Bukannya menebar pesona, Bianca malah mengikuti Samantha ke kamar Tristan.
Samantha sedang merapikan box baby di kamar Tristan ketika Bianca tiba di belakangnya."Sebenarnya, diantara kalian ada hubungan apa, Tha?"Samantha hanya mengangkat alisnya tanpa menjawab lalu dia kembali fokusmembersihkan kamar anaknya.Melihat hal itu maka Bianca makin penasaran."Tha, ayolah bantu otakku agar tidak bekerja terlalu keras.""Kau dan dia saudara?" Tanya Samantha."Tentu tidak, kenapa?""Karena kalian memiliki rumpun pertanyaan yang sama.""Ada ada aja. Katakan saja bahwa dulu aku merasa apa yang kau lakukan butuh pengorbanan yang besar, kau akan melaksanakan surat wasiat Tina dengan benar yaitu membawa Tristan mengenal ayahnya, tapi itu dulu.""Lanjutkan!""Kini aku tahu, kalau melihat ayah Tristan, banyak orang akan menggadaikan cintanya!""Apa maksudmu?" Tanya Samantha."Begitu nalarku kembali, aku langsung melihat kemiripanChase sampai di penthouse-nya dalam keadaan kacau. Semua kejadian-kejadian delapan bulan yang lalu kembali berkelebat di benaknya. Moment saat dia mengejek Samantha, menghina dan puncaknya dia melemparkan cek di wajah Samantha. Dia ingat kalimat-kalimat yang dia ucapkan. "....bahkan jika kau wanita terakhir yang tersedia.." dan masih banyak lagi kalimatnya yang luar biasa kejam. Itu bukan dirinya yang biasa, hanya saja saat itu Chase merasa Samantha 100 persen hanya ingin menjebaknya, terlalu banyak kebetulan yang tidak mendukung cerita Samantha. Akan tetapi kini keadaan berbalik, dia melihat Tristan dan mulai mempertimbangkan cerita Samantha, tapi sebaliknya Samantha sudah menarik diri dan malah menentang usahanya. Satu hal yang lebih membuat gusar hatinya adalah sampai saat ini, walau sudah satu jam meninggalkan rumah Samantha, dia masih bergairah! Shittttt! Kembali Chase mengumpat dal
Sepeninggal si gadis model Chanel, Chase segera berpakaian lengkap kemudian dia berangkat. Di jalan Chase mengira-ngira apakah rencananya akan berhasil? Mengingat kakeknya sudah hampir delapan bulan mendiamkannya. Sejak Chase menyuruh Samantha menghilang sejak itu pula kakeknya marah dan tak lagi mau bicara. Tak lama Chase sampai di rumah besar dengan pohon-pohon rindang yang teduh. Nasib baik berpihak padanya, karena kakeknya sedang duduk di luar dengan koran di tangan, jadi walau pun tidak ingin menemuinya kakeknya tidak lagi punya kesempatan menghindar. "Morning, Kek." Chase mendekat, mencium dahi kakeknya lalu duduk dengan tenang di sebelah kakeknya. Kakek hanya menurunkan korannya sejenak lalu kembali membaca tanpa menghiraukan cucu kesayangannya. "Kakek sudah makan pagi?" Chase mulai membuka percakapan. Lama tidak ada jawaban, lalu kakek menurunkan korannya dan dengan dagu menunjuk ke arah piring kosong di tengah meja. Cha
Seharian Chase berusaha membereskan segala urusan dengan lebih cepat hingga akhirnya sore hari dia bisa kembali ke rumah Samantha.Setelah menekan bel, Chase menunggu. Perlahan pintu terbuka dan wajah jelita Bianca terlihat."Hai, kau kembali..." "Iya, ada yang harus diurus, di mana...anakku dan mommy-nya?" tanya Chase lambat, sepertinya dia kebingungan mengucapkan kalimat itu.Chase menunggu lalu mengangkat sebelah alisnya karena Bianca tidak segera menjawab pertanyaannya. Bianca melipat kedua tangannya di depan dada, lalu dengan bahunya dia menunjuk ke lorong menuju kamar Tristan.“Oke, thanks,” ucap Chase dan segera menuju ke kamar Tristan. “Menyebalkan, kenapa dia begitu perhatian pada Samantha? Padahal baru saja Samantha bilang dia tidak tertarik pada Chase!” gumam Bianca.Bianca tahu bahwa Chase adalah pria lajang yang kaya raya, dan Samantha telah memberi lampu hijau, jadi Bianca pun dengan bebas berusaha menarik perhatian Chase, aka
Chase menunggu balasan telak dari Samantha, seperti yang selama ini terjadi. Nggak mungkin kalau hanya sekedar 'sorry' saja.Akan tetapi kalimat lanjutan yang ditunggu tak kunjung datang, berarti memang tidak ada balasan.Tidak ada sinisme.Tidak ada sarkasme.Tanpa pembelaan, hanya SORRY.“Hmm wanita penuh misteri,” batin Chase."Ikutlah, aku hanya akan mampir sebentar saja," Chase masih bersikeras agar Samantha bisa ikut dengannya.Entah kenapa Chase ingin sekali membawa Samantha pergi bersamanya. Di luar alasan agar Samantha tidak bisa kembali menghilang...ada alasan lain yang masih kabur, yang Chase sendiri pun tidak bisa menggambarkannya!"Aku merasa memang tidak perlu kami ikut, kasihan Tristan kalau harus keluar ke sana ke mari lagi,” tolak Samantha. “Seharusnya tidak ada pengaruhnya asal selama perjalanan dia nyaman bukan?” Chase terus mencoba untuk membujuk Samantha. Namun, dari wajahnya terlihat Samantha masih bersikeras meno
Akankah penyelidikan Chase berhasil menemukan bahwa ibu Tristan bukan Samantha? Samantha ngeri membayangkan apa yang akan terjadi kemudian. Dia sudah tenang hidup berdua dengan Tristan. Jangan sampai Tristan diambil darinya."Sorry, aku pikir memang sebaiknya kami berdua tidak ke mana-mana, sampaikan salamku pada kakekmu yang sudah begitu baik pada kami berdua," ujar Samantha lirih.Rahang Chase mengetat. "Apa yang sedang kau mainkan?""Aku tidak sedang bermain peran, kita baru bertemu beberapa kali...itu pun..." Samantha kebingungan menyampaikan isi hatinya. Nampak Chase diam menunggu. Samantha mengambil Tristan, membawanya pergi ke dalam menemui Mrs Barbara, lalu Samantha kembali, berdiri menghadap Chase yang masih diam seribu bahasa. Setelah menghela nafas panjang, Samantha melanjutkan, "jadi sebenarnya kita masih asing satu sama lain...kau asing bagi kami." Seketika Chase berdiri, hanya sekian centi dari hadapan Samantha yang bertahan tidak mundur, jadilah mereka berdiri
"Tidak! Kau harus bermain dengan caraku."Samantha terdiam, dia sudah mengeluarkan semua argumen yang sudah dia persiapkan sebelumnya, akan tetapi kalau itu juga tidak bisa mendapat persetujuan anak sulung klan Navarell, berarti sekarang waktunya diam dan mendengar!"Tidak mudah menemukan siapa ayah Tristan karena kalian berdua mabuk kan?Begitu banyak pria Navarell yang sehat dan memproduksi sperma dalam jumlah yang besar setiap harinya. Kami keluarga besar dan dominan pria, jadi satu-satunya jalan adalah kita tidak boleh tergesa-gesa memutuskan, biarlah keadaan akan membantu kita, jadi selama itu masih berjalan kalian adalah tanggung jawabku!" "Maksudnya?" "Kalian berdua di bawah tanggung jawabku!""Kami_""Jangan lagi membantah!""Jelaskan apa maksud 'dibawah tanggung jawabku' itu?Chase diam menatap Samantha, lalu duduk."Aku yang akan menjaga kalian, sampai kita tahu siapa ayah Tristan." "Aku harus memberi laporan kegiatan sehari-hari kepadamu?" "No!""No? So?""Kamu tidak us
"Oke, akan segera dibuat, ada lagi?" "Ya, setiap dua minggu aku akan pergi selama dua hari mengurus pekerjaanku!" Chase termenung."Jumat malam aku pergi, Minggu malam aku kembali," sambung Samantha."Apa pekerjaanmu? Tidak bisa dari rumah?" Samantha terdiam bingung harus menjawab bagaimana..."Tidak bisa! Dan tempatnya berpindah-pindah_""Kenapa kalimatmu membingungkan?" Potong Chase.Samantha langsung menyemburkan kekesalannya."Karena aku tidak ingin menjawab! Kau pernah bertanya tentang pekerjaanku dan mendapat jawaban yang sama, kenapa masih mencoba lagi?" Saat itu tangan mungil Tristan mendarat di dada Samantha, gerakan samar Samantha terkejut dan berjengit tidak luput dari perhatian Chase. Perlahan Samantha membawa tangan Tristan ke lehernya. Berhasil! Akan tetapi sepuluh detik kemudian tangan itu kembali ke dada Samantha. Kini wajah Samantha mulai memerah. Dia tersipu karena dia tahu Chase masih memandangnya lekat-lekat. Samantha berdiri dan berjalan ke arah kamar
"Kau begitu ingin memastikan karena kau senang atau...sedih?" "Keduanya melibatkan perasaan, pernikahan kita tidak! Jadi aku tidak senang juga tidak sedih, aku hanya ingin memastikan agar aku bisa menelepon ibuku." "Kau akan memberitahu ibumu?" "Tentu saja!" Samantha melihat rasa heran yang mendominasi raut wajah Chase. "Jangan khawatir, aku sangat tahu kita hanya akan menikah di catatan sipil, tanpa pemberkatan, tanpa resepsi, tanpa syukuran keluarga, tanpa embel-embel apapun!" Chase mengangguk. "Aku memberi tahu ibuku karena tidak pernah ada rahasia apapun dalam keluarga kami, santai.." ** "Malam Mam." "Hai Sayang, kok tumben telepon jam sekian?" "Aduhhh, sorry Mam masih malam banget ya, kok Mama belum tidur? Papa mana?" "Disini! Papa merana karena dicuekin anak dan istrinya," jawab suara maskulin. "Papaaaaa." Pekik Samantha yang sangat senang mendengar suara ayahnya. "I Miss you so much Daddy, Mommy." "Mas, putri kita lagi berbunga-bunga sepertinya, masa manggi
"Sam..why? Kau sana rindunya deng..." Chase tidak melanjutkan kalimatnya sebagai gantinya dia mengacak-acak rambutnya. "Mungkin mulut kita berkata lain tapi tubuh kita lebih jujur dalam meneriakkan kerinduannya," kata Chase dengan wajah tersiksa. Samantha pun yakin ekspresinya tidak lebih baik dari Chase. Dia sampai ingin menangis saat merasa tubuhnya terpisah dari tubuh Chase.Akan tetapi dia tidak mungkin membiarkan keadaan kembali keluar dari jalur yang direncanakan, sudah terlalu lama dia menyembunyikan sebuah DUSTA. Malam ini semua harus berakhir....Berakhir bahagia? Berakhir duka?Dia hanya bisa menunggu..."Chase, ada yang harus kita bicarakan." Chase memandang Samantha dengan wajah suntuk. "Kau tahu kalimat itu yang paling dibenci seorang pria? Kalimat 'kita harus bicara' mengindikasikan ada sesuatu yang tidak beres!" "Memang ada yang tidak beres." Mereka berdua termenung sejenak. "Kalau tentang apa ya
Chase sibuk mempersiapkan malam spesial menyambut kedatangan istri tersayang.Sesorean Chase merasa seperti remaja yang baru jatuh cinta, rasanya ingin waktu cepat berlalu tapi juga ingin waktu berhenti...Plin plan kan? 'mungkin beginilah yang namanya jatuh cinta, irasional, nggak masuk akal,' Chase sibuk bermonolog dengan diri sendiri. Chase sudah mengatur makan malam romantis tapi tetap di rumah saja, dia sudah terlalu rindu dengan Samantha, kalau mereka makan di luar bakalan panjang waktu perjalanan pulang perginya, lagian dia membutuhkan istrinya sendirian tanpa ada orang lain tanpa ada interupsi apapun! Agar mereka bisa bercakap-cakap sepuasnya, sejujurnya, akan dicurahkannya isi hatinya lalu dia akan memulai rayuan, mengerahkan segenap kemampuan mautnya, kalau Samantha belum bisa mencintainya minimal mereka telah terhubung dengan sangat kuat secara fisik. Chase setelah berpakaian lengkap yaitu setelan formal untuk makan malam dan dia juga telah
Arnold mengusap wajahnya mendengar pertanyaan tajam dari Samantha. "Kurang 10 menit lagi kau tampil, bersiaplah." Arnold menerangkan dengan wajah serius. "Kau tahu, kau harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi hingga kau bertingkah seperti pelindungku." Kembali mereka saling berpandangan, lalu Arnold memalingkan kepala sambil mengumpat."Lima menit lagi, Tha." Samantha mengangkat dagunya. "Aku tidak akan tampil sebelum kau bilang apa yang sebenarnya terjadi!" "Tha.." "Say it!" "Tha.." "Oh oke, kalau mau bermain lambat...silahkan, mari kita lihat siapa yang pegang bola saat ini." Samantha pun memilih kursi tunggal lalu duduk dengan santai, walau pun rasa gemuruh di dadanya tak juga mereda. "Ok, wajahmu muncul di surat kabar pagi ini, dan kini waktumu harus tampil." "Apa judul beritaku?" tanya Samantha yang reflek berdiri. Samantha bertahan ditempatnya walau pun Arnold berusaha mendorong dia untuk maju. "Nold? Apa judulnya?" Nampak Arnold ingin menendang se
Chase bersiap untuk pulang saat kembali ponselnya berdering. GRANDPA! 'Semoga ini tidak ada hubungannya dengan berita hari ini.' "Halo Grandpa?" "Aku tidak membesarkan mu untuk jadi pria kebanyakan, aku mendidik mu agar suatu hari kau bisa jadi pria pelindung keluarga besar mu dan keluarga kecilmu sendiri." "Grandpa_" "Kalau saja dari awal kau bilang terus terang, Grandpa akan cari cara lain untuk membesarkan cicit grandpa dan ibunya, Grandpa tadinya yakin kau mampu melihat jauh ke dalam hati wanita yang kalian bilang BUKAN WANITA YANG PANTAS untukmu! Omong kosong darimana itu? Hah?" "Grandpa, kasih kesempatan Chase untuk_" Berkali-kali Chase berusaha menyela akan tetapi Grandpa tidak pernah memberi kesempatan, nampaknya Grandpa begitu emosional sehingga tidak mau mendengarkan siapapun. "Memangnya siapa wanita yang pantas, bawa mereka ke sini, Grandpa akan bandingkan mereka dengan ibu Tri
Leda masih juga berdiri di hadapan Chase, hanya saja kali ini Leda mulai gentar. "Kau tuli? Keluar dari rumahku, kau dipecat!"Seketika Leda terbelalak, sepertinya bukan begini yang direncanakannya. "Chase_""Mr Chase Navarell! Dan tidak usah menjelaskan apapun, kau sudah di pecat, keluar sebelum kau menyesal berurusan denganku!" "Kau yang akan menyesal, Chase! Kau yang akan menyesal! Apa kurang ku dibanding istrimu yang lusuh, tidak bisa dandan, kedodoran, hah? Kelebihannya hanya dia melahirkan anakmu! Aku juga bisa, hamili aku, aku akan memberikan keturunan sebanyak yang kau inginkan!" Rentetan kalimatnya Leda tembakkan sambil berjalan mundur karena Chase terus maju dengan sikap mengancam. "Tutup mulutmu wanita gila, jangan pernah menghina istriku." Begitu kalimatnya selesai, Chase langsung teringat masalah yang ada dan sadar bahwa ada kemungkinan Leda terlibat di balik semua yang terjadi. "Kau yang merancang semua ini?" Chase bertanya sambil mendekatkan wajahnya, nampak Le
"Aku berusaha mengerahkan otakku kiri dan kanan untuk bisa mencerna penjelasanmu, Tha. Jadi karena sekarang Chase sudah tahu bahwa dia menikah dengan Sang Diva, maka_""Dia belum tahu, Bi." "Impossible Tha, kalian bercinta pakai gaya apa? Dia pasti tahu keindahan tubuh bagai iblis betina yang kau miliki.""Dia cuma tahu aku ternyata nggak gendut, tapi selebihnya dia belum tahu. Saat tidur bersamanya aku tetap mengenakan softlens ku, tetap dengan rambut pirang pucat jelek ini kan dan tetap tidak berdandan, jadi dia nggak tahu." "Dari awal aku tidak terlalu setuju kau mempertahankan penyamaran sampai selama ini awalnya hanya untuk paparazi kan, Tha? Kenapa jadi selama ini?""Terlanjur, Bi." "Kalau begitu MENGAKULAH sekarang, Tha. Aku yakin dia akan mengerti." "Aku takut melihat reaksinya, Bi. Dia pria yang sangat jujur, sangat berintegritas, dia pasti jijik dengan kebohonganku.""Coba dulu, Tha. Lakukan hari ini ceritakan semuanya jangan ada yang kau tutupi, jangan ada yang dise
"Sebenarnya aku lagi gabut, terus nggak bisa tidur dan sekarang moodku makin nggak jelas!"Samantha menunggu sahabatnya yang selalu berhasil mencerahkan suasana hatinya beraksi. Akan tetapi sampai lama belum juga Bianca bersuara."Biii?" "Hmm, makanya kalau main jangan setengah -setengah, jadinya nanggung, seandainya Dewa Yunani kamu ijinkan ikut kan nggak sampai duduk-duduk bengong gini, bisa nggak sempat duduk malah, bangun hajar, bangun hajar!" Membayangkan Chase malah makin membuat Samantha pusing. "Sayang sekali dia nggak ada di sini."kembali Bianca bersuara. "Masalahnya dia ada di sini." "WHAT? Jadi kamu ijinkan Chase ikut? Kamu udah terus terang? Kamu udah membuka identitas mu?""Nggak Bi! Itulah masalahnya. Kami tidak pergi bersama tapi dia ada di sini. Dia ada di sini bukan karena aku tapi karena ada janji dengan wanita lain." hening ....Mungkin Bianca sedang berpikir keras. "Tha...perjanjian kalian belum berubah kan?""Belum! Karena itu aku menelepon mu Bi! Kau ora
"Banyak hal menarik yang tidak hanya bisa memuaskan rasa ingin tahu sebagian orang saja, tapi hal yang kutemukan akan menggemparkan!"Samantha kembali menghadap piringnya jadi posisinya kini membelakangi pria asing itu. "Pergilah, kau tidak diterima di meja kami," kata Arnold sambil bangkit berdiri. Nampak si pria tak gentar sedikitpun, dia hanya berjalan berputar, lalu perlahan berada di sisi Arnold dan mulai mengangkat kameranya. Terjadi tarik menarik. "Aku bebas memberitakan apa yang kameraku tangkap." "Tidak tanpa seijin kami." Terjadi perdebatan antara Arnold dan pria asing itu.Sambil tersenyum mengejek sang pria asing menjawab Arnold. "Ijinkan aku mengambil foto yang akan melengkapi berita besok pagi dengan judul Hubungan Rahasia Istri Sang Penguasa!"Seketika Samantha menarik nafas panjang, tadinya dia menebak bahwa sang paparazi ini sudah tahu tentang penyamarannya, akan tetapi ternyata sepertinya dia hanya mencurigai ba
Sang Diva menitikkan air mata. Arnold sangat amat terkejut! Arnold berusaha mengingat kapan Samantha menitikkan air mata....Tidak pernah! Sepanjang karir mereka berdua bersama tidak pernah sekalipun dia melihat Samantha menitikkan air mata, Samantha adalah orang yang paling tangguh dan tenang yang pernah bekerja sama dengan dia. Jadi saat ini melihat Samantha meneteskan air mata mendatangkan rasa haru di hatinya. Perlahan Arnold berjalan mendekati Sang Diva sambil memikirkan cara untuk menghibur. Akan tetapi begitu telah tiba di sisi Samantha saat Arnold akan mulai membuka mulutnya tiba-tiba Samantha berdiri dan menghapus air matanya. "Yuk makan." "Astaga kasih kesempatan kek buat temennya menghibur, baru juga akan dimulai udah dibatalin." "Nggak pakai acara hibur menghibur, gue nggak butuh hiburan yang gue butuh makanan ayo cepetan kita pergi makan." Kembali untuk yang kedua kalinya Arnold terkejut hingga menatap Samantha dengan mulut ternganga. "Bukannya