“Nyonya, tolong jangan berlarian. Tolong perhatikan tata krama Anda!”“Nyonya jangan berlarian, nanti Anda bisa terjatuh!”Ayesha De Swiss, gadis tersebut sedang berjalan cepat nyaris seperti berlari, ia sedang menuju ke ruang kerja suaminya. Di tangan kanannya terdapat sebuah surat dengan lambang Duke Clark di sudutnya. Ia mengabaikan seruan Duo L dan pengawalnya yang melarang dirinya untuk berlarian di lorong.“Ada keributan apa itu?” tanya Derick pada Grayson yang juga sama bingungnya.“Saya akan memerikasanya, Yang Mulia.”Belum sempat Grayson menyentuh gagang pintu, dari luar sudah ada yang menarik dan membuka pintu dengan terburu-buru. Ayesha mengabaikan tatapan kaget Grayson, karena fokusnya kini sedang menatap suaminya yang tengah menatap dirinya di balik meja kerja.Ayesha menoleh ke arah belakang, lebih tepatnya ke arah para bawahan yang mengikuti dirinya dan ke arah Grayson juga, “Bisakah kalian menutup pintu
Beberapa hari telah berlalu, musim telah berganti menjadi musim gugur. Rakyat utara yang biasa pergi ke ladang anggur kini beralih bekerja di pabrik pembuatan wine. Jalanan yang biasanya ramai kini mulai sedikit lengang karena musim gugur di utara lebih dingin dari daerah lainnya.Ayesha bersama dengan Derick sedang berkeliling memantau kehidupan rakyat mereka. Sekalian membagikan persediaan makanan kepada mereka selama beberapa hari ke depan. Gandum-gandum yang pernah di beli oleh Ayesha dari Visscount Lars telah ia bagi dua kepada Duchy Clark.Sebagian gandum ia perintahkan kepada koki Kastil untuk membuatnya menjadi Roti, yang nantinya bisa di bagikan kepada rakyat Grand Duchy. Selebihnya akan di simpan untuk persediaan musim dingin mendatang. Menurut perkiraan Alur cerita yang Ayesha ingat, maka seharusnya tahun depan akan terjadi musim kemarau panjang yang menyebabkan banyaknya gagal panen. Karena Ayesha sudah mengantisipasi hal tersebut, m
Zigea memberikan kode kepada Yustas yang ada di belakangnya, tangan kanannya terangkat, tanda untuk berhenti. Ia menoleh ke belakang, menatap Yustas yang sedang memantau area sekitar.“Sepertinya ini tempatnya,” bisiknya.Yustas menoleh, “Benarkah? Kalau begitu aku akan memantau area luar, kamu bisa masuk ke dalam.”Zigea mengangguk, ia membuka pintu usang yang ada di depannya. Sebuah rumah reot yang ada di pinggiran Ibukota Kekaisaran. Tempat yang mereka curigai sebagai tempat dimana Organisasi itu berpusat.Begitu pintu terbuka, tampilan rumah yang terbengkalai adalah pemandangan pertama yang terlihat. Sangat kotor dan banyak debu tebal di atas lantai kayu. Zigea sempat merasa ragu saat melihat situasi dan keadaan rumah itu.Namun ia teringat dengan ucapan Ayesha, yang pernah berkata tempat seperti apapun bisa menjadi persembunyian mereka. Semakin aneh dan sepi tempat itu, ada kemungkinan besar di sanalah mereka berpusat. Kare
[Ayesha, Yang Mulia Putra Mahkota menghilang. Saat Beliau memasuki sebuah rumah terbengkalai, tiba-tiba saja ada seseorang yang memukulku dari belakang ketika aku sedang berjaga di luar.]Pesan singkat dari Yustas membuat pasangan suami istri penguasa Grand Duchy itu di landa panik. Padahal beberapa saat yang lalu Zigea mengirimkan pesan kalau dirinya bersama dengan Yustas akan memeriksa sebuah ruang bawah tanah. Namun pesan dari Yustas seolah mengkonfirmasi kalau dirinya sedang tidak sadarkan diri sesaat setalah Zigea memasuki rumah terbengkalai tersebut. Yang kini menjadi pertanyaan mereka adalah, siapa sosok Yustas yang sedang bersama dengan Zigea?“Suamiku, perasaanku tidak enak. Haruskah kita menyusul mereka ke Ibukota Kekaisaran?” gumam Ayesha.Derick menepuk punggung tangan istrinya beberapa kali dengan lembut, berusaha menenangkan gadisnya, “Tenang Istriku, jangan bertindak dengan gegabah. Besar kemungkinan kalau ada seseorang yang
Butler Gof sudah keluar dari ruangan anak-anak kecil tadi berada. Pria paruh baya itu lantas segera berjalan menaiki satu demi satu anakan tangga, menuju ke lantai atas dimana sang Tuan sedang berada.Meninggalkan Zigea yang masih bersembunyi di dalam ruangan tadi. Tanpa sempat ketahuan, pria itu lantas segera menatap anak-anak kecil yang masih menangis sesenggukan.Zigea berjalan pelan menghampiri mereka, sementara seorang anak perempuan yang matanya sudah sempurna merah muda terlihat sibuk menenangkan teman-temannya.“Sebentar lagi Bibi Cruish datang, kalian berhentilah menangis. Nanti kalian bisa-bisa tidak mendapatkan makan malam,” ujar anak perempuan tersebut.“Apakah Bibi Cruish yang di maksud adalah wanita pemilik toko kue Madame Cruish?” tanya Zigea.Anak perempuan tadi menolehkan kepalanya, “Paman hantu? Bukankah tadi Paman sudah menghilang di balik pintu? Kenapa kembali lagi? Sebaiknya Paman segera pergi, karena nanti
“Baginda, ada pesan dari Duke Utara, pengantar pesannya mengatakan kalau ini adalah pesan darurat,” ucap Ruben seraya menyerahkan sepucuk surat kepada Dean Roxycin Pytolarin yang sedang duduk di balik meja kerjanya.Sebuah surat yang terbungkus dengan sihir, dimana hanya orang yang di tuju yang dapat membukanya. Menandakan kalau pesan tersebut bersifat sangat rahasia. Perasaan pria yang nyaris berusia empat puluh tahun itu merasa gelisah tanpa sebab saat menerima surat tersebut.Begitu surat itu terbuka dan Dean membacanya, raut wajahnya seketika berubah di penuhi dengan rasa cemas bercampur dengan amarah. Putra kesayangan, putra tunggalnya yakni Zigea Roxycin Pytolarin sedang berada dalam bahaya.Ruben yang sudah bekerja dengan Dean selama kurang lebih lima tahun sudah cukup hafal dengan apa yang akan di lakukan oleh Dean.“Baginda, Saya akan menyiapkan pasukan untuk membekuk toko kue madame Cruish.”Dean mengangkat
BAB 91. Tumpukan kotak kayu di sepanjang sisi lorong membuat Zigea yang sedang mencari jalan keluar di buat mengernyitkan kening. Pasalnya di setiap tumpukan kotak kayu itu terdapat selembar kertas di atasnya. Seolah di jadikan sebagai penanda.Karena merasa penasaran, Zigea mendekati salah satu kotak kayu tersebut. Membaca selembar kertas di atasnya, namun belum sampai setengah ia membacanya, netra merahnya tampak bergetar.“Brengsek! Jadi...” ia tidak sanggup meneruskan ucapannya.Zigea menatap seluruh kotak-kotak kayu yang tadi ia lewati. Tidak ingin membuang-buang waktu, pria itu lantas bergegas mencari jalan keluar kembali. Namun sepertinya ia justru merasa seperti kembali lagi ke tempat awal. Lorong tersebut mengandung sihir hitam, yang mana apabila orang asing masuk, akan merasa seperti berada di ruangan Looping.“Sial, ini tidak akan selesai dengan mudah kalau aku tetap seperti ini.”Maka dari itu, Zigea memutu
Hujan mulai reda, menyisahkan genangan air. Menandakan keberadaan sang hujan yang sebelumnya sempat turun ke bumi. Keramaian di depan toko Madame Cruish membuat beberapa atensi orang yang berlalu lalang di buat kebingungan.Pasalnya keramaian tersebut di sebabkan oleh banyaknya Ksatria berseragam yang membawa senjata. Di tambah dengan adanya kedua pemimpin Utara, membuat yang melihat jadi bertanya-tanya.“Apa yang terjadi?”“Mengapa begitu banyak Ksatria Utara dan Ksatria Istana di sana?” sambil menunjuk toko Madame Cruish.Salah seorang penjual buah yang memiliki toko tepat di depan toko kue Madame Cruish berujar, “Sepertinya para Ksatria itu akhirnya mendapatkan perintah dari Baginda Kaisar untuk menginterogasi wanita cantik itu.”“Kenapa? Apa yang membuat Baginda mengeluarkan perintah seperti itu? Bukankah toko itu hanyalah sebuah toko kue biasa?” Penjual buah tadi menggelengkan kepalanya sambil menjawab, “Ti
Sudah beberapa minggu berlalu, malam berdarah sudah berlalu. Namun beritanya masih hangat hingga saat ini. Terutama dengan kabar terbaru yang membuat para Rakyat dan Bangsawan bertanya-tanya perihal keputusan yang di ambil oleh Kaisar baru mereka.[Aku akan menunjuk Pewaris dari Grand Duke dan Grand Duchess Swiss sebagai ahli warisku. Aku harap, setelah membaca ini kalian berhenti mengirimkan surat lamaran ke Istana.]Selama masa kepemimpinan Zigea sebagai Kaisar beberapa minggu ini, masih belum terlihat adanya kemajuan. Karena sistem pemerintahan akan benar-benar di ubah sesuai dengan apa yang Zigea inginkan selama ini. Yang menjadi perdebatan adalah sistem kasta yang di hapus mulai dari Marquess ke bawah. Hanya menyisahkan dari gelar bangsawan Duke sampai ke Kaisar. Para Rakyat mendukung adanya perubahan tersebut, berbeda dengan para Bangsawan yang tidak terima. Hak mereka sebagai pemimpin wilayah bisa terancam jika mereka memiliki drajat yang sama dengan para rakyat yang mereka an
BAB 108.Semakin larut malam, seruan dari peperangan semakin mencekam. Di halaman Istana sudah banyak bergelimpangan jasad-jasad manusia. Begitu juga di dalam Istana, terutama di sekitar lorong menuju ke kamar Kaisar.Sementara di delam kamar Kaisar, Dean sudah tidak bernyawa. Mati di tangan anaknya sendiri, bahkan Lynea sama sekali tidak menyangka kalau putra yang amat mereka sayangi akan bertindak sejauh ini. “KENAPA?! ADA APA DENGAN MU ZIGEA?!” seruan untuk ke sekian kalinya Lynea jeritkan. Perempuan paruh baya itu sama sekali tidak berani menoleh ke arah dimana suaminya tadi duduk. Zigea masih menatap kosong ke arah jasad sang Ayah. Tangannya memang bergetar, namun itu bukan perasaan sedih melainkan amarah yang membuncah.Kejadian ini baru pertama kali terjadi. Berada di luar prediksi Zigea, banyak variabel yang berbeda dari kehidupan-kehidupan yang sudah ia lewati sebelumnya. ‘Mungkin banyaknya variabel yang terjadi karena adanya jiwa yang merasuk ke dalam tubuh Ayesha,’ batin
BAB 107 Seorang pelayan pria mengetuk pintu sebuah ruangan berpintu besar. Ketika terdengar seruan dari dalam yang mengizinkan pelayan tersebut masuk, barulah ia berani masuk ke dalam ruangan itu. Troli berisi makanan di dorong masuk, membuat lantai dan roda yang bergesakan menyebabkan bunyi decitan.Jibdrui membalikkan tubuhnya, menatap pelayan pria yang baru saja masuk. Mata abu-abu itu beralih ke sebuah gulungan kertas yang berada dekat dengan piring berisi makanan. Langkah kakinya berjalan mendekati ke arah pelayan tersebut.“Dari siapa?” tanyanya datar.Pelayan menundukkan kepalanya, “Dari Baginda Kaisar.”Kedua alis Jibdrui di tertaut, karena tidak biasanya Dean mengirimkan pesan dengan cara seperti itu. Ia perhatikan pelayan tadi, tapi tidak ada yang aneh.“Pergilah,” usirnya.Setelah pintu kembali di tutup, dan hanya tinggal dirinya sendiri di ruangan itu, Jibdrui lekas membuka gulungan sura
BAB 106. Leonita dan Larry yang berdiri di pinggir bersama beberapa dayang lainnya merasa bangga dengan pembalasan yang di lakukan oleh majikan mereka. Diam-diam dua gadis itu melakukan tos, kalau saja sedang di rumah pasti mereka sudah berjingkrak-jingkrak.Karena sudah kenyang, Ayesha dan Daisy berniat untuk pulang. Ia sama sekali tidak memperdulikan Lyssa yang tengah gondok sambil berdiri di dekatnya.“Yang Mulia Permaisuri, maafkan atas sikap tidak sopan Saya. Sudah sewajarnya Saya membela diri karena Saya punya mulut. Saya bukan berniat menghina keluarga Kaisar, karena Saya tidak pernah menghina Permaisuri maupun Baginda Kaisar apalagi Yang Mulia Putra Mahkota. Meskipun Lyssa adalah adik perempuan Anda, tapi Anda tidak bisa menjadikannya keluarga Kaisar.”Kasak-kusuk terdengar, Ayesha menghela nafas lelah. Ia menoleh ke arah Larry yang sedang memegang sebuah kotak kayu mewah berwarna biru tua.“Yang Mulia, Saya membawakan
Ayesha merentangkan kedua tangannya, saat ini Larry dan Leonita tengah membantu sang nyonya berpakaian. Gaun dengan dominan Biru dan emas, cocok dengan warna mata dan rambutnya yang pirang pucat. Rambutnya juga di tata dengan elegan namun tidak membuatnya terlihat dewasa, justru ia terlihat seperti seorang Lady.“Leonita, tolong jangan terlalu ketat saat memasang korsetnya. Aku tidak bisa bernafas, bisa-bisa tulang rusukku patah,” keluhnya dengan nafas ngos-ngosan.“Baik Nyonya,” balas gadis itu.Setelah selesai, ia duduk sebentar untuk menunggu suaminya. “Nyonya, ada Serio yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap Atren dengan menunduk sopan. Pria berseragam khas Ksatria pribadi itu hanya berdiri di dekat pintu.“Biarkan dia masuk.”Serio masuk ke dalam ruangan Ayesha, pria berkaca mata itu menundukkan kepalanya dengan sopan, “Hari ini Anda harus hadir dalam Tea Party yang di buat oleh Permaisuri, ini untuk membung
“Cepat panggilkan dokter!” teriak Serio. Raut wajahnya sangat gelisah dan khawatir.Secepat kilat, ia berlari ke arah meja kerjanya. Ia akan mengirimkan surat kepada Derick, karena pria itu sudah mewanti-wanti Serio untuk selalu mengabari keadaan genting yang menimpa istrinya.“Cepat kirimkan surat ini ke Yang Mulia Grand Duke!” ujarnya seraya memberikan sepucuk surat kepada petugas pengantar pesan. Ia menoleh ke arah salah satu Ksatria Elang Emas, “Antarkan dia, pastikan surat itu harus sampai ke tangan Yang Mulia Grand Duke langsung. Jangan sampai kabar ini bocor di luar sana, sangat berbahaya.”“Baik!” jawab mereka dengan kompak. *** “Ini dimana?” ia melihat ke sekeliling, hanya ada ruangan tanpa batas. Ia juga merasa Familiar dengan situasi saat ini.[Kita bertemu kembali, Anakku.]Ayesha menatap sesosok entitas yang pernah ia temui sebelumnya. “Kenapa Anda menemui saya? Ap
Pagi harinya, Ayesha menatap Leonita dan Larry yang berdiri di hadapannya. Kedua dayangnya itu menundukkan kepala, wajah mereka sudah seperti kepiting rebus.Apalagi wajah Ayesha, ia sangat malu saat ini. Ketika ia bangun, Derick masih terlelap di sisinya. Bahkan sampai sekarang, pria itu masih tidur, mereka bekerja terlalu keras tadi malam. Seluruh tubuh Ayesha sudah seperti tokek, banyak bintik-bintik merah di sekujur tubuh.“Nyonya, air mandi Anda sudah di siapkan,” setelah lama terdiam, akhirnya kata itu yang pertama kali keluar dari mulut Larry.“S-saya juga sudah menyiapkan wewangian yang Anda sukai, Nyonya,” tak mau kalah, Leonita juga berujar meskipun dengan suara gugup.“Kalian pergilah. Biar aku yang memandikan Istriku.”Dua kalimat tersebut membuat ketiga perempuan itu mengalihkan tatapan ke arah Derick yang sudah bangun dan terduduk. Seketika tiga pasang mata perempuan itu melotot kala melihat keadaa
Malam kian larut, namun mata belum juga mau terpejam meski mata sudah bergayut. Ayesha berdiri di balkon kamarnya. Mereka sudah kembali ke kastil keluarga Swiss.Mengenai orang-orang yang di tangkap oleh Ksatria Elang Emas di hutan dekat kastil Baron Serval, sehari setelah di tangkap mereka di temukan tewas. Di makan oleh binatang buas, salah satu pengawal lupa menutup pintu gubuk dadakan tersebut. Paginya mereka semua di temukan sudah tercerai berai.Ayesha langsung bergidik ngeri, ketika membayangkan potongan tubuh yang berserak ketika ia hendak interogasi orang-orang itu. Ia julurkan tangannya, menatap ke arah telapak tangan pucatnya, sedikit bergetar di sana.“Janc*k! Ngeri banget,” gidiknya lagi.Kedua tangannya memeluk tubuhnya, udara kian dingin namun ia sama sekali belum berniat beranjak dari sana. Matanya menatap gerbang kastil di kejauhan sana. Berharap pintu itu terbuka, dan suaminya muncul.“Kangen,” bisi
Suara langkah kaki di barengin dengan suara barang di seret terdengar di sepanjang lorong tersebut. Jejak darah terlihat membasahi lantai, membentuk gurat-gurat memanjang. Mengikuti jejak barang yang tadi di seret.“Pindahkan jasad-jasad itu ke dalam peti. Kita akan membakarnya di alun-alun Ibukota. Agar ini bisa menjadi contoh untuk banyak orang. Gantung jasad-jasad itu nanti ke tiang eksekusi.”“Baik, Tuan Duke!” seru beberapa Ksatria yang bertugas di bagian penjara Kekaisaran.Jasad yang mereka bawa, adalah buntut-buntut dari Organisasi tersebut. Mereka sama sekali tidak bisa di harapkan, karena yang selama ini bertemu dengan mereka adalah Butler Gof dan Madame Cruish.Dua orang itu juga sudah di tangkap, bersama dengan sang penyihir hitam. Mereka di kurung di dalam penjara dengan penjagaan berlapis-lapis. Terkhusus si penyihir hitam, tubuhnya sudah nyaris hancur karena di siksa, terutama lidahnya yang di potong agar tidak bisa lagi mengucapkan mantra-mantra sihir hitamnya.Setelah