Pukul setengah tujuh malam, Yuriana masih saja bekerja. Sesekali dia melihat jam dinding kantor yang membuatnya bekerja dengan cepat tapi hasilnya, dia tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya sesuai waktu yang sudah dia tentukan. Dia menghela nafas kasarnya karena dia masih saja terjebak di kantor. Padahal seharusnya dia sudah meninggalkan tempat kerjanya. Stesy dan sebagian orang pun sudah pulang lebih dulu. Tinggal Yuriana dan lima rekan kerjanya yang masih lebur di sana. Berbeda dengan mereka yang merupakan karyawan tetap. Mereka sengaja lembur untuk mendapat bonus, sedangkan dirinya lembur karena harus menyelesaikan tugas dari Stesy. Tentunya, dia tidak mandapat bonus tapi poin sebagai karyawan rajin pasti akan dia dapatkan jika bekerja dengan baik dan tidak mengeluh setiap dapat tugas dari senior.“Yuriana, ayo pulang!” ajak Velyn.“Duluan aja. Aku harus selesaikan ini semua.”“Tapi di sini sudah tidak ada orang Yuriana. Semuanya sudah pulang,” ucap Velyn yang merasa sedikit khawat
“Yusita, tolong siapkan air hangat untuk mandi! Aku lelah sekali dan ingin berendam,” pinta Emran sembari melepas dasinya yang mengikat dilehernya. Dia baru saja sampai rumah setelah dia bekerja lembur di kantor. Bahkan pria itu langsung melempar tubuhnya di sofa dalam kamarnya. Yusita mendekati suaminya dan berdiri dengan melipat kedua tangannya di bawah dadanya. Tatapannya angkuh. Ekspresinya pun terlihat tak senang melihat penampilan Emran yang berantakan.“Apa kantor itu seperti medan perang, sampai kau terlihat kacau begini?”Emran mengangkat kepalanya yang tadi bersandar sampai matanya menatap Yusita. “Kau ini bicara apa.”“Lihat dirimu!”Emran mengerutkan keningnya melihat Yusita menatapnya dengan angkuh. “Apa kau mempermasalahkan penampilanku sekarang? Ya wajarlah aku kacau begini. Aku seharian bekerja sampai malam. Bahkan belum makan malam.”“Tidak hanya menyulitkan dirimu, kau juga ikut menyulitkan diriku. Padahal, kau itu baru jadi wakil direktur. Bahkan posisi Erick lebih
Baru saja sampai di meja kerjanya, Yuriana tiba-tiba di panggil oleh Bu Karin. Yuriana pun masuk ke sana setelah meletakkan tasnya.“Ada tugas apa Bu Karin?” tanya Yuriana yang tetap bersikap sopan seperti biasanya meski dia sudah tahu bahwa suaminya berteman baik dengan Bu Karin.“Bukan masalah pekerjaan. Ini karena Erland. Tadi, dia menghubungiku dan menanyakanmu. Dia bilang, tidak bisa menghubungimu dan memintaku bilang sama kamu, untuk datang ke ruangannya.”Yuriana sedikit kaget. Dia baru sadar jika nada dering ponselnya mati. Tadi saat berada di rumah ibunya, dia memang mematikan nada dering ponselnya agar tidak ada orang mengganggunya saat bicara dengan ibunya tapi dia lupa untuk mengembalikan nada dering nya lagi.“Astaga! Saya tidak sengaja mematikan hape saya. Pasti dia terus menghubungi saya. Saya akan langsung ke sana sekarang. Makasih Bu Karin.”“Sebentar Yuriana!” Seruan Bu Karin menghentikan langkah Yuriana.Yuriana menoleh kembali. “Ya Bu Karin.”“Ambil dokumen ini sup
Selesai bekerja, Yuriana menghubungi Erland untuk memberitahu tentang kondisi Tuan Besar Oberon yang masuk rumah sakit. Namun pria itu tidak mengangkat panggilannya hingga Yuriana terpaksa naik ke atas, ruangan Erland.“Jadi Erland lagi rapat?”“Iya nyonya. Kalau Anda mau menyampaikan sesuatu yang penting, saya bisa beritahu beliau sekarang atau nyonya bisa masuk.” Meski Erland tidak senang diganggu ketika sedang rapat tapi Siska tetap mengizinkan Yuriana masuk karena tahu bahwa Erland tidak mungkin marah atau merasa terganggu jika itu adalah istrinya sendiri.“Tidak usah. Aku tidak mau mengganggu rapatnya karena bagaimanapun juga, itu penting untuknya. Tolong sampaikan saja sama dia nanti kalau sudah selesai rapat. Tuan Besar Oberon masuk rumah sakit dan aku harus ke sana untuk lihat keadaan beliau.”“Baik nyonya. Saya pasti akan sampaikan pada beliau.”“Makasih Mbak Siska. Kalau begitu, saya pergi sekarang. Saya buru-buru soalnya.” Yuriana pergi setelah melihat Siska mengangguk.Den
Erland benar-benar datang ke rumah sakit bersama Yuriana. Namun, terlihat diwajahnya yang tidak senang dengan dirinya yang berada di sana. Bahkan dia enggan turun dari mobil.Yuriana yang sudah turun dari mobil, bahkan membuka pintu mobil untuk Erland agar suaminya itu turun dari sana. "Erland, ayo turun!"Erland menghela nafas kasarnya tapi dia tidak membantah dan malah turun dari mobil. Jika bukan karena paksaan dari Yuriana. Erland tidak akan pergi ke tempat ini, di mana dia harus menurunkan egonya.Yuriana tersenyum senang melihat suaminya menurut. Dia sampai merangkul lengan Erland sembari menerbitkan senyumannya itu pada Erland yang memandangnya kesal."Kau sudah puas sekarang?"Yuriana menggeleng-geleng tanpa mengurangi senyum diwajahnya. "Aku akan puas kalau kamu masuk melihat Tuan Besar Oberon."Nafas kasar kembali lolos dari mulut Erland dan wajahnya semakin kesal tapi dia lagi-lagi tidak membantah dan malah berjalan masuk ke dalam bersama Yuriana.Yuriana masih merangkul su
Beberapa hari kemudian, Tuan Besar Oberon akhirnya keluar dari rumah sakit tapi kondisi beliau tidak sekuat dulu. Tuan Besar harus memakai kursi roda agar tubuhnya tidak gampang lelah. “Apa Erland sudah datang Eris?” tanya Tuan Besar Oberon ketika kursi rodanya di dorong oleh Eriska. Beliau baru saja turun dari mobil yang dikendarai supir pribadi Oberon dan dia kembali bertanya untuk yang ke empat kalinya mengenai kabar kepulangan Erland karena khawatir jika Erland tidak menepati janjinya. “Tadi aku udah kirim pesan sama Yuriana. Dan baru saja dia balas pesanku. Katanya mereka sudah di jalan. Mungkin sebentar lagi datang.” Emran dan Nyonya Freda-ibu Emran, tidak senang melihat Tuan Besar Oberon yang menunggu kedatangan Erland sampai beberapa kali menanyakan hal itu. Namun mereka tidak berani mengatakan apapun. Meski begitu, ekspresi kekesalan ibu dan anak itu, begitu jelas di wajah mereka dan mereka pun berjalan masuk ke dalam tanpa peduli dengan Tuan Besar Oberon yang masih berada
“Aku lihat kamu berdiri di depan kamar kakek.” Emran yang sedang duduk di tepi kasur, menyahut saat istrinya baru saja masuk. Pria itu hanya melirik saat bicara tapi kemudian, ia menoleh saat Yusita berjalan mendekatinya. “Aku memang di sana jenguk Tuan Besar.” “Tidak Yusita. Kamu tidak masuk ke kamar kakek. Kamu cuma berdiri saja di depan kamar beliau dan aku tahu niatmu ada di sana. Kamu tidak datang menjenguk kakek melainkan ingin bertemu dengan Erland.” Emran melihat istrinya ketika bicara dengan Erland. Dia tentu tidak senang tapi memilih diam karena tidak ingin membuat keributan dengan hal yang menurutnya memalukan. Yusita marah mendengar ucapan Emran yang seolah menuduhnya sengaja menggoda Erland. “Apa maksud ucapanmu ini Emran? Apa kamu menuduhku menggoda dia?” “Memang kenyataan. Sejak kamu tahu bahwa Erland punya segalanya. Tampan, kaya, pemilik perusahaan terbesar, kau jadi berubah total Yusita. Setiap kali bertemu dengan dia, kau selalu memandangnya berbeda. Matamu yan
Yusita membuka lemari Yuriana tanpa meminta izin. Hal itu membuat Yuriana marah hingga dia mendorong Yusita menjauh dari lemari pakaiannya. “Jangan seenaknya menyentuh barang-barang orang Yusita! Kalau kau menginginkan sesuatu, kau bilang dulu padaku.” “Sory kak! Aku pikir, kamu tidak masalah kalau aku pinjam perhiasan yang pernah dihadiahkan ayah untukmu di hari pernikahan kita berdua.” Yusita menunjukkan ekspresi rasa bersalah diwajahnya. Namun itu tentu hanya pura-pura untuk menunjukkan di depan Yuriana bahwa dia tidak ada maksud lain. “Bukankah kau juga mendapatkan hadiah dari ayah? Kenapa kau harus pinjam milikku?” tanya Yuriana penasaran. “Jadi kakak tidak tahu? Waktu itu kan, ayah marah padaku karena hubunganku dengan Emran. Ayah sampai tidak memberikanku hadiah.” Yuriana tahu jelas bahwa Yusita selalu mengadu pada Nyonya Sanjaya setiap kali Yusita tidak senang padanya. Dan Yuriana tidak ingin dirinya dimarahi lagi oleh Nyonya Sanjaya jika tidak memberikan perhiasan itu pad
Tiga hari kemudian, Yuriana akhirnya sadar. Erland dan yang lainnya tentu senang melihat Yuriana sudah sadarkan diri. Namun Yuriana masih belum bisa banyak bicara. Jika ditanya atau diajak bicara oleh dokter, Yuriana hanya mengangguk atau menjawab singkat saja. "Aku senang bisa lihat kamu sadar kembali Yuri. Kau tahu, kau sudah buat aku takut. Aku pikir, aku akan kehilanganmu." Tanpa sadar Erland mengeluarkan air matanya, dan itu adalah air mata bahagia. Perlahan, Yuriana mengulurkan tangannya ke wajah Erland lalu menghapus air mata suaminya di sana. Senyuman diwajahnya pun tampak begitu jelas. Erland menangkap tangan istrinya itu dan menempelkannya ke pipinya. "Yuriana, setelah kamu mengalami hal seperti ini, aku sadar bahwa kamu ternyata segalanya untukku. Aku mencintaimu Yuriana!" Yuriana terkejut. Baru sadar, ia tiba-tiba dapat pengakuan cinta dari Erland. "Mencintaiku?" Erland mengangguk. "Ya. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu." "Erland, sebenarnya. Aku hamil." Erlan
Erland berlari di lorong rumah sakit menuju ruang IGD setelah mendengar kabar kecelakaan Yuriana dari pihak rumah sakit. Sesaat lalu, beberapa orang menemukan mobil mereka terbalik di jalan dan mereka membawa Yuriana dan Yusita ke rumah sakit. Erland kini berada di depan ruang IGD. Di saat yang sama, dokter keluar sembari mendorong keluar brankar. Di sana ada Yuriana yang berlumuran darah. Masker oksigen sudah dipasang dan selang infus pun sudah menempel dilengannya. Di belakang brankar Yuriana, ada brankar Yusita. Keduanya sama-sama dalam kondisi kritis. Erland tentu sangat khawatir melihat kondisi istrinya. Tubuhnya seketika menjadi lemas melihat kondisi Yuriana yang tak berdaya. "Dokter, saya suami dari pasien Yuriana!" "Nona Yuriana akan dibawa ke ruang operasi. Kami akan mengoperasinya. Tuan silahkan mengurus administrasinya saja," jelas dokter itu."Baik Dok."Kedua brankar itu kembali didorong oleh dokter. Di saat itu, Nyonya Sanjaya, Tuan Sanjaya dan Miss Arabella datang. M
"Kau baik-baik saja kan, Yuriana?" tanya Erland tampak khawatir melihat ekspresi wajah Yuriana yang pucat. "Aku baik. Cuma agak pusing aja sih," jawab Yuriana sembari memegang pelipisnya. "Oke, kamu istirahat dulu. Biar besok kamu merasa lebih baik saat kita meninggalkan tempat ini." Yuriana mengangguk. Lalu ia mengikuti Erland ke tempat tidur. Esok harinya, Yuriana dan Erland meninggalkan tempat itu. Mereka menuju bandara untuk kembali ke Indonesia. Selama berjam-jam di pesawat, mereka akhirnya sampai di Indonesia. Di depan bandara itu, sudah ada bawahan Erland yang menunggu. Erland dan Yuriana segera masuk ke mobil lalu mobil itu melaju meninggalkan bandara menuju Kediaman Oberon. Sampai di rumah, mereka malah mendengar keributan di dalam rumah. Erland dan Yuriana segera melangkah ke ruang kerja Tuan Oberon, di mana asal suara itu terdengar. Pintu terbuka lebar hingga Erland dan Yuriana bisa masuk. Mereka berdua melihat Tuan Oberon membentak Emran dan di sana ada Emran, Nyonya
Pada akhirnya, Yuriana memakai baju kaos dan celana jeans pilihan Erland. Bibirnya cemberut karena tidak menyukainya. Perempuan itu ingin memakai pakaian seksi seperti perempuan seksi yang ada di negara ini tapi keinginannya itu malah ditentang oleh Erland. Erland sendiri malah tersenyum melihat Yuriana cemberut, bahkan ia mencubit pipi Yuriana yang sedang menunjukkan ekspresi kesal."Bu Karin dan yang lainnya pasti akan menertawakanku karena memakai baju biasa. Padahal, ini adalah pesta karena kita berhasil tugas dari perusahaan dan aku dapat penghargaan sebagai desainer terbaik.""Kalau kau mau mengumumkan di depan semua orang kalau kau adalah Nyonya Erland, aku akan menuruti semua keinginanmu. Termasuk memakai apapun yang kamu sukai," ucap Erland yang membuat Yuriana bungkam."Aku pasti akan mengatakannya nanti. Tunggu aja tanggal mainnya." Yuriana masih belum siap untuk mengatakan statusnya di depan rekan kerjanya. Ia butuh persiapan untuk melakukannya agar dirinya pun tidak disal
Yuriana sudah sampai di lokasi restoran yang disebutkan Erland. Namun, ia tidak masuk ke dalam. Yuriana malah mengambil tempat di luar restoran agar ia bisa tahu jika suaminya nanti datang. Terlebih, baginya menyenangkan duduk makan di sana sembari memperhatikan orang lalu lalang di depan restoran. Pemandangan di sana cukup bagus dinikmati sambil makan siang.Tak lama duduk di sana, akhirnya Erland datang. Mata Yuriana yang tadinya memperhatikan orang-orang lalu lalang, kini memperhatikan Erland yang melangkah masuk.“Land, di sini!” Yuriana segera menaikkan tangannya, melambai ke arah Erland yang tidak melihatnya.Erland yang mendengar namanya dipanggil, menoleh ke asal suara. Dengan segera, Erland melangkah mendekati Yuriana yang tersenyum ke arahnya.“Kenapa kamu duduk di sini? Kenapa tidak ambil tempat di dalam ruangan?” tanya Erland penasaran. Pria itu tidak duduk di kursi melainkan berdiri di depan Yuriana.“Nungguin kamu. Aku juga belum pesan apa-apa kok. Aku tunggu kamu datang
Hari ini adalah hari di mana diadakan fashion week.Yuriana selaku penyelenggara acara bersama Bu Karin dan rekan lainnya, sudah ada di lokasi acara. Mereka yang mengatur acara ini memang harus hadir lebih awal untuk mengatur para model yang secara bergantian memperkenalkan pakaian dari Star King. "Yuriana, pokoknya hari ini harus berjalan lancar. Jadi, kamu harus fokus dengan tugasmu!" tegas Bu Karin yang kembali mengingatkan Yuriana. "Baik Bu Karin." Selama dua jam, acara itu berjalan lancar. Tidak ada keluhan atau masalah lain. Apalagi ketika para desainer pakaian itu naik menunjukkan dirinya. Yuriana dan rekan-rekannya pun dipuji oleh Bu Karin yang berhasil menyukseskan acara hari ini. "Hari ini peragaan busananya berjalan baik. Saya bangga pada kalian semua. Nah, besok acara Jewelry Week. Itu acara yang sangat penting untuk kita. Terutama untuk Yuriana dan Mila yang berkesempatan menjadi desainer perhiasan untuk beberapa perhiasan baru kita. Kalian harus lebih semangat, dan le
“Sekarang kau sudah merasa hebat karena menjadi anak dari orang terkenal!” Emran menyahut saat Yurika masuk ke dalam kamar. Bola mata Yurika langsung tertuju ke arah suaminya yang sedang duduk bersandar di sofa sana. “Apa maksudmu Emran?” “Kau melakukan apapun yang ingin kau lakukan tanpa memikirkan statusmu sebagai istriku, Yurika. Bahkan kamu sengaja mendatangi Erland di kamarnya tanpa rasa malu. Apa selama ini kau memang meremehkanku?” “Jangan salah paham! Aku hanya datang untuk bahas kerja sama dengan dia. Sekalian kasih dia susu untuk Erland sebagai adik iparnya. Sekarang ini kan, Yuriana nggak ada. Jadi, sebagai adik ipar yang baik, aku harus peduli dengan suami kakakku.” Meski Yurika punya niat untuk berpisah dengan Emran tapi ia tetap menjelaskan pada Emran karena tidak ingin pria itu menuduhnya telah punya niat buruk. Apalagi jika Emran menceraikannya dengan alasan selingkuh. Yurika tetap harus memperbaiki nama baiknya. Terlebih semua orang tahu bahwa ia adalah anak Miss A
Yusita mulai menjalankan rencananya dalam menarik perhatian Erland. Ia datang ke kamar lelaki itu, membawa susu hangat setelah melihat Erland meminta susu hangat pada seorang pelayan.Dengan penuh percaya diri akan respon baik Erland, Yusita mengetuk pintu kamar lelaki itu hingga sang pemilik kamar membuka pintunya. Namun tatapan pria itu terlihat dingin melihat Yusita berdiri di hadapannya.“Ada apa?” tanya Erland dingin.“Katanya kamu minta susu. Karena kebetulan, aku di bawah. Jadi sekalian aku bikinkan untukmu,” ucap Yusita tersenyum sembari menyodorkan susu hangat itu pada Erland.Erland melihat susu yang dipegang Yusita lalu kembali menatap adik iparnya dengan tatapan dingin. “Aku sudah tidak tertarik minum susu. Buatmu saja,” tolak Erland kemudian berniat menutup pintunya dengan mendorong pintu itu tapi ditahan oleh Yusita.“Sebentar Kak Erland!”Erland menghela nafas kasarnya melihat Yusita. “Ada apa lagi?”"Aku dengar dari ibuku kalau kamu sedang bekerja sama dengannya," uca
Semua orang yang mendengar pengakuan Yusita, terkejut. Mata mereka semua mengarah ke Yusita tapi mereka tampak bingung dan juga tak percaya apa yang dikatakan Yusita.“Sita … kita sekarang sedang makan malam. Tolong, jangan bercanda seperti ini! Hargailah semua orang yang duduk makan di sini!” sahut Eriska yang terlihat tak senang pada Yusita karena mengira Yusita sedang bercanda.“Apa yang dikatakan Yusita memang benar, Nona Eriska.” Miss Arabella ikut menyahut untuk membela Yusita.“Saya bingung Miss. Setahu saya, Yusita ini adalah anak kandung Tuan Sanjaya dan Nyonya Sanjaya. Kenapa Yusita tiba-tiba menjadi anak kandung Anda?” tanya Eriska mengerutkan keningnya.“Selamat malam semuanya!” Tiba-tiba Nyonya Sanjaya datang. Kedatangannya malam ini di kediaman Oberon untuk membantu Yusita agar mereka yakin tentang masalah Yusita dengan Nyonya Sanjaya.Semua orang menoleh ke arah Nyonya Sanjaya. Nyonya Sanjaya langsung membungkuk hormat di depan Tuan Besar Oberon. “Maaf tuan! Kedatangan