"Jel, lupakan Revan mulai sekarang, walaupun Mama yakin kamu masih mencintai laki-laki itu, tapi Mama mohon lakukan ini demi Mama Papa, Mama gak tega melihat menantu Mama harus bersedih seperti itu. Kamu tahu Jel, saat Papa memberikan kejutan bulan madu ini, Arman kelihatan sangat bahagia, Mama begitu senang melihat raut wajahnya yang berbinar saat itu. Jadi Mama mohon yah Jel, jangan hancurkan kebahagiaan Arman, begitu juga Mama Papa.. Kami akan sangat bahagia kalau bisa melihat kamu bahagia bersama suami kamu, pasangan halal kamu, Jel. Jangan berbuat sesuatu yang dilarang sama Allah, Jel. Selingkuh itu dosa besar apalagi sampai berbuat zinah." Rima begitu panjang menasehati sang putri semata wayangnya, dia ingin sang anak kembali ke jalan yang benar, jalan yang tidak membawanya ke jalan kesesatan bersama Revan, yang hanya akan menambah jumlah dosanya."Aku bersumpah Ma, aku tidak pernah berbuat zinah dengan Revan!" tegas Jelita."Terus yang barusan Mama lihat apa Hah, kamu mencium d
"Mas, lama banget sih?" keluh Jelita yang sedang menunggu di ruang tunggu melihat sang suami berjalan terburu-buru ke arahnya."Iya, tumben perut aku tiba-tiba mules, Yang.""Cieeeh ... pengen cepet-cepet aja naik pesawat anak Papa nih! Padahal mah cuma nunggu Arman bentaran tapi keselnya udah kayak nunggu setahun, hahaha ...!" Rudi berkali-kali menggoda Jelita, senang sekali membuat putrinya itu kesal."Papaa ...!!" teriak Jelita sambil memanyunkan bibirnya."Bercanda atuh Neng, gitu aja marah!!" ujar Rudi sambil tersenyum melihat wajah putrinya yang cemberut."Tapi kalau cemberut gini tambah cantik, hehehe!" Papa Rudi merayu sang putri agar tak marah lagi."Papa ... aaah!" Jelita tersipu malu kini pipinya memerah."Hahahaha ...!!" Rudi, Rima dan Arman tergelak bersama.'Menyenangkan sekali kalau bisa tertawa bersama begini bersama orang-orang yang aku sayangi, melihat mereka tertawa bahagia sekali rasanya!' gumam Jelita dalam hatinya.'Aku harus bisa membuat mereka selalu bahagia, a
Cukup lama Jelita merajuk hingga malam tiba, "Sayaaang ... maafkan aku yah!" ujarnya penuh penyesalan.Jelita melipat tangannya di dada lalu memunggungi Arman."Enggak! Kali ini gak ada maaf buat kamu, Mas!" tegas Jelita.Arman menghadap ke arah Jelita yang tengah cemberut. "Maaf yah, Sayang sumpaaah ... aku gak layani gadis-gadis itu!" "Bohong!!" Jelita memalingkan mukanya, tak ingin melihat wajah Arman."Ayolah Sayang, mereka cuma iseng, cuma bercanda aja, gak mungkin kali beneran minta cium, heeee ...! Mana iya, gadis itu mau dicium Om-om kayak aku, hehehe ...!" Arman berusaha melucu, sayangnya usahanya sia-sia."Huh! Emang situ udah tua, makanya tahu umur dong! Masa gadis belasan gitu dilayanin juga!" ujar Jelita begitu sinis.'Aduuuh ... tanggapannya gitu amat, salah ngomong lagi!' keluh Arman bingung harus bagaimana agar sang istri tidak marah."Kan aku udah bilang Sayang, aku gak layanin mereka, mereka aja yang terus ngedesek aku, aku sih ogah yah cium-ciun anak bau kencur git
Hari ini Jelita merasakan tubuhnya tidak enak saat bangun tidur, semalam tidurnya gelisah karena tidak nyaman dengan pakaiannya.Berat Jelita membuka matanya, dia paksakan karena merasa hari sudah siang, dia beranjak melihat sekelilingnya, sosok sang suami tidak ada di sana."Ke mana dia?" Begitu dia bangun, dia melihat di meja ada sepiring makanan dan segelas air putih dengan kertas di sebelahnya.Selamat Siang Istriku, maaf aku gak bangunin. Aku lihat tidur kamu sangat pulas, tak tega aku bangunin kamu. Ini aku bawain sarapan, semoga kamu suka yah..TertandaSuamimu Yang gantengnya se-Bandung Raya."Awalnya kamu sangat romantis, ujungnya tetep narsis, hahaha ...!" Jelita terkekeh begitu baca kalimat terakhirnya.Setelah mandi, Jelita pun menikmati makan pagi yang kesiangan itu dengan lahap. "Hmmm ... enak juga sandwich ini!" "Aduuuh ... gimana nih, aku bingung harus pakai baju apa? Masa iya aku keluar harus pakai baju beginian ... !" Rima mengganti baju-baju Jelita dengan celana
Jelita merasa sangat senang hari ini, sang suami bersikap sangat manis. Dari pagi dia sudah disuguhi sarapan, tanpa membangunkan dirinya yang sedang lelap tidur, maklumlah semalam dia tidur tidak nyenyak, baru bisa tidur nyenyak setelah lewat tengah malam.Dan sore harinya, dia yang tadinya menyangka suaminya mengacuhkan dirinya karena meninggalkannya lama seorang diri di kamar, malah merasa tersentuh dengan pemberian sang suami.Dua paper bag yang dibawa Arman isinya beberapa baju baru lengkap dengan pakaian dalamnya."Ini baju buat kamu Sayangku, maaf aku meninggalkan kamu lama, karena aku berkeliling mencari toko baju dan memilih baju yang pas dengan kamu, Sayang. Semoga kamu enggak marah lagi sama aku yah!" "Maaas ... kamu tahu, kalau akuuu ... dari kemarin gak ganti baju karenaaa ... isi koperku yang berubah?" ucap Jelita dengan mata berkaca-kaca."Iya, Sayang. Bahkan aku tahu semalam tidur kamu gelisah, pasti kamu gak nyaman yah, tidur memakai celana panjang jeans kayak gitu."
"Mau ke mana Ma, udah rapih pagi-pagi gini?" tanya Rudi, melihat sang istri pagi benar sudah bersiap dengan tas di bahunya."Mama hanya mau nengokin rumah anak menantu kita, udah mau tiga hari ditinggalkan, takutnya gak ada yang ngurus!" "Bukannya udah ada penjaga rumahnya yang merangkap sebagai sebagai tukang bersih-bersih juga yah?""Iya nih, gimana coba masa rumah Segede itu, yang kerja cuma seorang, kan kasihan, masa iya dia bisa nanganin semua kerjaan gitu!!" "Iya juga sih, yah kata Arman kan itu hanya sementara, mungkin mereka belum menemukan orang yang cocok buat jadi ART, Ma!""Ya udah Mama berangkat dulu yah, Papa mau ikut, kan sekarang weekend?""Hmmm ... iya deh, sekalian nemenin Mama."*****"Tuan, Nyonya!" sapa sang penjaga rumah Arman sambil tersenyum ramah."Gimana, rumah aman?" tanya Rudi."Aman terkendali, Tuan." "Bagus. Ini ada sedikit kue, lumayan buat ngemil-ngemil sambil minum kopi." Rima memberikan kotak makanan berisi bolu marmer buatannya."Makasih Nyonya, k
"Hah! Mau bertemu Arman pakai memakai pakaian seperti ini! Memalukan, kamu mau menggoda menantu saya, hah! Dasar wanita murahan!!" bentak Rima dengan tatapan jijik melihat pakaian yang dikenakan Rahayu."Maaf Bu, tapi saya bukan wanita murahan!" Rahayu tak terima dia dihina."Kalau bukan wanita murahan apa namanya, masuk ke rumah pria sudah beristri dengan pakaian minim kurang bahan kayak gitu, kayak gak pakai baju! Mana ada wanita baik-baik berbuat rendah kayak gini!!" Emosi Rima makin meninggi, ternyata wanita di depannya ini tampak tak tahu malu."Sayaaa ... udah janjian kok sama Arman." Karena sudah terdesak dia berusaha berbohong."Heeemm ... kamu mau membual di depan saya, hahaha ...!! Mana ada menantu saya doyan wanita kayak kamu, kamu itu gak selevel sama anak saya, jauuh ...!!" Rima menatap Rahayu dengan tatapan merendahkan."Ibu jangan salah, saya ini adalah mantannya waktu SMA, dan saya yakin Arman masih menyimpan rasa sama saya!!" Rahayu tidak terima dirinya dihina, dia pu
Jelita malas sekali untuk turun dari tempat tidurnya, tapi perutnya yang keroncongan memaksanya untuk keluar dari kamarnya.Jelita tidak keluar dari hotel, dia hanya makan di restoran yang ada di hotel tempatnya menginap, menikmati sarapan yang dia rapel dengan makan siang, karena hari sudah mendekati jam makan siang.Menikmati makanan dengan hati yang gusar, masih memikirkan sikap suaminya semalam.Sedikit demi sedikit makanan di piring pun habis tak bersisa, menyeruput air jeruk yang segar, tapi sayangnya tak bisa menyegarkan pikirannya yang kalut.Jelita beranjak meninggalkan restoran, berjalan gontai tanpa tujuan, dia pun tak lantas menuju kamarnya. Tujuannya ke sebuah cafe, yang ada di hotel itu dengan pemandangan yang cukup asri karena ada pintu menuju ke luar dan di luarnya ada taman yang cukup indah, kita bisa menikmati segelas kopi dengan view yang cukup bagus."Mungkin duduk sebentar di sini pikiranku bisa sedikit lebih relaks."Memilih duduk di salah satu bangku di luar me
"Pak, cantik banget yah ponakan aku!" puji Ardhan ketika melihat foto yang dikirimkan Arman."Cucu Bapak udah lahir, Dhan. Masya Allah ... cantiknyaaaa ...!" Fadlan pun ikut memuji sang cucu yang baru saja lahir ke dunia.'Hah ... mereka lagi liat foto anaknya wanita itu, aduuuh ... aku juga jadi ingin lihat,' gumam Atikah hanya bisa menerka-nerka bagaimana wajah anak Jelita, ingin melihat tapi gengsinya tinggi dia merasa malu kalau harus meminta Ardhan memperlihatkan foto anak itu padanya."Bu, mau lihat enggak, cantik banget lho?" tanya Fadlan, dia tahu sebenarnya istrinya juga penasaran ingin melihat cucu pertamanya."Enggak usah, belum tentu juga itu anaknya Arman.""Ya udah besok pagi kita mau liat ke sana, Ibu jaga rumah yah!" Ardhan sengaja membuat ibunya menyesal tidak melihatnya.'Mereka kok gitu amat, gak ngajak aku sih!' omelnya dalam hati.*****Pagi harinya ..."Ke mana kok udah pada rapi?" tanya Atikah pada suaminya ketika dia akan keluar membeli sayuran."Lho bapak kan
"Kita ke restoran deket sini saja yah, Ar?" ajak Rahayu."Terserah!" jawabnya dingin.Baru saja sampai parkiran, seorang bapak berlari tergesa-gesa menuju ke arahnya."Pak Armaaaan ...!!" tanyanya seperti orang panik."Pak Marwan?!" Arman tersentak melihat sang pengacara ada di hadapannya."Pak Arman Kenapa baru datang?""Iya Pak, saya datang terlambat, ya sudahlah memang sudah nasib saya harus kehilangan istri saya, Pak." Arman begitu sendu tak elak dia pun sedikit terisak."Pak Arman jangan bersedih dulu, masih ada kesempatan Pak Arman untuk bisa kembali mempertahankan pernikahan Pak Arman.""Maksud Pak Marwan?" Arman merasa heran sekaligus senang."Sidang tertunda, Pak, karena tiba-tiba Bu Jelita mengalami kontraksi, sepertinya beliau mau melahirkan.""Iyakah? Jelita akan melahirkan!" Wajah Arman kembali berbinar, ada peluang dirinya bisa kembali pada Jelita dan itu karena sang calon jabang bayi yang akan terlahir dari rahim Jelita."Iya Pak, sekarang sudah ada di rumah sakit Bunda
"Ya Allah Jelitaaa ... maafkan aku, Jelitaaa ... aku menyesal tidak pernah mau mendengarkan penjelasan kamu, aku pun telah memperlakukan kamu secara kasar, aku benar-benar menyesal ...!" lirih Arman dengan bercucuran air mata hingga membasahi surat dari Jelita.Malam ini Arman tergugu di dalam keheningan malam, menangisi semua sikapnya yang buruk pada Jelita selama ini, menyesal pun tiada guna semua sudah terjadi, 'Apa aku akan dimaafkan! Aku sudah membuatnya terluka, dia pasti merasa sakit hati, maafkan aku Sayang!' racaunya. Lalu dia mengambil ponselnya dan mencari foto Jelita yang masih tersimpan di galeri ponselnya. Dia pandangi sambil mengusap-usap foto Jelita seolah memang sedang mengusap wajah Jelita.hingga tak terasa dia pun terlelap sambil menatap wajah Jelita di ponselnya.******Pagi harinya dia terbangun oleh suara ponsel pengacaranya. [Halo, Pak Arman, Pak Arman tidak datang ke sidang? Bila Pak Arman hari ini tidak datang, Hakim akan langsung memutuskan cerai dan Pak Ar
Niat hati mau pergi ke ruko yang ditempati Jelita, tapi begitu melihat hari sudah gelap, tampaknya harus Arman urungkan karena hari terlalu malam.Dia pun pulang ke rumahnya, karena sudah lelah pula."Biii ... kok masih di sini?" tanya Arman heran, saat melihat Bi Sumi ada di rumahnya.Memang tadi pagi dia menyuruhnya untuk membersihkan kamarnya sudah lama dia tidak membersihkannya, Rohmat hanya membersihkan ruangan-ruangan saja kamar Arman tidak dia bersihkan, dulu ada Jelita yang bersihkan tapi semenjak Jelita pergi, Arman tak pernah membersihkannya."Iya, maaf yah Mas Arman, saya baru bersihkannya tadi sore, tapi melihat meja makan kosong saya sekalian masak, Mas.""Makasih yah Bi, kalau gitu Bi Sumi boleh pulang. Ini buat Bi Sumi." Arman mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya."Makasih, Mas Arman.""Oh iya, Mas. Ini tadi saya menemukan di bawah tempat tidur. Kayaknya surat dari Mbak Jelita." Bi Sumi memberikan amplop putih dari saku bajunya, tertulis 'Untuk Suamiku Tersayang.'
"Oh, soal kejadian malam itu. Oke, tapi saya akan ceritakan soal hubungan Jelita dan Revan dulu karena semua berkaitan dengan apa yang telah terjadi dengan Anda dan Jelita." Ryuga menatap Arman, dia tahu apa yang nanti dia sampaikan Mungkin akan sedikit menyakiti Arman."Hmm ... okelah, lanjutkan ceritanya." Seketika Arman merasakan ketegangan, dia takut akan mengetahui sesuatu yang tak ingin dia ketahui selama ini."Pada awalnya, Jelita baru saja bertemu kembali dengan Revan setelah menikah dengan Pak Arman. Jelita tidak menyangkal kalau dia masih menyimpan perasaan pada Revan, karena dia mencintainya sejak SMA dan ada janji yang hingga kini Jelita tunggu, Revan akan datang lagi untuk kembali menjalin kasih dengannya tapi sayang hingga belasan tahun, Revan tak datang juga hingga orang tua Jelita akhirnya menjodohkan dengan Pak Arman. Jelita yang tak punya alasan untuk menolaknya terpaksa menerima pernikahan tanpa cinta. Maaf yah Pak Arman, jangan tersinggung!" Ryuga merasa tak enak h
"Kamu kenapa menampar aku?" tanya Revan terkejut tiba-tiba Jelita menamparnya."Aku gak nyangka Van, kamu lakuian cara apapun untuk bisa misahin aku sama. suami aku, Van. Tega banget kamu Van!!" ujar Jelita dengan napas naik turun dan tatapan yang tajam."Aku gak ngerti apa maksud kamu, Li ..." "Jangan pura-pura kamu, Van. Hari terakhir kita ketemu di apartemen kamu udah rencanain, kan. Kamu ambil gambar kita sewaktu kita bersama secara diam-diam dan pasti kamu hanya perlihatkan gambar kita sewaktu kita berciuman saja pada suamiku, kan!! Katakan itu benar, kan!!" bentak Jelita.."Gak Li, itu gak benar, suami kamu hanya menanyakan apa yang kita lakukan di apartemen hari itu, dan aku perlihatkan video itu, gak ada maksud aku untuk menjelek-jelekkan kamu, Li!" bantah Revan."Tega kamu, Van. Kamu juga fitnah aku, kalau kita sudah sering berhubungan badan, sampai tertanam benih kamu ada di rahimku! Sungguh fitnah yang keji, Van!" Dengan rahang yang mengeras dan suara yang keras Jelita te
Arman sudah dua kali tidak datang dalam sidang, rasanya dia tak sanggup bila harus bertemu dengan Jelita.Ingin dia membencinya, tapi dia pun sangat merindukan wanita itu. Dilema yang kini dia dia rasakan di satu sisi dia masih sangat mencintainya, tapi di sisi lain dia merasa kecewa dengan kenyataan bahwa dia sudah sering berhubungan dengan laki-laki lain bahkan sampai menghasilkan calon bayi.Sudah dua bulan ini, Arman tinggal di rumah Atikah, tak jarang Atikah sengaja mengundang Rahayu untuk menghibur Arman, tapi Arman yang sedang bersedih tak jua memberikan lampu hijau.Hanya menemani Rahayu ngobrol, tapi tetap hati dan pikirannya tertuju pada satu nama, Jelita.Rahayu kira, dia bisa mengambil hati Arman sayangnya dia salah, apalagi Arman masih bersikap biasa saja, tidak terlalu merespon apa yang dia katakan.'Biarlah saat ini dia masih bersikap biasa, aku mengerti dia lagi mengalami saat sulit, tapi sebentar lagi setelah dia benar-benar lepas dari wanita itu, dia akan menjadi mil
"Papa, jangan pergi! Masa tiap weekend kamu pergi, Pa. Gak kasihan sama Jessi!" sergah Veronika saat Revan mengepak bajunya dan memasukkan ke dalam koper.Semenjak Revan ditempatkan di supermarket yang ada di pusat, maksud dari mertuanya agar Revan bisa lebih dekat dengan keluarga kecilnya, tapi nyatanya setiap libur Revan tak pernah ada di rumah, selain dia mengurus usahanya yang lain tapi juga dia meluangkan waktu untuk mencari cinta pertamanya, Jelita. Tapi sayangnya sampai hampir tujuh bulan, dia belum menemukan jejaknya."Biasanya Mama gak masalah aku pergi, kenapa sekarang Mama cegah aku?"Aneh, kali ini Veronika merasa Revan akan pergi lama, tak biasanya Revan membawa baju sebanyak itu."Aku hanya ingin Papa tinggal di sini. bisa menghabiskan waktu libur bersama kami! Semenjak Papa pindah ke sini, kenapa Papa jarang sekali ada ada waktu buat Jessi!" keluh Veronika.Sebenarnya Revan memang sengaja mengurangi kedekatannya dengan Jessi, agar nanti saatnya tiba dia akan meninggalka
"Iya, Bu saya ayahnya! Maaf saya sibuk, jadi baru kali ini bisa menemani istri saya!" katanya sambil mengedipkan mata pada Jelita.Jelita melotot kesal padanya. 'Bisa-bisanya dia ngaku kayak gitu!' omel Jelita dalam hatinya.Raut wajah Arman berubah muram. 'Jadi dia ayah anak yang kamu kandung, Jelita Az-Zahra!' Rasa sesak menyelusup dadanya, tak sanggup dia menerima kenyataan pahit itu.Tubuh Arman makin lemas, tak sanggup melihat laki-laki itu menggandeng tangan Jelita memasuki ruang periksa.Arman pun berjalan gontai meninggalkan tempat itu, niatnya ke kantin dia lupakan, dia duduk di dekat parkiran menatap nyalang ke arah luar."Kak, apaan sih pake ngaku-ngaku ayahnya segala?" dengus Jelita setelah keluar dari ruang periksa."Kasihan anak itu, Jel. Ayahnya gak mau ngakuin, lebih baik aku saja yang jadi ayahnya.""Enggak, Kak. Aku bahkan masih sah istrinya, entah mau jadi gimana pernikahanku ini, Kak," ucap Jelita berkaca-kaca, jadi teringat akan statusnya yang masih menggantung."