Share

Pertemuan yang Mengusik

Penulis: Fafafe 36
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-04 14:01:45

Keesokan harinya, Rania tidak bisa menghilangkan rasa bimbang yang muncul sejak membaca pesan tadi malam. Kenangan tentang masa lalunya bersama orang itu kembali menyeruak, membawa perasaan asing yang ia pikir telah lama terkubur. Rania berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang tampak lelah. Apakah keputusan untuk hadir di reuni akan memperumit semuanya, atau justru memberinya kejelasan?

Di meja makan, Yoga tampak sibuk dengan ponselnya, membalas pesan-pesan kerja yang terus berdatangan. Suasana di antara mereka dingin dan penuh kecanggungan, seolah ada dinding tak terlihat yang semakin tinggi di antara mereka.

Saat Yoga bersiap untuk pergi bekerja, ia menoleh pada Rania. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan nada yang terdengar peduli, meski matanya tampak letih.

Rania mengangguk pelan, mencoba tersenyum. "Ya, hanya sedikit lelah, mungkin," jawabnya, meski ia tahu jawaban itu tidak sepenuhnya jujur.

Yoga memandangnya sejenak, lalu menghela napas. "Aku tahu akhir-akhir ini banya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Bayangan Masa Lalu

    Pagi itu, rumah terasa lebih sunyi dari biasanya. Rania duduk di meja makan dengan secangkir teh yang sudah dingin. Pikirannya melayang ke percakapan dengan Yoga tadi malam. Ada sesuatu dalam tatapan Yoga yang membuat dadanya terasa sesak, campuran kekecewaan, cinta, dan ketakutan.Namun, sebelum ia sempat larut lebih jauh, suara Adam memecah keheningan."Mama... Papa ke mana?" tanyanya dengan wajah polos, sementara Arka sibuk memoles mainan mobil-mobilannya."Papa sudah pergi kerja, sayang. Kenapa?" Rania mencoba tersenyum, meskipun hatinya masih berat.Adam menatap Rania dengan mata bulatnya. "Papa kelihatan sedih tadi pagi. Apa Mama marah sama Papa?"Pertanyaan itu menusuk tepat di hatinya. Rania menarik napas dalam-dalam, berusaha meredakan kegelisahan yang tak ingin ia tunjukkan pada anak-anak."Enggak, sayang. Mama dan Papa cuma sedang banyak pikiran," jawabnya lembut.Arka yang biasanya lebih tenang, kini ikut bersuara. "Kalau Mama dan Papa nggak bahagia, kenapa kita nggak libu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Pilihan Rania

    Pagi itu, Adam dan Arka duduk di meja makan, sibuk dengan sarapan mereka, sementara Rania dan Yoga hampir tidak saling menatap. Suasana dingin yang menyelimuti keduanya semakin sulit diabaikan.Ketika Yoga selesai menyiapkan tas kerja, ia berjalan ke arah Adam dan Arka, memberikan kecupan di kepala masing-masing. "Papa berangkat dulu, ya," katanya sambil tersenyum lembut kepada mereka.Namun, sebelum melangkah keluar, ia berhenti di depan Rania. "Kita nggak bisa terus seperti ini. Kalau kamu punya sesuatu yang ingin diomongin, aku akan dengar," ujarnya tanpa emosi, lalu berbalik meninggalkan rumah tanpa menunggu jawaban.Rania menatap punggung Yoga yang menjauh. Kata-katanya terasa seperti ultimatum. Dia tahu bahwa ada keputusan besar yang harus dia buat untuk dirinya, untuk anak-anaknya, dan untuk Yoga.---Hari itu, Rania mengantar Adam dan Arka ke sekolah. Saat perjalanan pulang, pikirannya melayang-layang. Ia teringat percakapan dengan Rendy di acara reuni, tentang bagaimana dia d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Masa Lalu yang Kembali

    Yoga menatap layar ponselnya, seakan tidak percaya dengan nama yang muncul. Rendy. Nama itu adalah bagian dari masa lalunya, masa yang sudah lama ia tinggalkan, atau setidaknya ia pikir begitu.Tangannya bergetar saat membuka pesan tersebut. Isinya singkat, tapi cukup untuk membuat pikirannya kacau:"Aku ada di kota ini sekarang. Kita perlu bicara."---Sementara itu di rumah Mama Rania, suasana berbeda terasa hangat, tapi sarat keheningan. Rania mencoba terlihat tenang di depan anak-anak, tetapi hatinya masih kacau. Ia duduk di ruang tamu sambil memandangi Adam dan Arka yang bermain dengan nenek mereka.Mama Rania, yang peka terhadap perubahan putrinya, mendekat dan duduk di sampingnya. "Kamu kelihatan capek, Nak. Apa kamu mau cerita?"Rania menunduk, air matanya jatuh sebelum sempat ia tahan. "Aku cuma... lelah, Ma. Aku nggak tahu apa ini akan baik-baik saja. Yoga dan aku... rasanya kami terlalu jauh sekarang."Mama Rania mengusap punggung putrinya lembut. "Hubungan memang nggak per

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Kecurigaan Rania

    Malam itu, setelah menerima pesan balasan dari Siska, Yoga tak bisa memejamkan mata. Ia duduk di ruang kerjanya, dikelilingi oleh tumpukan dokumen dan laptop yang menyala. Wajah anak laki-laki di foto itu terus membayang di pikirannya, seolah-olah menghantuinya.Ia tahu hanya ada satu cara untuk menemukan kebenaran, ia harus menyelidiki masa lalu Siska, dan mengapa dia muncul di saat seperti ini.---Keesokan harinya, Yoga meminta izin untuk bekerja dari rumah. Setelah memastikan Rania dan anak-anak pergi ke rumah Mama Rania, ia mulai mencari informasi tentang Siska.Ia membuka media sosialnya, menggali akun-akun lama yang pernah terhubung dengannya saat kuliah. Butuh beberapa jam, tapi akhirnya ia menemukan profil Siska. Foto-fotonya memperlihatkan kehidupan yang cukup nyaman, tapi tanpa ada jejak jelas tentang anak laki-laki yang disebut sebagai putranya.Yoga memutuskan untuk menelpon Rendy."Ren, aku butuh bantuanmu lagi," katanya dengan nada serius."Apa lagi sekarang, Yo?" Rendy

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Rahasia yang Terungkap

    Yoga menatap ponsel di tangannya, ragu untuk menekan tombol hijau. Di satu sisi, ia tahu bahwa menerima telepon dari Siska di hadapan Rania adalah langkah yang sangat berisiko. Namun, tatapan dingin Rania membuatnya sadar bahwa ia tak punya pilihan lain.Dengan tangan gemetar, Yoga akhirnya menekan tombol jawab."Hallo?" suara perempuan di ujung telepon terdengar jelas, sedikit cemas dan tegas."Siska, ini Yoga," jawabnya, suaranya datar dan tegang. "Aku bersama istriku sekarang. Apa yang sebenarnya kamu mau?""Yoga, aku... aku nggak bermaksud merusak kehidupanmu," Siska terdengar menahan isak. "Tapi aku benar-benar membutuhkan bantuanmu."Rania yang duduk di seberang meja dengan tangan terlipat, menatap Yoga dengan sorot penuh curiga. Yoga menekan tombol speakerphone agar Rania bisa mendengar percakapan itu."Aku sudah bilang, Siska. Kalau kamu mengklaim anak itu anakku, aku mau bukti. Tes DNA," kata Yoga dengan nada tajam."Aku paham, dan aku akan memberikan semua yang kamu butuhkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Kebenaran yang Memukul

    Rania memegang amplop hasil tes DNA dengan tangan bergetar. Yoga berdiri di depannya, menatap amplop itu seolah benda tersebut adalah hukuman atas dosa-dosa masa lalunya. Di sudut ruangan, Siska duduk bersama Raka, matanya tidak lepas dari Yoga."Buka saja," kata Yoga pelan, suaranya nyaris tidak terdengar.Rania menatap suaminya, mencoba membaca emosi di balik wajah tegang itu. Ia membuka amplop perlahan, kertas di dalamnya tampak begitu berat saat ia tarik keluar. Dengan mata berair, ia membaca hasil tes itu."Positif." Suaranya nyaris tersendat. "Anak ini... benar-benar anakmu, Mas Yoga."Yoga menutup wajahnya dengan kedua tangan. Rania menunduk, air matanya mulai jatuh tanpa bisa ditahan lagi. Di sudut ruangan, Siska memeluk Raka lebih erat, sementara bocah itu memandang semua orang dengan bingung.Rania menatap Yoga dengan tajam, meski air matanya terus mengalir. "Jadi ini yang kamu sembunyikan dariku selama ini? Aku hidup bersamamu, membangun keluarga ini, sementara ada rahasia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Kebenaran Tak Terduga

    Malam itu, udara dingin menusuk tulang, tetapi hati Yoga terasa jauh lebih dingin. Ia duduk dan memegang hasil tes DNA yang baru saja ia ambil dari klinik. Rania duduk di seberangnya dengan wajah tegang. Di sudut ruangan, Raka, bocah yang telah menjadi pusat dari segala keributan ini, bermain dengan Adam dan Arka, tanpa menyadari badai yang melanda di sekitar mereka.Yoga menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian. "Rania," suaranya rendah tetapi tajam, "kita akan menyelesaikan ini sekarang. Aku ingin tahu semuanya."Rania menggigit bibirnya, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku juga terkejut saat dia muncul dengan Raka."Yoga menggelengkan kepala, tidak puas dengan jawaban itu. "Lalu, bagaimana dengan hasil ini?" Ia mengangkat amplop putih itu, seolah-olah jawabannya tergantung pada secarik kertas di dalamnya. "Aku ingin membacanya sekarang."Rania menahan napas, tetapi tidak berkata apa-apa. Yoga membuka amplop itu dengan tangan gemetar, menarik keluar kertas hasil tes DNA,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Pesan Terakhir Siska

    Ruangan rumah sakit begitu sunyi. Hanya terdengar bunyi detak mesin monitor yang semakin lambat, seakan mengikuti napas berat Siska. Yoga duduk di kursi di samping tempat tidur, memandangi wajah lemah wanita itu."Yoga..." suara Siska terdengar serak, nyaris tak terdengar.Yoga menggenggam tangan Siska yang dingin. "Aku di sini, Siska. Jangan bicara terlalu banyak, kamu butuh istirahat."Siska tersenyum tipis meskipun matanya mulai berkaca-kaca. "Waktu untukku sudah tidak banyak. Ada yang harus aku sampaikan sebelum terlambat."Yoga terdiam, merasakan berat dari kalimat Siska. Ia tahu saat ini penting, tapi mendengarnya tetap membuat dadanya terasa sesak."Kamu tahu, sejak Fandy pergi… aku hanya punya satu tujuan dalam hidupku, yaitu memastikan Raka mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tapi aku tidak bisa melakukannya sendiri," suara Siska semakin lemah, tapi penuh tekad.Yoga mengangguk pelan. "Aku sudah janji, Siska. Raka adalah bagian dari keluarga kami sekarang. Aku akan menjaga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12

Bab terbaru

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Awan Gelap

    Suasana pusat perbelanjaan siang itu cukup ramai. Elina berjalan santai di lorong toko, ditemani seorang pria bertubuh tinggi dengan kemeja biru muda yang tampak rapi. Mereka sesekali tertawa kecil sambil berbincang.Di sudut lain, Raka yang kebetulan datang untuk membeli hadiah ulang tahun Adam berhenti sejenak. Pandangannya terpaku pada sosok Elina yang sedang tersenyum cerah di hadapan pria asing itu. Detak jantungnya berpacu lebih cepat."Siapa dia…?" gumam Raka lirih.Pria itu tampak mengambil tas belanjaan Elina dengan sigap, lalu berjalan bersamanya menuju kafe terdekat. Raka mengepalkan tangannya, napasnya terasa berat. Ia ingin mendekat, tapi kakinya seperti terpaku di tempat."Elina… Kenapa kamu nggak pernah cerita tentang dia?" desisnya dengan nada kecewa.Tanpa pikir panjang, Raka berbalik arah dan melangkah pergi dengan cepat.---Elina duduk sambil menyeruput segelas kopi di hadapan pria bernama Rendi, seorang sepupunya yang baru saja pulang dari luar negeri. Mereka memb

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Akhir Sebuah Rahasia

    Ruang tamu rumah keluarga Raka terasa lebih hangat malam itu. Semua anggota keluarga telah berkumpul, termasuk orang tua Elina. Yoga dan Rania duduk berdampingan, sementara ayah dan ibu Elina, Pak Arman dan Bu Ratna, duduk di seberang mereka. Raka dan Elina duduk di tengah, keduanya tampak cemas namun saling menggenggam tangan untuk saling menenangkan.Suasana terasa tegang sebelum akhirnya Pak Arman memecah keheningan."Terima kasih sudah mengundang kami malam ini, Yoga. Aku pikir ini memang saatnya kita bicara terbuka."Yoga mengangguk pelan, sorot matanya tajam namun penuh kehati-hatian. "Terima kasih sudah datang, Arman. Kita sudah terlalu lama membiarkan rahasia ini membebani kita. Ini saatnya kita biarkan anak-anak kita berjalan di jalan yang mereka pilih sendiri."Rania menatap suaminya dengan penuh dukungan. Sementara itu, Elina menatap ayahnya dengan wajah bingung. "Papa, maksudnya apa? Apa yang sebenarnya terjadi antara keluarga kita dan keluarga Raka?"Pak Arman menarik nap

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Rahasia yang Tersembunyi

    Sudah lewat tengah malam ketika Raka duduk di balkon kamarnya. Angin malam dingin menerpa wajahnya, tapi pikirannya terlalu penuh untuk merasakan udara yang menusuk tulang. Ponselnya bergetar pelan di genggaman tangannya, pesan dari Elina."[Kita harus bicara. Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku.]"Raka memejamkan mata. Ia tahu momen ini akan tiba. Hubungannya dengan Elina selama ini berjalan di antara rahasia besar yang membentang seperti jurang di antara mereka.---Keesokan Harinya, di Sebuah Taman Kota, Raka menunggu di bangku kayu di tengah taman yang sepi. Daun-daun berguguran, menandakan musim berganti. Elina datang dengan langkah cepat dan wajah penuh tanda tanya."Raka... apa sebenarnya yang kamu sembunyikan? Aku merasa ada sesuatu yang belum kamu katakan."Raka menatap mata Elina dengan dalam, mencoba mencari kekuatan di sana."Elina, mungkin setelah ini kamu akan membenciku, atau mungkin malah pergi meninggalkanku. Tapi aku harus jujur."Elina menggigit bibirn

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Jejak Masa Lalu

    Raka terdiam sejenak, mencoba mencerna ucapan Elina. Nama ayahnya, Yoga, disebut dengan begitu santai dalam cerita Elina. Apakah ini hanya kebetulan, atau ada sesuatu yang lebih besar di baliknya?"Pak Yoga? Maksudmu... ayahmu mengenal Papa-ku?" tanya Raka dengan hati-hati.Elina mengangguk pelan sambil mengaduk kopinya. "Iya. Aku tidak tahu detailnya, tapi dulu waktu aku kecil, aku pernah dengar percakapan antara Papa dan Mama tentang bisnis mereka dengan seseorang bernama Yoga. Tapi setelah itu, nama itu jarang disebut lagi."Raka mencoba tetap tenang meskipun pikirannya berkecamuk. "Apakah ada masalah di antara mereka?"Elina menggeleng. "Aku nggak yakin. Papa jarang cerita hal-hal seperti itu. Tapi... sepertinya hubungan mereka tidak berjalan baik di akhir-akhir."Percakapan mereka berlanjut dengan topik yang lebih ringan, tetapi Raka tidak bisa mengabaikan fakta bahwa ayah Elina ternyata memiliki hubungan dengan ayahnya. Sebuah pertanyaan besar menggantung di benaknya. Apakah ada

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Setelah Beberapa Tahun

    Waktu berlalu begitu cepat, hujan rintik-rintik menyambut sore itu. Rania sibuk di dapur, memastikan makanan kesukaan Raka tersedia, sementara Yoga duduk di ruang tamu bersama Adam dan Arka, yang kini sudah remaja."Kak Raka pasti kaget lihat rumah kita nggak banyak berubah," Arka berkomentar sambil melirik Adam.Adam mengangguk. "Tapi mungkin dia lebih kangen sama kamar lamanya."Terdengar deru mobil di halaman. Semua serentak berdiri, bersiap menyambut sosok yang selama ini hanya bisa mereka lihat melalui panggilan video.Pintu depan terbuka, dan Raka masuk dengan senyuman lebar, mengenakan kemeja hitam rapi. "Aku pulang."Rania langsung memeluknya erat. "Akhirnya, Nak. Kamu nggak tahu betapa Mama kangen sama kamu."Yoga menepuk bahu Raka dengan bangga. "Selamat datang kembali, Nak. Kami semua bangga sama kamu."Adam dan Arka langsung merangkul kakaknya bergantian. "Kak Raka, gimana rasanya tinggal di luar negeri? Kamu bawa oleh-oleh, kan?" goda Adam, membuat suasana menjadi lebih r

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Kebersamaan

    Hari-hari berlalu, dan suasana di rumah Yoga perlahan berubah. Rania yang semula canggung dengan kehadiran Raka kini mulai terbiasa. Bocah itu, meski pendiam, memiliki pesona yang tak bisa diabaikan. Kelembutannya mulai mengisi celah-celah dalam hati Rania yang sempat tertutup oleh rasa bimbang.Pagi itu, Rania sedang menyiapkan sarapan di dapur ketika Raka datang menghampiri."Mama, aku bantu ambil piring, ya," ucap Raka sambil tersenyum.Rania tertegun sejenak. Kata "Mama" terdengar begitu alami keluar dari mulut bocah itu. Ia berusaha menahan air mata yang tiba-tiba muncul, lalu mengangguk sambil tersenyum."Terima kasih, sayang. Kamu bisa letakkan piringnya di meja, ya," balas Rania dengan suara lembut.Di ruang makan, Adam dan Arka sudah duduk menunggu. Ketika melihat Raka membawa piring-piring, Arka berseru, "Wah, Kak Raka sudah jadi bagian tim, nih!"Raka tertawa kecil. "Iya dong. Tim kita harus kompak."Yoga yang baru turun dari tangga menyaksikan pemandangan itu dengan hati y

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Langkah Menuju Kebenaran

    Malam terasa dingin ketika Yoga tiba di rumah. Keheningan menyelimuti ruang tamu, hanya suara jam dinding yang terdengar seperti detak jantungnya yang tak beraturan. Rania belum kembali, dan ia tahu alasan kepergiannya adalah dirinya sendiri.Di kamar, anak-anak sudah tertidur. Namun, di meja makan, Raka masih duduk dengan wajah bingung, menatap segelas susu yang sudah dingin."Om Yoga, kenapa Tante Rania pergi?" suara Raka memecah keheningan.Yoga terdiam sesaat, mencoba meredakan kekacauan di pikirannya. Ia berjalan mendekati Raka, duduk di samping keponakannya, atau mungkin, anak kandungnya."Raka, dengar ya," suara Yoga pelan, tetapi mengandung kepedihan yang sulit disembunyikan. "Kadang orang dewasa harus menghadapi sesuatu yang sulit dimengerti. Tapi kamu nggak perlu khawatir. Tante Rania pasti kembali."Raka memiringkan kepalanya, mencoba memahami. "Om, tadi aku dengar Tante Rania bilang ‘kamu harus jujur sama anak-anak’. Maksudnya apa?"Yoga menelan ludah. Ia tahu, cepat atau

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Penjelasan yang Lembut

    Yoga menarik napas panjang sebelum mendekati Adam dan Arka yang berdiri di ambang pintu. Rania masih terduduk di lantai, memeluk map cokelat erat-erat. Ia menatap Yoga dengan mata yang mengisyaratkan dukungan, meskipun hatinya masih bergejolak."Adam, Arka, duduk sini dulu sama Papa," kata Yoga dengan suara selembut mungkin, sambil mengulurkan tangannya.Kedua anak kembar itu berjalan mendekat dengan raut bingung, lalu duduk di sofa kecil di ruang tamu. Mata mereka masih melirik Rania, seakan mencari jawaban dari wajah ibunya.Yoga berjongkok di depan mereka, sehingga pandangannya sejajar dengan anak-anaknya. "Kalian tahu, Papa dulu punya adik laki-laki yang namanya Om Fandy, kan?"Adam mengangguk cepat. "Om Fandy yang suka cerita lucu pas kita kecil, kan, Pa? Tapi dia udah lama nggak kelihatan."Arka menambahkan dengan suara kecil, "Kakek bilang Om Fandy tinggal di surga sekarang."Yoga tersenyum tipis mendengar ingatan polos mereka. "Betul sekali. Om Fandy sudah di surga. Dan sebelu

  • Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat   Menjaga Rahasia

    Pagi itu terasa lebih berat dari biasanya. Yoga duduk di meja makan, memandangi secangkir kopi yang sudah dingin. Di sampingnya, Rania sibuk menyiapkan sarapan untuk anak-anak. Namun, suasana di antara mereka terasa dingin, bahkan canggung."Mas Yoga, kamu baik-baik saja?" tanya Rania sambil menyiapkan bekal untuk Adam dan Arka.Yoga tersentak dari lamunannya. "Iya, aku baik. Hanya... sedikit kepikiran pekerjaan," jawabnya dengan senyum tipis yang dipaksakan.Rania mengerutkan dahi. "Kamu sering terlihat melamun belakangan ini. Kalau ada sesuatu, lebih baik kamu cerita."Namun, Yoga tidak menjawab. Ia hanya menunduk, mencari keberanian untuk menghadapi kenyataan.Setelah Rania berangkat mengantar anak-anak ke sekolah, Yoga menerima telepon dari Armand."Yo, aku tahu kamu pasti masih bingung, tapi kita harus bicara lagi," kata Armand di ujung telepon."Aku nggak tahu harus mulai dari mana, Mand. Rania bahkan sudah curiga," jawab Yoga dengan suara lelah."Kamu nggak bisa terus menyembun

DMCA.com Protection Status