Ya karena surgaku ada di bawah kaki ibuku. Kamu tentu tahu itu, kan? Memang apa salahnya jika aku memprioritaskan ibuku?" balas Roni."Oh iya. Aku lupa, Mas. Surga mu ada di kaki ibumu. Tetapi asal kamu ingat ya. Kalau anak ini nantinya jika laki-laki surganya ada di kakiku. Aku nggak izinkan kamu untuk menyentuhnya!""Maksud kamu, Laila? Anak ini adalah anakku juga. Aku berhak atas dia.""Itu kan menurut kamu, Mas. Aku bebas untuk menuntun anakku mau dibawa kemana. Sama seperti ibuku memperlakukanmu. Bisa menyuruh-nyuruh kamu kapanpun dan bagaimanapun. Aku heran kok ada laki-laki yang seperti kamu. Anak "Mama"," cibir Laila."Berhenti kamu mengataiku, Laila! Aku sudah mencoba untuk memberikan perhatian pada kamu tetapi kamu masih saja bersikap tidak baik sama aku.""Kamu bilang perhatian? Cuih, Mas! Kamu itu sekali anak Mama juga tetap anak Mama. Nggak akan pernah berubah kamu. Umur sudah sangat matang ternyata tidak menjamin bahwa akan dewasa pemikirannya.""Hentikan! Kamu kenapa t
"Dia tidak menunjukkan sesuatu yang mencurigakan, Bu. Dia selalu di rumah kan nggak pernah keluar?" balas Roni."Ya memang dia selalu di rumah tapi kan kamu nggak tahu apa yang ada di ponselnya Laila. Bisa saja dia berselingkuh dari ponselnya. Kamu itu jangan bodoh banget, Ron!" Roni kembali terdiam. Ia takut apa yang dikatakan ibunya memang benar."Nanti aku coba lihat ponsel Laila jika tidak sedang dibawanya.""Kalau memang ketahuan selingkuh biarkan saja dia pergi! Ngapain kamu menampung perempuan murahan," cibir Sarni."Tapi, Bu. Sebenarnya aku masih sayang sama dia. Hanya saja sikapnya yang berubah beberapa hari ini. Dia menyebutkan kalau aku anak Mama terus. Itu yang membuat aku sedikit terganggu," balas Roni."Dasar perempuan gila. Dia berani mengatai mu seperti itu, Ron? Ya baguslah ada orangtua yang masih perhatian sama anaknya. Kalau dibiarkan begitu saja pasti anak atau menantu merasa bingung. Istrimu itu benar-benar nggak tahu diuntung. Sudah mau kamu membawanya kemari ma
"Kurang ajar kamu!" hardik Sarni. Ia meraih rambut Laila kemudian menariknya dengan paksa. "Aduh, sakit!" keluh Laila. Ia mencoba menyibakkan tangan mertuanya yang begitu keras menarik rambutnya.Roni mencoba melerai Ibunya tetapi cukup kesulitan karena Sarni begitu kuat menariknya.Refleks Laila mendorong Sarni, hingga Sarni terjatuh.Brak!Sarni terjatuh tepat di depan pintu hingga pintu itu mengeluarkan suara cukup keras. Laila merasa lega karena sakit di kepalanya telah usai.Roni mencoba menolong Sarni yang terjatuh kemudian memapah untuk duduk di kursi."Roni, usir dia dari sini! Dia sudah membuat Ibu celaka," perintah Sarni."Anda itu yang membuat gara-gara. Saya kesakitan karena ditarik rambut. Tetapi Anda tak juga melepaskannya," sahut Laila sembari memegangi kepalanya yang masih merasakan nyeri."Tidak bisa, Bu. Dia hamil anakku. Aku harus menjaga anakku," tolak Roni."Kamu ini dengar Ibu atau tidak? Dia sudah mencelakai ibumu yang telah melahirkan kamu bertaruh nyawa. Teta
Di rumah Mosa.Saat Mosa baru pulang dari sekolah. Ternyata ada pesan dari nomor yang tidak dikenal. Ia membuka dan membaca pesan itu.[Mosa, kalau kamu tidak keberatan dan hanya mau berbincang dengan mu besok aku tunggu di cafetaria. Aku tunggu kamu jam 10 siang. Tetapi kalau sampai jam 11 kamu tidak datang, berarti kamu memang enggan bertemu denganku. Andre.]Entah mengapa setelah membaca pesan itu, perasaan Mosa berdesir. Seakan ingin langsung datang tanpa menunggu esok. Tetapi ia tidak mau ibunya melarang. Mosa ingin merahasiakan sementara pesan itu dan mencari jalan keluar agar bisa mencari alasan tanpa harus berbohong.Malam harinya, Mosa masih terjaga padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Biasanya Mosa selalu tidur cepat, apalagi jika kegiatan di sekolah cukup padat, selepas isya dirinya sudah tenggelam dalam mimpi.Tidak biasanya Mosa terjaga hingga malam hari. Ada yang sedang ia fikirkan kali ini. Yaitu Andre. Seseorang yang akan menunggunya esok hari di sebuah caf
Mosa ingin langsung kembali, tetapi melihat kemacetan yang ada membuat ia ingin beristirahat sejenak. Karena menurutnya, Andre hanya menunggu sampai pukul sebelas saja. Ini sudah lewat dari itu.Melihat cafetaria cukup banyak pengunjung, karena memang akhir pekan sehingga wajar tempat yang menjadi favorit anak muda itu diserbu. Mosa dengan langkah pelan menuju pintu utama cafetaria. Ia melihat ponsel tanpa melihat ke depan. Saat memasuki pintu, tidak sengaja ia menabrak seseorang dan membuat ponselnya terjatuh cukup keras.Lalu laki-laki yang menabraknya mengambil ponsel Mosa dan mengembalikan pada Mosa."Ini Mbak, ponselnya," ucap laki-laki itu."Terima kasih, saya yang minta maaf tidak melihat ke depan," sahut Mosa lalu melihat wajah laki-laki itu. "Andre!""Kamu datang, Mosa," ucap Andre. "Yuk masuk!" ajaknya.Mosa hanya mengikuti kemana laki-laki itu pergi. Setelah berhenti di sebuah meja di lantai dua dengan bisa melihat kemacetan jalan, mereka duduk di sana."Aku senang kamu da
"Tetapi apa, Mosa?" tanya Andre."Terkadang aku merasa aku masih jauh dari kata sempurna. Mempelajari hal-hal baru yang aku tidak mengetahuinya, menunjukkan aku masih sangat minim ilmu pengetahuan," jawab Mosa."Kamu memang luar biasa, Mosa. Aku makin kagum sama kamu," puji Andre."Memangnya apa yang kamu kagumi dari aku?" balas Mosa."Sebelum aku bertemu dengan kamu, aku sudah menyukai mu, Mosa. Begitu aku melihat kamu secara langsung aku makin menyukaimu.""Kenapa? Dari mana kamu tahu aku sebelum bertemu denganku?""Aku pernah melihat foto mu di meja kerja ayahku di rumah. Di sana ada foto kamu. Aku pernah bertanya siapa perempuan itu. Katanya kamu adalah Mosa. Aku melihat wajahmu saja di foto sudah membuat aku menyukaimu," jawab Andre.Mosa bergeming. Ia tidak mau besar kepala. Perkataan itu persis dengan apa yang dikatakan Roni sebelum menikahinya. Kata-kata manis terucap, tetapi setelah menikah dibuang bahkan dirinya juga ikut terbuang. Mosa tidak ingin hal itu terjadi lagi."Kam
Mosa kemudian merasa akan mengangkat telepon itu meskipun ragu. Ia mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering.Telepon terhubung. "Assalamualaikum," sapa Mosa."Waalaikumsalam, Mosa. Kamu akhirnya mau mengangkat telepon ku.""Ada apa kamu menelpon aku?""Mosa? Maaf, aku benar-benar minta maaf. Sepertinya apa yang aku lakukan pada kamu sekarang aku mendapatkan karma," ucap Roni berkelit. "Kamu mau apa menelpon aku?" tanya Mosa kembali."Aku hanya rindu, Mosa," jawab Roni.Mosa kemudian menutup teleponnya. Tangannya masih cukup gemetar. Andre masih mencoba menebak siapa yang menelpon Mosa baru saja. Tetapi untuk memastikan, Andre mencoba bertanya. "Siapa yang menelpon, Mosa?" "Mantan suamiku," jawab Mosa singkat.Andre terkejut, mengapa temannya yang sudah menikah itu tiba-tiba menelpon perempuan yang kini ingin dimilikinya. Padahal kalau memang pernikahan Roni baik-baik saja tentu tidak akan mungkin menelpon Mosa."Untuk apa dia menelpon?" tanya Andre. Ada sedikit rasa cemburu m
"Mosa. Kamu sudah pulang," ucap Roni.Mosa turun dari motornya. "Kamu kenapa ada di sini?" tanya Mosa. Lalu memasukkan motornya ke teras rumahnya."Sudah aku katakan tadi kalau aku rindu, Mosa," sahut Roni.Mosa begitu jijik mendengar kata itu. Bagaimana tidak, ia dibuang dan disia-siakan tetapi setelah resmi bercerai dengan gampangnya mengatakan kata "rindu". Roni kemudian meraih tangan Mosa.Seketika Mosa menyibakkan tangan itu."Jangan sentuh aku! Kita bukan siapa-siapa lagi," ucap Mosa."Mosa, maafkan aku! Aku tahu aku salah. Aku sadar kamu perempuan yang baik. Maaf kalau aku pernah berbuat jahat sama kamu," pinta Roni."Maaf, Mas. Silakan kamu pulang! Aku tidak mau menerima apapun yang kamu katakan. Lupakan semua tentang aku! Karena aku juga sudah lebih dahulu melupakan kamu, Mas.""Aku tahu, kita bisa rujuk Mosa! Aku akan membahagiakan kamu.""Maaf, tidak ada kata rujukan untukku. Kalau sudah selesai berarti sudah. Kamu jangan kemari untuk memintaku kembali. Sudah cukup!" Mende
Sarni dengan cepat mengambil pistol tersebut dan mengarahkan tepat ke arah Mosa.Dor Dor Dor.Sarni menembakkan pistol tersebut. Polisi segera mengamankan Sarni begitu juga dengan Karno.Tembakan tadi tidak melukai Mosa sama sekali. Karena Andre berhasil menghalangi peluru tersebut mengenai istrinya.Andre kemudian terjatuh dengan darah mengalir deras dari dadanya. Sampai darah itu pun muncrat jauh ke beberapa arah. Mosa langsung histeris. Begitu juga dengan polisi yang berada di sana langsung menolong Andre yang memerintahkan untuk langsung menghubungi rumah sakit. "Andre, Andre. Kamu yang kuat, ya? Kita akan segera ke rumah sakit," ucap Mosa sembari berurai air mata.Begitu juga dengan Andre yang terus mengeluarkan cairan bening dari ujung netranya. Baginya melindungi istrinya agar tidak terluka adalah kewajibannya. Meskipun entah sampai kapan dia harus bertahan. Setidaknya sampai saat ini dirinya akan bertahan untuk bisa mengusap air mata Mosa.Tidak lama kemudian ambulan pun data
"Tapi aku merasa kesepian ketika ayah harus bekerja dan aku di rumah hanya dengan pembantu. Rasanya aku ingin meluapkan semua dengan tidak menuruti keinginan Ayah untuk kuliah di jurusan yang ayah perintahkan. Aku juga sakit hati ketika ayah justru menyebutkan nama Hendra untuk menjadi ahli waris ayah. Mungkin terkesan berlebihan. Atau ayah bilang kalau semua itu tidak benar. Boleh, tetapi aku merasa tidak ikhlas. Lebih baik aku mendekam di penjara saja daripada harus hidup dengan orang yang tidak menyayangiku," terang Hendra.Semua juga tidak menyangka. Ternyata perbuatannya selama ini yang terkesan kejam dan juga tidak memiliki hati ternyata benih dari kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Mosa menelan saliva. Dia juga tidak menyangka jika yang ada di depannya saat ini adalah sebuah kenyataan. Meskipun Mosa tidak memiliki sosok ayah yang ada di sampingnya, tetapi Mosa tidak merasa kekurangan kasih sayang. Karena ibunya selalu ada di sampingnya. Bahkan hingga saat ini."Saya me
"Sama. Aku juga selalu jatuh cinta sama kamu. Entah sampai kapan aku bernafas dan bahkan ketika aku sudah meninggal pun aku tetap mencintai kamu. Aku akan menunggu kamu di hari berikutnya. Kita akan sama-sama bahagia di surga. Bersama dengan kakaknya Rasya dan Risya," sahut Andre."Jangan bilang tentang kematian dong! Aku benar-benar ingin berdua sama kamu sampai hari tua nanti. Meskipun kematian itu pasti aku ingin kita meninggal berdua saja. Karena aku nggak mau sampai kesepian karena nggak ada kamu di sampingku.""Iya. Aku juga ingin menua bersama kamu. Melihat tumbuh kembang anak-anak kita. Dan kita bisa tinggal berdua melihat cucu kita nanti," sahut Andre.Mereka berdua kemudian melanjutkan makan malam dengan santai. Andre menyuapi Mosa sampai semua menu makanan yang tersedia sudah dicicipi oleh Mosa.Andre juga memilih makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu menyusui. Karena memang Mosa juga doyan sekali makan. Jadi Andre juga memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi oleh istriny
Mosa juga mendengar obrolan Andre dengan polisi. "Kapan mau ke kantor polisi?" tanyanya. "Masih belum dapat informasi. Yuk kita masuk dulu saja!" ajak Andre."Sudah ada teh, tadi aku buatkan untuk kamu," ucap Mosa. "Kamu nggak usah melakukan sesuatu yang sekiranya membuat tanganmu terasa sakit, Mosa! Aku bisa kok. Lagi pula kamu juga masih sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Ngerti, kan?" Mosa mengangguk. "Iya. Aku mengerti. Tadi aku pakai tangan kiri kok. Dan nggak kerasa sakit. Aku juga nggak gendong si kembar. Semua sudah ditangani sama Ibu dan juga Bi Imah. Jadi aku lebih banyak istirahat. Bosen juga," sahut Mosa."Ya, kamu baca buku atau temani si kembar saja! Biar tangan kamu bisa segera pulih," Andre memberikan nasihat."Oh ya. Sebenarnya aku mau makan di luar. Kira-kira bisa nggak, ya? Kalau nggak bisa kita makan di rumah saja deh," tanya Mosa tidak terlalu antusias."Mau makan apa? Nanti kita akan keluar berdua," tanya Andre sembari menikmati teh buatan istrinya."Ya
Sesampainya di rumah, Mosa langsung menghampiri si kembar yang berada di kamar. "Mosa, kamu sudah pulang. Bagaimana keadaanmu?" tanya Mina saat sedang menemani cucunya di kamar."Aku baik-baik saja, Bu. Anak-anak bagaimana?" "Mereka baik-baik saja. Kamu istirahat saja dulu! Pasti tanganmu masih sakit, kan? Anak-anak biar sama Ibu dan Bi Imah. Kamu hanya perlu makan yang banyak dan tenangkan fikiranmu agar bisa memproduksi ASI yang melimpah. Mereka masih sangat membutuhkan ASI. Karena stok sudah hampir habis. Terutama Rasya yang kalau minum susu sangat kuat," terang Mina."Baik, Bu. Ngomong-ngomong sudah bisa sarapan sama apa nih aku?" tanya Mosa."Kamu ke dapur saja! Bi Imah sudah masak kok," sahut Mina.Setelah sarapan dari Bi Imah yang menyiapkan. Mosa langsung memompa ASInya. Karena untuk menyusui langsung masih cukup kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Andre juga sudah melihat kalau di depan rumahnya juga sudah bersih dari bekas darah setelah insiden semalam. Andre kemudian
Sesampainya di rumah sakit, Mosa langsung mendapatkan penanganan dari dokter. Mosa harus mendapatkan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari dalam lengan nya. Andre terpaksa harus menunggu di luar karena tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan operasi. Di sana juga ada beberapa polisi yang juga mendapatkan serangan penembakan oleh Hendra. Ada satu polisi yang harus meregang nyawa harus penurunan tepat mengenai jantungnya dan tidak dapat tertolong saat dibawa ke rumah sakit.Setidaknya, Andre bersyukur Mosa masih bisa diselamatkan karena tidak mengenai organ vitalnya. Meskipun luka di lengannya akan membutuhkan beberapa waktu untuk bisa sembuh total.Membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya peluru yang bersarang di lengan Mosa berhasil diambil. Dokter menghampiri Andre yang sedang menunggu Mosa di depan ruang operasi."Pak, istri Bapak sudah selesai. Mungkin nanti hanya perlu minum antibiotik agar tidak sampai terinfeksi dan bisa segera pulih. Karena luka di tangannya itu
"Pergi kamu ke kantor polisi, Hendra!" teriak Andre."Kenapa? Aku bisa saja pergi ke sana! Tapi kamu sepertinya ketakutan, ya? Tenang saja! Masa kecil kita dulu yang kita akan menjaga satu sama lain, aku tidak akan pernah lupa. Aku tidak akan menyakiti kamu sedikit pun. Aku juga tidak ingin mengotori tanganku dengan melenyapkanmu," sahut Hendra tenang."Lalu mau apa kamu sekarang?'' tanya Andre."Aku hanya ingin berkunjung menemui kamu, Dre. Aku tidak akan apa-apakan kamu.""Kamu jadi manusia kenapa tega sekali memperlakukan Roni sekejam itu? Bukankah kamu adalah orang yang murah hati. Tetapi kenapa kamu berubah begitu jauh? Aku sungguh tidak menyangka. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu, Hendra!" ucap Andre."Sayangnya Roni masih hidup. Coba saja kalau dia mati kan dia tidak perlu masuk ke penjara. Memang dia sepertinya umurnya panjang. Sehingga dia sedang menderita sendiri," sahut Hendra.Andre berfikir akan mengambil ponsel nya di dalam. Saat dia akan bangkit, Hendra
"Tapi ibu mau bawa yang perempuan, Mosa. Dari dulu ibu pengen cucu perempuan. Dan saat ini sudah ada di hadapan Ibu. Ibu bawa, ya!" sahut Sarni."Ibu, bercandanya jangan keterlaluan! Kasihan mereka pasti resah. Sudah cukup! Kan kita ke sini mau menjenguk mereka," tutur Karno."Iya. Tadinya begitu. Tapi kan ibu juga mau cucu seperti mereka. Apa bisa kita dapatkan cucu dari Roni. Sedangkan di penjara juga dia punya penyakit kelamin," tanya Sarni."Sudahlah, Bu. Kalau ibu begini lebih baik kita pulang saja! Bapak malu," ajak Karno.Semuanya terdiam. Lalu pecah saat si kembar menangis. Mosa lalu membawa si kembar untuk ke kamar. Menghindari segala kemungkinan yang muncul. Bersama dengan Mina.Andre mencoba menenangkan keadaan. "Maaf, Bu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkin saat ini Roni sedang mendapatkan apa yang dituai. Tetapi saya juga berdoa agar Roni bisa mendapatkan yang terbaik.""Halah, banyak omong kamu. Kamu senang kan telah mengambil Mosa dari Roni. Padahal jelas
Malam harinya, Mosa telah berhasil menidurkan kedua bayinya dengan dibantu Mina. Mosa yang merasa lelah kemudian mengambil posisi untuk tidur di samping suaminya.Andre sudah tertidur. Karena Mosa memang meminta Andre untuk tidur kalau di malam hari membutuhkan bantuan. Ternyata gerakan Mosa membangunkan Andre. "Maaf, kamu jadi terbangun," ucap Mosa.Andre hanya tersenyum menyambut kedatangan istri di sampingnya. "Tidak masalah. Aku senang. Kamu istirahat saja dulu! Sini biar aku temani," ucapnya."Aku memang sangat mengantuk. Ini sudah jam sebelas dan aku belum tidur juga. Aku mau tidur dulu, ya!" sahut Mosa."Iya, kamu tidur saja! Nanti kalau si kembar bangun biar aku yang tangani," balas Andre."Terima kasih ya, Dre. Kamu bersedia menjadi suami yang siaga. Bahkan besok kamu juga akan kerja," ucap Mosa menatap wajah Andre."Rasya dan Risya adalah anakku juga. Sangat tidak adil kalau hanya kamu yang berjuang untuk mengasuhnya. Selagi aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan mel