Share

Bab 20

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2024-11-22 05:26:06

“Warisan Kakek?” tanya Tiara heran.

Kakek Rian meninggal di tahun kelima pernikahan mereka. Saat hubungan Rian dan Tiara masih harmonis. Kakek adalah mantan Direktur Keuangan di perusakaan ternama. Sama seperti Pak Joko. Hartanya tersebar dimana-mana. Mulai dari dua rumah kontrakan, rumah kos enam pintu, sawah yang sangat luas di dua desa, dan rumah utama yang kini ditempati paman tertua Rian.

Keluarga Rian membagi semua warisan itu sesuai hukum Islam yang berlaku untuk empat anak laki-laki dan dua anak perempuan. Sebagai anak laki-laki, Pak Joko mendapat bagian yang cukup besar. Termasuk tanah senilai dua miliyar. Hanya itu informasi terakhir yang Tiara tahu. Sebagai menantu dia hanya bisa melihat. Tidak berani ikut campur meski keluarga Rian sangat baik padanya. Tiara selalu berterima kasih jika mertuanya membagikan rejeki untuk keluarga kecilnya lewat Tiara. Termasuk uang kiriman lima puluh juta dari penjualan tanah kemarin.

“Iya Nduk. Kami baru membahasnya empat tahun lalu. Ibu di
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
laki tdk ibadah gampang kena guna guna ,dina iblis
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 21

    Kembali ke masa empat tahun lalu. Saat Dina pertama kali bertemu dengan Rian setelah sepuluh tahun berpisah. Dia dipindah tugaskan dari kantor utama yang ada di Jakarta karena perselingkuhannya dengan bos besar sudah terendus banyak orang. Bos besar yang merupakan pemilik perusahaan, takut kalau istrinya akan tahu. Maka Dina dipindahkan ke Yogykarta.“Carilah pria lain untuk kamu pacari. Terserah. Mau sudah punya istri atau lajang. Asal kau tetap sedia setiap kali aku panggil,” kata bos besar. Seorang pria berumur lima puluh tahun. Seumuran dengan bapaknya.“Baik Pak.”Sejak dipindahkan, Dina menjadi sekretaris Rian. Kebetulan yang sangat membuatnya senang karena bisa bertemu dengan pujaan hati. Diantara semua mantan pacarnya, Dina hanya jatuh hati dengan Rian. Siapa wanita yang tidak suka dengan pria itu? Tinggi, tampan, baik, loyal, kaya serta dari keluarga terpandang. Karena ayah Rian juga bekerja di perusahaan sebagai Direktur.Sayangnya Rian hanya menanganggapnya rekan kerja. Dia

    Last Updated : 2024-11-23
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 22

    “Ya ampun menjijikan sekali,” teriak Dina membuang botol itu keluar jendela. Dia mengambil tisu untuk mengusap wajahnya yang terasa kotor.Sadar sudah meminum air itu, Dina keluar. Dia berusaha memuntahkan air yang sudah tertelan. Sebenarnya tidak ada efek apapun untuk Dina. Hanya saja dia merasa jijik karena air yang akan ia berikan pada Bu Mirna kotor dengan darhnya sendiri.“Kenapa kamu muntah Din? Inikan hanya air putih?” Tiara menyodorkan botol air itu padanya. Botol air stainless yang harganya mahal. Biasanya Dina membawa botol itu untuk diberi pada Rian. Jika suaminya tidak membeli botol air sendiri.Dina terkesiap. Lupa kalau sedang berada di mobil yang sama dengan kakak madu dan ibu mertuanya. Dia menoleh pada Tiara dengan tatapan horror. “A—aku hanya mual. Tiba-tiba saja ingin muntah. Mungkin efek hamil Mbak.”“Ya sudah. Kita harus segera masuk mobil. Ada barang Ibu yang ketinggalan di rumah.” Tiara berbalik. Masuk lebih dulu ke mobil lalu duduk di depan.Rian dan Bu Mirna m

    Last Updated : 2024-11-25
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 23

    “Eh itu bukan Ayah sayang. Itu temannya Ayah.” Tiara berusaha berkelit. Dia tidak ingin anak-anak tahu kebejatan Rian dan Dina. Salahnya juga yang membuka pesan Dina saat masih bersama anak-anak.“Oh begitu. Aku dan Nana mau main diatas Bu. Kita naik yuk.” Lily menarik tangannya.“Nggak makan dulu?”“Nanti saja setelah Kak Anggrek pulang.” Lily menggandeng tangannya. Mereka naik ke lantai dua.Tempat yang terasa aman untuk anak-anak. Karena mereka tidak nyaman berada di ruangan yang sama dengan Rian. Sejak hari ini, Tiara tidak perlu menjemput Anggrek ke sekolah. Karena Pak Joko sudah mendaftarkan si sulung untuk ikut bus antar jemput. Setelah membayar selama sebulan.Perhatian anak-anak yang cepat teralih membuat Tiara bisa fokus lagi membuat novelnya. Kali ini dia mengedit satu bab untuk membuat promosi di fb dan tiktik. Tiara sibuk mengedit dan mengirim novelnya pada penulis jasprom yang sudah ia bayar. Dia juga melihat performa novelnya saat diunggah di akun sosial medianya sendir

    Last Updated : 2024-11-26
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 24

    Di lantai dua, ada sebuah ruangan yang Tiara ubah sebagai musala. Ruangan yang berada di pojok paling kiri. Berhadapan dengan dapur mini. Satu ruangan di pojok kanan adalah kamar Anggrek. Ruangan disebelahnya adalah kamar Lily dan Nana serta satu ruangan lagi masih kosong. Hanya dijadikan tempat barang-barang Lily dan Nana jika kamar mereka tidak muat. Rencananya Tiara hendak mengubah ruang kosong itu sebagai kamar Nana jika si bungsu sudah beradai tidur sendiri.Setelah salat subuh berjamaah di musola, anak-anak kembali ke kamar. Anggrek dan Lily mempersiapkan peralatan sekolah mereka. Nana ikut bersamanya turun ke bawah. Tiara hendak membuat sarapan dan bekal untuk suami dan anak-anaknya. Baru mengerjapakan pekerjaan rumah yang lain.“Nana tunggu di dapur ya. Ibu mau menggantung mukena di kamar dulu.”“Iya Bu.”Tiara masuk ke kamarnya. Dia melihat Rian duduk di tempat tidur dengan baju rapi. Wajah pria itu juga tampak segar. Tiara tidak mengatakan apapun. Dia terlalu malas bertegur

    Last Updated : 2024-11-27
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 25

    “Ayo kita duduk di taman Bu.” Lily menunjuk meja yang ada di tengah taman. Dengan hamparan rumput sintetis dan batu yang ditanam sejajar. Ada empat meja makan kecil dekat dengan dinding yang sudah dihias dengan tanaman menjulur. Serta tiga meja berukuran sedang di dekat bangunan utama.Letak meja yang ditunjuk Lily sangat jauh dari meja Rian dan Dina. Anak-anak tidak akan melihat keberadaan ayah mereka. Tiara ingin memberi pelajaran pada Rian dan Han. Namun tidak ingin anak-anak melihat kebersamaan Rian dengan istri keduanya. Dia memikirkan cara yang tepat.“Iya sayang.” Tiara menggandeng tangan putrinya duduk di meja itu.“Kak Lily jaga Adek ya. Ibu mau pesan makanan untuk kita. Setelah pesan, Ibu akan ke toilet sebentar. Ingat. Jangan pergi sama orang asing.”“Oke Bu.”Tiara memesan makanan di kasir. Mencatat menu yang disukai anak-anaknya. Tiara memesan dua ayam crispy dan satu ayam geprek level dua untuk dirinya sendiri. Tiga lupa tiga gelas es teh untuk diminum di siang hari yang

    Last Updated : 2024-11-28
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 26

    Matanya memandang pesan itu nanar. Tidak bisa dipungkiri hatinya tercubit. Walau tidak ada lagi rasa cinta untuk Rian, tetapi Tiara memikirkan anak-anaknya yang harus kalah dengan Dina.Belum sempat Tiara membalas, Rian mengirim pesan.[Maaf Tiara. Aku tidak bisa makan malam bersamamu dan anak-anak. Sedang ada acara kantor. Kami makan malam bersama Direktur yang baru dilantik.]Rian juga menyertakan fotonya bersama tiga orang pria. Dia mengenal dua diantaranya karena sering bertemu di acara family gathering perusahaan. Sang suami juga mengirim tiga foto lain. Termasuk foto bos baru yang wajahnya sudah disamarkan. Suasana reastaurant terasa ramai dari foto itu dengan banyak karyawan yang datang.[Tidak masalah Mas. Terima kasih sudah memberiku kabar.][Kau dan anak-anak sudah makan?] Rian kembali mengirim pesan. Lagi-lagi Rian menunjukkan perhatiannya. Sama seperti sebelumnya, tidak ada rasa senang di hati atas perhatian suami yang sudah lama Tiara harapkan. Dia merasa perhatian Rian ha

    Last Updated : 2024-11-29
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 27

    “Untuk apa kamu datang kesini?” tanya Tiara tanpa basa-basi. Dia melipat tangan di dada. Bersandar ke pintu.“Aku mau mengajak Mas Rian berangkat bersama. Tolong panggilkan suami kita. Aku menunggu di teras.” Dina menekankan kata suami.Melihat adik madunya yang tidak tahu malu., Tiara tidak merasa gentar. Tidak ada lagi sakit hati. Ia tidak akan terlihat lemah seperti saat Dina pertama kali datang ke rumah ini.“Jangan datang ke rumahku saat jatah Mas Rian disini.”“Kenapa? Aku hanya ingin berangkat bersama. Kalau anak-anak lihat, tinggal cari alasan kalau aku hanya teman ayah mereka.”“Tetap tidak boleh. Pergi sekarang juga sebelum aku memanggil para tetangga untuk meminta bantuan.” Tiara menatap tajam tidak main-main.Dina melotot mendengar ancaman kakak madunya. Dia mendengkus lalu tertawa. Tawa yang sangat meremehkan. “Memang kamu berani Mbak? Setelah memanggil para tetangga, mereka akan menggunjingmu.”“Kenapa tidak? Aku tidak peduli dengan omongan tetangga. Asal bisa mengusirmu

    Last Updated : 2024-11-30
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 28

    “Sudah kuduga,” desis Tiara kesal. Tidak mungkin Dina mau berdamai dengannya. Tujuan utama wanita itu adalah ingin menyingkirkan Tiara hingga berhasil membuat nama baiknya jelek di depan sang suami.Dia meletakan ponsel Rian lalu meraih ponselnya sendiri. Mertuanya meminta Tiara menyambungkan rekaman kamera CCTV di rumah Dina dengan ponselnya. Dia harus belajar dari Heri. Syukurlah Tiara bisa melakukannya sekarang. Tampak Dina menerima plastik berisi martabak. Dina membawa martabak itu ke dapur lalu menuangkan isinya dengan botol kecil berwarna putih. Botol yang selalu dibawa Dina. Entah dengan tujuan apa. Teringat dengan pesan Bu Mirna.“Jangan minum apa makanan semua makanan yang diberi Dina. Bahaya. Kamu harus tetap waspada dengan rutin melihat rekaman CCTV di rumahmu sendiri dan rumah Dina. Untuk berjaga-jaga jika Dina melakukan sesuatu.”Tiara memesan martabak manis dan martabak telur dari penjual martabak langganannya. Dia akan menukar martabak yang dibeli Dina dengan makanan ba

    Last Updated : 2024-12-02

Latest chapter

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 80

    Tiara berdandan di depan meja riasnya. Menutup matanya yang gelap karena sering bangun pagi untuk mengetik novel. Dia memakai pelembap, sunscreen, foundation baru yang terakhir bedak. Setidaknya wanita itu ingin menunjukkan pada orang tuanya kalau kondisinya sekarang sudah baik-baik saja. Terlepas dari prahara yang sempat membuat emosinya naik turun selama beberapa tahun terakhir.Wanita itu memakai gamis berwarna biru muda yang dipadukan dengan jilbab berwarna abu-abu. Tidak lupa ia memakai sandal tinggi untuk menunjang penampilannya dalam hal tinggi badan. Dia mengambil tas, memasukan dompet dan ponselnya kesana. Tidak lupa mengambil kunci motor dari laci.Saat keluar dari kamarnya, suasana ruang tengah terasa sepi. Tidak terdengar celoteh anak-anak karena Angggrek dan Lily sedang sekolah. Hanya Nana sendiri di lantai dua bermain ditemani kakung dan utinya. Wanita itu memutuskan untuk naik ke lantai dua guna berpamitan pada putri bungsu dan kedua mertuanya.Benar saja tebakan Tiara,

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 79

    Aktivitas Tiara pagi ini berjalan seperti biasa. Sebelum subuh dia sudah menyelesaikan dua bab novel dan mengedit bab sebelumnya. Lalu keluar kamar untuk salat subuh. Saat bertemu dengan Rian tadi, hati Tiara sempat berdebar sebentar. Entah apa penyebabnya. Mas Rian mengatakan kalau dia akan tinggal disini selama rumah kontrakan itu belum dibersihkan.Ada yang berdenyut nyeri dalam sudut hatinya saat Rian mengatakan kalau dia akan tinggal disana selama menunggu keputusan Tiara. Rian tidak ingin membuat Tiara merasa tersiksa dengan keegoisannya. Padahal Rian sudah ikhlas melepasnya setelah tahun-tahun menyakitkan yang harus ia lalui. Namun kenapa Tiara justru merasa sedih.“Kamu jadi pergi ke rumah orang tuamu Nduk?” tanya Bu Mirna saat mereka tengah membuat sarapan bersama. Tiara tidak perlu khawatir dengan anak-anak karena mereka bermain di lantai dua bersama Pak Joko. Persiapan sekolah Anggrek dan Lily juga sudah disiapkan. Jadi dia bisa memasak dengan tenang bersama Bu Mirna.“Jadi

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 78

    Dina akhirnya dibawa pergi bersama orang tuanya. Rian berjalan mengikuti di belakang mereka. Tidak ada perawat atau dokter jaga yang menghentikan mereka. Rian hanya mengamati dalam diam. Aurel berhenti di ruang tunggu IGD. Pria itu memilih berdiri di belakang mantan atasannya itu.“Kita bisa bicara disini,” kata Aurel lalu duduk di kursi paling belakang.Rian mengikuti lalu duduk disampingnya. Suasana hening tidak membuat kecanggungan diantara mereka. Rian mengeluarkan sebotol air dari tasnya lalu memberikan botol itu pada Aurel.“Minum dulu Bu,” ucap Rian perhatian.Aurel mengangguk. Dia menerima botol pemberian Rian lalu berkata, “Terima kasih.”“Maaf aku menggagalkan pernikahanmu,” kata Aurel setelah hening yang cukup lama.“Tidak masalah Bu. Sebenarnya saya juga yang menyebabkan orang tua Dina sakit. Seandainya saya tidak punya niat pergi ke rumah keluarga adik saya, mungkin rencana orang tua Dina bisa berjalan mulus dan kami terpaksa tetap melangsungkan pernikahan,” kata Rian ten

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 77

    Apakah Dina sedih dengan kenyataan kalau dia akan berpisah dari Rian? Tentu saja sangat sedih. Namun Dina tidak bisa melakukan apapun. Setelah bicara seperti itu, Aurel justru diam saja. Dia bangkit dari kursinya lalu berbalik mendekati ranjang bapak Dina. Mata mengintimidasinya sudah sirna, berganti dengan kebencian yang mengendap setelah mengetahui semua dalang kerusuhan orang tuanya bulan lalu. Itulah bapak Dina.“Pindahkan mereka ke panti jompo milik Luna. Bawa sekalian wanita ini,” kata Aurel memberi perintah.“Baik Bu,” jawab pengawal dibelakangnya.Dina mendongak. Tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Tubuhnya yang sudah membaik kembali gemetar hebat. Mulutnya terbuka dan tertutup. Ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada satu patah katapun yang keluar. Bibirnya hanya bergerak seperti ikan koi. Tenaga Dina yang masih lemas juga belum kembali saat ada beberapa orang berbaju hitam masuk. Dua wanita yang memakai baju yang sama dengan rambut disanggul membantu Dina ber

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 76

    Tubuh Dina bergetar. Wanita yang berdiri di hadapannya benar-benar mengintimidasi. Tubuh Dina terasa lemah hingga ke tulang. Saat berusaha berdiri, ia justru terjatuh. Bersimpuh di kaki Aurel yang mengenal high heels tinggi untuk menunjang penampilannya.“Kenapa kau ketakutan seperti itu? Apakah wajahku terlihat sangat menyeramkan?” tanya Aurel dengan nada manis.Seorang pria botak bertubuh tinggi dengan badan kekar dan kacamata yang menutup matanya, mengambil kursi yang tadi ditempati oleh Dina. Aurel duduk di kursi itu. Menyilangkan kaki jenjangnya tepat di hadapan Dina. Dia menunjuk tirai yang akan menutup bed tiga dan empat di sebrang. Untunglah para keluarga yang berjaga masih tidur.Jadi mereka tidak bisa mendengar keributan di ruangan yang sama. Setidaknya Dina tidak akan merasa malu karena diperhatikan banyak orang. Dalam hatinya, wanita itu bersyukur karena Rian tidak ada disana. Jadi sang suami tidak perlu melihatnya dalam keadaan seperti ini.Dina memperbaiki posisi dudukny

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 75

    Dua jam sebelumnya saat Rian baru sampai di rumah Tiara, Dina mengikuti para perawat yang membawa orang tuanya ke ruang perawatan lantai dua. Ia sibuk berkirim pesan dengan staff panti jompo.[Saya tidak pernah membatalkan reservasi saya. Hanya ini nomor saya satu-satunya yang bisa menghubungi anda. Jadi tidak mungkin saya yang membatalkan pesanan reservasi.]Tidak membutuhkan waktu lama saat pesannya dibalas. Sambil bersandar ke dinding lift, Dina fokus menatap layar ponselnya.[Maaf Bu. Saya juga sudah mengatakan hal itu pada kepala yayasan. Selama ini pembatalan reservasi selalu lewat staff. Say sendiri tidak bisa menolak keputusan kepala yayasan. Sekali lagi saya minta maaf.]Pesan balasan dari staff disana membuat kepala Dina terasa semakin berdenyut. Langkahnya terasa melayang saat ranjang orang tuanya keluar dari dua lift yang berbeda. Mereka masuk ke ruang melati nomor satu. Sudah ada dua pasien lain yang lebih dulu menempati ruang rawat itu. Ranjang bapak dan Ibu Dina diletak

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 74

    Selepas kepergian Rian, Tiara merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Sayangnya walaupun sudah berbaring, matanya tidak bisa kunjung terpejam. Tiara masih memikirkan perkataan Rian tadi.Padahal dia harus bangun dua jam kemudian agar bisa mengetik novel. Walaupun Rian sudah tahu tentang pekerjaannya, tapi pria itu tidak menanyakan berapa yang didapat Rian sekarang. Tiara juga tidak cerita. Jadi dia tidak memberi tahu berapa penghasilannya sekarang.Karena tidak bisa tidur, Tiara justru ingin buang air kecil. Dia turun dari kasur lalu berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar mereka. Setelah menyelesakan urusannya, Tiara langsung kembali ke tempat tidur. Dia justru berdiri didepan nakas kecil yang berjejer dua foto. Foto pertama adalah foto orang tuanya dan yang kedua adalah foto keluarga kecil mereka. Foto yang penuh kepalsuan. Karena saat itu Rian masih bersikap tidak acuh pada mereka. Saat itu Tiara merasa sangat senang karena Rian mau melakukan foto keluarga lengkap sejak N

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 73

    Tiara menulis apa saja yang disukai ketiga buah hatinya dan apa saja yang tidak mereka sukai. Meskipun hatinya sudah mantap untuk berpisah dari Rian, tapi Tiara tetap menyambut baik niat sang suami untuk memperbaiki hubungan dengan anak-anak mereka. Wanita itu bisa merasakan jika sejak tadi Rian terus memandang wajahnya.Kini tidak ada lagi beban di hati Tiara. Dia tidak tahu apakah masih ada cinta atau tidak dalam hatinya. Namun untuk sekarang Tiara hanya ingin menjauh dari Rian. Dia tidak ingin memberi harapan pada sang suami kalau rumah tangga mereka akan kembali seperti dulu lagi.Bagi Tiara saat ini dia sudah tidak ada beban yang mengganjal di hatinya karena sudah mendapat permintaan maaf yang tulus dari Rian. Yang teprenting saat ini adalah kebahagiaan Anggrek, Lily dan Nana yang akan mendapat kasih sayang mereka kembali setelah beberapa tahun berlalu.“Ini barang-barang yang merkea sukai. Sudah aku lingkari. Sedangkan kertas yang satu lagi adalah barang-barang serta makanan yan

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 72

    Tiara terdiam. Dia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan itu keluar dari mulut Rian saat ini juga. Walaupun dia sudah menyangka kalau sang suami akan menebak keptusannya ini setelah mengetahui kalau Tiara sudah menjadi penulis online. Walaupun Rian belum tahu detail pekerjaan dan berapa gajinya per bulan.“Kamu sudah bisa menebaknya Mas,” jawab Tiara lirih.Entah kenapa dia tidak kuasa melihat wajah sang suami yang sedih. Padahal sebelumnya Tiara benar-benar bersikap apatis pada sang suami. Namun perasaan itu hanya melingkup hatinya selama beberapa saat. Karena sedetik kemudian hati Tiara kembali membeku. Melindungi pertahanan dirinya agar tidak terluka untuk yang kesekian kalinya.“Memang. Aku sudah bisa menebaknya,” jawaban Rian kian lirih. Hampir tidak terdengar dan terbang terbawa desau angin. Seandainya keheningan mala mini tercemar suara berisik, Tiara tidaka akan bisa mendengar perkataan sang suami.“Lalu apa yang kau bicarkan lagi jika sudah tahu semuanya Mas?” tanya Tiara

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status