Share

Bab 27

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2024-11-30 05:45:23

“Untuk apa kamu datang kesini?” tanya Tiara tanpa basa-basi. Dia melipat tangan di dada. Bersandar ke pintu.

“Aku mau mengajak Mas Rian berangkat bersama. Tolong panggilkan suami kita. Aku menunggu di teras.” Dina menekankan kata suami.

Melihat adik madunya yang tidak tahu malu., Tiara tidak merasa gentar. Tidak ada lagi sakit hati. Ia tidak akan terlihat lemah seperti saat Dina pertama kali datang ke rumah ini.

“Jangan datang ke rumahku saat jatah Mas Rian disini.”

“Kenapa? Aku hanya ingin berangkat bersama. Kalau anak-anak lihat, tinggal cari alasan kalau aku hanya teman ayah mereka.”

“Tetap tidak boleh. Pergi sekarang juga sebelum aku memanggil para tetangga untuk meminta bantuan.” Tiara menatap tajam tidak main-main.

Dina melotot mendengar ancaman kakak madunya. Dia mendengkus lalu tertawa. Tawa yang sangat meremehkan. “Memang kamu berani Mbak? Setelah memanggil para tetangga, mereka akan menggunjingmu.”

“Kenapa tidak? Aku tidak peduli dengan omongan tetangga. Asal bisa mengusirmu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
bagus dina trus kasih guna tiara gobloooq dan sok pasrah bukan beebuat ambil langkah panggil ust yg bisa usir sihir ,santet ,novel goblooq
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 28

    “Sudah kuduga,” desis Tiara kesal. Tidak mungkin Dina mau berdamai dengannya. Tujuan utama wanita itu adalah ingin menyingkirkan Tiara hingga berhasil membuat nama baiknya jelek di depan sang suami.Dia meletakan ponsel Rian lalu meraih ponselnya sendiri. Mertuanya meminta Tiara menyambungkan rekaman kamera CCTV di rumah Dina dengan ponselnya. Dia harus belajar dari Heri. Syukurlah Tiara bisa melakukannya sekarang. Tampak Dina menerima plastik berisi martabak. Dina membawa martabak itu ke dapur lalu menuangkan isinya dengan botol kecil berwarna putih. Botol yang selalu dibawa Dina. Entah dengan tujuan apa. Teringat dengan pesan Bu Mirna.“Jangan minum apa makanan semua makanan yang diberi Dina. Bahaya. Kamu harus tetap waspada dengan rutin melihat rekaman CCTV di rumahmu sendiri dan rumah Dina. Untuk berjaga-jaga jika Dina melakukan sesuatu.”Tiara memesan martabak manis dan martabak telur dari penjual martabak langganannya. Dia akan menukar martabak yang dibeli Dina dengan makanan ba

    Last Updated : 2024-12-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 29

    Setelah membalas pesan mertuanya, Tiara membuka rekaman kamera CCTV di rumah Dina. Matanya terbelalak tidak percaya. Bulu kuduknya merinding. Tiara segera menutup rekaman itu. Dadanya berdebar kencang. Tanpa sadar tubuhnya gemetar ketakutan.“Kenapa bapaknya Dina berkelahi sendiri?” gumam Tiara yang masih merasa aneh dengan apa yang baru saja ia lihat. Dia juga melihat sekelebat bayangan hitam besar yang menyerang bapak Dina.“Ibu kita berangkat yuk.” Lily berdiri dengan seragam rapi dan tas ransel yang tersampir di punggung. Nana mengikuti kakaknya memakai tas kecil.“Sebentar Ibu ambil jaket dan helm untuk kalian. Ayo kita tunggu di dalam.” Tiara menggiring kedua putrinya masuk lalu menutup pintu.Dia jadi takut meninggalkan mereka sendiri. Walaupun saat ini Tiara dan anak-anaknya berada di dalam rumah. Baru saja dia hendak naik motor, Tiara dapat pesan lagi dari Bu Mirna.[Selama Dina dan orang tuanya pulang kampung, Ibu sudah menyuruh seorang ustad untuk membersihkan rumah itu. Ap

    Last Updated : 2024-12-03
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 30

    Meski perkataan dukun itu membuat hatinya lega, Tiara tidak berhenti mengaji. Lengan pendeknya tersembunyi dibalik mukena berwarna kuning. Kadang Tiara memperhatikan ponselnya lalu kembali fokus mengaji. Dina dan dukun itu masih berdiri di tempat mereka.“Lalu apa yang harus kita lakukan?” Suara Dina terdengar lagi.“Tidak ada cara lain. Kamu harus membuat Tiara dan anak-anaknya minum air merahmu agar mereka dengan sukarela pergi dar rumah ini. Kalau hanya mengandalkan Rian, maka mertuanya yang akan mencegah Tiara keluar,” kata dukun itu terdengar jelas di tengah lantunan ayat alquran.Sekarang Tiara mengerti. Tujuan utama Dina sejak kemarin adalah ingin menguasai rumah ini. Wanita itu mungkin sadar Rian mulai berubah. Entah atas inisiatif sendiri atau karena permintaan orang tuanya. Serangan Dina tidak hanya menyasar Rian, tapi juga dirinya dan anak-anak. Dina masih menginginka hartanya dan Rian. Padahal dia tidak berhak sama sekali atas rumah ini.“Apa tidak ada cara lain yang bisa

    Last Updated : 2024-12-04
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 31

    Walau dilanda perasaan takut, Tiara tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Dia sudah memasang gembok di pagar. Jadi tidak akan ada sembarangan orang yang bisa masuk. Keculi orang itu memanjat pagar rumah. Seperti yang dilakukan orang suruhan dukun itu.“Kenapa juga pagarnya dikunci? Apa dia sudah tahu?” gumam pria itu. Wajahnya terlihat kesal karena harus memanjat pagar. Tiara memastikan pintunya terkunci dari dalam. Dia mengingat pintu halaman belakang. Apakah sudah dikunci dengan benar?“Mudah-mudahan sudah aku kunci,” gumamnya pelan. Pandangan Tiara beralih pada dua jendela yang mengapit pintu utama.Jendela kecil yang ada disamping kanan dan kiri pintu utama juga masih tertutup rapat. Terima kasih untuk kebiasaan Tiara yang tidak pernah membuka korden di lantai satu jika tidak ada Rian. Karena sebagian aktivitasnya dihabiskan di lantai dua bersama anak-anak. Masih dari layar intercom, Tiara melihat orang suruhan itu kembali melintas pagar. Dia bahkan sudah berdiri di depan

    Last Updated : 2024-12-05
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 32

    Kembali ke masa SMA Tiara enam belas tahun silam. Saat dia sudah duduk di bangku kelas tiga SMA. Semua murid sibuk mempersiapkan ujian akhir sekolah dan ujian nasional. Walau begitu masih ada beberapa siswa yang punya waktu untuk berpacaran. Salah satu diantaranya adalah Tiara dan Bara.Siapa yang tidak tahu couple goals di sekolah mereka. Sejak kelas satu, Tiara terkenal sebagai siswi yang paling cantik. Wajahnya tirus dengan mata bulat. Rambut lurus dan lebat yang panjang. Belum dengan hidung mancung dan bibir tipisnya. Walau tubuhnya mungil, siapapun akan mengakui kecantikan Tiara.Begitu juga dengan Bara yang menjadi siswa favorit para siswi. Dia tinggi, kulitnya bersih, rambut cepak yang digaya ala anak muda jaman itu, wajah tampan dengan hidung mancng dan bentuk rahang yang kecil. Alisnya yang tebal semakin menambah pesona seorang Bara. Meski dikelilingi banyak perempuan, tapi hati Bara hanya tertuju pada Tiara.Satu tahun mendekati Tiara, belum juga membuahkan hasil. Padahal mer

    Last Updated : 2024-12-05
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 33

    “Memangnya mobil Heri kenapa Ris?” tanya Rian penasaran. Pria itu membuka kaca jendela mobilnya. Melongok dari dalam agar bisa bicara dengan adiknya.“Nggak tahu Mas. Kata Mas Heri mobilnya agak bermasalah. Jadi kami bawa ke bengkel dekat sini. Kalian mau pergi kemana?” Riska bertanya seolah-olah dia tidak tahu.“Mau liburan ke kebun binatang Nte. Ayo Tante dan Dedek pergi sama kita,” ajak Nana semangat.“Kalau liburan, keluarga intinya Kak Nana dulu. Kan sudah lama nggak keluar bareng. Biar Tante dan Dedek tunggu disini. Kasihan Dedek juga sudah mengantuk karena ikut kondangan tadi.” Riska menunjuk putranya yang menguap di gendongan.“Ya sudah kalian masuk dulu. Ini kuncinya Ris.” Tiara menyerahkan kunci rumah.Mereka masuk ke mobil. Melambai pada Riska yang menunggu di depan gerbang. Tiara terus mengawasi dari kaca spion. Dia baru bisa menghela nafas lega saat Heri datang dan mereka masuk ke rumah. Menutup gerbang rapat. Setidaknya ada Heri sebagai laki-laki yang akan menjaga rumah

    Last Updated : 2024-12-06
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 34

    Di rumah Dina, wanita itu baru saja pulang dari apartemen direkturnya yang sedang berkunjung ke Yogyakarta. Selain memuaskan nafsu si pria tua, mereka juga membicarakan korupsi yang dilakukan Rian. Dina mengakui kalau dia yang membuat Rian melakukan semua itu karena ingin dapat banyak uang. Awalnya Dina merasa tenang karena yakin tidak aka nada masalah. Bukannya dibela, dia justru dimaki habis-habisan.“Apa yang kamu pikirkan sampai membuat perusahaanku rugi? Kalau mau uang banyak, tinggal minta transfer dariku,” hardik pria tua itu marah.“Maaf Pak. Saya hanya menuruti keinginan orang tua.” Dina menunduk. Seumur-umur melayani bosnya, baru kali ini Dina dibentak sedemikian rupa. Padahal bosnya selalu menuruti apapun keinginan Dina. Bahkan tanpa air merah itu.Dia mengira semua aksinya akan aman karena Rian berhubungan dengannya. Siapa sangka bosnya akan murka. Dina masih menunduk. Dia berlutut di depan si pria tua yang berkacak pinggang.“Sekarang kerugian perusahaan sudah mencapai ra

    Last Updated : 2024-12-07
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 35

    Benar saja. Bos besarnya yang bernama Pak Hendra turun dari mobil. Wajah tuanya yang cekung sempat tertuju pada mobil Pak RT. Dia melenggang ke rumah Dina. Rian masih ingin mengawasi semuanya. Namun dia tidak enak pada Pak RT. Jadi Rian segera melajukan mobil itu.Sudah ada satu orang yang lebih dulu tahu tentang keberadaan Dina. Walaupun Pak RT tidak bertanya atau dia tidak memberi tahu, kalau Dina adalah istri keduanya. Di mobil mereka berbincang seperti biasa. Kesibukan Rian tidak membuatnya kaku dalam urusan para tetangga.“Saran saya lebih baik pagar rumah anda diganti lebih tinggi. Lalu semua tembok pembatas diberi beling.” Pak RT menjelaskan usul dari perangkat desa untuk semua warganya.“Iya. Terima kasih Pak RT.”Mobil berhenti di depan rumah Pak RT. Rian pamit lalu berjalan menuju rumahnya yang hanya berjarak satu kilometer dari rumah perangkat desa itu. Dia memperhatikan pagar rumahnya yang memang pendek. Dulu Rian merasa aman membangun rumah di wilayan ini. Karena itulah d

    Last Updated : 2024-12-09

Latest chapter

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 80

    Tiara berdandan di depan meja riasnya. Menutup matanya yang gelap karena sering bangun pagi untuk mengetik novel. Dia memakai pelembap, sunscreen, foundation baru yang terakhir bedak. Setidaknya wanita itu ingin menunjukkan pada orang tuanya kalau kondisinya sekarang sudah baik-baik saja. Terlepas dari prahara yang sempat membuat emosinya naik turun selama beberapa tahun terakhir.Wanita itu memakai gamis berwarna biru muda yang dipadukan dengan jilbab berwarna abu-abu. Tidak lupa ia memakai sandal tinggi untuk menunjang penampilannya dalam hal tinggi badan. Dia mengambil tas, memasukan dompet dan ponselnya kesana. Tidak lupa mengambil kunci motor dari laci.Saat keluar dari kamarnya, suasana ruang tengah terasa sepi. Tidak terdengar celoteh anak-anak karena Angggrek dan Lily sedang sekolah. Hanya Nana sendiri di lantai dua bermain ditemani kakung dan utinya. Wanita itu memutuskan untuk naik ke lantai dua guna berpamitan pada putri bungsu dan kedua mertuanya.Benar saja tebakan Tiara,

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 79

    Aktivitas Tiara pagi ini berjalan seperti biasa. Sebelum subuh dia sudah menyelesaikan dua bab novel dan mengedit bab sebelumnya. Lalu keluar kamar untuk salat subuh. Saat bertemu dengan Rian tadi, hati Tiara sempat berdebar sebentar. Entah apa penyebabnya. Mas Rian mengatakan kalau dia akan tinggal disini selama rumah kontrakan itu belum dibersihkan.Ada yang berdenyut nyeri dalam sudut hatinya saat Rian mengatakan kalau dia akan tinggal disana selama menunggu keputusan Tiara. Rian tidak ingin membuat Tiara merasa tersiksa dengan keegoisannya. Padahal Rian sudah ikhlas melepasnya setelah tahun-tahun menyakitkan yang harus ia lalui. Namun kenapa Tiara justru merasa sedih.“Kamu jadi pergi ke rumah orang tuamu Nduk?” tanya Bu Mirna saat mereka tengah membuat sarapan bersama. Tiara tidak perlu khawatir dengan anak-anak karena mereka bermain di lantai dua bersama Pak Joko. Persiapan sekolah Anggrek dan Lily juga sudah disiapkan. Jadi dia bisa memasak dengan tenang bersama Bu Mirna.“Jadi

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 78

    Dina akhirnya dibawa pergi bersama orang tuanya. Rian berjalan mengikuti di belakang mereka. Tidak ada perawat atau dokter jaga yang menghentikan mereka. Rian hanya mengamati dalam diam. Aurel berhenti di ruang tunggu IGD. Pria itu memilih berdiri di belakang mantan atasannya itu.“Kita bisa bicara disini,” kata Aurel lalu duduk di kursi paling belakang.Rian mengikuti lalu duduk disampingnya. Suasana hening tidak membuat kecanggungan diantara mereka. Rian mengeluarkan sebotol air dari tasnya lalu memberikan botol itu pada Aurel.“Minum dulu Bu,” ucap Rian perhatian.Aurel mengangguk. Dia menerima botol pemberian Rian lalu berkata, “Terima kasih.”“Maaf aku menggagalkan pernikahanmu,” kata Aurel setelah hening yang cukup lama.“Tidak masalah Bu. Sebenarnya saya juga yang menyebabkan orang tua Dina sakit. Seandainya saya tidak punya niat pergi ke rumah keluarga adik saya, mungkin rencana orang tua Dina bisa berjalan mulus dan kami terpaksa tetap melangsungkan pernikahan,” kata Rian ten

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 77

    Apakah Dina sedih dengan kenyataan kalau dia akan berpisah dari Rian? Tentu saja sangat sedih. Namun Dina tidak bisa melakukan apapun. Setelah bicara seperti itu, Aurel justru diam saja. Dia bangkit dari kursinya lalu berbalik mendekati ranjang bapak Dina. Mata mengintimidasinya sudah sirna, berganti dengan kebencian yang mengendap setelah mengetahui semua dalang kerusuhan orang tuanya bulan lalu. Itulah bapak Dina.“Pindahkan mereka ke panti jompo milik Luna. Bawa sekalian wanita ini,” kata Aurel memberi perintah.“Baik Bu,” jawab pengawal dibelakangnya.Dina mendongak. Tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Tubuhnya yang sudah membaik kembali gemetar hebat. Mulutnya terbuka dan tertutup. Ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada satu patah katapun yang keluar. Bibirnya hanya bergerak seperti ikan koi. Tenaga Dina yang masih lemas juga belum kembali saat ada beberapa orang berbaju hitam masuk. Dua wanita yang memakai baju yang sama dengan rambut disanggul membantu Dina ber

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 76

    Tubuh Dina bergetar. Wanita yang berdiri di hadapannya benar-benar mengintimidasi. Tubuh Dina terasa lemah hingga ke tulang. Saat berusaha berdiri, ia justru terjatuh. Bersimpuh di kaki Aurel yang mengenal high heels tinggi untuk menunjang penampilannya.“Kenapa kau ketakutan seperti itu? Apakah wajahku terlihat sangat menyeramkan?” tanya Aurel dengan nada manis.Seorang pria botak bertubuh tinggi dengan badan kekar dan kacamata yang menutup matanya, mengambil kursi yang tadi ditempati oleh Dina. Aurel duduk di kursi itu. Menyilangkan kaki jenjangnya tepat di hadapan Dina. Dia menunjuk tirai yang akan menutup bed tiga dan empat di sebrang. Untunglah para keluarga yang berjaga masih tidur.Jadi mereka tidak bisa mendengar keributan di ruangan yang sama. Setidaknya Dina tidak akan merasa malu karena diperhatikan banyak orang. Dalam hatinya, wanita itu bersyukur karena Rian tidak ada disana. Jadi sang suami tidak perlu melihatnya dalam keadaan seperti ini.Dina memperbaiki posisi dudukny

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 75

    Dua jam sebelumnya saat Rian baru sampai di rumah Tiara, Dina mengikuti para perawat yang membawa orang tuanya ke ruang perawatan lantai dua. Ia sibuk berkirim pesan dengan staff panti jompo.[Saya tidak pernah membatalkan reservasi saya. Hanya ini nomor saya satu-satunya yang bisa menghubungi anda. Jadi tidak mungkin saya yang membatalkan pesanan reservasi.]Tidak membutuhkan waktu lama saat pesannya dibalas. Sambil bersandar ke dinding lift, Dina fokus menatap layar ponselnya.[Maaf Bu. Saya juga sudah mengatakan hal itu pada kepala yayasan. Selama ini pembatalan reservasi selalu lewat staff. Say sendiri tidak bisa menolak keputusan kepala yayasan. Sekali lagi saya minta maaf.]Pesan balasan dari staff disana membuat kepala Dina terasa semakin berdenyut. Langkahnya terasa melayang saat ranjang orang tuanya keluar dari dua lift yang berbeda. Mereka masuk ke ruang melati nomor satu. Sudah ada dua pasien lain yang lebih dulu menempati ruang rawat itu. Ranjang bapak dan Ibu Dina diletak

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 74

    Selepas kepergian Rian, Tiara merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Sayangnya walaupun sudah berbaring, matanya tidak bisa kunjung terpejam. Tiara masih memikirkan perkataan Rian tadi.Padahal dia harus bangun dua jam kemudian agar bisa mengetik novel. Walaupun Rian sudah tahu tentang pekerjaannya, tapi pria itu tidak menanyakan berapa yang didapat Rian sekarang. Tiara juga tidak cerita. Jadi dia tidak memberi tahu berapa penghasilannya sekarang.Karena tidak bisa tidur, Tiara justru ingin buang air kecil. Dia turun dari kasur lalu berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar mereka. Setelah menyelesakan urusannya, Tiara langsung kembali ke tempat tidur. Dia justru berdiri didepan nakas kecil yang berjejer dua foto. Foto pertama adalah foto orang tuanya dan yang kedua adalah foto keluarga kecil mereka. Foto yang penuh kepalsuan. Karena saat itu Rian masih bersikap tidak acuh pada mereka. Saat itu Tiara merasa sangat senang karena Rian mau melakukan foto keluarga lengkap sejak N

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 73

    Tiara menulis apa saja yang disukai ketiga buah hatinya dan apa saja yang tidak mereka sukai. Meskipun hatinya sudah mantap untuk berpisah dari Rian, tapi Tiara tetap menyambut baik niat sang suami untuk memperbaiki hubungan dengan anak-anak mereka. Wanita itu bisa merasakan jika sejak tadi Rian terus memandang wajahnya.Kini tidak ada lagi beban di hati Tiara. Dia tidak tahu apakah masih ada cinta atau tidak dalam hatinya. Namun untuk sekarang Tiara hanya ingin menjauh dari Rian. Dia tidak ingin memberi harapan pada sang suami kalau rumah tangga mereka akan kembali seperti dulu lagi.Bagi Tiara saat ini dia sudah tidak ada beban yang mengganjal di hatinya karena sudah mendapat permintaan maaf yang tulus dari Rian. Yang teprenting saat ini adalah kebahagiaan Anggrek, Lily dan Nana yang akan mendapat kasih sayang mereka kembali setelah beberapa tahun berlalu.“Ini barang-barang yang merkea sukai. Sudah aku lingkari. Sedangkan kertas yang satu lagi adalah barang-barang serta makanan yan

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 72

    Tiara terdiam. Dia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan itu keluar dari mulut Rian saat ini juga. Walaupun dia sudah menyangka kalau sang suami akan menebak keptusannya ini setelah mengetahui kalau Tiara sudah menjadi penulis online. Walaupun Rian belum tahu detail pekerjaan dan berapa gajinya per bulan.“Kamu sudah bisa menebaknya Mas,” jawab Tiara lirih.Entah kenapa dia tidak kuasa melihat wajah sang suami yang sedih. Padahal sebelumnya Tiara benar-benar bersikap apatis pada sang suami. Namun perasaan itu hanya melingkup hatinya selama beberapa saat. Karena sedetik kemudian hati Tiara kembali membeku. Melindungi pertahanan dirinya agar tidak terluka untuk yang kesekian kalinya.“Memang. Aku sudah bisa menebaknya,” jawaban Rian kian lirih. Hampir tidak terdengar dan terbang terbawa desau angin. Seandainya keheningan mala mini tercemar suara berisik, Tiara tidaka akan bisa mendengar perkataan sang suami.“Lalu apa yang kau bicarkan lagi jika sudah tahu semuanya Mas?” tanya Tiara

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status