Andre membuat jus alpukat dengan sangat rapi. Sebagai pimpinan ke dua tertinggi di kantornya, Andre tidak merasa gengsi membuatkan istrinya jus alpukat. Justru hatinya senang karena bisa punya waktu untuk istrinya dan berguna saat bersama istrinya.Selama di kantor Andre selalu dihormati dan disegani sebagai seorang wakil direktur. Cara memimpin yang baik dan tidak diktator membuat karyawan simpati kepadanya. Meskipun beberapa yang merasa lebih senior seringkali meremehkannya. Tetapi Andre tidak ambil pusing. Justru mengambil pelajaran kalau orang yang seperti itu hanya perlu pendekatan yang berbeda.Sebagai seorang pemimpin, Andre sudah bisa leluasa untuk membentuk suatu kerajaan yang makmur. Meskipun hanya tertinggi kedua tetapi nyatanya di kantor Andre seperti pemimpin utama. Karena direktur utama nya selalu menurut kata Andre.Tetapi Andre tidak tamak dan sombong. Justru semakin merendah dan tidak menunjukkan kemampuannya yang sangat luar biasa. Andre juga mencuci blender yang ia
Di rumah Roni pukul tujuh pagi.Roni baru pulang dari liburannya bersama Tina. Sarni yang sedang menunggu Roni duduk di depan rumah Roni."Dari mana saja kamu, Ron? Dua hari tidak pulang?" tanya Sarni."Liburan, Bu. Aku lelah, aku mau tidur," keluh Roni."Ibu belum selesai bicara, Ron. Kamu dari mana saja? Bapakmu marah-marah tahu kamu tidak pulang. Ibu yang kena marah. Coba kamu jelaskan kemana kamu dua hari ini?" paksa Sarni."Aku menemani kekasihku, Bu," jawab Roni lalu merogoh uang di satunya. "Ini untuk ibu.""Banyak sekali kamu? Jadi kamu dapat uang dari perempuan itu?" tanya Sarni suaranya merendah."Iya, dia beri aku yang banyak karena sudah menemaninya beberapa hari ini. Aku mau tidur dulu, masih capek. Nanti siang mau ketemu dia lagi," jawab Roni lalu meninggalkan Sarni sendiri di depan rumahnya. Sarni merasa senang karena uang dari Roni cukup banyak. Sarni merasa beruntung memiliki anak yang bisa diandalkan.Siang harinya seperti biasa, Roni menemani Tina untuk makan siang
"Ibu selalu mengungkit masalah itu. Bukankah itu sudah menjadi kewajiban seorang ibu yang memenuhi kebutuhan anaknya sesuai kebutuhan. Sekarang Ibu juga tahu kalau aku tidak bekerja tetap. Bahkan aku juga harus mencari uang sendiri dengan cara yang berbeda. Tetapi Ibu malah mengatakan hal yang seperti itu," balas Roni."Ya iyalah. Kamu itu anak Ibu, sudah seharusnya kamu balas budi sama Ibumu. Melahirkan kamu itu, Ibu antara hidup dan mati. Untung saja Ibu hidup, kalau mati kamu mau diasuh sama siapa? Jangan pelit kamu jadi anak, Ron!" maki Sarni.Roni makin tidak habis pikir dengan ibunya. Uang yang diberikan kepada Ibunya kemarin hampir semua yang diberikan oleh Tina. Tetapi masih kurang saja. Sisa uang itu digunakan Roni untuk pegangan saat mengantar Tina besok. Meskipun mungkin besok ada kemungkinan Tina akan memberikan uang, tetapi tetap saja Roni harus punya pegangan uang. Minimal untuk membeli bensin sebelum berangkat. "Terserah ibu saja! Uang yang aku dapat hampir semua aku b
Roni bergeming. Ia memikirkan bagaimana mungkin akan meninggalkan Tina."Tidak mungkin, Pak. Aku sudah terlanjur menyukainya,'' jawabnya. "Jangan keras kepala kamu, Ron! Sadar kamu kalau kamu saat ini sedang gila. Bapak tidak mau dengar lagi kalau kamu masih berhubungan dengan wanita itu. Titik. Atau kamu akan menyesal jika tidak mendengar perkataan Bapak," tutur Karno tegas, lalu meninggalkan Roni sendiri di rumahnya.Roni kemudian kembali merebahkan dirinya di atas ranjang. Mencerna kembali perkataan Bapaknya. Ada benarnya. Tetapi untuk meninggalkan Tina sepertinya tidak mungkin sudah cukup jauh hubungannya dengan Tina. Apalagi Tina juga selalu memberinya uang dengan sangat banyak. Selain itu juga memberikan kepuasan yang belum pernah ia dapatkan dari wanita lain.Roni menghela nafas kasar. Apa yang akan dilakukan besok. Apakah harus di rumah atau tetap menepati janjinya kepada Tina.Esok harinya, sebelum Karno berangkat bekerja, terlebih dahulu menghampiri rumah Roni. Ia menyampai
"Maksud kalian apa, ya? Kenapa aku harus ikut ke kantor?" tanya Roni sembari tangannya diborgol oleh mereka. Terlihat Tina juga diperlukan sama tetapi sama sekali tidak melawan."Kamu menemani pengedar narkoba. Kamu juga ikut kami ke kantor, untuk diadili,'' jawab orang berbadan kekar.Roni tidak menyangka apa yang dilakukan adalah hal yang paling ditakutkan. Roni mengira jika Tina bukanlah wanita yang seperti itu. Dan bukan urusan pekerjaan ke sana melainkan untuk mengantarkan narkoba."Pak, saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya mengantarkan saja. Saya tidak tahu sama sekali kalau dia pengedar narkoba," jawab Roni sembari mengoyak tubuhnya."Jelaskan saja di kantor! Sekarang masuk ke mobil kami!" perintah mereka.Roni hanya tertunduk pasrah. Bukannya mendapatkan kesenangan justru mendapatkan kesialan. Roni Dibawa dengan Tina dan juga beberapa orang lainnya yang menurut polisi yang menangkap Roni adalah pemakai. Karena pengedarnya adalah Tina.Roni menyesali perbuatannya, kenapa tidak
Andre menceritakan tentang kejadian yang menimpa Roni kepada Mosa. Andre sudah mengetahui tentang Roni secara detail dari Luki, asisten pribadinya."Aduh, Roni itu gimana, ya? Nggak kapok dia," sahut Mosa."Yah, entahlah. Begitu mudah mendapatkan wanita ternyata wanita itu malah menjerumuskan dia ke penjara lagi.""Tapi kalau memang terbukti tidak bersalah berarti Roni bisa bebas?" tanya Mosa."Yah, ada kemungkinan sih. Tetapi nggak tahu juga bagaimana tepatnya. Karena dia kan yang mengantar ke sana, jadi secara nggak langsung dia terlibat dalam distribusi narkoba," jawab Andre."Iya juga sih. Yah, biar dia mendapatkan balasan yang setimpal. Kasihan juga sih sama Roni. Mau cari uang susah, eh dapat uang gampang malah masuk penjara. Sebenarnya yang salah itu ibunya, kenapa nggak mendidik Roni dengan baik,'' sahut Mosa."Yah, kita nggak bisa menilai dari satu sisi saja, Mosa! Kita nggak tahu susahnya mendidik anak. Kita juga belum jadi orangtua. Tetapi ada baiknya kita memperbaiki diri
"Pak, apa ada yang terluka?'' tanya Luki segera setelah turun dari mobil."Tidak. Kami semua sudah keluar dari rumah sebelum rumah kami juga ikut kebakaran," jawab Andre. Ia lalu mendekati Mosa dan juga Mina yang duduk bersebelahan di ruang tamu di rumah Pak Nur."Mosa, Ibu. Ayo kita ke rumah kita! Nanti rumah ini biar direnovasi dulu kalau memang ibu mau tinggal di sini lagi. Tapi sebaiknya kita istirahat dulu di rumah kita, ya!"Mina masih menatap nanar rumahnya yang separuhnya sudah dilahap si jago merah."Bu, kita istirahat di rumah kita dulu, ya! Nanti atau besok biar dibersihkan," ajak Mosa. Sudah beberapa jam dia duduk dan menahan nyeri di bagian perut karena tidak bisa merebahkan diri. Ia terus mengusap perutnya."Tapi Mosa, Ibu berat mau meninggalkan rumah ini," sahut Mina."Iya, aku tahu. Tapi kan kita belum bisa tinggal di sini. Nanti biar diurus sama Andre juga. Karena rumah itu belum bisa ditinggali. Ibu percaya lah sama Andre!" balas Mosa."Ya sudah kalau begitu. Kamu se
"Pak, rumah mertua Bapak hari ini juga akan dilakukan pembersihan. Tapi untuk renovasi mungkin butuh waktu satu minggu," tutur Luki. "Iya terima kasih karena sudah memberikan yang terbaik untuk keluarga saya, Luk," sahut Andre.Mereka kemudian melanjutkan perbincangan tentang pekerjaan dan lain hal. Sampai pukul delapan, akhirnya Andre menghampiri Mosa di kamar. Ia melihat Mosa sedang memainkan ponsel tetapi susu dan buah masih utuh."Mosa, kamu tidak minum susu itu?" tanya Andre."Tidak. Aku nggak mau. Biasanya kan kamu yang siapkan. Kok malah Mawar yang disuruh?" sahut Mosa."Tadi kan aku lagi ngobrol sama Luki, dan kebetulan di rumah ini ada pembantu, jadi aku minta tolong saja sama pembantu. Oh, jadi nama pembantu itu adalah Mawar, aku malah baru tahu," jawab Andre."Iya. Dan pembantu itu pakai baju seksi amat di rumah. Aku nggak suka, lebih baik Bi Imah saja yang disuruh di sini. Aku nggak suka sama Mawar.""Yah, nggak bisa begitu dong, Mosa! Dia kan sudah diberikan amanah dari
Sarni dengan cepat mengambil pistol tersebut dan mengarahkan tepat ke arah Mosa.Dor Dor Dor.Sarni menembakkan pistol tersebut. Polisi segera mengamankan Sarni begitu juga dengan Karno.Tembakan tadi tidak melukai Mosa sama sekali. Karena Andre berhasil menghalangi peluru tersebut mengenai istrinya.Andre kemudian terjatuh dengan darah mengalir deras dari dadanya. Sampai darah itu pun muncrat jauh ke beberapa arah. Mosa langsung histeris. Begitu juga dengan polisi yang berada di sana langsung menolong Andre yang memerintahkan untuk langsung menghubungi rumah sakit. "Andre, Andre. Kamu yang kuat, ya? Kita akan segera ke rumah sakit," ucap Mosa sembari berurai air mata.Begitu juga dengan Andre yang terus mengeluarkan cairan bening dari ujung netranya. Baginya melindungi istrinya agar tidak terluka adalah kewajibannya. Meskipun entah sampai kapan dia harus bertahan. Setidaknya sampai saat ini dirinya akan bertahan untuk bisa mengusap air mata Mosa.Tidak lama kemudian ambulan pun data
"Tapi aku merasa kesepian ketika ayah harus bekerja dan aku di rumah hanya dengan pembantu. Rasanya aku ingin meluapkan semua dengan tidak menuruti keinginan Ayah untuk kuliah di jurusan yang ayah perintahkan. Aku juga sakit hati ketika ayah justru menyebutkan nama Hendra untuk menjadi ahli waris ayah. Mungkin terkesan berlebihan. Atau ayah bilang kalau semua itu tidak benar. Boleh, tetapi aku merasa tidak ikhlas. Lebih baik aku mendekam di penjara saja daripada harus hidup dengan orang yang tidak menyayangiku," terang Hendra.Semua juga tidak menyangka. Ternyata perbuatannya selama ini yang terkesan kejam dan juga tidak memiliki hati ternyata benih dari kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Mosa menelan saliva. Dia juga tidak menyangka jika yang ada di depannya saat ini adalah sebuah kenyataan. Meskipun Mosa tidak memiliki sosok ayah yang ada di sampingnya, tetapi Mosa tidak merasa kekurangan kasih sayang. Karena ibunya selalu ada di sampingnya. Bahkan hingga saat ini."Saya me
"Sama. Aku juga selalu jatuh cinta sama kamu. Entah sampai kapan aku bernafas dan bahkan ketika aku sudah meninggal pun aku tetap mencintai kamu. Aku akan menunggu kamu di hari berikutnya. Kita akan sama-sama bahagia di surga. Bersama dengan kakaknya Rasya dan Risya," sahut Andre."Jangan bilang tentang kematian dong! Aku benar-benar ingin berdua sama kamu sampai hari tua nanti. Meskipun kematian itu pasti aku ingin kita meninggal berdua saja. Karena aku nggak mau sampai kesepian karena nggak ada kamu di sampingku.""Iya. Aku juga ingin menua bersama kamu. Melihat tumbuh kembang anak-anak kita. Dan kita bisa tinggal berdua melihat cucu kita nanti," sahut Andre.Mereka berdua kemudian melanjutkan makan malam dengan santai. Andre menyuapi Mosa sampai semua menu makanan yang tersedia sudah dicicipi oleh Mosa.Andre juga memilih makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu menyusui. Karena memang Mosa juga doyan sekali makan. Jadi Andre juga memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi oleh istriny
Mosa juga mendengar obrolan Andre dengan polisi. "Kapan mau ke kantor polisi?" tanyanya. "Masih belum dapat informasi. Yuk kita masuk dulu saja!" ajak Andre."Sudah ada teh, tadi aku buatkan untuk kamu," ucap Mosa. "Kamu nggak usah melakukan sesuatu yang sekiranya membuat tanganmu terasa sakit, Mosa! Aku bisa kok. Lagi pula kamu juga masih sakit. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Ngerti, kan?" Mosa mengangguk. "Iya. Aku mengerti. Tadi aku pakai tangan kiri kok. Dan nggak kerasa sakit. Aku juga nggak gendong si kembar. Semua sudah ditangani sama Ibu dan juga Bi Imah. Jadi aku lebih banyak istirahat. Bosen juga," sahut Mosa."Ya, kamu baca buku atau temani si kembar saja! Biar tangan kamu bisa segera pulih," Andre memberikan nasihat."Oh ya. Sebenarnya aku mau makan di luar. Kira-kira bisa nggak, ya? Kalau nggak bisa kita makan di rumah saja deh," tanya Mosa tidak terlalu antusias."Mau makan apa? Nanti kita akan keluar berdua," tanya Andre sembari menikmati teh buatan istrinya."Ya
Sesampainya di rumah, Mosa langsung menghampiri si kembar yang berada di kamar. "Mosa, kamu sudah pulang. Bagaimana keadaanmu?" tanya Mina saat sedang menemani cucunya di kamar."Aku baik-baik saja, Bu. Anak-anak bagaimana?" "Mereka baik-baik saja. Kamu istirahat saja dulu! Pasti tanganmu masih sakit, kan? Anak-anak biar sama Ibu dan Bi Imah. Kamu hanya perlu makan yang banyak dan tenangkan fikiranmu agar bisa memproduksi ASI yang melimpah. Mereka masih sangat membutuhkan ASI. Karena stok sudah hampir habis. Terutama Rasya yang kalau minum susu sangat kuat," terang Mina."Baik, Bu. Ngomong-ngomong sudah bisa sarapan sama apa nih aku?" tanya Mosa."Kamu ke dapur saja! Bi Imah sudah masak kok," sahut Mina.Setelah sarapan dari Bi Imah yang menyiapkan. Mosa langsung memompa ASInya. Karena untuk menyusui langsung masih cukup kesulitan untuk menggerakkan tangannya. Andre juga sudah melihat kalau di depan rumahnya juga sudah bersih dari bekas darah setelah insiden semalam. Andre kemudian
Sesampainya di rumah sakit, Mosa langsung mendapatkan penanganan dari dokter. Mosa harus mendapatkan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru dari dalam lengan nya. Andre terpaksa harus menunggu di luar karena tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan operasi. Di sana juga ada beberapa polisi yang juga mendapatkan serangan penembakan oleh Hendra. Ada satu polisi yang harus meregang nyawa harus penurunan tepat mengenai jantungnya dan tidak dapat tertolong saat dibawa ke rumah sakit.Setidaknya, Andre bersyukur Mosa masih bisa diselamatkan karena tidak mengenai organ vitalnya. Meskipun luka di lengannya akan membutuhkan beberapa waktu untuk bisa sembuh total.Membutuhkan waktu sekitar satu jam, akhirnya peluru yang bersarang di lengan Mosa berhasil diambil. Dokter menghampiri Andre yang sedang menunggu Mosa di depan ruang operasi."Pak, istri Bapak sudah selesai. Mungkin nanti hanya perlu minum antibiotik agar tidak sampai terinfeksi dan bisa segera pulih. Karena luka di tangannya itu
"Pergi kamu ke kantor polisi, Hendra!" teriak Andre."Kenapa? Aku bisa saja pergi ke sana! Tapi kamu sepertinya ketakutan, ya? Tenang saja! Masa kecil kita dulu yang kita akan menjaga satu sama lain, aku tidak akan pernah lupa. Aku tidak akan menyakiti kamu sedikit pun. Aku juga tidak ingin mengotori tanganku dengan melenyapkanmu," sahut Hendra tenang."Lalu mau apa kamu sekarang?'' tanya Andre."Aku hanya ingin berkunjung menemui kamu, Dre. Aku tidak akan apa-apakan kamu.""Kamu jadi manusia kenapa tega sekali memperlakukan Roni sekejam itu? Bukankah kamu adalah orang yang murah hati. Tetapi kenapa kamu berubah begitu jauh? Aku sungguh tidak menyangka. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu, Hendra!" ucap Andre."Sayangnya Roni masih hidup. Coba saja kalau dia mati kan dia tidak perlu masuk ke penjara. Memang dia sepertinya umurnya panjang. Sehingga dia sedang menderita sendiri," sahut Hendra.Andre berfikir akan mengambil ponsel nya di dalam. Saat dia akan bangkit, Hendra
"Tapi ibu mau bawa yang perempuan, Mosa. Dari dulu ibu pengen cucu perempuan. Dan saat ini sudah ada di hadapan Ibu. Ibu bawa, ya!" sahut Sarni."Ibu, bercandanya jangan keterlaluan! Kasihan mereka pasti resah. Sudah cukup! Kan kita ke sini mau menjenguk mereka," tutur Karno."Iya. Tadinya begitu. Tapi kan ibu juga mau cucu seperti mereka. Apa bisa kita dapatkan cucu dari Roni. Sedangkan di penjara juga dia punya penyakit kelamin," tanya Sarni."Sudahlah, Bu. Kalau ibu begini lebih baik kita pulang saja! Bapak malu," ajak Karno.Semuanya terdiam. Lalu pecah saat si kembar menangis. Mosa lalu membawa si kembar untuk ke kamar. Menghindari segala kemungkinan yang muncul. Bersama dengan Mina.Andre mencoba menenangkan keadaan. "Maaf, Bu. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkin saat ini Roni sedang mendapatkan apa yang dituai. Tetapi saya juga berdoa agar Roni bisa mendapatkan yang terbaik.""Halah, banyak omong kamu. Kamu senang kan telah mengambil Mosa dari Roni. Padahal jelas
Malam harinya, Mosa telah berhasil menidurkan kedua bayinya dengan dibantu Mina. Mosa yang merasa lelah kemudian mengambil posisi untuk tidur di samping suaminya.Andre sudah tertidur. Karena Mosa memang meminta Andre untuk tidur kalau di malam hari membutuhkan bantuan. Ternyata gerakan Mosa membangunkan Andre. "Maaf, kamu jadi terbangun," ucap Mosa.Andre hanya tersenyum menyambut kedatangan istri di sampingnya. "Tidak masalah. Aku senang. Kamu istirahat saja dulu! Sini biar aku temani," ucapnya."Aku memang sangat mengantuk. Ini sudah jam sebelas dan aku belum tidur juga. Aku mau tidur dulu, ya!" sahut Mosa."Iya, kamu tidur saja! Nanti kalau si kembar bangun biar aku yang tangani," balas Andre."Terima kasih ya, Dre. Kamu bersedia menjadi suami yang siaga. Bahkan besok kamu juga akan kerja," ucap Mosa menatap wajah Andre."Rasya dan Risya adalah anakku juga. Sangat tidak adil kalau hanya kamu yang berjuang untuk mengasuhnya. Selagi aku masih diberikan kesempatan, maka aku akan mel