*Happy Reading*Menanggapi ucapan Ustad Abdul, Raid tetap mencoba tenang. Meski tentu saja berbanding terbalik dengan kondisi hatinya. Ada gemuruh tak suka hadir tanpa bisa ia cegah. Bagaimana tidak? Pujaannya sendiri dilamar orang di depan hidungnya! Apa mungkin hatinya akan baik-baik saja? Jelas tidak! Walau begitu, entah kenapa ada sisi hatinya yang lain justru menyuruhnya ikhlas. "Bagaimana, Mister? Apa Mister bisa menolong saya agar bisa menemui orang tua Nissa?" Ustad Abdul bertanya lagi.Hembusan panjang lolos dari Raid. Pria itu mencoba menekan kuat sesak dalam dada dan berpikir cepat untuk memberikan jawaban. Raid menegakan tubuh dan menautkan jari jemarinya di depan wajah."Saya akan usahakan, Ustad. Tapi ketahuilah jika orang tua Nissa bukanlah orang sembarangan. Jadi yang bisa menemui beliau juga tidak bisa sembarangan. Uhm ... maaf, bukan maksud saya meremehkan Ustad. Saya hanya ...." Raid yang biasanya lihai dalam mengolah kata untuk bernegosiasi dengan lawan, mendada
*Happy Reading*"Mbak Nissa mau ke mana?" Kim bertanya saat melihat Nissa hendak beranjak keluar."Ke tempat Ummi. Tadi katanya beliau memanggil." Nissa menjawab seadanya."Loh, kapan? Kok, aku nggak tahu?" Kim masih belum mau melepaskan Nissa. "Tadi pas kamu di kamar mandi. Aliyah datang dan menyampaikan pesan Ummi. Tuh, orangnya juga masih di depan nungguin." Nissa menunjuk depan pondok, di mana memang terlihat Aliyah, salah satu santri di sana, masih berada."Oh ..." Kim bergumam mengerti. "Kalau gitu tungguin. Aku ikut." Kim gegas menyambar hijab instan yang tergeletak di atas tempat tidurnya. "Nggak usah. Kamu di sini aja.""Loh, kenapa? Aku kan mau ikut." "Tapi kamu kan lagi diare. Dari tadi juga bolak balik kamar mandi. Nanti repot loh kalau ikut."Iya juga sih. Kim menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Gimana ini? Dia kan harus nemplokin Nissa ke mana pun sesuai titah Raid. Apalagi setelah menerima chat Raid waktu itu, yang bernada marah tentang lamaran ustad Daru
*Happy Reading*Sindrom polikistik ovarium atau polycystic ovarian syndrome (PCOS) adalah gangguan hormon yang terjadi pada wanita di usia subur. PCOS ditandai dengan gangguan menstruasi dan kadar hormon maskulin (hormon androgen) yang berlebihan.Hormon androgen yang berlebihan pada penderita PCOS dapat mengakibatkan ovarium atau indung telur memproduksi banyak kantong-kantong berisi cairan. Kondisi ini menyebabkan sel-sel telur tidak berkembang dengan sempurna dan gagal dilepaskan secara teratur.Polycystic ovarian syndrome juga dapat menyebabkan penderitanya tidak subur (mandul), dan lebih rentan terkena diabetes dan tekanan darah tinggi. "Sekarang Ummi dan Ustad sudah tahu siapa dan bagaimana Nissa sebenarnya. Keputusan Nissa kembalikan pada kalian. Masihkah bersedia melanjutkan lamaran ini atau tidak." Nissa menutup ceritanya dengan perasaan lega.Bukan karena akhirnya sudah berhasil jujur pada semua orang. Tetapi juga karena, mungkin saja hal ini akan menjadi solusi kebimbanga
*Happy Reading*"Mbak Nissa beneran nerima lamaran Ustad Darul? Beneran mau nikah sama Ustad itu?"Nissa mengulas senyum tipis menghadapi pertanyaan Kim. Kepalanya mengangguk pelan sambil berkata, "Insya Allah.""Kok, bisa?"Senyum yang tadi terurai pun seketika turun. Berganti dengan kerutan samar di kening ketika Kim melayangkan pertanyaan lagi yang di rasa Nissa aneh. "Maksudnya?""Ya, itu. Maksud aku, kok bisa Mbak Nissa nerima lamaran Ustad Darul. Emang ... Mbak Nissa udah yakin?" Kim menjelaskan dengan rasa penasaran yang nampak jelas. Alih-alih meyakinkan Kim, sebuah helaan napas panjang malah lolos dari Nissa, "Insya Allah, Kim.""Lah, kok Insya Allah, Mbak. Nggak meyakinkan banget, deh. " Kim semakin penasaran. "Jadi sebenernya Mbak Nissa itu yakin nggak sih, nerima lamaran Ustad Darul?""Insya Allah.""Ih, Insya Allah mulu!" Kim gemas. "Mbak? Mbak bisa nggak sih jawab yang pasti gitu. Jangan insya Allah mulu. Itu kan nggak meyakinkan, Mbak."Nissa mendesah panjang lagi, "Ya
*Happy Reading*Nissa berusaha menyibukkan diri guna mengalihkan pikiran yang masih teringat Raid. Sengaja meminta Ummi Khadijah melibatkan dirinya dalam persiapan pernikahan yang semakin dekat. Awalnya, Ummi agak keberatan. Karena beliau ingin Nissa istirahat saja dan jangan sampai terlalu banyak pikiran. Namun, Nissa memaksa. Alhasil, dia pun kini sering bolak-balik guna menyiapkan keperluan pernikahannya sendiri. Capek sebenarnya, tapi tidak apa-apa. Yang penting pokoknya kali ini Nissa harus berhasil move on dan menendang Raid dari hatinya. Akan tetapi, ada Kim kok, yang selalu menemani dan bisa dia andalkan. Tanpa Nissa tahu, jika Kim masih jadi sumber informasi Raid tentang kesehariannya. "Sepertinya dia sangat bersemangat dengan pernikahannya kali ini. Baguslah," gumam Raid menatap chat yang dikirim Kim. Isinya tentang apa saja yang dilakukan Nisa hari ini. Beserta photo-photo yang Kim ambil secara diam-diam. Anehnya, meski di bibir Raid bilang 'bagus'. Namun, hal itu berba
*Happy Reading*Akhirnya Raid dan Frans pun berbagi tugas. Frans meneruskan tujuan awal, sementara Raid pergi ke pondok pesantren demi mengamankan pria kurang ajar yang kini tengah mengacau di sana."Mana, Nissa, Mana?! Kalian jangan coba-coba menyembunyikan Nissa dari saya! Atau kalian akan saya laporkan ke polisi, atas tuduhan penculikan. Bagaimana pun, saya ini adalah ayahnya! Saya yang paling berhak atas Nissa dari siapa pun?!" Pria yang mengaku ayahnya Nissa mulai tak sabaran menunggu kedatangan Nissa. Pasalnya, pria itu sudah menunggu tiga puluh menit. Tetapi Nissa belum juga datang. Dia jadi curiga telah dibohongi semua orang. "Mohon bersabar, Pak. Jarak pondok ini ke kota besar memang memakan waktu satu jam lebih. Jadi--""Halah, bacot!" Pria itu menyela sinis. "Bilang saja kalian mau menyembunyikan Nissa, kan?""Tidak, Pak! Tentu saja tidak." Ustad Abdul masih sabar mencoba menenangkan. "Kami tidak menyembunyikan Nissa, kok. Kami justru senang bisa mempertemukan ayah dan an
*Happy Reading*Mengabaikan Nissa yang terpaku di tempat melihat kehadiran sang ayah, Raid lantas kembali menarik Ridwan yang masih dalam cengkramannya menuju mobil. "Nissa? Nissa? Tolong ayah!"Suara sang ayah yang meminta bantuan membuat Nissa tersadar. Wanita itu pun gegas menghampiri Raid dan mencoba menghentikan pria itu. "Abang? Apa yang abang lakukan sama ayah Nissa?" tanyanya kemudian. Ucapan Nissa sukses membuat keluarga Darul terkejut. Tak menyangka jika pria kasar tadi benaran ayah gadis itu. Tetapi ... bukannya Raid bilang Nissa sudah yatim? Lalu apa ini?"Minggir!" Raid berucap dingin. Membuat Nissa sebenarnya agak gentar."Tapi, Bang. Mau abang ke mana Ayah?""Bukan urusanmu!""Tapi--""Nissa? Nissa? Tolong ayah, Nak. Pria ini menyakiti ayah. Dia jahat, Nak. Tolong, Ayah!" racau Ridwan yang juga mencari belas kasihan Nissa. Sang putri yang biasa ia sia-siakan dan manfaatkan. "Diam!"Bugh!Sejurus kemudian, Raid pun menonjok mulut Ridwan keras agar pria itu tak banyak
*Happy Reading*Kejar-kejaran pun terjadi antara Raid, Nissa, dan Kim. Jalanan desa yang belum sepenuhnya kena aspal dan malah bebatuan membuat Nissa kesulitan dalam mengejar mobil Raid. Tentu saja, Raid menggunakan mobil jeep, biasa untuk naik gunung. Sementara Nissa avanza model lawas. Di lihat dari mana pun Nissa pasti kalah. Namun, entah kekuatan dari mana, wanita itu tetap tak menyerah dan terus mengejar mobil Raid yang semakin lama semakin susah di jangkau. Tidak bisa! Ini tidak boleh terjadi! Dengan modal nekad binti nyari mati. Nissa pun memacu mobilnya lebih gila lagi agar tak sampai kehilangan jejak Raid."Sialan!" geram Raid kesal sambil melirik sepion demi melihat keberadaan mobil Nissa yang masih mengejarnya. Raid sungguh kesal pada Nissa. Wanita itu kenapa sekarang susah diatur dan ditakuti. Sudah dibilang tidak usah ikut campur dan lebih baik abai, eh dia malah nekad. Ugh ... Raid jadi gemas sekali.Raid sebenarnya tidak tega melihat Nissa terseok mengejarnya. Pasti
"Sayang, hari ini Abang ada urusan di knightsbridge. Kamu mau ikut nggak?""Di mana itu, Bang? Jauh nggak dari sini?""Knightsbridge terletak di jantung kota London yang modis, menggabungkan jalur Hyde Park yang dilalui kuda, kedutaan besar Belgravia, museum Kensington, dan kediaman seniman Chelsea. Saat ini, lingkungan itu dipenuhi dengan berbagai toko, restoran, townhouse bersejarah kelas dunia, dan merupakan rumah bagi dua properti Jumeirah . Di sana, kita juga bisa melihat sejarah Knightsbridge dan bagaimana ia bisa mempertahankan reputasi yang dimilikinya saat ini." Raid menjelaskan dengan sabar dan panjang lebar. "Nggak tahu ah, Bang. Nggak ngerti juga. Udahlah, Abang aja yang pergi. Nissa lagi mager," sahut Nissa kemudian dengan malas. Raid mengerutkan keningnya bingung. Beberapa hari ini entah kenapa Nissa memang berubah jadi pemalas. Tak seperti biasanya yang selalu antusias jika di ajak ke tempat baru. Apa mungkin Nissa sudah bosan tinggal di sini? Akan tetapi, mereka baru
Sebenarnya enggan sekali untuk Nissa menerima tawaran Naira pergi ke London. Bukan hanya karena dia tidak suka naik pesawat, tapi juga karena malas ketemu Nichole. Gimana ya, jelasinnya? Semua orang memang bilang Nichole itu sudah berubah. Tetapi sebagai sesama wanita, jelas Nissa tahu dan bisa merasakan kalau sebenarnya Nichole itu belum menyerah tentang perasaannya pada Raid. Wanita itu masih mendamba Raid meski tidak terang-terangan seperti dulu. Di depan Naira dan suaminya, Nichole memang akan bersikap biasa saja dan seolah acuh pada keberadaan Raid. Tetapi Nissa tahu betul, kadang dia masih mencuri pandang pada Raid, dan mencoba mendekati pria-nya dengan gaya halus.Ah, pokoknya Nissa tidak suka sama Nichole!"Sayang, kita nggak akan lama, kok. Hanya mengantarkan Naira saja ke rumah mertuanya.""Abis itu langsung pulang, ya?""Uhm ... tinggal dulu beberapa hari, ya? Soalnya Abang juga ingin menengok Damien dan juga harus mengecek usaha Abang yang ada di sini. Kita juga bisa sek
Raid mengulas senyum manis sambil menatap Nissa yang terlelap paska percintaan panas mereka. Panas dan menegangkan seperti permintaan wanita itu. Sungguh, Raid selalu dibuat kagum setiap kali bercinta dengan Nissa. Wanita itu banyak kejutan. Gadis alim itu sudah tidak ada. Wanita polos, cengeng, dan menyusahkan itu sudah sirna. Berubah menjadi wanita dewasa yang mengagumkan.Ia adalah Anissa fatih Zhakia. Wanita lemah yang awalnya tak pernah Raid inginkan dan terus ia hindari. Merepotkan! Beban! Titel itu sering Raid sematkan pada Nissa. Apalagi jika Nissa sudah mulai menunjukan sifat cengengnya. Rasanya ingin Raid cekik saja lehernya agar berhenti menangis selamanya. Namun, siapa sangka? Gadis yang awalnya tak pernah Raid inginkan ini justru mampu mencuri hatinya. Membuat seorang Raid bertekuk lutut hingga rela menyerahkan seluruh hidupnya hanya untuk seorang Nissa yang cengeng. Terlebih setelah berhasil memiliki Nissa seutuhnya, Raid dibuat tergila-gila. Jatuh cinta setiap hari da
Setelah urusan ngisi perut kelar, maka waktunya ... tidur. Eh, ya enggak, dong! Itu mah kaum rebahan yang makin menggemoy kayak Amih. Kalau Nissa sama Raid mah, abis makan mereka belanja. Soalnya, inget kan, kalau mereka perginya tadi dadakan dan tanpa tujuan. Jadi ya mereka nggak ada persiapan apa pun sebelumnya. Bahkan baju saja, mereka hanya bawa beberapa lembar. Raid membawa Nissa ke salah satu pusat pembelanjaan yang ada di sana. Membeli keperluan yang dibutuhkan sekaligus jalan-jalan cuci mata. Ya, anggap aja ng'date setelah nikah."Abang, cukup! Ngapain sih beli sebanyak ini? Abang mau buka toko atau gimana?" tegur Nissa saat melihat Raid memasukan banyak sekali barang. Bukan barangnya yang membuat Nissa keberatan, tapi jumlahnya. Masalahnya, Raid beli satu jenis barang dalam jumlah besar. Padahal, mereka di sana hanya akan liburan, bukan menetap. Tetapi Raid belanja seolah mereka akan lama saja. "Nggak papa, sayang. Abang sanggup kok bayarnya.""Ck, ini bukan masalah sanggu
Brak!Nissa terkesiap kaget saat tiba-tiba saja Nita menggebrak meja. Wajahnya merah padam menatap Raid. Pasti dia sangat marah sekali saat ini. Tentu saja, ucapan Raid barusan memang terlalu kejam. Bahkan Nissa yang mendengarnya saja merasa sakit hati barusan. Ah, suaminya ini kalau sudah mode julid memang tak kaleng-kaleng. Akibat ulah Nita barusan. Kini, mereka jadi pusat perhatian di tempat makan tersebut. "Kurang ajar!" sentaknya keras. "Berani sekali kamu menghinaku seperti itu. Apa kamu tidak tahu siapa aku?!""Tahu, kok. Kamu sampah, kan?" Raid tak gentar sama sekali. Berucap santai sambil sebelah tangannya mengusap lembut punggung Nissa demi menenangkan kekagetan yang sempat dirasakan. "Diam!""Ah, atau kau lebih suka ku panggil jalang?""Kurang ajar!"Grep!"Akh!"Nita yang murka pun berniat melayangkan tangannya. Namun, dengan cepat Raid tahan dan gantian mencekal tangannya hingga wanita itu meringis kesakitan. "Bang?" Tahu keadaan sudah tak kondusif. Nissa pun mencoba
"Papa?" beo Nissa refleks. "Iya, Papa kamu. Bule tadi. Itu papa kamu, kan?"Dilihat dari mana, ya ampun! Jelas-jelas wajah Raid bule banget, sementara Nissa sendiri khas asia. Nah, kok, bisa wanita ini menyangka Nissa dan Raid adalah anak dan ayah. Katarak atau gimana?Atau ... ah, jangan-jangan memang itu akal-akalan si Mbak calon valakor ini agar bisa dekat dan kenalan dengan Raid. Baiklah kalau begitu. Jika memang dia ingin kenalan dengan Raid, maka dengan senang hati Nissa kabulkan. "Apa bagusnya sih Mbak dapet nomornya doang. Lebih enak kenalan langsung, kan?" tawar Nissa kemudian. "Eh, emang boleh?" Si wanita tadi mengerjap tak percaya dengan tawaran Nissa. 'Calon anak tirinya baik hati sekali!' Mungkin itulah yang saat ini ada dalam pikirannya."Boleh, kok." Nissa menjawab ramah. "Ayo, ikut saya."Wanita itu pun mengekori Nissa dengan senyum sumringah dan mata berkilat bahagia. Hatinya dag dig dug parah ketika jalan untuk mendekati Raid di buat selancar mungkin oleh calon a
"Wah! Ini tempat siapa, Bang?" Nissa berseru takjub ketika akhirnya mobil yang mereka kendarai masuk ke sebuah pekarangan luas di depan sebuah bangunan yang menarik hati. Bukan bangunan itu yang membuat Nissa terpesona sebenarnya, tapi pekarangan asri dan sekitarnya yang sungguh memanjakan mata. Adem!"Tempat kita." Raid menjawab seadanya."Punya abang?""Punya kita."Nissa tak bertanya lagi. Sejatinya dia tahu, jika Raid berkata 'punya kita' itu berarti adalah milik Raid. Sementara jika Raid berkata punya Nissa. Maka itu berarti hak milik ada pada Nissa. Percayalah, Raid itu tipe pria yang masih menjunjung tinggi istilah 'milik suami, milik istri. Milik istri, ya milik istri'. Jadi, jelaskan kalau hunian asri di depan itu milik siapa?"Rumahnya bagus banget, Bang!" Nissa berlarian seperti anak kecil saat memasuki rumah tersebut. Bangunan yang tak begitu luas, tapi juga tidak bisa dibilang sederhana. Pas lah untuk ukuran Villa yang hanya akan mereka tinggali. Rumah tersebut juga s
Raid tersenyum manis menatap sang istri yang tengah terlelap. Disibakkannya rambut yang menjuntai menghalangi wajah cantik istrinya. Lalu satu kecupan panjang Raid berikan di sisi kepala wanita yang sudah mencuri hatinya tersebut.Nissa tak bergeming. Benar-benar tak terganggu sama sekali dengan perbuatan Raid barusan. Begitulah Nissa, kalau sudah tidur memang seperti mayat. Tak terganggu oleh apa pun. Itulah kenapa, dulu saat Raid masih suka iseng mencuri ciuman dibibir semerah cerry-nya. Nissa tak menyadarinya sedikit pun. Pernah satu kali hampir ketahuan, pas awal melakukannya. Beruntung Raid sudah terlatih dalam hal bersembunyi. Ajaib memang Nissa ini. Sepulas apa pun tidurnya, dia akan terbangun jika jam sudah menunjukan pukul tiga pagi. Meski tanpa alarm. Tetapi memang Nissa pasti akan terbangun jam sekian. Seolah punya alarm tubuh sendiri. Raid mengetahui hal itu setelah memantau Nissa diam-diam lewat cctv.Raid bahkan hafal betul apa yang akan Nissa kerjakan di jam segitu. Se
#WARNING!! ZONA KHUSUS DEWASA! YANG MASIH DIBAWAH UMUR MENYINGKIR DULU! KALAU PERLU TUNJUKAN KTP KALIAN DI KOLOM KOMENTAR##*Happy Reading*Sebenarnya Nissa masih penasaran akan penjelasan Raid tentang Abyan yang ternyata 'letoy'. Masih ingin mendengar secara detail lagi. Sungguh suaminya ini ternyata luar biasa. Apa daya, perut tak bisa di ajak kompromi. Di tengah-tengah obrolan mereka. Dia malah berbunyi nyaring. Tanda cacing di dalam tengah demo minta diberi asupan energi. Akhirnya Nissa pun terpaksa mengakhiri obrolan seru mereka."Sudah, sudah. Kita lanjut ngobrol lagi nanti. Sekarang lebih baik kamu mandi dulu, habis itu makan.""Nggak kebalik, Bang? Bukannya lebih enak makan dulu baru mandi? Nanti kalau Nissa masuk angin, gimana?"Raid mengulas senyum manisnya, lalu membelai rambut panjang Nissa yang tampak acak-acakan, tapi tetap memesona di matanya. Malahan menggoda. Membuat Raid ingin mengulangi pergumulan manis mereka semalam kalau saja tidak kasihan pada istrinya ini."Tid