambung Shun Yuan. “Entah mereka memiliki tujuan yang berbeda atau saling bekerja sama.”Kepala Lu Wan Wan menggeleng. “Aku sungguh tidak per
Tiga jam. Itulah waktu yang diperlukan Yin untuk diam termenung di atas Jembatan Sungai Yangtze. Menatap derasnya arus sungai yang tampak kelam dan pekat di waktu malam. Sepercik pertanyaan mendadak terbersit dalam sanubari sang mantan jenderal besar Dinasti Qing tersebut.Mungkinkah selama ratusan tahun, tubuhku tersimpan di dalam sana?Tiga ratus lima puluh empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Pantas, keadaan sungai ini juga sudah sangat jauh berbeda dari zaman Dinasti Qing.Dan di dalam sungai inilah, kisah antara dirinya dan si pemilik tubuh terjadi.Mendadak sebuah suara ketukan tumit sepatu yang mengayun di atas trotoar membuat daun telinga Yin bergerak-gerak. Seperti biasa indera pendengaran yang tajam pemberian dari Dewa Kematian, mampu membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu mampu mendengar suara semut yang berjalan hingga mampu memilah-milah jenis suara meskipun di belakang punggungnya terdengar hiruk pikuk kendaraan roda empat berlalu lalang. Kehad
“Denise, halo …. Halo …!” seru Feng Siyu.Selama beberapa saat pria muda berusia 27 tahun itu tampak tertegun menatap layar ponselnya yang masih menyala. Baru beberapa menit yang lalu, dia menerima panggilan dari adik tirinya yang bernama Denise Allard.Saudara perempuan namun berbeda ayah itu kerap menghubunginya di jam-jam malam. Selepas makan malam lebih tepatnya, karena pada saat itulah segala aktivitasnya di dunia kerja telah terhenti.Namun, apa yang baru saja terjadi?Feng Siyu justru tidak mendengar suara Denise. Bulu kuduknya mendadak dikejutkan dengan suara teriakan minta tolong, suara seorang atau beberapa orang pria dan suara gedebuk-gedubuk yang tak jelas.Jangan-jangan ….Pikiran Feng Siyu lantas tertuju pada panggilan ponsel yang diterimanya sore tadi di Gedung Madox Colour. Kedua tangannya langsung mengepal, mengingat ancaman si penelepon. Padahal mereka telah bersepakat, bahwa si penelepon akan memberinya sedikit waktu dan tidak akan mengganggu adiknya yang saat ini t
Begitu Mey Mey mendengar suara bariton itu berkata, jantungnya seakan hendak melompat keluar dari tubuhnya. Suara yang disertai dengan seringai dan langkah tegap itu benar-benar mengintimidasi dirinya.Menyihir gadis blasteran itu untuk berhenti, lalu bergerak mundur hingga akhirnya punggungnya yang terbungkus dengan selembar pakaian tidur tipis itu menempel di depan dinding ruang tamu.BUGH!Rasa dingin langsung menjalari telapak tangan Mey Mey begitu Lu Dong berhasil mengunci tubuhnya dengan kedua lengannya yang kekar. Manik mata birunya itu tampak bergerak-gerak.“Ma—mau apa kau … kemari?”Mendengar suara intonasi yang terbata-bata itu lantas membuat Lu Dong terkekeh. Puncak hidung kekasih kecilnya itu masih sama seperti dulu. Seperti sebuah papan luncur yang turun ke bawah, lalu menukik tajam ke atas. Dia tidak menyangkal, bahwa dia sangat menyukai hidung Mey Mey, selain dari apa yang tersembunyi di balik pakaian tidur gadis itu.Sembari memberi sedikit kecupan pada puncak hidung
Malam ini mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong langsung meluncur membelah lalu lintas Kota Shanghai. Kendaraan roda empat itu bergerak menuju ke arah utara. Di mana terdapat tiga pulau aluvial dataran rendah yang berpenghuni di muara Sungai Yangtze. Salah satu dari ketiga pulau itu adalah Chongming.Lu Dong meninggalkan mobil listriknya di pelabuhan dan memilih menggunakan feri, agar lebih cepat tiba di tempat tujuan. Dia tidak ingin memberi kesempatan Mey Mey untuk kabur lagi dari hadapannya. Malam ini juga, dia harus menuntaskan masalahnya dengan tikus kecil itu.“Berapa lama kapal ini menuju Chongming?” tanyanya kepada nahkoda.“Jika cuaca bagus, dua puluh menit lagi kita akan tiba di sana. Apa Tuan akan berhenti di Desa Terapung Chu Zhang?”“Tidak. Turunkan aku di Chongming!”“Naiklah!” Nahkoda itu berseru kepada Lu Dong.Layar dibentangkan. Suara mesin menderu-deru di bawah alas kaki, diikuti dengan gumaman para penumpang yang sudah mulai berdesakan memasuki kapal. Jumlah mereka
Kegelapan baru saja muncul menyapa Shanghai. Meskipun Li Na tidak menyukai kedatangan Lu Dong, tetapi berkat Lu Shen Shenlah, pria paruh baya itu akhirnya memiliki tempat tinggal untuk meletakkan kepalanya malam ini.Lu Dong sudah tidak perlu repot-repot lagi memikirkan menu makan malamnya hari ini dan hari-hari selanjutnya. Dia juga tidak perlu risau akan angin malam yang kerap menusuk-nusuk persendiannya yang sudah tidak muda lagi.Tak masalah jika Li Na tidak mengizinkannya untuk tidur dalam kamar. Dia tahu, kalau kemarahan istrinya itu hanya sementara. Esok hari, wanita itu pasti akan kembali merajuk dan malam berikutnya, dia akan kembali menikmati empuknya busa kasur yang ada di apartemen ini, pikirnya. “Ayah, kami hanya punya ini.” Lu Shen Shen berkata sembari memberikan potongan selimut tipis kepada Lu Dong.“Tak masalah.” Lu Dong menarik kedua sudut bibirnya lebar ketika menerima pemberian putri keduanya itu. “Kau memang putri Ayah yang paling berbakti. Ngomong-ngomong … di
Yin tersenyum dingin, karena dia memiliki jawaban atas pertanyaan Arthur. Namun, dia tidak langsung memberitahu pria tua tersebut. Dia justru menanyakan topik utama mengenai kedatangannya kali ini."Lalu bagaimana dengan Denise Allard dan kakak laki-lakinya?"“Aku telah menemukan tempat tinggal Denise. Gadis itu sekarang tinggal di rumah Keluarga Feng.” Arthur menunjuk ke sebuah titik koordinat yang berkedip pada layar laptopnya.Yin menatap titik koordinat yang letaknya agak jauh dari tempat Kediaman Keluarga Lu. “Kau mendatanginya?”“Tentu saja! Aku membantumu sekaligus mengerjakan tugas yang diberikan Lu Dong. Untuk menemuinya, aku menyamar menjadi seorang nenek tua. Salah seorang tetangganya yang sedang kehabisan gula."Yin tergelak. Membayangkan bagaimana wajah maskulin yang keriput itu berubah menjadi seorang nenek tua dengan rambut putihnya yang tergelung ke belakang lengkap dengan selembar daster bermotif bunga yang menutupi tubuh atletis Arthur. "Melihat nenek-nenek jadian y
DEG!Kali ini bukan hanya wajahnya saja yang membeku, melainkan juga detak jantungnya serasa hampir berhenti mendadak tatkala mendengar suara bisikan tersebut. Perlu waktu beberapa detik untuk membuat Ma Yin Fei palsu menyadari bahwa ada seseorang yang mengetahui dosa masa lalunya.“Siapa kau?” teriak Ma Yin Fei palsu sembari mengarahkan pandangannya ke sekitar koridor.Pria yang memiliki tinggi tidak lebih dari 170 sentimeter itu memutar tumitnya beberapa kali, lalu bergerak ke sana kemari. Namun, apa yang dilakukannya itu tak kunjung mendapat jawaban. Koridor panjang itu terlihat kosong, dingin dan lengang. Dari kejauhan dia hanya mampu menangkap pintu ruang kerja Ma Zimo yang masih tertutup.Berarti mantan pustakawan itu masih berada di dalam, lalu siapa yang bicara tadi? Pikiran Ma Yin Fei palsu mulai berkecamuk. Embusan angin yang membelai tengkuk lehernya serta kebisuan yang tejadi di sekitar koridor, membuat sekujur tubuh Ma Yin Fei palsu meremang. Tatapan matanya mendadak beru